PENERAPAN AKAD
BAY` BITHAMAN AJIL
DALAM
MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN
NURUL HUDA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG
MADURA
SKRIPSI
Oleh Hana Dewi NIM. C04211017
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH SURABAYA
PENERAPAN AKAD
BAYʽ BITHAMAN AJIL
DALAM
MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN
NURUL HUDA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG
MADURA
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh
Hana Dewi NIM. C04211017
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Prodi Ekonomi Syariah Surabaya
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Penerapan Akad Bai` Bitsaman Ajil
Dalam Peningkatan Keuntungan Usaha Di Kopontren Nurul Huda Kembang Jeruk Banyuates Sampang Madura” ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akad Bai’ Bitsaman Ajil dan tingkat keuntungan usaha yang diperoleh Kopontren Nurul Huda dari tahun ke tahun. Laporan keuangan yang diteliti 4 periode terhitung dari tahun 2011 sampai 2014.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, yakni pengumpulan fakta melalui interprestasi yang tepat kemudian di analisa apakah penerapan akad Bay` Bithaman Ajil yang diterapkan di Kopontren ini sesuai dengan hukum Islam, serta apakah tingkat keuntungan yang diperoleh Kopontren dari tahun ke tahun meningkat dengan diterapkannya akad Bai` Bitsaman Ajil ini.
Pada pemberian pembiayaan BBA di Kopontren tidak menggunakan prinsip dasar pemberian pembiayaan yang umumnya digunakan lembaga keuangan. Akan tetapi kopontern Nurul Huda memiliki kebijakan sendiri yang harus dipenuhi oleh calon nasabah untuk melakukan pembiayaan di kopontren dengan tujuan untuk mempermudah proses pembiayaan dan kebijakan itu tidak menyimpang dari hukum Islam.Setiap anggota atau nasabah yang akan melakukan pembiayaan cukup menyerahkan foto copi KTP dan mengisi form pengajuan pembiayaan dengan mencantumkan jenis produk yang diinginkan calon nasabah. Kedua belah pihak sepakat dengan harga yang telah ditentukan Kopontren. Tingkat keuntungan yang diperoleh Kopontren dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan bertambahnya jumlah anggota yang menggunakan akad Bay` Bithaman Ajil atau nasabah di Kopontren. Peningkatan yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan bersama seluruh anggota Kopontren karena ada beberapa kendala berupa peningkatan pembiayaan, misalnya pada tahun 2013 biaya penyusutan sebesar Rp. 10.564.000 pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 19.713.600.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ………. i
PERNYATAAN KEASLIAN ………..………….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………….………..…………... iii
PENGESAHAN ………...…….. iv
ABSTRAK ……….. v
KATA PENGANTAR ……….... vii
DAFTAR ISI ……….. ix
DAFTAR TABEL ……….. xii
DAFTAR TRANSLITERASI ………..……… xiii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah………. 9
C. Rumusan Masalah ………...…………. 10
D. Tujuan Penelitian ……….. 10
E. Kajian Pustaka ……….………..……... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ……… 14
G. Definisi Operasional ………. 15
H. Metode Penelitian ………. 16
I. Sistematika Pembahasan ………... 22
BAB II BAYʽ BITHAMAN AJIL DAN TINGKAT KEUNTUNGAN………. 24
A. Pembiayaan ………..……… 24
1. Pengertian Pembiayaan ………..………… 24
B. Tingkat Keuntungan atau Laba ………..…….. 35
1. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas …..…….… 36
BAB III PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DAN MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA 44 A. Gambaran Singkat Koperasi Pondok Pesantren Nurul Huda ……….. 44
1. Sejarah dan Gambaran Umum Kopontren 44
2. Unit Bidang Usaha Kopontren Nurul Huda 45
3. Latar Belakang Kopontren Nurul Huda … 46
4. Visi dan Misi Kopontren Nurul Huda …... 47
5. Struktur Organisasi Kopontren Nurul Huda 47 6. Fungsi dan Tugas ……… 49
7. Struktur Kelembagaan Kopontren Nurul Huda 50 8. Program Kerja Kopontren Nurul Huda …. 51
B. Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil di Kopontren Nurul Huda ………. 53
C. Produk atau Barang yang Diperjual Belikan Menggunakan Akad Bayʽ Bithaman Ajil…… 55
D. Laporan Keuangan Kopontren Nurul Huda … 56
BAB IV ANALISIS TENTANG PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DAN PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA ……….……… 57
A. Analisis Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil dalam Peningkatan Keuntungan Usaha di Kopontren Nurul Huda ………..………… 57
B. Analisis Tingkat Keuntungan Usaha di Kopontren Nurul Huda ………... 59
BAB V PENUTUP ……… 64
A. Kesimpulan ……… 64
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan senantiasa
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing-masing individu saling
bergantung satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak ada
satu orang pun di dunia ini yang bisa hidup sempurna tanpa jasa orang lain.1
Dari sifat kehidupan manusia yang saling bergantung satu sama lain
ini, muncullah berbagai problematika kehidupan baik yang meliputi aspek
ritual
(
دة
ﺎﺒ
)
maupun sosial (ﺔﻠﻣﺎ ﻣ
)
.
Problem kehidupan ini tentunya harussegera direspon dengan serangkaian garis-garis hukum yang mampu
memecahkan setiap permasalahan yang timbul dalam kehidupan manusia.
Dalam menjawab pemasalahan yang timbul nampaknya peranan
hukum lslam dalam konteks kekinian dan kemoderenan dewasa ini sangat
diperlukan dan tidak dapat dihindarkan. Kompleksitas permasalahan umat
yang selalu berkembang seiring dengan perkembangan jaman membuat
hukum Islam harus menampakkan sifat elastisitas dan fleksibilitasnya guna
memberikan yang terbaik dan bisa memberikan kemaslahatan bagi umat
manusia.
2
Dalam berinteraksi, hukum Islam memperbolehkan baik melalui
individu maupun melalui lembaga keuangan. Lembaga keuangan syariah
mempraktekkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah serta membentuk
sub sistem. Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dilihat dari
sudut pandang ekonomi bahwa berdasarkan sifat penggunaannya dapat
dibagi menjadi dua hal:
1. Pembiayaan produktif, antara lain pembiayaan usaha produktif terdiri
dari pembiayaan likuiditas, piutang dan persediaan modal. Pembiayaan
modal kerja untuk perdagangan terdiri dari: perdagangan umum dan
perdagangan berdasarkan pesanan dan pembiayaan investasi.
2. Pembiayaan konsumtif baik sekunder maupun primer, dalam
pembiayaan sendiri ada beberapa akad yang biasa digunakan oleh
beberapa lembaga keuangan Islam diantaranya adalah Murābahah,
Muḍarabah, Bay` Bithaman Ajil dan lain sebagainya.
