• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOOK Umbu Tagela Orientasi ke dalam profesi keguruan Bab V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BOOK Umbu Tagela Orientasi ke dalam profesi keguruan Bab V"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

91

BAB V

PENGUASAAN

ICT

DAN KEPEMIMPINAN GURU

5.1 Guru dan Penguasaan ICT

ICT merupakan singkatan dari Information and Communication Technology yang dibahasa-Indonesiakan menjadi Teknologi Komunikasi dan Informasi. Dalam singkatan tersebut ada tiga komponen besar yang tergabung dalam satu kesatuan bulat dan utuh yang saling melengkapi. Selama ini sebagian besar orang memandang ICT seperti yang diungkapkan oleh Marenco (2001) sebagai: “... either the equipment would not do what I wanted it to do when I wanted it to do it (rather important for a professor trying to teach) or using the technology took valuable intellectual resource a way from the subject and wasted them on technology, or using the technology simply did not have the desired heuristic impact. Another reason that I have been skeptic is that I'm not convinced that what we are doing with computers and the internet isn't doing something we just can't quite see at this stage because we are too close to the technology.”

(2)

92

informasi yang digunakan atau dihasilkan harus akurat sesuai dengan kebenaran informasi sesungguhnya. Menurut Wahyono (2006) informasi harus tersedia untuk memecahkan masalah sebelum situasi menjadi tidak terkendali. Manajer harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan kejadian pada informasi yang menyajikan gambaran lengkap dari masalah dan cara penyelesaiannya.

Sedangkan komunikasi berasal dari kata Latin 'communication' yang berarti pemberitahuan atau "bertukar pikiran." Istilah communication ini bersumber pada kata communis yang artinya ”sama”, maksudnya adalah ”kesamaan makna”. Jadi komunikasi akan dapat terjadi bila adanya kesamaan makna, dan sebaliknya bila tidak ada kesamaan makna maka komunikasi itu tidak akan berlangsung. Forsdale dalam Arni (1995) mengartikan "komunikasi sebagai suatu proses memberi signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini sistem dapat didirikan, dipelihara atau diubah. Merrihne dalam Hoy dan Miskel (1991) mengartikan komunikasi sebagai si pengirim pesan menyampaikan pesan yang diinginkan kepada si penerima dan menyebabkan terjadinya respons penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain melalui proses tertentu sehingga tercapai apa yang dimaksud/diinginkan.

Komunikasi oleh sebagian orang dianggap sebagai proses pemberitahuan dari satu pihak ke pihak lain, dapat berupa rencana, instruksi, petunjuk, sarana, dan sebagainya. Oleh karena itu, apabila mengirimkan surat, menempelkan pengumuman pada papan pengumuman, menelepon maka orang tersebut telah menganggap bahwa dirinya telah melaksanakan komunikasi. Komunikasi dapat terjadi secara antarpersonal dan interpersonal. Komunikasi antarpersonal melibatkan banyak pihak, karena dalam prosesnya terjadi antara seseorang dengan beberapa orang. Sedangkan komunikasi interpersonal terjadi antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya, yang biasanya diantara dua orang itu dapat langsung diketahui balikannya (Arni, 1995).

(3)

93

dengan memanfaatkan peralatan/tools, proses, dan sumberdaya/ resources.

Menurut Simarmata (dalam Sofiah, 2004) ada beberapa esensi yang terkandung dalam teknologi, yaitu:

Pertama, teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknologi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia.

Kedua, teknologi merupakan kreasi manusia sehingga tidak akan alami dan bersifat buatan/artificial.

Ketiga, teknologi merupakan himpunan dan pikiran/set of means sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung pada sudut pandang analisis. Keempat, teknologi bertujuan memfasilitasi ikhtiar manusia/human endeavor sehingga mampu meningkatkan performa kemampuan manusia.

