• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN AKAD BAY` BITHAMAN AJIL DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG MADURA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN AKAD BAY` BITHAMAN AJIL DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG MADURA."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN AKAD

BAY` BITHAMAN AJIL

DALAM

MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN

NURUL HUDA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG

MADURA

SKRIPSI

Oleh Hana Dewi NIM. C04211017

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(2)

PENERAPAN AKAD

BAYʽ BITHAMAN AJIL

DALAM

MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN

NURUL HUDA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG

MADURA

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh

Hana Dewi NIM. C04211017

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Prodi Ekonomi Syariah Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Penerapan Akad Bai` Bitsaman Ajil

Dalam Peningkatan Keuntungan Usaha Di Kopontren Nurul Huda Kembang Jeruk Banyuates Sampang Madura” ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akad Bai’ Bitsaman Ajil dan tingkat keuntungan usaha yang diperoleh Kopontren Nurul Huda dari tahun ke tahun. Laporan keuangan yang diteliti 4 periode terhitung dari tahun 2011 sampai 2014.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, yakni pengumpulan fakta melalui interprestasi yang tepat kemudian di analisa apakah penerapan akad Bay` Bithaman Ajil yang diterapkan di Kopontren ini sesuai dengan hukum Islam, serta apakah tingkat keuntungan yang diperoleh Kopontren dari tahun ke tahun meningkat dengan diterapkannya akad Bai` Bitsaman Ajil ini.

Pada pemberian pembiayaan BBA di Kopontren tidak menggunakan prinsip dasar pemberian pembiayaan yang umumnya digunakan lembaga keuangan. Akan tetapi kopontern Nurul Huda memiliki kebijakan sendiri yang harus dipenuhi oleh calon nasabah untuk melakukan pembiayaan di kopontren dengan tujuan untuk mempermudah proses pembiayaan dan kebijakan itu tidak menyimpang dari hukum Islam.Setiap anggota atau nasabah yang akan melakukan pembiayaan cukup menyerahkan foto copi KTP dan mengisi form pengajuan pembiayaan dengan mencantumkan jenis produk yang diinginkan calon nasabah. Kedua belah pihak sepakat dengan harga yang telah ditentukan Kopontren. Tingkat keuntungan yang diperoleh Kopontren dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan bertambahnya jumlah anggota yang menggunakan akad Bay` Bithaman Ajil atau nasabah di Kopontren. Peningkatan yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan bersama seluruh anggota Kopontren karena ada beberapa kendala berupa peningkatan pembiayaan, misalnya pada tahun 2013 biaya penyusutan sebesar Rp. 10.564.000 pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 19.713.600.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ………. i

PERNYATAAN KEASLIAN ………..………….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………….………..…………... iii

PENGESAHAN ………...…….. iv

ABSTRAK ……….. v

KATA PENGANTAR ……….... vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR TRANSLITERASI ………..……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah………. 9

C. Rumusan Masalah ………...…………. 10

D. Tujuan Penelitian ……….. 10

E. Kajian Pustaka ……….………..……... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ……… 14

G. Definisi Operasional ………. 15

H. Metode Penelitian ………. 16

I. Sistematika Pembahasan ………... 22

BAB II BAYʽ BITHAMAN AJIL DAN TINGKAT KEUNTUNGAN………. 24

A. Pembiayaan ………..……… 24

1. Pengertian Pembiayaan ………..………… 24

(8)

B. Tingkat Keuntungan atau Laba ………..…….. 35

1. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas …..…….… 36

BAB III PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DAN MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA 44 A. Gambaran Singkat Koperasi Pondok Pesantren Nurul Huda ……….. 44

1. Sejarah dan Gambaran Umum Kopontren 44

2. Unit Bidang Usaha Kopontren Nurul Huda 45

3. Latar Belakang Kopontren Nurul Huda … 46

4. Visi dan Misi Kopontren Nurul Huda …... 47

5. Struktur Organisasi Kopontren Nurul Huda 47 6. Fungsi dan Tugas ……… 49

7. Struktur Kelembagaan Kopontren Nurul Huda 50 8. Program Kerja Kopontren Nurul Huda …. 51

B. Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil di Kopontren Nurul Huda ………. 53

C. Produk atau Barang yang Diperjual Belikan Menggunakan Akad Bayʽ Bithaman Ajil…… 55

D. Laporan Keuangan Kopontren Nurul Huda … 56

BAB IV ANALISIS TENTANG PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DAN PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA ……….……… 57

A. Analisis Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil dalam Peningkatan Keuntungan Usaha di Kopontren Nurul Huda ………..………… 57

B. Analisis Tingkat Keuntungan Usaha di Kopontren Nurul Huda ………... 59

BAB V PENUTUP ……… 64

A. Kesimpulan ……… 64

(9)

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan senantiasa

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing-masing individu saling

bergantung satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak ada

satu orang pun di dunia ini yang bisa hidup sempurna tanpa jasa orang lain.1

Dari sifat kehidupan manusia yang saling bergantung satu sama lain

ini, muncullah berbagai problematika kehidupan baik yang meliputi aspek

ritual

(

دة

ﺎﺒ

)

maupun sosial (

ﺔﻠﻣﺎ ﻣ

)

.

Problem kehidupan ini tentunya harus

segera direspon dengan serangkaian garis-garis hukum yang mampu

memecahkan setiap permasalahan yang timbul dalam kehidupan manusia.

Dalam menjawab pemasalahan yang timbul nampaknya peranan

hukum lslam dalam konteks kekinian dan kemoderenan dewasa ini sangat

diperlukan dan tidak dapat dihindarkan. Kompleksitas permasalahan umat

yang selalu berkembang seiring dengan perkembangan jaman membuat

hukum Islam harus menampakkan sifat elastisitas dan fleksibilitasnya guna

memberikan yang terbaik dan bisa memberikan kemaslahatan bagi umat

manusia.

(11)

2

Dalam berinteraksi, hukum Islam memperbolehkan baik melalui

individu maupun melalui lembaga keuangan. Lembaga keuangan syariah

mempraktekkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah serta membentuk

sub sistem. Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dilihat dari

sudut pandang ekonomi bahwa berdasarkan sifat penggunaannya dapat

dibagi menjadi dua hal:

1. Pembiayaan produktif, antara lain pembiayaan usaha produktif terdiri

dari pembiayaan likuiditas, piutang dan persediaan modal. Pembiayaan

modal kerja untuk perdagangan terdiri dari: perdagangan umum dan

perdagangan berdasarkan pesanan dan pembiayaan investasi.

2. Pembiayaan konsumtif baik sekunder maupun primer, dalam

pembiayaan sendiri ada beberapa akad yang biasa digunakan oleh

beberapa lembaga keuangan Islam diantaranya adalah Murābahah,

Muḍarabah, Bay` Bithaman Ajil dan lain sebagainya.