Seiring dengan kemajuan jaman dan tuntutan masyarakat Muslim di
Indonesia yang sangat merindukan bertransaksi berdasarkan prinsip
-prinsip Islam dalam berbagai aspek, kemudian Pemerintah mengeluarkan
Undang-undang Nomor 21 tahun 2008, Perubahan atas Undang-undang
Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang- undang memberikan
peluang untuk diterapkan praktek perekonomian sesuai Syariah dibawah
perlindungan hukum positif, sebagaimana termuat pada pasal 1 ayat 252 :
3
“Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan atau yang dipersamakan dengan itu berups a) Transasksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b) Transaksi sewa menyewa
dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiyah
Bitamlik. c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, salam, dan Istishna’. d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;
dan e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persatuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dari/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpaa imbalan, atau bagi
hasil.”
Berdasarkan Undang-undang tersebut kemudian terwujudlah
lembaga keuangan syariah, pada awalnya Perbankan Syariah, Asuransi
Syariah kemudian Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah dan lain-lain. Dari
sekian banyak lembaga keuangan Syariah yang sudah mempunyai payung
Hukum Positif adalah Perbankan Syariah, sedangkan lembaga keuangan
syariah yang lainnya belum mempunyai payung hukum tersendiri, seperti
Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah dan Pegadaian Syariah.
Koperasi Syariah adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum.3 Koperasi yang melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi dan tatanan hukum Islam sekaligus merupakan
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi di Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi Syariah
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
4
Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur, berlandaskan al-Qur’an dan Hadis, Pancasila serta
Undang-undang Dasar 1945.
Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 33 ayat (1)
menyatakan bahwa “perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Selanjutnya dalam pasal
penjelasan Pasal 33 UUD 45 antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang, di
mana bentuk perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Penjelasan
Pasal 33 UUD 45 menempatkan koperasi sebagai sakaguru perekonomian
nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.4
Memperhatikan kedudukan koperasi seperti yang diharapkan Pasal
33 Undang-undang Dasar 1945, maka peran koperasi sangatlah penting
dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta
dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri
demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.
Koperasi harus benar-benar dapat menerapkan prinsip koperasi
dan kaidah usaha ekonomi. Koperasi harus menjadi organisasi ekonomi yang
mantap, demokratis, otonom, partisipatif, dan berwatak nasional. Pembinaan
koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar koperasi
5
menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi
rakyat. Pembinaan dari pemerintah seharusnya tidak hanya dilakukan
terhadap koperasi saja, namun juga pada semua pelaku perekonomian
nasional, bahwa perekonomian Indonesia didirikan dengan menggunakan
asas kekeluargaan. Jangan sampai pembinaan itu justru menekan koperasi
dan memberi kebebasan kepada lembaga lain yang jelas-jelas tidak
memperhatikan pasal 33 UUD.
Pemberian status badan hukum koperasi, pengesahan perubahan
Anggaran Dasar, dan pembinaan koperasi merupakan wewenang dan
tanggung jawab pemerintah. Pemerintah tidak demokratis lagi berkaitan
pengesahan anggaran dasar koperasi karena telah melakukan intervensi,
yang seharusnya sepenuhnya menjadi wewenang anggota koperasi.
Pemerintah telah memajukan koperasi, bahwa hanya koperasilah yang harus
melaksanakan pasal 33 UUD 45, menjalankan perekonomian berlandaskan
kekeluargaan.
Koperasi Syariah masih menggunakan kebijakan konvensional,
disisi lain harus menerapkan prinsip-prinsip syariah, dan pengawasannya
secara kolektif dari pusat, hal yang demikian itulah yang menarik untuk
dikaji dan dievaluasi secara kritis. Serta sejauh mana pengaruhnya terhadap
peningkatan keuntungan Koperasi Syariah.
Pada jaman sekarang ini banyak bermunculan lembaga keuangan
6
keuangan Syariah dan banyak juga yang hanya kulitnya saja tapi prakteknya
tidak Syariah.
Kopontren Nurul Huda yang terletak di Jl. Kiai Azhari Kembang
Jeruk Banyuates Sampang Madura banyak diminati oleh masyarakat sekitar
yang dominan Islam dan kebanyakan dari mereka adalah dari kalangan
menengah ke bawah yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik berupa kebutuhan primer atau sekunder. Kopontren ini berdiri sejak
tahun 1993 dan dilindungi badan hukum sejak tahun 2004 dan mulai efektif
bekerja melayani pembiayaan menggunakan akad murabahah atau
pembiayaan menggunakan akad Bay` Bithaman Ajil sejak tahun 2000.
Sampai sekarang Kopontren ini sudah 21 tahun berdiri.5
Sepintas yang menarik tentang Kopontren Nurul Huda ini adalah
bahwa di daerah ini sebenarnya juga terdapat kopontren yang lebih terkenal
dan maju, akan tetapi masyarakat sekitar masih lebih banyak memilih
melakukan pembiayaan atau peminjaman di kopontren Nurul Huda. Dengan
itu berarti kopontren ini mampu bersaing dengan lembaga keuangan syariah
sejenisnya, hal ini berdasarkan dari peningkatan jumlah pengguna jasa dari
tahun ke tahunnya.
Meskipun begitu perkembangan Koperasi Pondok Pesantren
tersebut tidak sepesat Perbankan Syariah yang memang diminati banyak
nasabah kelas menengah keatas, karena kesan Koperasi Pesantren hanya
7
diminati oleh masyarakat kelas menengah bawah yang bersifat konsumtif,
hal ini terlihat dari produk yang ditawarkan oleh Koperasi Pesantren belum
banyak karena peminatnya masih relatif didominasi oleh kalangan menengah
ke bawah yang dengan terpaksa lari ke Koperasi Pesantren karena kebutuhan
yang mendesak, hal ini penulis ketahui ketika berada di Kopontren dan
mencoba wawancara dengan nasabah yang datang ke Koperasi Pesantren.