Jadi ada tiga entitas yang terkandung dalam teknologi yaitu keterampilan (skill), logika berpikir (algorithma), dan perangkat keras (hardware). Dalam pandangan management of technology dapat digambarkan beragam cara, yaitu: (1) Teknologi sebagai makna untuk memenuhi maksud yang di dalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk mengubah sumberdaya ke produk jasa; (2) Teknologi tidak ubahnya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau jasa; dan (3) Teknologi adalah tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses penelitian mendapatkan pengetahuan baru.

Berkat adanya kemajuan teknologi yang demikian cepat, maka teknologi peralatan komunikasi bertambah maju sehingga interlokal antara kota dengan desa bahkan antarnegara, dapat dilakukan dalam waktu singkat. Kemajuan peralatan komunikasi demikian hebatnya (Anoraga dan Suyati, 1995).

(4)

94

penyusunan record aktivitas yang terperinci. Processing adalah proses merubah, menganalisis, menghitung dan mengumpulkan semua bentuk data atau informasi yang meliputi pengolahan data/informasi, pengolahan kata, pengolahan gambar dan pengolahan suara. Generation adalah proses yang mengorganisir informasi ke dalam bentuk yang bermanfaat, apakah sebagai angka, bunyi, atau gambar visual. Storage and retrieval adalah proses komputer penguat informasi untuk masa depan dan proses yang mana penempatan komputer dan penyimpanan salinan data/informasi untuk pengolahan lebih lanjut atau untuk ditransmisikan ke pengguna lain. Transmission adalah proses komputer mendistribusikan informasi melalui jaringan komunikasi, meliputi electronic mail (e-mail), voice messaging atau voice mail.

Salah satu manfaat utama penggunaan teknologi informasi adalah "... kemampuan untuk berkomunikasi dengan cepat untuk semua organisasi, nasional, dan internasional (Sail, 2006). Kemampuan penemuan baru ini, tiap organisasi mempunyai kesempatan membuat proses manajemen lebih efisien dan efektif. Namun, disayangkan banyak organisasi bisnis tidak mempunyai keahlian atau kecenderungan budaya membuat perubahan yang diperlukan, yang merupakan tantangan utama menyesuaikan manajemen dan proses pendukung untuk menerimanya seiring arus perubahan teknologi informasi.

Keuntungan lain dari penguasaan ICT sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran menurut Oliver (dalam Sail, 2006) adalah:

1)

Access to a variety of information sources.

2)

Access to a variety of information forms and types.

3)

Student centered learning settings based on information access and inquiry.

4)

Learning environments centered on problem centered and inquiry based activities.

5)

Authentic setting and examples.
(5)

95

Keberhasilan sistem informasi tidak seharusnya diukur hanya melalui efisiensi dalam meminimalkan biaya, waktu, dan penggunaan sumberdaya informasi. Keberhasilan harus diukur dengan efektivitas teknologi informasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi, memungkinkan proses bisnisnya, meningkatkan struktur organisasi dan budaya, serta meningkatkan nilai pelanggan dan bisnis perubahan.

Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat telah membawa dunia memasuki era baru yang lebih cepat dari dugaan semua pihak. Implementasi internet, e-commerce, telah menerobos batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi telah menghasilkan revolusi di bidang sistem informasi (Simarmata, dalam Sofiah, 2004).

Pada masa lalu, data atau informasi harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke belahan dunia lainnya, yang kini dapat dilakukan dalam hitungan detik. Tidak berlebihan jika salah satu paket IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif sebagai berikut: "Seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar yang dapat dipacu dengan kecepatan maksimum 10.000 km/jam, dengan harga beli satu dollar".

Penggunaan teknologi informasi tidak hanya bisnis, tetapi juga sangat penting untuk keperluan pendidikan. Fakta menunjukkan dengan media ini memungkinkan diselenggarakannya proses pembelajaran yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena sifat dan karakteristik teknologi informasi yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain yang telah digunakan sebelumnya, seperti radio, televisi, CD-ROM interaktif, dan lain sebagainya.