Seiring dengan kemajuan jaman dan tuntutan masyarakat Muslim di

Indonesia yang sangat merindukan bertransaksi berdasarkan prinsip

-prinsip Islam dalam berbagai aspek, kemudian Pemerintah mengeluarkan

Undang-undang Nomor 21 tahun 2008, Perubahan atas Undang-undang

Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang- undang memberikan

peluang untuk diterapkan praktek perekonomian sesuai Syariah dibawah

perlindungan hukum positif, sebagaimana termuat pada pasal 1 ayat 252 :

(12)

3

“Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan atau yang dipersamakan dengan itu berups a) Transasksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b) Transaksi sewa menyewa

dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiyah

Bitamlik. c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, salam, dan Istishna’. d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;

dan e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi

multijasa berdasarkan persatuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dari/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpaa imbalan, atau bagi

hasil.”

Berdasarkan Undang-undang tersebut kemudian terwujudlah

lembaga keuangan syariah, pada awalnya Perbankan Syariah, Asuransi

Syariah kemudian Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah dan lain-lain. Dari

sekian banyak lembaga keuangan Syariah yang sudah mempunyai payung

Hukum Positif adalah Perbankan Syariah, sedangkan lembaga keuangan

syariah yang lainnya belum mempunyai payung hukum tersendiri, seperti

Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah dan Pegadaian Syariah.

Koperasi Syariah adalah badan usaha yang beranggotakan

orang-seorang atau badan hukum.3 Koperasi yang melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi dan tatanan hukum Islam sekaligus merupakan

gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Koperasi di Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi Syariah

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian

(13)

4

Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan

makmur, berlandaskan al-Qur’an dan Hadis, Pancasila serta

Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 33 ayat (1)

menyatakan bahwa “perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Selanjutnya dalam pasal

penjelasan Pasal 33 UUD 45 antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran

masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang, di

mana bentuk perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Penjelasan

Pasal 33 UUD 45 menempatkan koperasi sebagai sakaguru perekonomian

nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.4

Memperhatikan kedudukan koperasi seperti yang diharapkan Pasal

33 Undang-undang Dasar 1945, maka peran koperasi sangatlah penting

dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta

dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri

demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

Koperasi harus benar-benar dapat menerapkan prinsip koperasi

dan kaidah usaha ekonomi. Koperasi harus menjadi organisasi ekonomi yang

mantap, demokratis, otonom, partisipatif, dan berwatak nasional. Pembinaan

koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar koperasi

(14)

5

menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi

rakyat. Pembinaan dari pemerintah seharusnya tidak hanya dilakukan

terhadap koperasi saja, namun juga pada semua pelaku perekonomian

nasional, bahwa perekonomian Indonesia didirikan dengan menggunakan

asas kekeluargaan. Jangan sampai pembinaan itu justru menekan koperasi

dan memberi kebebasan kepada lembaga lain yang jelas-jelas tidak

memperhatikan pasal 33 UUD.

Pemberian status badan hukum koperasi, pengesahan perubahan

Anggaran Dasar, dan pembinaan koperasi merupakan wewenang dan

tanggung jawab pemerintah. Pemerintah tidak demokratis lagi berkaitan

pengesahan anggaran dasar koperasi karena telah melakukan intervensi,

yang seharusnya sepenuhnya menjadi wewenang anggota koperasi.

Pemerintah telah memajukan koperasi, bahwa hanya koperasilah yang harus

melaksanakan pasal 33 UUD 45, menjalankan perekonomian berlandaskan

kekeluargaan.

Koperasi Syariah masih menggunakan kebijakan konvensional,

disisi lain harus menerapkan prinsip-prinsip syariah, dan pengawasannya

secara kolektif dari pusat, hal yang demikian itulah yang menarik untuk

dikaji dan dievaluasi secara kritis. Serta sejauh mana pengaruhnya terhadap

peningkatan keuntungan Koperasi Syariah.

Pada jaman sekarang ini banyak bermunculan lembaga keuangan

(15)

6

keuangan Syariah dan banyak juga yang hanya kulitnya saja tapi prakteknya

tidak Syariah.

Kopontren Nurul Huda yang terletak di Jl. Kiai Azhari Kembang

Jeruk Banyuates Sampang Madura banyak diminati oleh masyarakat sekitar

yang dominan Islam dan kebanyakan dari mereka adalah dari kalangan

menengah ke bawah yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

baik berupa kebutuhan primer atau sekunder. Kopontren ini berdiri sejak

tahun 1993 dan dilindungi badan hukum sejak tahun 2004 dan mulai efektif

bekerja melayani pembiayaan menggunakan akad murabahah atau

pembiayaan menggunakan akad Bay` Bithaman Ajil sejak tahun 2000.

Sampai sekarang Kopontren ini sudah 21 tahun berdiri.5

Sepintas yang menarik tentang Kopontren Nurul Huda ini adalah

bahwa di daerah ini sebenarnya juga terdapat kopontren yang lebih terkenal

dan maju, akan tetapi masyarakat sekitar masih lebih banyak memilih

melakukan pembiayaan atau peminjaman di kopontren Nurul Huda. Dengan

itu berarti kopontren ini mampu bersaing dengan lembaga keuangan syariah

sejenisnya, hal ini berdasarkan dari peningkatan jumlah pengguna jasa dari

tahun ke tahunnya.

Meskipun begitu perkembangan Koperasi Pondok Pesantren

tersebut tidak sepesat Perbankan Syariah yang memang diminati banyak

nasabah kelas menengah keatas, karena kesan Koperasi Pesantren hanya

(16)

7

diminati oleh masyarakat kelas menengah bawah yang bersifat konsumtif,

hal ini terlihat dari produk yang ditawarkan oleh Koperasi Pesantren belum

banyak karena peminatnya masih relatif didominasi oleh kalangan menengah

ke bawah yang dengan terpaksa lari ke Koperasi Pesantren karena kebutuhan

yang mendesak, hal ini penulis ketahui ketika berada di Kopontren dan

mencoba wawancara dengan nasabah yang datang ke Koperasi Pesantren.

Ada beberapa usaha di koperasi pesantren ini, salah satu diantaranya

adalah pembiayaan dengan menggunakan akad Bai’ Bitsaman Ajil. Sebagian

besar anggota Koperasi pesantren dan masyarakat umum menggunakan akad

ini untuk kebutuhan konsumtif seperti pengadaan Hp, laptop, TV Led,

parabola, mesin cuci dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Akan tetapi ada

pula sebagia kecil dari mereka menggunakan akad ini untuk kebutuhan

produktif seperti mesin foto kopi, seperangkat komputer, mesin pembajak,

mesin penggiling dan seperangkat mesin jahit.6

Peningkatan anggota dalam menggunakan jasa pembiayaan ini

lumayan baik dari tahun ke tahunnya, dengan begitu keuntungan koperasi

pesantren juga mengalami peningkatan yang sangat baik dari tahun ke

tahunnya, sehingga koperasi ini mampu meningkatkan kelayakan pelayanan

seperti, memperluas kantor dan menyediakan layanan sewa mobil untuk

menganngkut barang yang akan dibeli. Akan tetapi kenyataan di lapangan

(17)

8

adalah keadaan yang semestinya tidak sesuai dengan kenyataan. Keadaan

kantor ini kurang nyaman dan sempit.

