i
PENERAPAN STORYTELLING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PERISTIWA MENYENANGKAN
PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQIN SURABAYA
SKRIPSI
Oleh : NUR JARIYAH NIM. D07213027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ii
PENERAPAN STORYTELLING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PERISTIWA MENYENANGKANPADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL
YAQIN SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
NUR JARIYAH NIM. D07213027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
x
PENERAPAN STORYTELLING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PERISTIWA MENYENANGKAN PADA
MATA PELAJARAN IPS DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQIN SURABAYA
Oleh:
Nur Jariyah D07213027
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh siswa kelas II di MI Nurul Yaqin pada mata pelajaran IPS, yang dirasa belum mampu menerapkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan secara lisan. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran IPS sedang berlangsung, keterampilan bercerita siswa kelas II dirasa masih sangat kurang. Dari 31 siswa hanya ada 5 siswa yang memiliki keterampilan bercerita yang baik serta mendapat hasil di atas KKM, 10 siswa memiliki keterampilan bercerita rata-rata, sedangkan 16 siswa lainnya tidak berani sama sekali bercerita sehingga nilainya di bawah KKM.
Untuk meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan mata pelajaran IPS pada siswa kelas II MI Nurul Yaqin, maka peneliti menerapkan metode pembelajaran storytelling. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di kelas II MI Nurul Yaqin dengan menerapkan metode storytelling. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan secara kolaborasi. Pada penelitian ini, subyeknya adalah siswa kelas II MI Nurul Yaqin Kota Surabaya. Data pada penelitian tindakan kelas ini diperoleh melalui wawancara, observasi, nontes, tes, dan dokumentasi. Penilaiannya menggunakan performance, aspeknya yakni mencakup kelogisan cerita, kelancaran bercerita, kesesuaian cerita dengan dokumen penting, dan ketepatan kalimat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode storytelling dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita tentang peristiwa menyenangkan, baru dapat mencapai hasil optimal pada siklus II. Kategori penerapannya terbilang cukup mudah. Sedangkanpeningkatan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode storytelling, termasuk dalam kategori tinggi. Pada pra siklus prosentase peningkatakan keterampilan bercerita hanya berkisar 48,4%, pada siklus I prosentasenya mencapai 74,2%, sedangkan pada siklus II prosentasinya mencapai 96,8%. Dibanding dengan pra siklus, kenaikannya sebesar 48,4%, sedangkan dibanding dengan siklus I, kenaikannya sebesar 22,6%.
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... vii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... viii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ix
ABSTRAK ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR RUMUS ... xix
DAFTAR BAGAN ... xx
DAFTAR DIAGRAM ... xxi
DAFTAR GAMBAR ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
xv
D. Hipotesis Tindakan ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS ... 13
1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan ... 13
a. Pengertian Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan ... 13
b. Tujuan Bercerita ... 16
c. Manfaat Bercerita ... 17
d. Faktor – faktor yang Memengaruhi Keterampilan Bercerita . 18 e. Penilaian Keterampilan Bercerita ... 20
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 20
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 20
b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 22
c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 24
B. Metode Pembelajaran Storytelling ... 25
1. Pengertian Metode Pembelajaran Storytelling ... 25
2. Manfaat Metode Pembelajaran Storytelling ... 27
xvi
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Storytelling ... 29
C. Keterkaitan Antara Metode Storytelling dan Peningkatan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 31
B. Setting dan Subyek Penelitian ... 36
C. Variabel yang di Teliti ... 37
D. Rencana Tindakan ... 38
E. Sumber Data dan Cara Pengumpulan ... 46
F. Analisis Data ... 50
G. Indikator Kinerja ... 54
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Subyek Penelitian ... 56
B. Kondisi Sebelum Penelitian ... 57
C. Kegiatan dan Hasil Belajar ... 60
xvii BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
RIWAYAT KEASLIAN TULISAN ... 102
RIWAYAT HIDUP ... 103
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kategori Tingkat Keberhasilan Observasi Guru dan Siswa .. 51
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Performance 52 Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa ... 54