(6)

96

Selanjutnya Brunswick at al (2003) menyatakan bahwa “Successful implementation of an Mandatory Computer Initiatives (MCI) requires a campus culture willing to accept change. It also relies on the use of traditional change management strategies, including having top administrative support identifying current student, faculty and staff champions of change and using a crossfungsional, campus-wide iniatiative development team.”

Sebagai media yang diharapkan menjadi bagian dari proses pembelajaran di sekolah, teknologi informasi perlu mampu memberi dukungan bagi terselenggarakannya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa seperti yang dipersyaratkan dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi yang didukung oleh teknologi informasi berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, kalau dijabarkan secara sederhana diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajar siswa mengerjakan tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas tersebut (Sail, 2006).

Strategi pembelajaran meliputi pembelajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi, dan evaluasi secara umum keterlaksanaannya tergantung pada satu atau lebih dari tiga model dasar dialog atau kemunikasi, yaitu: (1) komunikasi antara guru dengan siswa; (2) komunikasi antara siswa dengan sumber belajar dan (3) komunikasi di antara siswa (Brunswick at al, 2003).

(7)

97

Sebagai dasar dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu mendapat penanganan serius agar penyelenggaraan pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran dapat berhasil, yaitu: (a) faktor lingkungan yang meliputi institusi penyelenggaraan pendidikan dan masyarakat; (b) siswa meliputi usia, latar belakang, budaya, penggunaan bahasa, dan berbagai gaya belajarnya; (c) guru meliputi latar belakang pendidikannya, usia, gaya mengajar, pengalaman dan kepribadiannya; (d) faktor teknologi informasi yang meliputi computer, perangkat lunak (software), jaringan, koneksi ke teknologi informasi, dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan teknologi informasi di sekolah.

Danim (2002) menyatakan keterampilan computer, keterampilan khusus, kemampuan berbahasa, seringkali diperoleh guru mulai kursus pada lembaga pendidikan lainnya di luar sekolah. Guru sangat mungkin termasuk orang yang sering membaca koran, majalah atau buku, juga mendengarkan radio, televisi, ujaran sejawat, dan sebagainya. Dari sinilah tuntutan akan perlunya profesionalisme dalam bekerja.

Dari uraian di atas paling sedikit ada tiga indikator yang memberikan gambaran seorang guru profesional yaitu kemampuannya mengadopsi berbagai informasi, melakukan komunikasi, dan menguasai teknologi pendidikan.

5.2 Kepemimpinan Guru

(8)

98

Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, sedangkan manajemen inti dari administrasi. Pada umumnya kepemimpinan didefinisikan sebagi proses mempengaruhi aktivitas individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Robbins (2001) menyitir definisi kepemimpinan dari beberapa ahli, diantaranya Terry (1998) yang mendefinisikan leadership is the activity of influencing exercised in situation and directed, through the communication process, toward the attainment of a specialized goal; the goal of leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal. Sementara itu Tead yang dikutip oleh Kartono (1998) menyatakan "Kepemimpinan adalah kegiatan orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan".

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisir dengan menggunakan kekuasaan sebagai motor penggerak seluruh sumber dan peralatan yang tersedia bagi organisasi menuju penentuan dan pencapaian tujuan. Pemimpin sendiri menurut Fattah (1999) adalah "Orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi, perilaku untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan. Nahavandi (2006) dalam Journal of Leadership Education mengemukakan terdapat beberapa komponen penting kepemimpinan yaitu: 1) Identify the key element of leadership. 2) Discuss the role of contextual, historical, and cultural factor in leadership behaviour and effectiveness. 3) Understand power and its role in leadership. 4) Understand the processes involved in effective leadership. 5) Develop self-awareness and identify personal strengths and weaknesses in regards to leadership.

Nawawi (2003) menambahkan "Kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan terutama untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan."

(9)

99

dalam mencapai tujuan pendidikan.