Berdasarkan pemaparan di atas Koperasi Pondok Pesantren

semestinya dapat merubah keadaan ekonomi setiap anggotanya menjadi

makmur dengan hasil pembagian SHU yang diperoleh setiap anggota.

Namun pada kenyataannya, beberapa anggota koperasi merasa kurang puas

dengan pembagian SHU yang mereka terima.7 Mereka merasa bahwa dari

tahun ke tahun Koperasi Pesantren mengalami peningkatan jumlah pengguna

jasa, terutama di bidang produk pembiayaan atau pengadaan barang.

Seharusnya hal ini juga akan berpengaruh baik pada SHU yang mereka

terima. Hal inilah yang menjadi alasan penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di kopontren ini melalui tingkat keuntungan usaha yang didapat

Kopontren selama beberapa tahun belakangan ini.

Berbicara tentang Koperasi Pesantren tentunya akan berhubungan

erat dengan keuntungan yang diperoleh. Di sini, penulis bermaksud

menganalisis dan mengevaluasi tingkat keuntungan yang diperoleh

kopontren dengan diterapkannya akad Bay` Bithaman Ajil pada produk

pembiayaan, serta untuk mengetahui apakah akad ini layak diterapkan di

kopontren untuk beberapa tahun kedepan demi memperoleh keuntungan

yang diinginkan apa tidak.

(18)

9

Pada umumnya lembaga keuanga syariah menggunakan akad

Mudharabah, Murabahah Rahn dan lain sebgainya, akan tetapi pada

kopontren ini menerapkan Akad Bai’ Bitsaman Ajil pada produk pinjaman.

Hal inilah yang menjadi alasan penulis tertarik untuk meneliti tingkat

keuntungan kopontren Nurul Huda bebarapa tahun kedepan melalui kondisi

keuangan beberapa tahun terakhir. Dalam penulisan skripsi ini penulis

mengambil judul penelitian “Penerapan Bay` Bithaman Ajil Dalam

Meningkatkan Keuntungan Usaha Di Kopontren Nurul Huda Kembang

Jeruk Banyuates Sampang”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang

menjadi masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Urgensi Koperasi Pesantren.

2. Produk pembiayaan di koperasi pesantren.

3. Landasan operasional pembiayaan di koperasi pesantren.

4. Kesesuaian operasional pembiayaan dengan prinsip syariah.

5. Penerapan akad Bay` Bithaman Ajil di Kopontren Nurul Huda.

6. Tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay` Bithaman Ajil di

(19)

10

2. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar fokus pada permasalahan

tertentu. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan akad Bay` Bithaman Ajil diterapkan di kopontren nurul

huda

2. Tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay` Bithaman Ajil

di kopontren Nurul Huda

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kajian ini hanya dibatasi

pada masalah:

1. Bagaimana penerapan akad Bay` Bithaman Ajil diterapkan di kopontren

Nurul Huda?

2. Bagaimana tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay`

Bithaman Ajil di kopontren Nurul Huda?

D. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai

sebagaimana berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Bay` Bithaman Ajil di kopontren nurul

huda.

2. Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha dalam penerapan Bay`

(20)

11

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa

peneliti terdahulu yang mengkaji antara lain:

Nurul Farida (2012) dengan judul “Analisis pembiayaan Bay`

Bithaman Ajil bagi Usaha Kecil (Studi kasus pada BMT As Sa’adah

Malang)” jenis penelitian yakni Kualitatif deskriptif. Hasil analisisnya

adalah bahwa pembiayaan BBA ini membawa pengaruh yang baik pada

para pengusaha kecil yaitudengan adanya produk pembiayaan BBA ini

meraka (para pengusaha kecil) bisa memenuhi barang-barang kebutuhan

yang mereka perlukan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

Dwi Riska Amalia (2013) dengan judul “Analisis Produk

Pembiayaan Bay` Bithaman Ajil (BBA) pada BMT-MMU Sidogiri Pasuruan.

Hasil analisisnya adalah bahwa pembiayaan Bay` Bithaman Ajil (BBA)

mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendapatan

BMT-MMU. Pendapatan terbesar dan optimal didapatkan dari pembiayaan

jual beli BBA. Dimana pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan BBA

setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian dalam menganalisa

pembiayaan, BMT-MMU menggunakan prinsip 5 C (Character, Capacity,

Collateral, Capital, dan Condition).

Rina Delfita (2011) dengan judul “Analisis Pendapatan dan Tingkat

Keuntungan pada Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kenagarian

Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil analisis dari penelitian ini

(21)

12

keuntungan kepada peternak sehingga usaha ini layak dijadikan sebagai

[image:21.595.140.512.210.751.2]

salah satu alternatif guna mendapatkan pendapatan.

Table 1.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Jenis

Penelitian

Hasil

1. Nurul

Farida

Analisis Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil bagi Usaha Kecil (Studi Kasus pada BMT As Sa’adah Malang) Kualitatif Deskriptif Pembiayaan BBA ini membawa pengaruh yang baik kepada para pengusaha kecil yaitu dengan adanya produk pembiayaan BBA ini mereka (para usaha kecil) bisa memenuhi barang- barang kebutuhan yang mereka perlukan untuk menjalankandan mengembangkan usahanya.

2. Dwi Riska

Amalia

Analisis Pembiayaan Bai’ Bitsaman

Ajil (BBA)

dalam Meningkatkan pendapatan BMT (Studi pada BMT-MMU Sidogiri Pasuruan Kualitatif Deskriptif

Hasil a nalisisnya adalah bahwa

pembiayaan Bai’

Bitsaman Ajil (BBA) mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendapatan BMT-MMU. Pendapatan terbesar dan optimal didapatkan dari pembiayaan jual beli BBA. Dimana

(22)

13 pembiayaan BBA setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian dalam menganalisa pembiayaan, BMT-MMU menggunakan prinsip 5 C (Character, Capacity,

Collateral, Capital, dan Condition).

Rina Delfita Analisis Pendapatan dan Tingkat Keuntungan pada Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kenagarian Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota Kualitatif Deskriptif usaha peternakan ayam ras petelur ini mampu memberikan keuntungan kepada peternak sehingga usaha ini layak dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendapatkan pendapatan

Sumber: Data diolah oleh peneliti

Dengan melihat tabel di atas, maka dapat terlihat persamaan dan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaannya

antara penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu adalah menggunakan

metode pendekatan kualitatif. Persamaan lain antara penelitian sekarang

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pertama dan peneliti kedua

adalah pada judul, yakni sama-sama membahas tentang Bay` Bithaman Ajil.