Ada beberapa usaha di koperasi pesantren ini, salah satu diantaranya
adalah pembiayaan dengan menggunakan akad Bai’ Bitsaman Ajil. Sebagian
besar anggota Koperasi pesantren dan masyarakat umum menggunakan akad
ini untuk kebutuhan konsumtif seperti pengadaan Hp, laptop, TV Led,
parabola, mesin cuci dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Akan tetapi ada
pula sebagia kecil dari mereka menggunakan akad ini untuk kebutuhan
produktif seperti mesin foto kopi, seperangkat komputer, mesin pembajak,
mesin penggiling dan seperangkat mesin jahit.6
Peningkatan anggota dalam menggunakan jasa pembiayaan ini
lumayan baik dari tahun ke tahunnya, dengan begitu keuntungan koperasi
pesantren juga mengalami peningkatan yang sangat baik dari tahun ke
tahunnya, sehingga koperasi ini mampu meningkatkan kelayakan pelayanan
seperti, memperluas kantor dan menyediakan layanan sewa mobil untuk
menganngkut barang yang akan dibeli. Akan tetapi kenyataan di lapangan
8
adalah keadaan yang semestinya tidak sesuai dengan kenyataan. Keadaan
kantor ini kurang nyaman dan sempit.
Berdasarkan pemaparan di atas Koperasi Pondok Pesantren
semestinya dapat merubah keadaan ekonomi setiap anggotanya menjadi
makmur dengan hasil pembagian SHU yang diperoleh setiap anggota.
Namun pada kenyataannya, beberapa anggota koperasi merasa kurang puas
dengan pembagian SHU yang mereka terima.7 Mereka merasa bahwa dari
tahun ke tahun Koperasi Pesantren mengalami peningkatan jumlah pengguna
jasa, terutama di bidang produk pembiayaan atau pengadaan barang.
Seharusnya hal ini juga akan berpengaruh baik pada SHU yang mereka
terima. Hal inilah yang menjadi alasan penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di kopontren ini melalui tingkat keuntungan usaha yang didapat
Kopontren selama beberapa tahun belakangan ini.
Berbicara tentang Koperasi Pesantren tentunya akan berhubungan
erat dengan keuntungan yang diperoleh. Di sini, penulis bermaksud
menganalisis dan mengevaluasi tingkat keuntungan yang diperoleh
kopontren dengan diterapkannya akad Bay` Bithaman Ajil pada produk
pembiayaan, serta untuk mengetahui apakah akad ini layak diterapkan di
kopontren untuk beberapa tahun kedepan demi memperoleh keuntungan
yang diinginkan apa tidak.
9
Pada umumnya lembaga keuanga syariah menggunakan akad
Mudharabah, Murabahah Rahn dan lain sebgainya, akan tetapi pada
kopontren ini menerapkan Akad Bai’ Bitsaman Ajil pada produk pinjaman.
Hal inilah yang menjadi alasan penulis tertarik untuk meneliti tingkat
keuntungan kopontren Nurul Huda bebarapa tahun kedepan melalui kondisi
keuangan beberapa tahun terakhir. Dalam penulisan skripsi ini penulis
mengambil judul penelitian “Penerapan Bay` Bithaman Ajil Dalam
Meningkatkan Keuntungan Usaha Di Kopontren Nurul Huda Kembang
Jeruk Banyuates Sampang”
B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang
menjadi masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Urgensi Koperasi Pesantren.
2. Produk pembiayaan di koperasi pesantren.
3. Landasan operasional pembiayaan di koperasi pesantren.
4. Kesesuaian operasional pembiayaan dengan prinsip syariah.
5. Penerapan akad Bay` Bithaman Ajil di Kopontren Nurul Huda.
6. Tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay` Bithaman Ajil di
10
2. Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar fokus pada permasalahan
tertentu. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan akad Bay` Bithaman Ajil diterapkan di kopontren nurul
huda
2. Tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay` Bithaman Ajil
di kopontren Nurul Huda
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kajian ini hanya dibatasi
pada masalah:
1. Bagaimana penerapan akad Bay` Bithaman Ajil diterapkan di kopontren
Nurul Huda?
2. Bagaimana tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay`
Bithaman Ajil di kopontren Nurul Huda?
D. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai
sebagaimana berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Bay` Bithaman Ajil di kopontren nurul
huda.
2. Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha dalam penerapan Bay`
11
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu yang mengkaji antara lain:
Nurul Farida (2012) dengan judul “Analisis pembiayaan Bay`
Bithaman Ajil bagi Usaha Kecil (Studi kasus pada BMT As Sa’adah
Malang)” jenis penelitian yakni Kualitatif deskriptif. Hasil analisisnya
adalah bahwa pembiayaan BBA ini membawa pengaruh yang baik pada
para pengusaha kecil yaitudengan adanya produk pembiayaan BBA ini
meraka (para pengusaha kecil) bisa memenuhi barang-barang kebutuhan
yang mereka perlukan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.
Dwi Riska Amalia (2013) dengan judul “Analisis Produk
Pembiayaan Bay` Bithaman Ajil (BBA) pada BMT-MMU Sidogiri Pasuruan.
Hasil analisisnya adalah bahwa pembiayaan Bay` Bithaman Ajil (BBA)
mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendapatan
BMT-MMU. Pendapatan terbesar dan optimal didapatkan dari pembiayaan
jual beli BBA. Dimana pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan BBA
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian dalam menganalisa
pembiayaan, BMT-MMU menggunakan prinsip 5 C (Character, Capacity,
Collateral, Capital, dan Condition).
Rina Delfita (2011) dengan judul “Analisis Pendapatan dan Tingkat
Keuntungan pada Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kenagarian
Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil analisis dari penelitian ini
12
keuntungan kepada peternak sehingga usaha ini layak dijadikan sebagai
[image:21.595.140.512.210.751.2]salah satu alternatif guna mendapatkan pendapatan.
Table 1.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Jenis
Penelitian
Hasil
1. Nurul
Farida
Analisis Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil bagi Usaha Kecil (Studi Kasus pada BMT As Sa’adah Malang) Kualitatif Deskriptif Pembiayaan BBA ini membawa pengaruh yang baik kepada para pengusaha kecil yaitu dengan adanya produk pembiayaan BBA ini mereka (para usaha kecil) bisa memenuhi barang- barang kebutuhan yang mereka perlukan untuk menjalankandan mengembangkan usahanya.
2. Dwi Riska
Amalia
Analisis Pembiayaan Bai’ Bitsaman
Ajil (BBA)
dalam Meningkatkan pendapatan BMT (Studi pada BMT-MMU Sidogiri Pasuruan Kualitatif Deskriptif
Hasil a nalisisnya adalah bahwa
pembiayaan Bai’
Bitsaman Ajil (BBA) mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendapatan BMT-MMU. Pendapatan terbesar dan optimal didapatkan dari pembiayaan jual beli BBA. Dimana
13 pembiayaan BBA setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian dalam menganalisa pembiayaan, BMT-MMU menggunakan prinsip 5 C (Character, Capacity,
Collateral, Capital, dan Condition).