Persyaratan pemimpin yaitu (1) kekuasaan; (2) kewibawaan; (3) kemampuan. Kekuasaan merupakan otoritas atau legalitas yang memberi wewenang kepada pemimpin untuk memimpin kelompok. Kewibawaan merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang membuat orang lain atau kelompok bersedia melakukan perbuatan tertentu (bersedia dipimpin). Kemampuan merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap melebihi kemampuan anggota kelompok lainnya.

Peran pemimpin pendidikan sebagai model, sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan sehingga berbagai persoalan dapat diatasi dalam menentukan keputusan paling rumit sekalipun. Untuk itu pemimpin perlu memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) memberi struktur terhadap situasi; (2) mengendalikan perilaku kelompok; (3) menjadi juru bicara bagi kelompoknya. Tugas pemimpin memberikan struktur terhadap situasi, maksudnya menyederhanakan dan mencarikan alternatif pemecahan/solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi kelompok (Nawawi, 2003). Tugas pemimpin mengendalikan perilaku kelompok, mengawasi, memantau dan mengendalikan perilaku kelompok yang merugikan. Pemimpin sebagai juru bicara kelompok, memberi informasi yang benar, meluruskan informasi kepada masyarakat tentang sesuatu yang diperlukan dalam rangka mengamankan kelompoknya. Juga memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu yang dibutuhkan bawahan.

Strategi utama kepemimpinan adalah kemampuan menjalankan fungsi sebagai anggota organisasi. Dalam hal ini Nawawi (2003) menjelaskan bahwa: "Untuk menjalankan strategi utama kepemimpinan, pemimpin memiliki kemampuan mengimplementasikan fungsi kepemimpinan agar mendapat dukungan (support) tanpa kehilangan rasa hormat, rasa segan, dan kepatuhan dari semua anggota organisasi."

(10)

100

Robbins (2001) menjelaskan fungsi kepemimpinan terdiri dari: 1) Directive leadership leads to greater satisfaction, 2) Supportive leadership, 3) Directive leadership to be perceived as redundant, 4) The more clear and the bureaucratic the formal authority, 5) Directive leadership will lead to higher employee, 6) Subordinates within internal locus of control, 7) Subordinates with an external locus of control, 7) Achievement oriented leadership.

Selanjutnya Covey (2005) mengemukakan ada empat peran kepemimpinan, yakni menjadi: (1) panutan, (2) perintis jalan, (3) penyelaras, (4) pemberdaya. Bahkan Peter dan Waterman dalam buku yang berjudul In Search of Excellence yang dikutip oleh Satria (2007) menyatakan pimpinan sebagai pusat pencipta keunggulan (centre for excellence), memiliki makna sebagai ujung tombak/penggerak utama organisasi untuk mencapai keunggulan organisasi atau industri.

Strategi kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan

mengimplementasikan fungsi kepemimpinan dalam memberikan jaminan tinggi dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku anggota organisasi. Hasilnya adalah kesediaan bertindak dan berbuat atau melakukan kegiatan pada tujuan organisasi. Tindakan/ kegiatan itu dalam pelaksanaannya perlu dikendalikan agar berlangsung secara efektif, efisien, produktif atau tidak keluar dari rute pencapaian tujuan organisasi sebagai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

(11)

101

Dengan cara ini, tiap unsur pimpinan memahami dan menghayati tugas dan tanggung jawabnya. Pihak lain dapat memahami tugas dan tanggung jawab itu, sehingga dapat memberi kritik dan apresiasi seobyektif mungkin, bilamana diperlukan.

Yukl (1994) mengemukakan empat pendekatan yang digunakan dalam mempelajari kepemimpinan, yaitu pendekatan kuasa pengaruh (power influence approach), pendekatan sifat atau ciri (trait approach), pendekatan perilaku (behaviour approach) dan pendekatan situasional (contingency approach). Namun ada satu teori yang oleh Yukl (1994) dimasukkan ke dalam dua pendekatan di atas, yaitu teori kepemimpinan karismatik dan transformasional yang dimasukkan ke dalam pendekatan ciri atau sifat dan juga pendekatan perilaku.