Sedangkan yang membedaka antara penelitian sekarang dengan

(23)

14

adalah pada judul, dimana penelitian sekarang membahas tentang akad

syariah Bay` Bithaman Ajil, sedangkan penelitian ketiga membahas tentang

usaha peternakanS ayam ras petelur. Dalam penelitian pertama lebih fokus

pada usaha kecil sedangkan peneliti lebih pada peningkatan keuntungan

Koperasi Pesantren, serta yang membedakan penelitian terdahulu dengan

penelitian sekarang adalah dalam lokasi penelitian.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kegunaan terhadap dua aspek berikut ini:

1. Aspek teoretis (keilmuan)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

tentang pemahaman akad Bay` Bithaman Ajil di bank syariah lemabaga

keuangan lainnya.

2. Aspek praktis

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, guna

meningkatkan kinerja lembaga keungan syariah khususnya Kopontren, serta

sebagai bahan koreksi untuk pihak kopontren agar lebih dalam

memperhatikan ketentuan prinsip syariah pada setiap transaksinya dan

dapat mengetahui kelayakan diterapkannya akad ini untuk mendapatkan

(24)

15

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah unsur penelitian yang

terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang

tercakup dalam paradigma yang sesuai dengan hasil rumusan masalah.

Berdasarkan judul yang menjadi pokok pembahasan penelitian kali

ini, maka definisi operasionalnya dari variabel yang dapat dipaparkan

sebagai berikut:

Akad Bay` Bithaman Ajil: Transaksi jual beli antara harga tunai dan

harga kredit berbeda. Dan harga kredit lebih tinggi. Seperti, saya jual mobil

ini tunai 100 juta, atau kredit 110. Jenis transaksi ini sesuai dengan namanya

jual beli yang uangnya diberikan kemudian atau ditangguhkan. Maksudnya

harga barang itu berbeda dengan bila dilakukan secara tunai. Contohnya,

sebuah mesin cuci bila dibeli dengan tunai, harganya 1 juta. Tetapi karena

pelunasannya memerlukan waktu 5 tahun (ajil), maka harganya menjadi 1.5

juta. Kopontren menerima harga yang pasti sejak awal dan tidak

dirubah-rubah lagi selama masa pelunasannya. Tingkat keuntungan: peningkatan

kekayaan seorang investor atau lembaga sebagai hasil penanaman modal

setelah dikurangi biaya yang berhubungan dengan penanaman modal atau

biaya-biaya usaha. Dalam penelitian ini, tingkat keuntungan merupakan

pendapatan tahunan kopontren setelah dikurangi biaya operasional selama

(25)

16

Dalam hal ini untuk mempermudah menganalisa dan mendapatkan

hasil yang akurat peneliti membatasi dalam menganalisa laporan keuangan

yakni dari periode tahun 2011-2014.

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yakni penelitian yang tidak menggunakan angka dalam

mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap

hasilnya.8

Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan oleh peneliti

dengan memasuki lapangan. Peneliti menjadi instrumen utama yang

terjun ke lapangan serta berusaha mengumpulkan informasi melalui

pengamatan dan wawancara.

Penelitian mengamati kenyataan dan mengajukan pertanyaan

dalam wawancara hingga berkembang secara wajar berdasarkan ucapan

dan buah pikiran yang dicetuskan oleh orang yang diwawancarai.9

Maksud dalam penelitian ini peneliti memaparkan data hasil penelitian

di lapangan yakni tentang aplikasi Bai’ Bitsaman Ajil pada Koperasi

Pesantren Nurul Huda Banyuates Sampang.

8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 12.

(26)

17

2. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan berupa data tentang pelaksanaan yang

meliputi transaksi awal akad Bay` Bithaman Ajil, bahan pustaka, hasil

wawancara dan laporan keuangan dari lembaga yang akan diteliti.

Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dari studi pustaka seperti

buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Yaitu data dengan penelitian lapangan. Data penelitian

diperoleh dengan melakukan penelitian langsung ke perusahaan

sebagai sumber data melalui observasi dengan mengamati dan

menganalisa catatan-catatan dan laporan-laporan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.10 Selain itu metode data yang

diperoleh melalui melihat laporan keuangan dan wawancara kepada

Bapak Abd. Manaf selaku ketua kopontren, Bapak Hafandi sebagai

bendahara I sekaligus petugas yang mengakad, dan Bustomi

sekretaris I di kopontren Nurul Huda di Kembang Jeruk Banyuates

Sampang Madura.

(27)

18

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah

sumber data primer.11 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan

data dan teori yang berhubungan dengan akad Bay` Bithaman Ajil

dan tingkat keuntungan melalui buku bacaan, jurnal, makalah

seminar, hasil penelitian terdahulu dan artikel-artikel yang berkaitan

dengan penelitian. Adapun buku-buku yang digunakan oleh penulis

adalah:

1) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah.

2) M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, ed. 3.

3) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek.

4) Sigit Triandu dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain ed. 3.

5) Nur Lailah dkk, Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank.

6) Kasmir, Analisis Laporan Keuangan ed. 5.

7) Mamduh M. Hanif dan Abdul Halim, Analisis Laporan

Keuangan, ed. 2.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail detail teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

19

a. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan observasi non-partisipatif, yakni peneliti

tidak ikut serta dalam kegiatan, peneliti hanya berperas sebagai

pengamat kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan atau bisa juga disebut

observasi pasif.

b. Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk

teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian

deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini,

wawancara dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara

struktur maupun bebas dengan pihak Kopontren Nurul Huda.

c. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.12 Studi

dokumentar merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik.13 Penggalian data ini dengan

cara menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

tingakat keuntungan usaha di Kopontren Nurul Huda.

(29)

20

5. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

pengolahan data sebagai berikut:

a) Editing

Yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.14 Dalam hal

ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan

rumusan masalah saja.

b) Organizing

Yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakn dengan rumusan masalah secara sistematis. Penulis

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk

menganalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk

memudahkan penulis dalam menganilis data.

6. Teknis Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif

(30)

21

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.15

Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah

metode deskriptif kualitatif, yang memerlukan data-data untuk

menggambarkan suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga

benar benar salahnya sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya.

Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif

yang berarti pola pikir yang berpijak terhadap fakta-fakta yang bersifat

khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan

persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.16

Penelitian ini adalah adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif,

yakni penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

yang ada berdasarkan data-data dengan menyajikan data, menganalisis dan

mengenterpretasikan.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan

prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan. Penelitian

15Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, (Surabaya: Airlangga University Press,

2001), 143

(31)

22

kualitatif bersifat induktif peneliti membiarkan

permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,

melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang

tahu tentang situasi social tersebut.17

Fenomena disajikan berdasarkan fakta sesuai apa yang terjadi di

lapangan, hasil penelitiannya diuraikan secara jelas dan gamblang tanpa

manipulasi.

I. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab dengan beberapa

sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang

serius, berikut sistematika penulisan secara lengkap:

Bab satu menerangkan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kajian pustaka, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua membahas tentang landasan teori yang terdiri dari teori –

teori tentang tingkat keuntungan dan akad Bay` Bithaman Ajil yang menjadi

dasar pedoman tema penelitian yang diangkat pada penelitian ini dan

sebagai dasar kajian untuk menjawab permasalahannya.