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 104
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 107
Tabel 4.3 Nilai Performance “Bercerita Melalui Foto” ... 109
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 111
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114
Tabel 4.6 Nilai Performance “Bercerita Melalui Benda Berharga” ... 116
xix
DAFTAR RUMUS
Rumus Kategori Halaman
Rumus 3.1 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 50
Rumus 3.2 Rumus Penilaian Performance ... 51
Rumus 3.3 Nilai Rata – Rata ... 52
xx
DAFTAR BAGAN
Bagan Judul Bagan Halaman
xxi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Judul Diagram Halaman
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 4.1 Kegiatan membaca siklus II ... 118
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Lampiran Halaman
Lampiran 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 104
Lampiran 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 107
Lampiran 3 Nilai Performance “Bercerita Melalui Foto” ... 109
Lampiran 4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 111
Lampiran 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114
Lampiran 6 Nilai Performance “Bercerita Melalui Benda Berharga” .... 116
Lampiran 7 Kegiatan membaca siklus II ... 118
Lampiran 8 Storytelling siklus II... 119
Lampiran 9 Surat Tugas ... 120
Lampiran 10 Kartu Konsultasi Skripsi... 121
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian... 122
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian dari MI Nurul Yaqin ... 123
Lampiran 13 Profil MI Nurul Yaqin Surabaya ... 124
Lampiran 14 Lembar Wawancara ... 128
Lampiran 15 RPP Siklus I ... 132
Lampiran 16 Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus I ... 143
Lampiran 17 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 147
Lampiran 18 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 150
xxiv
Lampiran 20 RPP Siklus II ... 155
Lampiran 21 Validasi RPP dan Soal Siklus I ... 165
Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 169
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah harapan untuk mampu
membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar
berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab.1
Pembelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu mengembangkan sikap dan
keterampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu
maupun anggota masyarakat.2
Perkembangan hidup manusia sejatinya dimulai sejak lahir hingga
dewasa. Perkembangan hidup manusia tak lepas dari peran masyarakat, karena
itu pengetahuan sosial dapat dikatakan “tak asing” untuk setiap orang.
Pengalaman manusia tak hanya terbatas dalam keluarga, tapi juga meliputi teman
sejawat, warga kampung dan sebagainya. Dari pengelaman dan pengenalan
hubungan sosial tersebut, seseorang akan berkembang pengetahuannya.3
Manusia adalah makhluk sosial, tindakan pertama dan paling penting
adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling
1 Djahiri, Pengajaran Studi Sosial/IPS: Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Mengajar IPS,
(Bandung: LPPP-IPS IKIP Bandung, 1984), hlm. 137.
2 Iif Khoiru Ahmadi, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka,
2011), hlm. 9
3 Sofan Amri, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2011), hlm.
mengemukakan dan menerima pikiran, serta bertukar informasi kepada orang
lain. Semua tindakan sosial tersebut tidak hanya dapat dilakukan dengan cara
berdiskusi yang pada umumnya bersifat formal, namun juga dapat dilakukan
dengan cara yang lebih ringan yakni saling tertukar cerita.
Tujuan bercerita itu sendiri adalah untuk memberikan informasi kepada
orang lain. Dengan bercerita seseorang akan dapat menyampaikan berbagai
pengalaman yang pernah dirasakan, dilihat, dialami, serta informasi dan
pengetahuan yang ia miliki. Bercerita juga dapat berfungsi sebagai cara
seseorang untuk mengungkapkan berbagai perasaan yang ia rasakan, kemauan
serta keinginan untuk berbagi tentang pengalaman yang diperolehnya. Dengan
saling mengungkapkan perasaan, pengalaman, informasi, maka komunikasi di
kehidupan sosial pun akan berjalan dengan baik dan lancar.4
Pada jenjang sekolah dasar khusunya pada siswa kelas II SD/MI, sudah
harus dibiasakan untuk mengasah keterampilan bercerita anak. Bagi siswa kelas
rendah, keterampilan bercerita haruslah mulai dikembangkan sejak dini. Pada
dasarnya bercerita juga termasuk keterampilan yang bersifat produktif, karena
siswa akan dilatih untuk berpikir, menghasilkan ide, dan buah pikiran.5
Proses pembelajaran pendidikan IPS di jenjang persekolahan, baik pada
tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaruan terkait
4 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV. Angkasa,
2013), hlm. 35
5 Yeti Mulyana, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD ,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm.