Pendekatan kuasa pengaruh menganggap kekuasaan sangat penting bukan hanya untuk mempengaruhi bawahan, tetapi juga untuk mempengaruhi rekan kerja, atasan dan orang di luar organisasi. Banyak peneliti menggunakan pendekatan kuasa pengaruh yang mencoba menjelaskan efektifitas kepemimpinan dalam konteks dan jumlah kekuasaan yang dimiliki pemimpin, jenis kekuasaan dan kekuasaan tersebut diperoleh dalam organisasi sebagian besar tergantung pada jenis kekuasaan yang dicari. Beberapa basis kekuasaan antar pribadi menurut French dan Raven yang dikutip Gibson et al (1988) adalah:

1)

Kekuatan legitimasi, yaitu kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seseorang yang

hirarkinya lebih tinggi dalam organisasi akan memiliki kekuasaan

legitimasi yang lebih besar dibandingkan dengan orang bawahan.

Jadi kekuasaan legitimasi merupakan kekuasaan yang melekat

pada struktur organisasi yang ada.

(12)

102

3)

Kekuasaan paksaan, kebalikan dari kekuasaan imbalan, yaitu

kekuasaan untuk menghukum. Seseorang dapat digerakkan

karena takut akan hukuman yang akan diberikan.

4)

Kekuasaan ahli adalah kekuasaan yang diperoleh karena keahlian,

keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.

5)

Kekuasaan referen adalah kekuasaan yang timbul karena kita

mengagumi seseorang karena kepribadian atau perilakunya.

Adanya karisma pada diri seseorang merupakan petunjuk adanya

kekuasaan referen pada dirinya.

Sifat kepemimpinan didasarkan pada asumsi ditemukan sejumlah ciri pimpinan yang efektif (Gibson et al, 1988). Penelitian yang menggunakan pendekatan ini difokuskan untuk menemukan beberapa ciri/sifat pimpinan yang dianggap sukses serta mencari keterkaitan antara sifat/ciri tersebut dengan proses kepemimpinan dan keefektifan kelompok organisasi. Jadi pendekatan ini melihat sifat pimpinan yang sukses. Kepribadian seorang pemimpin pada umumnya ditentukan oleh keberhasilan sifat yang menyangkut jasmaniah dan rohaniah. Karena itu sangat penting untuk mengetahui kaitan antara keberhasilan seorang pemimpin dengan sifat atau karakteristiknya.

Boyce (2006) mengemukakan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki six leadership views, yang pada dasarnya pemimpin memiliki ciri:

Pertama, untuk menjadi seorang pemimpin ditandai oleh keterampilan pribadi, kekuatan serta kelemahan, dan gaya yang dimiliki.

Kedua, kepemimpinan merupakan kegiatan yang dinamis, oleh karena itu sangat dibutuhkan dukungan kelompok dalam rangka pencapaian tujuan dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan. Ketiga, kepemimpinan sangat berhubungan dengan peran dan posisi dalam

(13)

103

Keempat, kepemimpinan juga kekuatan dalam "... (a) moving forward a personal agenda, and/or (b) the empowerment and engagement of others. Leaders must have the skills to work successfully in formal and informal systems, deal with power and conflict, build coalitions, and address issues of participation and involvement.

Kelima, kepemimpinan harus berpikir ke depan dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.

Keenam, ciri yang terakhir adalah harus memusatkan perhatian pada "doing the right thing".