(32)

23

Sedangkan bab tiga adalah hasil penelitian:

1. Penerapan akad Bay` Bithaman Ajil

2. Tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay` Bithaman

Ajil

Bab empat membahas tentang penerapan akab Bay` Bithaman Ajil,

memuat analisis terhadap pada penelitian yang telah deskripsikan untuk

menjawab masalah penelitian, menafsirkan serta mengintergrasi temuan

penelitian tersebut ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah siap,

memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru.

Bab lima merupakan bab terakhir berisi penutup, terdiri dari

kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan

(33)

24

BAB II

BAY` BITHAMAN AJIL DAN TINGKAT KEUNTUNGAN

A. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktivitas lembaga keuangan syariah dalam

menyalurkan dananya kepada nasabah yang membutuhkan dana berdasarkan

prinsip syariah.18 Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi

pembiayaan sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk

mengembalikan pembiayaan yang telah dia terima sesuai dengan jangka

waktu yang telah disepakati dalam akad pembiayaan.

Pembiayaan sangat bermanfaat bagi lembaga keuangan, nasabah dan

pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar diantara

penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh kopontren.19 Pembiayaan yang

diberikan lembaga keuangan kepada nasabah akan mendapat balasa jasa

berupa bagi hasil, margin keuntungan, dan pendapatan sewa, tergantung pada

akad pembiayaan yang telah diperjanjikan antara lembaga dengan nasabah.

Dalam fungsi penyaluran dana, lembaga keuangan syariah

menggunakan terminologi pembiayaan atau financing.20 Pembiayaan yang

diberikan oleh lembaga keuangan syariah berfungsi membantu masyarakat

18Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 105. 19 Ibid., 110.

20 Yusak Lasmana, Cara mudah mendapatkan pembiayaan di bank syariah, (Jakarta:Elex Media

(34)

25

dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat

individu, pengusaha, lembaga, badan usaha dan lain-lain yang membutuhkan

dana.

Dalam pembiayaan, lembaga syariah akan membiayai kebutuhan

nasabah. Antara lembaga dan nasabah akan dilakukan transaksi akad jual beli

di mana lembaga bertindak sebagai penjual dan nasabah menjadi pembeli

yang akan membayar secara angsuran.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada

kepercayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada pengguna jasa

pembiayaan.21 Pihak kopontren percaya kepada anggota atau pengguna jasa

pembiayaan, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan pasti akan terbayar.

Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari kopontren segingga

anggota atau nasabah berkewajiban untuk mengembalikan dana yang telah

diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dalam akad

pembiayaan.

Pembiayaan yang diberikan oleh kopontren berbeda dengan kredit

yang diberikan oleh lembaga keuangan konvensional. Dalam kopontren,

keuntungan atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam

bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di kopontren. Dalam

Undang-undang Nomor 21 tahun 2008.22

21 Ibid., 105.

(35)

26

“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Dalam koperasi pondok pesantren, istilah kredit tidak dikenal, karena

kopontren memiliki skema yang berbeda dengan lembaga keuangan

konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan.

Kopontren menyalutkan dananya kepada anggota atau masyarak umum dalam

bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi

merupakan investasi yang diberikan kopontren kepada anggota dalam

memenuhi kebutuhannya.23

Dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:

“Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan atau yang dipersamakan dengan itu berups a) Transasksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b) Transaksi sewa menyewa

dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiyah Bitamlik.

c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, salam, dan Istishna’.

d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e) transaksi

sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persatuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dari/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan ujrah, tanpaa imbalan, atau bagi hasil.”

23Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),

(36)

27

Pembiayaan yang diberikan kopontren berfungsi membantu

masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat merupakan individu,

pengusaha, lembaga, badan usaha dan lain-lain yang membutuhkan dana.

Di dalam kopontren, pembiayaan yang diberikan kepada anggota atau

pengguna jasa pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang

diterapkan sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

Jenis pembiayaan berdasarkan jenis akad ada tiga yaitu, pembiayaan

jual-beli, pembiayaan sewa-menyewa dan pembiayaan bagi-hasil. Sedangkan

pembiayaan ditinjau dari tujuannya dibagi menjadi tiga bagian:24

a. Pembiayaan Konsumtif, pembiayaan yang diberikan oleh pihak lembaga

kepada nasabah untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati oleh

pemohon

b. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang dimanfaatkan oleh nasabah

untuk kegiatan produksi yang menghasilkan suatu barang atau jasa.

c. Pembiayaan Perdagangan, yaitu pembiyaan yang diberikan lembaga

kepada pihak nasabah untuk pembelian barang sebagai persediaan untuk

dijual kembali.

Pada umumnya ada beberapa bentuk pembiayaan yang digunakan oleh

lembaga keuangan syariah, diantaranya adalah Murabahah, Mudharabah, jual

beli Salam, jual beli Istishna dan Bayʽ Bithaman Ajil.

24Yusak Lasmana, Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah, (Jakarta:Elex Media

(37)

28

2. Bayʽ Bithaman Ajil

Bayʽ Bithaman Ajil adalah ransaksi jual beli antara harga tunai dan

harga kredit berbeda, dan harga kredit lebih tinggi.25 Transaksi jual beli

dengan model Bayʽ Bithaman Ajil (BBA) legimitasi hukumnya kuat, karena

secara jelas disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah dari Shalih bin

Syuhaib Bayʽ Bithaman Ajil merupakan salah satu model transaksi jual beli

dimana harganya ditangguhkan sedangkan barangnya diserahkan secara

tunai.26 Dalam hal ini, ada satu pihak yang haknya belum ditunaikan yaitu

pihak penjual yang prinsipnya berhak menerima uang pembayaran belum

diserahkan oleh pihak pembeli.

ْ ِب يَهُصْ نَع

ََِِْنلاَْنَأُْه نَعُْهاَيِضَر

َْقَْمَلَسَوِْه يَلَعُْهْىَلّص

ََْْ: َلا

َْكَرَ ب لاَْنِه يِفٌْث ََ

ْ يَ ب لاْ,ُة

ُْعْ

, ِلَجَأْ ََِإ

ْ

َْقُم لاَو

ْ لَخَوْ,ُةَضَرا

ْ لِلِْر عَشلااِبِّْرُ ب لاُْط

َْوَرْ.ِع يَ ب لااِبْ ََْ, ِت يَ ب

ْ هَجاَمُْن باُُْا

ْ

HR. Ibnu Majah, berkata : “Dari Suhaib ra: bahwa Rasulullah SAW

bersabda, tiga perkara di dalamnya terdapat kebrerkahan (1) menjual secara

kredit, (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah), (3) mencampurkan

tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah dan bukan bukan untuk

umum atau dijual”.27

25 Sutan Remi sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum di Indonesia,

(Jakarta:Grafitti,2001), 99.

(38)

29

Kaidah-kaidah khusus yang berkaitan dengan Bai’ Bitsaman Ajil adalah

sebagai berikut:

1. Harga barang dengan transaksi Bayʽ Bithaman Ajil dapat ditentukan lebih

tinggi daripada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati, tidak

dapat dirubah lagi.

2. Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan

musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.

3. Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yang telah

disepakati maka pihak kopontren akan mencarikan jalan yang paling

bijaksana. Jalan apapun yang ditempuh kopontren tidak akan mengenakan

sanksi atau melakukan repricing dari akad yang sama.28

Bayʽ Bithaman Ajil artinya pembelian barang dengan pembayaran

cicilan. Pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan

kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal

(investasi). Pembiayaan mirip dengan kredit investasi yang diberikan oleh

bank-bank konvensional dan karenanya pembiayaan ini berjangka waktu

diatas satu tahun (long fun financing).29

Bayʽ Bithaman Ajil atau dalam bahasa Indonesianya “jual beli dengan

harga tangguh “adalah jual beli dengan harga yang lebih tinggi dari jual beli

28 Muhammad, Sistem dan Operasional Bank Islam, (Yoyakarta: UII Press, 2000), 31.

29 Karnaen A.Perwataatmadja dan Muhammad Syafi`I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,

(39)

30

tunai. Harga yang lebih tinggi biasanya dikarenakan pembayaran beberapa

kali atau dengan jangka waktu, yakni tidak tunai.30

Muhammad menjelaskan bahwa pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil

pembiayaan berakad jual beli adalah suatu perjanjian pembiayaan yang

disepakati antara lembaga dengan nasabah, di mana lembaga menyediakan

dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha

anggotanya kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau

angsuran. Jumlah keawajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah

jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang telah disepakati.31

Sedangkan menurut Adi Marwan Karim, Murābahah(Bayʽ Bithaman

Ajil) lebih dikenal dengan Murābahah saja, yang berasal dari kata ribhu

(keuntungan), adalah transaksi jual-beli dimana lembaga menyebut jumlah

keuntungannya. Lembaga bertindak sebagai penjual, sementara nasabah

sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli lembaga dari pemasok ditambah

keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka

waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika

telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.32

30 Ibid., 31.

31 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasildan Profit Margin pada Bank Syariah,

(Yogyakarta: UII Press, 2006), 8.

32 Adimarwan Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004),

(40)

31

Jadi pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil adalah pembiayaan dengan akad

jual beli dimana peminjam (anggota atau nasabah) sebagai pembeli sedangkan

lembaga atau kopontren sebagai penjual. Harga jual barang telah disepakati di

awal perjanjian, dengan ketentuan harga pokok ditambah dengan margin atau

keuntungan yang telah disepakati. Pembayaran untuk barang yang dioerjual

belikan dengan pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil adalah dengan cicilan atau

angsuran.

Bayʽ Bithaman Ajil mengandung unsur tolong menolong karena pihak

penjual telah memberikan pertolongan kepada pihak pembeli dengan

menyerahkan barangnya walaupun pembayaran masih ditangguhkan.33

Akad yang mengacu pada pada prinsip jual beli mengharuskan adanya

penjual, pembeli, barang yang diperjual belikan dan harga. Akad jual beli

memberikan kesempatan kepada para pihak yang melakukan transaksi untuk

melakukan tawar menawar. Dalam hal ini, lembaga keuangan syariah sebagai

penjual dan nasabah sebagai pembeli. Proses transaksi jual beli memberikan

peluang kepada lembaga keuangan syariah dan nasabah untuk melakukan

tawar menawar atas harga yang disepakati. Model transaksi jual beli yang

biasa dilakukan oleh lembaga keuangan syariah diantaranya adalah Bayʽ

Bithaman Ajil, Murābahah, salam dan istishna’.34

33Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press

dan Tazakia Cendekia, 2001), 52

(41)

32

Keunggulan pembiayaan menggunakan akad Bayʽ Bithaman Ajil

adalah:

a. Merupakan akad jual beli pengembangan dari Murābahah.

b. Jual beli dengan cara pembayarannya diangsur.

c. Digunakan hampit disetiap pembiayaan pada lembaga keuangan Islam.

d. Ada unsur tolong menolong

Koperasi adalah perkumpulan yang beranggotakan orang-orang

atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai

anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk

mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.35 Definisi tersebut

mengandung unsur-unsur bahwa:

a. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan modal, akan tetapi

persekutuan sosial.

b. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran dan agama.

c. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota-anggota

dengan kerja sama secara kekeluargaan.

Koperasi adalah singkatan dari kata ko/co dan koperasi/operation.

Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi

kesejahteraan bersama.36 Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967,

35 http://arti pengertian-defini-i

fungsi-dan-peranan-koperasi-Indonesia-dan-dunia-ilmu-ekonomi-koperasi.com, diakses 5 Oktober 2015

36 Bahri Nurdin, Perkenalan dengan Beberapa Konsep Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Fakultas

(42)

33

koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan

beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan

tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Dari pernyataan Identitas Koperasi ICA (Perserikatan Koperasi

Internasional) Koperasi ialah sebuah persatuan manusia yang berautonomi

yang secara sukarela bersatu untuk memenuhi kebutuhan bersama di bidang

ekonomi, sosial, budaya, dan aspirasi menerusi pertumbuhan yang dimiliki

bersama dan dikawal secara demokrasi.37

Definisi di atas terlihat sederhana, akan tetapi di dalamnya terkandung

makna yang luas. Koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan

unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui

sistem itu merupakan himpunan beberapa komponen atau bagian yang saling

berkaitan secara bersamaan berfungsi mencapai tujuan.

Dalam konteks koperasi pesantren, pengurus dapat diartikan sebagai

keseluruhan daya penggerak dalam pengelolaan koperasi yang dapat mendidik

santri serta memberi arahan kepada santri sehingga santri dapat memahami

kegiatan ekonomi dan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Di Indonesia, pengertian Koperasi menurut Undang-undang koperasi

tahun 1967 No. 12 tentang pokok-pokok perkoperasian adalah:38

37 http://www.koopguru.com.my/definisi.asp , Diakses 5 Okrber 2015

(43)

34

“Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,

beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas

kekeluargaan”.

Demikian dengan dari pengertian tersebut hakikat koperasi adalah

kegiatan yang dilakukan oleh sekumpulan orang-orang atau kelompok yang

mengutamakan kegiatan yang bersifat kerjasama, gotong royong berdasarkan

persamaan derajat, hak dan kewajiban. Artinya koperasi merupakan wadah

demokrasi ekonomi dan sosial.

Karena koperasi mempunyai asas demokrasi maka harus benar-benar

dijamin bahwa koperasi adalah milik anggota itu sendiri dan pada dasarnya

harus diatur dan diurus sesuai dengam keinginan anggota yang berarti bahwa

hak tertinggi dalam koperasi terletak pada rapat anggota koperasi. Cara atau

kriteria yang diguakan untuk pengelompokan itu tentunya dari suatu Negara

ke Negara lain tentunya berbeda. Pengelompokan atau klasifikasi koperasi

atau istilah apapun yang digunakan memang diperlukan, mengingat adanya

banyak perbedaan yang ditemukan di antara sesama koperasi, baik yang

menyagkut ciri, sifat, ekonominya, lapangan usaha, ataupun afiliasi

keanggotaan dan sebagainya.