Rina Delfita Analisis Pendapatan dan Tingkat Keuntungan pada Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kenagarian Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota Kualitatif Deskriptif usaha peternakan ayam ras petelur ini mampu memberikan keuntungan kepada peternak sehingga usaha ini layak dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendapatkan pendapatan
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Dengan melihat tabel di atas, maka dapat terlihat persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun persamaannya
antara penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu adalah menggunakan
metode pendekatan kualitatif. Persamaan lain antara penelitian sekarang
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pertama dan peneliti kedua
adalah pada judul, yakni sama-sama membahas tentang Bay` Bithaman Ajil.
Sedangkan yang membedaka antara penelitian sekarang dengan
14
adalah pada judul, dimana penelitian sekarang membahas tentang akad
syariah Bay` Bithaman Ajil, sedangkan penelitian ketiga membahas tentang
usaha peternakanS ayam ras petelur. Dalam penelitian pertama lebih fokus
pada usaha kecil sedangkan peneliti lebih pada peningkatan keuntungan
Koperasi Pesantren, serta yang membedakan penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang adalah dalam lokasi penelitian.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan terhadap dua aspek berikut ini:
1. Aspek teoretis (keilmuan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
tentang pemahaman akad Bay` Bithaman Ajil di bank syariah lemabaga
keuangan lainnya.
2. Aspek praktis
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, guna
meningkatkan kinerja lembaga keungan syariah khususnya Kopontren, serta
sebagai bahan koreksi untuk pihak kopontren agar lebih dalam
memperhatikan ketentuan prinsip syariah pada setiap transaksinya dan
dapat mengetahui kelayakan diterapkannya akad ini untuk mendapatkan
15
G. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah unsur penelitian yang
terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang
tercakup dalam paradigma yang sesuai dengan hasil rumusan masalah.
Berdasarkan judul yang menjadi pokok pembahasan penelitian kali
ini, maka definisi operasionalnya dari variabel yang dapat dipaparkan
sebagai berikut:
Akad Bay` Bithaman Ajil: Transaksi jual beli antara harga tunai dan
harga kredit berbeda. Dan harga kredit lebih tinggi. Seperti, saya jual mobil
ini tunai 100 juta, atau kredit 110. Jenis transaksi ini sesuai dengan namanya
jual beli yang uangnya diberikan kemudian atau ditangguhkan. Maksudnya
harga barang itu berbeda dengan bila dilakukan secara tunai. Contohnya,
sebuah mesin cuci bila dibeli dengan tunai, harganya 1 juta. Tetapi karena
pelunasannya memerlukan waktu 5 tahun (ajil), maka harganya menjadi 1.5
juta. Kopontren menerima harga yang pasti sejak awal dan tidak
dirubah-rubah lagi selama masa pelunasannya. Tingkat keuntungan: peningkatan
kekayaan seorang investor atau lembaga sebagai hasil penanaman modal
setelah dikurangi biaya yang berhubungan dengan penanaman modal atau
biaya-biaya usaha. Dalam penelitian ini, tingkat keuntungan merupakan
pendapatan tahunan kopontren setelah dikurangi biaya operasional selama
16
Dalam hal ini untuk mempermudah menganalisa dan mendapatkan
hasil yang akurat peneliti membatasi dalam menganalisa laporan keuangan
yakni dari periode tahun 2011-2014.
H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yakni penelitian yang tidak menggunakan angka dalam
mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap
hasilnya.8
Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan oleh peneliti
dengan memasuki lapangan. Peneliti menjadi instrumen utama yang
terjun ke lapangan serta berusaha mengumpulkan informasi melalui
pengamatan dan wawancara.
Penelitian mengamati kenyataan dan mengajukan pertanyaan
dalam wawancara hingga berkembang secara wajar berdasarkan ucapan
dan buah pikiran yang dicetuskan oleh orang yang diwawancarai.9
Maksud dalam penelitian ini peneliti memaparkan data hasil penelitian
di lapangan yakni tentang aplikasi Bai’ Bitsaman Ajil pada Koperasi
Pesantren Nurul Huda Banyuates Sampang.
8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 12.
17
2. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan berupa data tentang pelaksanaan yang
meliputi transaksi awal akad Bay` Bithaman Ajil, bahan pustaka, hasil
wawancara dan laporan keuangan dari lembaga yang akan diteliti.
Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dari studi pustaka seperti
buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.
3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Yaitu data dengan penelitian lapangan. Data penelitian
diperoleh dengan melakukan penelitian langsung ke perusahaan
sebagai sumber data melalui observasi dengan mengamati dan
menganalisa catatan-catatan dan laporan-laporan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.10 Selain itu metode data yang
diperoleh melalui melihat laporan keuangan dan wawancara kepada
Bapak Abd. Manaf selaku ketua kopontren, Bapak Hafandi sebagai
bendahara I sekaligus petugas yang mengakad, dan Bustomi
sekretaris I di kopontren Nurul Huda di Kembang Jeruk Banyuates
Sampang Madura.
18
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer.11 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan
data dan teori yang berhubungan dengan akad Bay` Bithaman Ajil
dan tingkat keuntungan melalui buku bacaan, jurnal, makalah
seminar, hasil penelitian terdahulu dan artikel-artikel yang berkaitan
dengan penelitian. Adapun buku-buku yang digunakan oleh penulis
adalah:
1) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah.
2) M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, ed. 3.
3) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek.
4) Sigit Triandu dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain ed. 3.
5) Nur Lailah dkk, Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank.
6) Kasmir, Analisis Laporan Keuangan ed. 5.
7) Mamduh M. Hanif dan Abdul Halim, Analisis Laporan
Keuangan, ed. 2.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail detail teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
19
a. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan observasi non-partisipatif, yakni peneliti
tidak ikut serta dalam kegiatan, peneliti hanya berperas sebagai
pengamat kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan atau bisa juga disebut
observasi pasif.
b. Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk
teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara
struktur maupun bebas dengan pihak Kopontren Nurul Huda.
c. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.12 Studi
dokumentar merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik.13 Penggalian data ini dengan
cara menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
tingakat keuntungan usaha di Kopontren Nurul Huda.
20
5. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengolahan data sebagai berikut:
a) Editing
Yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.14 Dalam hal
ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan
rumusan masalah saja.
b) Organizing
Yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakn dengan rumusan masalah secara sistematis. Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk
menganalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk
memudahkan penulis dalam menganilis data.
6. Teknis Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif
21
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.15
Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif, yang memerlukan data-data untuk
menggambarkan suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga
benar benar salahnya sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya.
Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif
yang berarti pola pikir yang berpijak terhadap fakta-fakta yang bersifat
khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan
persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.16
Penelitian ini adalah adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif,
yakni penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada berdasarkan data-data dengan menyajikan data, menganalisis dan
mengenterpretasikan.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan. Penelitian
15Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, (Surabaya: Airlangga University Press,
2001), 143
22
kualitatif bersifat induktif peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang
tahu tentang situasi social tersebut.17
Fenomena disajikan berdasarkan fakta sesuai apa yang terjadi di
lapangan, hasil penelitiannya diuraikan secara jelas dan gamblang tanpa
manipulasi.
I. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab dengan beberapa
sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang
serius, berikut sistematika penulisan secara lengkap:
Bab satu menerangkan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kajian pustaka, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua membahas tentang landasan teori yang terdiri dari teori –
teori tentang tingkat keuntungan dan akad Bay` Bithaman Ajil yang menjadi
dasar pedoman tema penelitian yang diangkat pada penelitian ini dan
sebagai dasar kajian untuk menjawab permasalahannya.
23
Sedangkan bab tiga adalah hasil penelitian:
1. Penerapan akad Bay` Bithaman Ajil
2. Tingkat keuntungan usaha dalam penerapan akad Bay` Bithaman
Ajil
Bab empat membahas tentang penerapan akab Bay` Bithaman Ajil,
memuat analisis terhadap pada penelitian yang telah deskripsikan untuk
menjawab masalah penelitian, menafsirkan serta mengintergrasi temuan
penelitian tersebut ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah siap,
memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru.
Bab lima merupakan bab terakhir berisi penutup, terdiri dari
kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan
24
BAB II
BAY` BITHAMAN AJIL DAN TINGKAT KEUNTUNGAN
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas lembaga keuangan syariah dalam
menyalurkan dananya kepada nasabah yang membutuhkan dana berdasarkan
prinsip syariah.18 Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi
pembiayaan sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk
mengembalikan pembiayaan yang telah dia terima sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati dalam akad pembiayaan.
Pembiayaan sangat bermanfaat bagi lembaga keuangan, nasabah dan
pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar diantara
penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh kopontren.19 Pembiayaan yang
diberikan lembaga keuangan kepada nasabah akan mendapat balasa jasa
berupa bagi hasil, margin keuntungan, dan pendapatan sewa, tergantung pada
akad pembiayaan yang telah diperjanjikan antara lembaga dengan nasabah.
Dalam fungsi penyaluran dana, lembaga keuangan syariah
menggunakan terminologi pembiayaan atau financing.20 Pembiayaan yang
diberikan oleh lembaga keuangan syariah berfungsi membantu masyarakat
18Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 105. 19 Ibid., 110.
20 Yusak Lasmana, Cara mudah mendapatkan pembiayaan di bank syariah, (Jakarta:Elex Media
25
dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat
individu, pengusaha, lembaga, badan usaha dan lain-lain yang membutuhkan
dana.
Dalam pembiayaan, lembaga syariah akan membiayai kebutuhan
nasabah. Antara lembaga dan nasabah akan dilakukan transaksi akad jual beli
di mana lembaga bertindak sebagai penjual dan nasabah menjadi pembeli
yang akan membayar secara angsuran.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada
kepercayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada pengguna jasa
pembiayaan.21 Pihak kopontren percaya kepada anggota atau pengguna jasa
pembiayaan, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan pasti akan terbayar.
Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari kopontren segingga
anggota atau nasabah berkewajiban untuk mengembalikan dana yang telah
diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dalam akad
pembiayaan.
Pembiayaan yang diberikan oleh kopontren berbeda dengan kredit
yang diberikan oleh lembaga keuangan konvensional. Dalam kopontren,
keuntungan atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam
bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di kopontren. Dalam
Undang-undang Nomor 21 tahun 2008.22
21 Ibid., 105.
26
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Dalam koperasi pondok pesantren, istilah kredit tidak dikenal, karena
kopontren memiliki skema yang berbeda dengan lembaga keuangan
konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan.
Kopontren menyalutkan dananya kepada anggota atau masyarak umum dalam
bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi
merupakan investasi yang diberikan kopontren kepada anggota dalam
memenuhi kebutuhannya.23
Dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:
“Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan atau yang dipersamakan dengan itu berups a) Transasksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b) Transaksi sewa menyewa
dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiyah Bitamlik.
c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, salam, dan Istishna’.
d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e) transaksi
sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persatuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dari/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan ujrah, tanpaa imbalan, atau bagi hasil.”
23Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
27
Pembiayaan yang diberikan kopontren berfungsi membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat merupakan individu,
pengusaha, lembaga, badan usaha dan lain-lain yang membutuhkan dana.
Di dalam kopontren, pembiayaan yang diberikan kepada anggota atau
pengguna jasa pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang
diterapkan sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
Jenis pembiayaan berdasarkan jenis akad ada tiga yaitu, pembiayaan
jual-beli, pembiayaan sewa-menyewa dan pembiayaan bagi-hasil. Sedangkan
pembiayaan ditinjau dari tujuannya dibagi menjadi tiga bagian:24
a. Pembiayaan Konsumtif, pembiayaan yang diberikan oleh pihak lembaga
kepada nasabah untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati oleh
pemohon
b. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang dimanfaatkan oleh nasabah
untuk kegiatan produksi yang menghasilkan suatu barang atau jasa.
c. Pembiayaan Perdagangan, yaitu pembiyaan yang diberikan lembaga
kepada pihak nasabah untuk pembelian barang sebagai persediaan untuk
dijual kembali.
Pada umumnya ada beberapa bentuk pembiayaan yang digunakan oleh
lembaga keuangan syariah, diantaranya adalah Murabahah, Mudharabah, jual
beli Salam, jual beli Istishna dan Bayʽ Bithaman Ajil.
24Yusak Lasmana, Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah, (Jakarta:Elex Media
28
2. Bayʽ Bithaman Ajil
Bayʽ Bithaman Ajil adalah ransaksi jual beli antara harga tunai dan
harga kredit berbeda, dan harga kredit lebih tinggi.25 Transaksi jual beli
dengan model Bayʽ Bithaman Ajil (BBA) legimitasi hukumnya kuat, karena
secara jelas disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah dari Shalih bin
Syuhaib Bayʽ Bithaman Ajil merupakan salah satu model transaksi jual beli
dimana harganya ditangguhkan sedangkan barangnya diserahkan secara
tunai.26 Dalam hal ini, ada satu pihak yang haknya belum ditunaikan yaitu
pihak penjual yang prinsipnya berhak menerima uang pembayaran belum
diserahkan oleh pihak pembeli.