Menurut Hanafiah dkk. (1994) ada beberapa ciri pimpinan yang bermutu, yaitu: (1) mempunyai visi yang jelas; (2) mampu bekerja keras; (3) tekun dan tabah; (4) sifat pelayanan; (5) berdisiplin baja. Anoraga & Suyati (1995) menyatakan sejumlah pakar Amerika yang terdiri dari konsultan manajemen, guru besar dan para Chief Executive Officer (CEO) berpendapat bahwa ada tujuh pegangan yang dapat membuat seseorang menjadi pemimpin efektif. Tujuh pedoman ini dipakai menyempurnakan sifat kepemimpinan, atau mengembangkan pemimpin masa depan. Ketujuh pedoman kepemimpinan itu adalah: (1) pemberian kepercayaan, (2) mengembangkan visi, (3) bersikap tenang, (4) membuat bawahan berani ambil resiko, (5) menjadi pakar, (6) membiarkan bawahan berbeda pendapat, dan (7) menyederhanakan masalah.

Menurut Tampubolon (1992) ada lima ciri pokok kepemimpinan yang perlu dalam mengelola pendidikan bermutu, pimpinan dan guru harus memiliki ciri itu. Kelima ciri tersebut adalah visioner, pemersatu, pemberdaya, pengendali rasio, emosi dan integritas. Pendapat senada dikemukakan Anwar (2004) di lingkungan pendidikan diperlukan pemimpin yang memiliki visi yang jelas; dapat menjadi pemersatu memberdayakan personil dan menjadi motivator.

(14)

104

dan misi pendidikan, serta bersikap dan bertindak proaktif. Pemimpinan visioner tidak cenderung bersikap status quo mempertahankan tradisi yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman. Pemimpinan adalah agen perubahan yang memiliki pemahaman tentang pendidikan sebagai industri jasa dan mutu yang mengimplikasikan perlunya pimpinan pendidikan yang visioner.

Kepemimpinan pendidikan harus memiliki ketajaman visi yang dapat mendorong para guru mengembangkan visinya (Sahertian, 2000). Visi tentang lembaga yang dipimpinnya, dan mampu mengkomunikasikan visi itu kepada seluruh civitas akademika dan pegawai, serta masyarakat umum. Selanjutnya, dia mampu membimbing para pemimpin di level yang lebih rendah dalam menjabarkan visi itu menjadi program kerja yang berkesinambungan.

Menurut Hanafiah dkk. (1994) kemampuan bekerja keras merupakan budaya kerja yang ditanamkan oleh pimpinan. Pimpinan yang berbudaya kerja yang kurang baik tidak akan memiliki kemampuan bekerja keras. Ndraha (1999) menyatakan pemimpin yang tidak memiliki kemampuan bekerja keras menganggap bahwa: (1) bekerja adalah hukuman bagi yang salah, bentuk hukuman adalah kerja paksa, (2) bagi orang malas bekerja adalah beban, (3) dalam sistem birokrasi bekerja adalah kewajiban, dan (4) menganggap bahwa bekerja adalah sumber penghasilan.

Fattah (1999) menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kekuatan jasmani dan rohani, semangat untuk mencapai tujuan, penuh antusias, ramah dan penuh perasaan, jujur, adil, memiliki kecakapan teknis, dapat mengambil keputusan yang tepat, suka melindungi, penuh inisiatif, memiliki dayatarik, simpatik, percaya diri, intelegensi tinggi, waspada, bergairah dalam bekerja, bertanggungjawab, rendah hati, dan objektif. Sesuai dengan tugas dan perannya, maka pemimpin harus memiliki kelebihan kemampuan baik pemikiran maupun daya mental dan fisik.

(15)

105

tinggi pohon tersebut akan semakin kencang angin yang akan menerpanya. Akan banyak cobaan yang datang pada pimpinan, semuanya dihadapi dengan ketabahan. Pemimpin efektif bukan hanya mengerjakan semua tugas seorang diri, tetapi dapat membagi habis semua tugas kepada orang lain dengan menganjurkan pegawainya untuk berani berbuat salah. Pemimpin yang baik akan menegaskan kepada semuanya bahwa masa depan pendidikan tergantung kepada kemauan untuk berekperimen bergerak ke arah yang baru dan belum pernah dicoba.