Untuk memisahkan yang serba heterogen itu satu dengan yang lainnya,

Indonesia dalam sejarahnya menggunakan berbagai dasar atau kriteria seperti:

lapangan usaha, tempat tinggal para anggota, golongan dan fungsi

(44)

35

seperti tersebut di atas itu selanjutnya disebut penjenisan. Dalam

perkembangannya kriteria yang dipergunakan berubah dari waktu ke waktu.

B. Tingkat Keuntungan atau Laba

Pengertian keuntungan atau laba menurut al-Qur’an dan pendapat ulama

-ulama fiqh dapat disimpulkan bahwa laba ialah pertambahan pada modal pokok

perdagangan atau dapat juga dikatakan sebagai tambahan nilai yang timbul karena

barter atau ekspedisi dagang.39

Bank syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah tidak mengenal bunga yang pada dasarnya berdasarkan sistem bagi hasil

(profit and loss sharing). Dalam pengambilan keuntungan bank syariag atau

lembaga keuangan syariah lainnya juga sesuai dengan syariah Islam. Dalam

ketentuan Islam pengambilan keuntungan dilakukan dengan kegiatan jual-beli,

yaitu proses penukaran barang dengan uang.40

Dalam hal ini tiap-tiap pihak memenuhi syarat ikhlas dan tidak ada pihak

yang merasa dizalimi. Dalam pertukaran uang dengan barang, pihak yang

memiliki hak atas barang dapat menentukan untuk menukarnya dengan uang

ditambah keuntungan, atau bahkan ikhlas untuk rugi, dan pemilik barang tidak

diwajibkan untuk memberitahukan harga pokok pembelian barang. Dilain pihak,

pemilik uang berhak menentukan secara ikhlas dengan harga berapa menukar

(45)

36

barang itu dengan uang miliknya sehingga terjadi tawart-menawar atau negosiasi

dalam menentukan harga.

Dalam hal ini, masing-masing pihak memenuhi syarat ikhlas, atas dasar

saling sepakat dan tidak ada pihak yang didzalimi. 41

Kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan

disebut profitabilitas. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi

kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan.42 Kemapuam perusahaan

untuk menghasilkan laba akan menarik para investor untuk mananamkan dananya

guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan

menyebabkan para investor menarik dananya.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas

manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini

menunjukkan efesiensi perusahaan.

C. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang bisa digunakan untuk menilai

serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau

untuk beberapa periode.43

41http//:bisnisemas1.com>bank-syariah, Diakses tanggal 19 November 2015.

42Husnan, Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

193

(46)

37

Dalam prakteknya ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang digunakan:

a. Profit margin (profit margin on sales)

Profit margin on sales atau margin laba atas penjualan merupakan salah

satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara

pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak

dengan penjualan bersih. Rasio ini dikenal juga dengan nama profit margin.

Terdapat dua rumusan untuk mencari profit margin, yaitu sebagai

berikut:

1) Untuk margin laba kotor dengan rumus:

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relativ terhadap

perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok

penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok

penjualan.

2) Untuk margin laba bersih dengan rumus:

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan

membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan

penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan

penjualan.

Profit Margin =

Penjualan Bersih - HPP

(47)

38

Baik Profit Margin on Sales maupun Net Profit Margin apabila

rasionya tinggi ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan

laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya

rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya

tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu,

atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Rasio yang rendah bisa

menunjukkan ketidakefisienan manajemen.

b. Return on Asset (ROA)

Analisis ROA atau Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini bisa diproyeksikan

ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba di

masa yang akan datang.44

Analisa ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dengan menggunakan total asset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan

setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.

Biaya-biaya pendanaan yang dimaksudkan adalah bunga yang merupakan Biaya-biaya

pendanaan dengan hutang. Dividen yang merupakan biaya pendanaan dengan

saham dalam analisis ROA tidak diperhitungkan. Biaya Bunga ditambahkan

ke laba yang diperoleh perusahaan.45Rumus ROA:

44Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta:AMP-YKPN,

2000), 159

(48)

39

ROA bisa diinnterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan

perusahaan dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan. Analisis difokuskan

pada pada profitabilitas asset, dan dengan demikian tidak memperhitungkan

cara-cara untuk mendanai asset tersebut. Profit margin bisa diinterpretasikan

sebagai tingkat efesiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan

perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan.46

Ada dua faktor yang mempengaruhi pendapatan ROA antar industri

dan yang mempengaruhi perbedaan proporsi profit margin atau perputaran

aktiva antar industri, yaitu operating leverage dan siklus kehidupan produk.

Operating leverage menunjukan sejauh mana pemakaian beban tetap

dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang

tinggi berarti mempunyai operating leverage yang tinggi. Beban tetap

operasional datangnya dari beban depresiasi peralatan atau bangunan.

Perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang besar akan

mempunya beban depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban

operasional yang tinggi, dan berarti mempunyai operating leverage yang

tinggi.47

46 Mamduh Muhammad Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan,

(Yogyakarta:AMP-YKPN, 2000), 159.

(49)

40

Perusahaan atau industri dengan operating leverage yang tinggi akan

mempunyai fluktuasi pendapatan yang tinggi pula. Itu berarti risiko

perusahaan tersebut tinggi. Apabila kondisi perekonomian membaik,

penjualan meningkat, perusahaan dengan operating leverage yang tinggi

akan mengalami kenaikan keuntunganyang tinggi, sebaliknya apabila kondisi

perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan tersebut akan

mengalami penurunan keuntungan yang tajam pula. Perusahaan dengan

operating leverage yang rendah tidak akan mengalami fliktuasi setajam

perusahaan dengan operating leverage yang tinggi.

Siklus kehidupan produk akan mempunyai pengaruh terhadap ROA

atau perbedaan-perbedaan ROA. Produk, mulai dari muncul sampai

menghilang bergerak melalui beberapa tahap:

1) Tahap perkenalan

2) Tahap pertumbuhan

3) Tahap kedewasaan

4) Tahap penurunan

Pada tahap perkenalan, perusahaan menfokuskan pada

pengembangan produk, pengembangan pasar, pengembangan kapasitas.

Tujuannya adalah untuk memperkenalkan produk baru dan memperoleh

market share. Sebaliknya pada tahap kedewasaan, produk sudah mapan dan

tidak memerlukan upaya pengembangan atau penyiapan infrastruktur.

(50)

41

bisa memeperoleh laba (ROA) yang cukup tinggi dibandingkan pada

tahap-tahap lainnya. Pada tahap-tahap penurunan, perusahaan sudah mulai mengambil

mengambil ancang-ancang untuk keluar dari bisnis produk tersebut.

c. Return on Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal

sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin

tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,

demikian pula sebaliknya.48

Secara ekplisit ROE memperhitungkan kemampuan perusahaan

menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa, setelah memperhitungkan

bunga atau biaya hutang dan deviden saham preferen atau biaya saham preferen.