3
improvisasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang bersifat kontekstual.
Model pembelajaran kontekstual ditandai dengan adanya orientasi pada
kebutuhan dan minat anak, memperhatikan masalah-masalah sosial, lebih
mengedepankan keterampilan berpikir daripada hafalan, keterampilan
menyelidiki, meneliti, dan menyelesaikan masalah.6
Pada kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan
bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa
dibanding pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan
dalam sains dan teknologi. Kondisi lainnya, yang tidak kalah pentingnya,
pembelajaran IPS dianggap hanya sekedar untuk kepentingan sesaat, tanpa ada
manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dan belum nilai sosial
budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat yang menjadi sumber belajar
bagi peserta didik.7
Padahal pada kenyataan yang ada, pembelajaran IPS sendiri dirasa sangat
penting karena berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala
tingkah laku dan kebutuhannya. Fungsi IPS sebagai pendidikan, khususnya pada
jenjang sekolah dasar kelas II yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan
sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual
6 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia group,
2014), hlm. 3
dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang
bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional.8
Di MI Nurul Yaqin pada mata pelajaran IPS, siswa kelas II dirasa belum
mampu untuk menerapkan keterampilan bercerita. Banyak siswa yang masih
kesulitan jika diminta untuk bercerita secara lisan di depan kelas. Hal ini terlihat
pada saat proses pembelajaran IPS di kelas II MI Nurul Yaqin sedang
berlangsung, keterampilan bercerita siswa kelas II dirasa masih sangat kurang,
siswa cenderung tidak memiliki keberanian untuk bersuara di depan kelas.9
Di kelas II tersebut terdapat 31 siswa, dari 31 siswa hanya ada 5 siswa
atau 16% siswa yang memiliki keterampilan bercerita yang baik serta berani
bercerita di depan kelas. Dengan demikian hanya sedikit siswa yang mendapat
hasil sangat memuaskan dengan nilai di atas KKM. Selain itu, 10 siswa atau 32%
siswa memiliki keterampilan bercerita rata-rata sehingga nilainya hanya sedikit
di atas KKM yakni 3 atau 5 point di atas KKM, sedangkan 16 siswa atau 52%
siswa lainnya tidak berani sama sekali bercerita di depan kelas sehingga nilainya
sangat kurang (jauh di bawah KKM).10
Penilaian ini dilakukan oleh wali kelas II terkait keterampilan bercerita.
Patokan yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah terkait kelancaran
berbicara, ketepatan materi, dan intonasi suara. Penilaian yang dilakukan pada
8 Iif, Op.Cit., hlm. 9
5
keterampilan bercerita yakni jika siswa tidak berani bercerita, maka otimatis nilai
performance mereka akan kurang dari KKM. Standart nilai KKM untuk kelas II
MI Nurul Yaqin sendiri yakni 75.
MI Nurul Yaqin sendiri terletak di Kedung cowek, kecamatan Bulak, kota
Surabaya. Sekolah yang didirikan oleh H. M. Mochtar pada tahun 1952 ini
merupakan sekolah yang cukup terpandang. Selain ruang kelas yang luas dan
CCTV pada setiap kelasnya, MI Nurul Yaqin ini juga memiliki fasilitas-fasilitas
pendukung yang cukup memadai. Guru-gurunya pun merupakan lulusan dari
beberapa PTN yang tersebat di Jawa Timur. Setiap gurunya pun juga diharuskan
untuk menguasai pengetahuan agama Islam dan lancar dalam membaca
Al-qur’an.