Pemimpin sekolah harus mempunyai sifat kepelayanan yang baik kepada semua stakeholders. Ini berarti harus sadar mempunyai banyak dan beraneka ragam pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya (secara bermutu) sehingga pelanggan merasa puas dan senang. Pemimpin sadar ia adalah pelayan bagi para pelanggan, dan sebagai pelayan ia bersikap rendah hati dan sabar penuh kebijaksanaan. Selanjutnya ia dekat dengan pelanggan, dalam arti mengetahui kebutuhan dan aspirasi pelanggan.

Sifat pelayanan kepemimpinan diperlukan di lingkungan pendidikan. Pemimpin bukan orang yang mendapat pelayanan, bahkan memberi pelayanan secara prima kepada semua pihak. Keteraturan, ketertiban, kecermatan, keindahan, ketegasan, ketepatan waktu menjadi bagian atau budaya hidupnya.

Keberhasilan kepemimpinan menurut Sujatno (2005) diukur oleh empat kriteria, yaitu moril, disiplin, jiwa korsa/esprit de corps dan kecakapan. 1) Moril, yaitu keadaan jiwa/emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan

untuk melaksanakan tugas dan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas perorangan dan organisasi. Faktor yang mempengaruhi moril yaitu: (1) Kepemimpinan atasan. (2) Kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran. (3) Penghargaan atas penyelesaian tugas. (4) Solidaritas dan kebanggaan organisasi. (5) Pendidikan dan latihan. (6) Kesejahteraan dan rekreasi. (7) Kesempatan mengembangkan bakat. (8) Struktur organisasi. (9) Pengaruh luar.

(16)

106

disiplin pribadi. Cara memelihara dan meningkatkan disiplin melalui: (1) Menetapkan peraturan dinas secara jelas dan tegas. 2) Menentukan tingkat dan ukuran kemampuan. (3) Bersikap loyal. (4) Menciptakan kegiatan atas dasar persaingan sehat. (5) Menyelenggarakan komunikasi secara terbuka. (6) Menghilangkan hal yang membuat bawahan tersinggung, kecewa, frustasi. (7) Menganalisis peraturan dan kebijakan yang berlaku agar mutakhir dan menghapus yang tak sesuai. (8) Melaksanakan ganjaran dan sanksi.

3) Jiwa Korsa/Esprit de Corps yaitu loyalitas, kebanggaan dan antusiasme yang tertanam pada anggota termasuk pimpinan terhadap organisasi. Dalam organisasi yang berjiwa korsa tinggi, rasa ketidak-puasan bawahan dipadamkan oleh semangat organisasi. Ciri jiwa korsa yang baik yaitu: (1) Antusiasme dan rasa bangga anggota terhadap organisasi. (2) Reputasi baik terhadap organisasi lain. (3) Semangat persaingan sehat dan bermutu. (4) Ada kemauan anggota berpartisipasi dalam kegiatan. (5) Anggota saling menolong.

4) Kecakapan, yaitu kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien mungkin serta berlangsung dengan tertib. Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas.

Tolok ukur berupa atribut pribadi atau karakter yang perlu melekat pada diri seorang pemimpin menurut Pakde Sofa (5 Februari 2008) adalah:

1)

Mumpuni, artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih baik

daripada orang-orang yang dipimpinnya.

2)

Juara, artinya memiliki prestasi baik akademik maupun non akademik yang lebih baik dibanding orang-orang yang dipimpinnya.

3)

Tanggung jawab, artinya memiliki kemampuan dan kemauan bertanggung jawab yang lebih tinggi dibanding orang yang dipimpin.

4)

Aktif, memiliki kemauan berpartisipasi sosial dan melakukan sosialisasi
(17)

107

5)

Walaupun tidak harus, sebaiknya memiliki status sosial ekonomi yang

lebih tinggi dibanding orang yang dipimpinnya.