Laba yang diperoleh oleh perusahaan dengan menggunakan aktiva yang

dimiliki bisa dialokasikan pada beberapa pemberi dana. Kreditur menerima

bunga. Bagi perusahaan, biaya hutang yang muncul adalah hutang dikurangi

penghematan pajak dari bunga karena bunga bisa dipakai sebagai pengurangan

pajak. Beberapa hutang seperti hutang dagang dan hutang gaji tidak mempunyai

beban biaya yang ekplisit, dank arena itu tidak diperhitungkan.

Rumus ROE:

(51)

42

ROE bisa dipecahkan ke dalam dua komponen: ROA dan Rasio Hutang.

Apabila leverage konstan, maka kenaikan ROA akan menaikkan ROE. Apabila

ROA konstan, maka kenaikan leverage akan menaikkan ROE. Tetapi apabila

beban bunga terlalu tinggi, bunga tersebut akan mengurangi laba untuk pemegang

saham biasa, dan mengakibatkan penurunan ROE.

EPS juga bisa dipakai untuk analisis keuangan. EPS bisa dibedakan

menjadi dua macam: EPS Primer dan EPS yang disesuaikan. EPS yang

disesuaikan mempertimbangkan surat berharga yang potensial untuk ditukar

menjadi saham biasa. EPS mempunyai kelebihan karena mudah dipakai untuk

menganalisis saham, missal untuk menentukan harga yang wajar untuk suatu

saham. Tetapi EPS mempunyai beberapa kelemahan. Salah satunya adalah karena

EPS tidak memperhitungkan ukuran perusahaan, dan dengan demikian tidak

mencerminkan laba perusahaan yang sesungguhnya. Hal lain adalah perbedaan

jumlah saham yang beredar dalam perhitungan EPS.

d. Laba per lembar saham

Rasio laba per lembar saham atau disebut juga dengan rasio nilai buku

merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai

keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum

berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya denga rasio yang tinggi,

kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat

(52)

43

Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah

dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah

jumlah keuntungan dikurangi pajak, deviden dan dikurangi beberapa hak lain

untuk pemegang saham prioritas.

Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut:

Laba per Lembar Saham =

Laba saham biasa

(53)

44

BAB III

PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM

MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA KEMBANG JERUK

BANYUATES SAMPANG

A. Gambaran Singkat Koperasi Pondok Pesantren Nurul Huda Kembang Jeruk Banyuates Sampang

1. Sejarah dan Gambaran Umum Koperasi Pondok Pesantren

Kopontren ini berdiri sejak tahun 1993 oleh al maghfirullah

KH. Abdul Mannan Muntaha dan sekarang dipimpin oleh salah satu

alumni pondok pesantren Nurul Huda yang merupakan sarjana

ekonomi dari salah satu perguruan tinggi di Jombang. Kopontren ini

berbadan hukum dengan nomor 63/BH/KDK.13.05/IX/1999.

Kopontren ini bertempat di komplek pondok pesantren Nurul Huda

Kembang Jeruk Banyuates Sampang Madura.

Kopontren didirikan pertama kali dengan modal yang diperoleh

hanya dari simpanan wajib dan simpanan pokok saja. Usaha-usaha

yang dikelola oleh Kopontren, masih terbatas pada penyediaan alat-alat

tulis kantor dan penyediaan kebutuhan para anggota pondok pesantren

itu sendiri. Seirning perkembangan jaman para pengurus anggota

Kopontren terus mencoba memajukan Kopontren dengan membuat

usaha-usaha baru tanpa harus meninggalkan usaha yang lama.

Pada saat itu Kopontren Nurul Huda merupakan satu-satunya

(54)

45

masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa

tahun lalu kopontren membuka 1 unit pertokoan di kecamatan untuk

mengembangkan usahanya dan membantu memenuhi kebutuhan

masyarakat lebih luas. Satu unit pertookoan itu menjual bahan sembako

seperti beras, gula, minyak goring dan lain sebagainya.

2. Unit Bidang Usaha Kopontren Nurul Huda

a. Pertokoan

Pertokoan adalah andalan utaman untuk memenuhi

kebutuhan anggota dan santri pondok pesantren Nurul Huda, oleh

karena pengurus berusaha untuk meningkatkan pelayanan dan

memenuhi kebutuhan pencapaian yang maksimal

b. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan unit kopontren Nurul Huda yang

bertujuan untuk memberikan jasa pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan pada anggota atau non-anggota. Jenis pembiayaan yang

digunakan kopontren ini adalah Bayʽ Bithaman Ajil.

c. Unit Simpan Pinjam

Kopontren telah membagi simpanan dalam 3 jenis, yaitu:

1) Simpanan Pokok: simpanan ini harus dibayarkan oleh anggota

saat pertama kali masuk sebagai anggota.

2) Simpanan Wajib: simpanan yang harus dibayarkan oleh anggota

(55)

46

3) Simpanan Bebas: merupakan simpanan yang berdasar atas suka

rela dari anggota.

d. Jasa Persewaan Alat Pesta

Unit usaha persewaan merupakan unit usaha Kopontren

Nurul Huda yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dan

memenuhi kebutuhan para anggota dan non-anggota. Alat-alat yang

disediakan oleh Kopontren berupa terop, kursi, pentas dan sond

system.

3. Latar Belakang Koperasi Pondok Pesantren Nurul Huda

Latar belakang berdirinya Koperasi Pondok Pesantren adalah

sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi semua kebutuhan santri di dalam pesantren, karena

dengan tersedianya semua kebutuhan, para santri tidak akan berbelanja

di luar pesantren yang akan mengganggu jalannya disiplin pesantren.

Gambar

 Table 1.1
  Tabel  2.1 Struktur Kelembagaan Kopontren Nurul Huda
Tabel 4.1  Laporan Tingkat Keuntungan Usaha Kopontren Nurul Huda
Tabel 4.2 Laporan Tingkat Keuntungan Usaha Kopontren Nurul Huda dengan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kinematika partikel tambang bergeometri angular yang meliputi pengaruh geometri dan ukuran pada lintasan,

Makalah Seminar Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kupang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor... Lembaga Penerbit

Prosentase yang sangat kecil pada sumbangan dari kemampuan kalkulus integral kemungkinan disebabkan oleh cakupan materi persamaan differensial yang lebih banyak melibatkan

Industri keripik gadung merupakan bentuk industri rumah tangga (home industry) dengan skala relatif kecil yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan karena dapat

Untuk Risiko pada operasional kerja, Penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BMT Al-Hikmah menemukan risiko di dalam operasional kerja yaitu

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat penge- tahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik (nilai p

Namun demikian, ELA dapat membantu untuk mengidentifikasi daerah yang dimanipulasi jika gambar asli memiliki tingkat kualitas lain dengan daerah disalin, adapun

Diperlukan suatu terobosan atau pembaruan yang dapat mendukung EoDB yaitu salah satunya dapat dilakukan pada bidang penyelesaian sengketa investasi khususnya terkait penegakan