ْ ِب يَهُصْ نَع
ََِِْنلاَْنَأُْه نَعُْهاَيِضَر
َْقَْمَلَسَوِْه يَلَعُْهْىَلّص
ََْْ: َلا
َْكَرَ ب لاَْنِه يِفٌْث ََ
ْ يَ ب لاْ,ُة
ُْعْ
, ِلَجَأْ ََِإ
ْ
َْقُم لاَو
ْ لَخَوْ,ُةَضَرا
ْ لِلِْر عَشلااِبِّْرُ ب لاُْط
َْوَرْ.ِع يَ ب لااِبْ ََْ, ِت يَ ب
ْ هَجاَمُْن باُُْا
ْ
HR. Ibnu Majah, berkata : “Dari Suhaib ra: bahwa Rasulullah SAW
bersabda, tiga perkara di dalamnya terdapat kebrerkahan (1) menjual secara
kredit, (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah), (3) mencampurkan
tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah dan bukan bukan untuk
umum atau dijual”.27
25 Sutan Remi sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum di Indonesia,
(Jakarta:Grafitti,2001), 99.
29
Kaidah-kaidah khusus yang berkaitan dengan Bai’ Bitsaman Ajil adalah
sebagai berikut:
1. Harga barang dengan transaksi Bayʽ Bithaman Ajil dapat ditentukan lebih
tinggi daripada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati, tidak
dapat dirubah lagi.
2. Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan
musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.
3. Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yang telah
disepakati maka pihak kopontren akan mencarikan jalan yang paling
bijaksana. Jalan apapun yang ditempuh kopontren tidak akan mengenakan
sanksi atau melakukan repricing dari akad yang sama.28
Bayʽ Bithaman Ajil artinya pembelian barang dengan pembayaran
cicilan. Pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal
(investasi). Pembiayaan mirip dengan kredit investasi yang diberikan oleh
bank-bank konvensional dan karenanya pembiayaan ini berjangka waktu
diatas satu tahun (long fun financing).29
Bayʽ Bithaman Ajil atau dalam bahasa Indonesianya “jual beli dengan
harga tangguh “adalah jual beli dengan harga yang lebih tinggi dari jual beli
28 Muhammad, Sistem dan Operasional Bank Islam, (Yoyakarta: UII Press, 2000), 31.
29 Karnaen A.Perwataatmadja dan Muhammad Syafi`I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
30
tunai. Harga yang lebih tinggi biasanya dikarenakan pembayaran beberapa
kali atau dengan jangka waktu, yakni tidak tunai.30
Muhammad menjelaskan bahwa pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil
pembiayaan berakad jual beli adalah suatu perjanjian pembiayaan yang
disepakati antara lembaga dengan nasabah, di mana lembaga menyediakan
dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha
anggotanya kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau
angsuran. Jumlah keawajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah
jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang telah disepakati.31
Sedangkan menurut Adi Marwan Karim, Murābahah(Bayʽ Bithaman
Ajil) lebih dikenal dengan Murābahah saja, yang berasal dari kata ribhu
(keuntungan), adalah transaksi jual-beli dimana lembaga menyebut jumlah
keuntungannya. Lembaga bertindak sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli lembaga dari pemasok ditambah
keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika
telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.32
30 Ibid., 31.
31 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasildan Profit Margin pada Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2006), 8.
32 Adimarwan Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004),
31
Jadi pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil adalah pembiayaan dengan akad
jual beli dimana peminjam (anggota atau nasabah) sebagai pembeli sedangkan
lembaga atau kopontren sebagai penjual. Harga jual barang telah disepakati di
awal perjanjian, dengan ketentuan harga pokok ditambah dengan margin atau
keuntungan yang telah disepakati. Pembayaran untuk barang yang dioerjual
belikan dengan pembiayaan Bayʽ Bithaman Ajil adalah dengan cicilan atau
angsuran.
Bayʽ Bithaman Ajil mengandung unsur tolong menolong karena pihak
penjual telah memberikan pertolongan kepada pihak pembeli dengan
menyerahkan barangnya walaupun pembayaran masih ditangguhkan.33
Akad yang mengacu pada pada prinsip jual beli mengharuskan adanya
penjual, pembeli, barang yang diperjual belikan dan harga. Akad jual beli
memberikan kesempatan kepada para pihak yang melakukan transaksi untuk
melakukan tawar menawar. Dalam hal ini, lembaga keuangan syariah sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli. Proses transaksi jual beli memberikan
peluang kepada lembaga keuangan syariah dan nasabah untuk melakukan
tawar menawar atas harga yang disepakati. Model transaksi jual beli yang
biasa dilakukan oleh lembaga keuangan syariah diantaranya adalah Bayʽ
Bithaman Ajil, Murābahah, salam dan istishna’.34
33Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press
dan Tazakia Cendekia, 2001), 52
32
Keunggulan pembiayaan menggunakan akad Bayʽ Bithaman Ajil
adalah:
a. Merupakan akad jual beli pengembangan dari Murābahah.
b. Jual beli dengan cara pembayarannya diangsur.
c. Digunakan hampit disetiap pembiayaan pada lembaga keuangan Islam.
d. Ada unsur tolong menolong
Koperasi adalah perkumpulan yang beranggotakan orang-orang
atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.35 Definisi tersebut
mengandung unsur-unsur bahwa:
a. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan modal, akan tetapi
persekutuan sosial.
b. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran dan agama.
c. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota-anggota
dengan kerja sama secara kekeluargaan.
Koperasi adalah singkatan dari kata ko/co dan koperasi/operation.
Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi
kesejahteraan bersama.36 Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967,
35 http://arti pengertian-defini-i
fungsi-dan-peranan-koperasi-Indonesia-dan-dunia-ilmu-ekonomi-koperasi.com, diakses 5 Oktober 2015
36 Bahri Nurdin, Perkenalan dengan Beberapa Konsep Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Fakultas
33
koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan
beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan
tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Dari pernyataan Identitas Koperasi ICA (Perserikatan Koperasi
Internasional) Koperasi ialah sebuah persatuan manusia yang berautonomi
yang secara sukarela bersatu untuk memenuhi kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, budaya, dan aspirasi menerusi pertumbuhan yang dimiliki
bersama dan dikawal secara demokrasi.37
Definisi di atas terlihat sederhana, akan tetapi di dalamnya terkandung
makna yang luas. Koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan
unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui
sistem itu merupakan himpunan beberapa komponen atau bagian yang saling
berkaitan secara bersamaan berfungsi mencapai tujuan.
Dalam konteks koperasi pesantren, pengurus dapat diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam pengelolaan koperasi yang dapat mendidik
santri serta memberi arahan kepada santri sehingga santri dapat memahami
kegiatan ekonomi dan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Di Indonesia, pengertian Koperasi menurut Undang-undang koperasi
tahun 1967 No. 12 tentang pokok-pokok perkoperasian adalah:38
37 http://www.koopguru.com.my/definisi.asp , Diakses 5 Okrber 2015
34
“Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas
kekeluargaan”.