Variasi atribut pribadi kepemimpinan berbeda-beda antara situasi organisasi satu dengan organisasi lainnya. Organisasi dengan situasi dan karakter tertentu menuntut pemimpin yang memiliki variasi atribut tertentu pula. Selanjutnya, kepemimpinan guru juga sangat ditentukan oleh orientasi kepemimpinannya di hadapan siswa.

Menurut Reddin (Sujatno, 2005) tiap pemimpin memiliki orientasinya sendiri-sendiri sehingga teridentiifikasikan adanya tiga orientasi kepemimpinan pada: 1) Tugas (task). 2) Hubungan kerja sama (relationship). 3) Hasil (effectiveness). Berdasarkan perimbangan orientasi kepemimpinan dipakai acuan kepemimpinan yang mencirikan 1) Berorientasi pada tugas. 2) Berorientasi pada hubungan kerja sama. 3) Berorientasi pada hasil sehingga dapat kategorikan lima tipe orientasi kepemimpinan, yaitu:

1) Orientasi Kepemimpinan Otokratik: Pengambilan keputusan pemimpin otokratik bertindak sendiri dan memberitahu bawahan bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan bawahan itu hanya berperan sebagai pelaksana karena tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan. Dalam memelihara hubungan dengan bawahan, pemimpin otokratik menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan status. Pemimpin otokratik berorientasi pada kekuasaan, bukan berorientasi relasional. Pemimpin yang berorientasi otokratik bukan yang diinginkan bawahan dalam mengelola organisasi karena unsur manusia sering diabaikan.

(18)

108

sudah terpenuhi. Apabila terpenuhi maka bawahan akan mencurahkan perhatian pada pelaksanaan tugas. Orientasi kepemimpinan dengan gaya paternalistik bercirikan pada dua segi, yaitu penyelesaian tugas dan terpeliharanya hubungan baik dengan bawahan sebagaimana bapak berusaha memelihara hubungan serasi dengan anak

3) Orientasi Kepemimpinan Kharismatik: Kepemimpinan kharismatik menunjukkan sepanjang persepsi yang dimiliki tentang keseimbangan antar pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan bawahan, pemimpin kharismatik memberi penekanan pada dua segi tersebut, artinya pemimpin berusaha agar tugas terselenggarakan dengan baik dan memberi kesan pemeliharaan hubungan dengan bawahan didasarkan pada relasional, bukan orientasi kekuasaan.

4) Orientasi Kepemimpinan Laissez Faire: Persepsi pimpinan yang laissez faire tentang pentingnya pemeliharaan keseimbangan antara orientasi pelaksanaan tugas dan orientasi pemeliharaan hubungan sering terlihat bahwa penekanan diberikan pada hubungan daripada pada penyelesaian tugas. Titik tolak pemikiran yang digunakan ialah bahwa jika dalam organisasi terdapat hubungan yang intim antara pemimpin dengan bawahan, dengan sendirinya bawahan akan terdorong kuat untuk menyelesaikan tugas secara bertanggung jawab. Masalahnya terletak pada persepsi pimpinan yang didasarkan pada asumsi tertentu yang tidak sesuai dengan sifat dasar manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Hadis riwayat Barra` ra., ia berkata: Seorang lelaki Bani Nabit, ada yang mengatakan dari Ansar datang (menghadap Rasulullah saw.) kemudian ia mengucapkan:

 Untuk olahraga aerobik, laju denyut jantung dapat digunakan untuk mengukur intensitas latihan (65-85% Denyut Jantung Maksimal)..

Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas kehadirannya disampaikan terima kasih. Pokja Pengadaan Barang/ Jasa Dinas SDA dan ESDM

Kemudian turunlah ayat: Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang

penyedia barang paket pekerjaan Pengadaan Software Aplikasi Data Base SIPD (Web E- Reporting) dengan harga borongan sebesar Rp 154.880.000,- (Seratus Lima Puluh

• SIT AND REACH (DUDUK TUNGKAI LURUS CIUM LUTUT).

bersabda: Keberkahan itu berada pada ubun-

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. Herry