Demikian dengan dari pengertian tersebut hakikat koperasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sekumpulan orang-orang atau kelompok yang
mengutamakan kegiatan yang bersifat kerjasama, gotong royong berdasarkan
persamaan derajat, hak dan kewajiban. Artinya koperasi merupakan wadah
demokrasi ekonomi dan sosial.
Karena koperasi mempunyai asas demokrasi maka harus benar-benar
dijamin bahwa koperasi adalah milik anggota itu sendiri dan pada dasarnya
harus diatur dan diurus sesuai dengam keinginan anggota yang berarti bahwa
hak tertinggi dalam koperasi terletak pada rapat anggota koperasi. Cara atau
kriteria yang diguakan untuk pengelompokan itu tentunya dari suatu Negara
ke Negara lain tentunya berbeda. Pengelompokan atau klasifikasi koperasi
atau istilah apapun yang digunakan memang diperlukan, mengingat adanya
banyak perbedaan yang ditemukan di antara sesama koperasi, baik yang
menyagkut ciri, sifat, ekonominya, lapangan usaha, ataupun afiliasi
keanggotaan dan sebagainya.
Untuk memisahkan yang serba heterogen itu satu dengan yang lainnya,
Indonesia dalam sejarahnya menggunakan berbagai dasar atau kriteria seperti:
lapangan usaha, tempat tinggal para anggota, golongan dan fungsi
35
seperti tersebut di atas itu selanjutnya disebut penjenisan. Dalam
perkembangannya kriteria yang dipergunakan berubah dari waktu ke waktu.
B. Tingkat Keuntungan atau Laba
Pengertian keuntungan atau laba menurut al-Qur’an dan pendapat ulama
-ulama fiqh dapat disimpulkan bahwa laba ialah pertambahan pada modal pokok
perdagangan atau dapat juga dikatakan sebagai tambahan nilai yang timbul karena
barter atau ekspedisi dagang.39
Bank syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah tidak mengenal bunga yang pada dasarnya berdasarkan sistem bagi hasil
(profit and loss sharing). Dalam pengambilan keuntungan bank syariag atau
lembaga keuangan syariah lainnya juga sesuai dengan syariah Islam. Dalam
ketentuan Islam pengambilan keuntungan dilakukan dengan kegiatan jual-beli,
yaitu proses penukaran barang dengan uang.40
Dalam hal ini tiap-tiap pihak memenuhi syarat ikhlas dan tidak ada pihak
yang merasa dizalimi. Dalam pertukaran uang dengan barang, pihak yang
memiliki hak atas barang dapat menentukan untuk menukarnya dengan uang
ditambah keuntungan, atau bahkan ikhlas untuk rugi, dan pemilik barang tidak
diwajibkan untuk memberitahukan harga pokok pembelian barang. Dilain pihak,
pemilik uang berhak menentukan secara ikhlas dengan harga berapa menukar
36
barang itu dengan uang miliknya sehingga terjadi tawart-menawar atau negosiasi
dalam menentukan harga.
Dalam hal ini, masing-masing pihak memenuhi syarat ikhlas, atas dasar
saling sepakat dan tidak ada pihak yang didzalimi. 41
Kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan
disebut profitabilitas. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan.42 Kemapuam perusahaan
untuk menghasilkan laba akan menarik para investor untuk mananamkan dananya
guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan
menyebabkan para investor menarik dananya.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efesiensi perusahaan.
C. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang bisa digunakan untuk menilai
serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau
untuk beberapa periode.43
41http//:bisnisemas1.com>bank-syariah, Diakses tanggal 19 November 2015.
42Husnan, Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),
193
37
Dalam prakteknya ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang digunakan:
a. Profit margin (profit margin on sales)
Profit margin on sales atau margin laba atas penjualan merupakan salah
satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan penjualan bersih. Rasio ini dikenal juga dengan nama profit margin.
Terdapat dua rumusan untuk mencari profit margin, yaitu sebagai
berikut:
1) Untuk margin laba kotor dengan rumus:
Margin laba kotor menunjukkan laba yang relativ terhadap
perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok
penjualan.
2) Untuk margin laba bersih dengan rumus:
Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan
penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan
penjualan.
Profit Margin =
Penjualan Bersih - HPP
38
Baik Profit Margin on Sales maupun Net Profit Margin apabila
rasionya tinggi ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya
rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya
tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu,
atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Rasio yang rendah bisa
menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
b. Return on Asset (ROA)
Analisis ROA atau Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini bisa diproyeksikan
ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba di
masa yang akan datang.44
Analisa ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total asset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
Biaya-biaya pendanaan yang dimaksudkan adalah bunga yang merupakan Biaya-biaya
pendanaan dengan hutang. Dividen yang merupakan biaya pendanaan dengan
saham dalam analisis ROA tidak diperhitungkan. Biaya Bunga ditambahkan
ke laba yang diperoleh perusahaan.45Rumus ROA:
44Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta:AMP-YKPN,
2000), 159
39
ROA bisa diinnterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan
perusahaan dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan. Analisis difokuskan
pada pada profitabilitas asset, dan dengan demikian tidak memperhitungkan
cara-cara untuk mendanai asset tersebut. Profit margin bisa diinterpretasikan
sebagai tingkat efesiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan.46
Ada dua faktor yang mempengaruhi pendapatan ROA antar industri
dan yang mempengaruhi perbedaan proporsi profit margin atau perputaran
aktiva antar industri, yaitu operating leverage dan siklus kehidupan produk.
Operating leverage menunjukan sejauh mana pemakaian beban tetap
dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang
tinggi berarti mempunyai operating leverage yang tinggi. Beban tetap
operasional datangnya dari beban depresiasi peralatan atau bangunan.
Perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang besar akan
mempunya beban depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban
operasional yang tinggi, dan berarti mempunyai operating leverage yang
tinggi.47
46 Mamduh Muhammad Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan,
(Yogyakarta:AMP-YKPN, 2000), 159.
40
Perusahaan atau industri dengan operating leverage yang tinggi akan
mempunyai fluktuasi pendapatan yang tinggi pula. Itu berarti risiko
perusahaan tersebut tinggi. Apabila kondisi perekonomian membaik,
penjualan meningkat, perusahaan dengan operating leverage yang tinggi
akan mengalami kenaikan keuntunganyang tinggi, sebaliknya apabila kondisi
perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan tersebut akan
mengalami penurunan keuntungan yang tajam pula. Perusahaan dengan
operating leverage yang rendah tidak akan mengalami fliktuasi setajam
perusahaan dengan operating leverage yang tinggi.
Siklus kehidupan produk akan mempunyai pengaruh terhadap ROA
atau perbedaan-perbedaan ROA. Produk, mulai dari muncul sampai
menghilang bergerak melalui beberapa tahap:
1) Tahap perkenalan
2) Tahap pertumbuhan
3) Tahap kedewasaan
4) Tahap penurunan
Pada tahap perkenalan, perusahaan menfokuskan pada
pengembangan produk, pengembangan pasar, pengembangan kapasitas.
Tujuannya adalah untuk memperkenalkan produk baru dan memperoleh
market share. Sebaliknya pada tahap kedewasaan, produk sudah mapan dan
tidak memerlukan upaya pengembangan atau penyiapan infrastruktur.
41
bisa memeperoleh laba (ROA) yang cukup tinggi dibandingkan pada
tahap-tahap lainnya. Pada tahap-tahap penurunan, perusahaan sudah mulai mengambil
mengambil ancang-ancang untuk keluar dari bisnis produk tersebut.
c. Return on Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya.48
Secara ekplisit ROE memperhitungkan kemampuan perusahaan
menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa, setelah memperhitungkan
bunga atau biaya hutang dan deviden saham preferen atau biaya saham preferen.
Laba yang diperoleh oleh perusahaan dengan menggunakan aktiva yang
dimiliki bisa dialokasikan pada beberapa pemberi dana. Kreditur menerima
bunga. Bagi perusahaan, biaya hutang yang muncul adalah hutang dikurangi
penghematan pajak dari bunga karena bunga bisa dipakai sebagai pengurangan
pajak. Beberapa hutang seperti hutang dagang dan hutang gaji tidak mempunyai
beban biaya yang ekplisit, dank arena itu tidak diperhitungkan.
Rumus ROE:
42
ROE bisa dipecahkan ke dalam dua komponen: ROA dan Rasio Hutang.
Apabila leverage konstan, maka kenaikan ROA akan menaikkan ROE. Apabila
ROA konstan, maka kenaikan leverage akan menaikkan ROE. Tetapi apabila
beban bunga terlalu tinggi, bunga tersebut akan mengurangi laba untuk pemegang
saham biasa, dan mengakibatkan penurunan ROE.
EPS juga bisa dipakai untuk analisis keuangan. EPS bisa dibedakan
menjadi dua macam: EPS Primer dan EPS yang disesuaikan. EPS yang
disesuaikan mempertimbangkan surat berharga yang potensial untuk ditukar
menjadi saham biasa. EPS mempunyai kelebihan karena mudah dipakai untuk
menganalisis saham, missal untuk menentukan harga yang wajar untuk suatu
saham. Tetapi EPS mempunyai beberapa kelemahan. Salah satunya adalah karena
EPS tidak memperhitungkan ukuran perusahaan, dan dengan demikian tidak
mencerminkan laba perusahaan yang sesungguhnya. Hal lain adalah perbedaan
jumlah saham yang beredar dalam perhitungan EPS.
d. Laba per lembar saham
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga dengan rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum
berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya denga rasio yang tinggi,
kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat
43
Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah
dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah
jumlah keuntungan dikurangi pajak, deviden dan dikurangi beberapa hak lain
untuk pemegang saham prioritas.
Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut:
Laba per Lembar Saham =
Laba saham biasa
44
BAB III
PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM
MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA KEMBANG JERUK
BANYUATES SAMPANG
A. Gambaran Singkat Koperasi Pondok Pesantren Nurul Huda Kembang Jeruk Banyuates Sampang
1. Sejarah dan Gambaran Umum Koperasi Pondok Pesantren
Kopontren ini berdiri sejak tahun 1993 oleh al maghfirullah
KH. Abdul Mannan Muntaha dan sekarang dipimpin oleh salah satu
alumni pondok pesantren Nurul Huda yang merupakan sarjana
ekonomi dari salah satu perguruan tinggi di Jombang. Kopontren ini
berbadan hukum dengan nomor 63/BH/KDK.13.05/IX/1999.
Kopontren ini bertempat di komplek pondok pesantren Nurul Huda
Kembang Jeruk Banyuates Sampang Madura.
Kopontren didirikan pertama kali dengan modal yang diperoleh
hanya dari simpanan wajib dan simpanan pokok saja. Usaha-usaha
yang dikelola oleh Kopontren, masih terbatas pada penyediaan alat-alat
tulis kantor dan penyediaan kebutuhan para anggota pondok pesantren
itu sendiri. Seirning perkembangan jaman para pengurus anggota
Kopontren terus mencoba memajukan Kopontren dengan membuat
usaha-usaha baru tanpa harus meninggalkan usaha yang lama.
Pada saat itu Kopontren Nurul Huda merupakan satu-satunya
45
masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa
tahun lalu kopontren membuka 1 unit pertokoan di kecamatan untuk
mengembangkan usahanya dan membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat lebih luas. Satu unit pertookoan itu menjual bahan sembako
seperti beras, gula, minyak goring dan lain sebagainya.
2. Unit Bidang Usaha Kopontren Nurul Huda
a. Pertokoan
Pertokoan adalah andalan utaman untuk memenuhi
kebutuhan anggota dan santri pondok pesantren Nurul Huda, oleh
karena pengurus berusaha untuk meningkatkan pelayanan dan
memenuhi kebutuhan pencapaian yang maksimal
b. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan unit kopontren Nurul Huda yang
bertujuan untuk memberikan jasa pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan pada anggota atau non-anggota. Jenis pembiayaan yang
digunakan kopontren ini adalah Bayʽ Bithaman Ajil.
c. Unit Simpan Pinjam
Kopontren telah membagi simpanan dalam 3 jenis, yaitu:
1) Simpanan Pokok: simpanan ini harus dibayarkan oleh anggota
saat pertama kali masuk sebagai anggota.
2) Simpanan Wajib: simpanan yang harus dibayarkan oleh anggota
46
3) Simpanan Bebas: merupakan simpanan yang berdasar atas suka
rela dari anggota.
d. Jasa Persewaan Alat Pesta
Unit usaha persewaan merupakan unit usaha Kopontren
Nurul Huda yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dan
memenuhi kebutuhan para anggota dan non-anggota. Alat-alat yang
disediakan oleh Kopontren berupa terop, kursi, pentas dan sond
system.
3. Latar Belakang Koperasi Pondok Pesantren Nurul Huda
Latar belakang berdirinya Koperasi Pondok Pesantren adalah
sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi semua kebutuhan santri di dalam pesantren, karena
dengan tersedianya semua kebutuhan, para santri tidak akan berbelanja
di luar pesantren yang akan mengganggu jalannya disiplin pesantren.