Sejak beberapa tahun silam, ibu Epsilina telah menjabat sebagai wali
kelas II MI Nurul Yaqin. Bu Epsilina merupakan lulusan PTN di Surabaya, yakni
di IKIP pada tahun 1998. Kelas II ini memiliki fasilitas yang lengkap, yakni
terdiri dari bangku, papan tulis, lemari tempat meletakkan media dan hasil karya,
kipas angin, dan lain sebagainya. Saat proses pembelajaran sedang berlangsung,
kondisi kelas II MI Nurul Yaqin memang kurang kondusif, karena siswanya
ramai. Hal lain yang terjadi di kelas II MI Nurul Yaqin ini adalah banyak siswa
yang kurang tanggap apabila diminta untuk bercerita, mengkomunikasikan hasil
Oleh sebab itu, para pengajar hendaknya lebih berupaya lagi untuk
mewujudkan proses pembelajaran IPS yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Guru yang masih cenderung mendominasi pembelajaran,
merupakan salah satu penyebab rendahnya pemahaman dan kurangnya
keterampilan yang dicapai oleh siswa.11 Para siswa tidak mungkin belajar sendiri
tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik, karena
siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan
lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.12
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bercerita
adalah sebagai berikut, yakni 1) Penguasaan topik, 2) Penggunaan kalimat yang
tepat, 3) Intonasi suara, 4) Pemilihan kata, 5) Gerak dan mimik yang tepat, 6)
Penalaran, serta 7) Durasi.
Dari hasil wawancara yang telah terlaksana, wali kelas II MI Nurul Yaqin
menjelaskan bahwa untuk anak usia sekolah dasar, khususnya siswa kelas II,
bercerita tentang suatu peristiwa bukanlah hal mudah. Banyak alasan yang
membuat mereka merasa cemas jika akan bercerita di depan kelas, entah itu
bercerita tentang peristiwa menyenangkan atau menyedihkan.
Penyebab timbulnya kecemasan untuk bercerita, yaitu: 1) Tidak
mengetahui tentang apa yang akan diceritakan, 2) Tidak tahu bagaimana
memulai cerita, 3)Tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar,
11 Ahmad Susanto., Op.Cit, hlm. 86-87
7
4) Takut mendengar komentar audience, 5) Takut ditertawakan, 6) Takut
membuat kesalahan, dan 7) Tidak siap untuk bercerita.13
Ibu Epsilina juga menjelaskan bahwa potensi anak dalam bercerita dapat
didukung oleh beberapa hal, yakni : (1) kematangan alat berbicara, (2) kesiapan
bercerita, (3) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (4) kesempatan
berlatih, (5) motivasi belajar dan berlatih, serta (6) bimbingan.
Dari beberapa faktor di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam segi peningkatan keterampilan bercerita siswa lainnya adalah
terkait rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Keberhasilan
kegiatan belajar mengajar dalam peningkatan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan, tentu saja dapat dilakukan dengan pemilihan model, strategi
maupun metode yang tepat.14
Untuk menjawab permasalahan di atas, diperlukan metode yang tepat
untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, peneliti akan
meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan mata pelajaran
IPS pada siswa kelas II MI Nurul Yaqin dengan menggunakan metode
pembelajaran storytelling.
Metode pembelajaran storytelling itu sendiri merupakan sebuah upaya
yang dilakukan supaya siswa mampu menyampaikan isi perasaan, buah pikiran
atau sebuah cerita secara lisan. Tujuan dari metode pembelajaran storytelling
pada kelas II MI/SD itu sendiri adalah menumbuhkan minat baca,
mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan daya sosialisasi
anak, dan mengembangkan keterampilan bercerita.15
Pandangan dari penerapan metode pembelajaran storytelling pada
pembelajaran IPS yakni : (1) Pengajar menyiapkan bahan pembelajaran berupa
“teks bacaan bergambar” untuk pembelajaran yang akan berlangsung. (2)
Pengajar membagikan bahan pembelajaran berupa “teks bacaan bergambar”
kepada siswa. (3) Siswa membaca “teks bacaan bergambar” tersebut dengan
seksama. (4) Pengajar mendemonstrasikan cara bercerita dengan baik di depan
kelas. (5) Siswa memberikan tanggapan terhadap demonstrasi yang pengajar
lakukan. (6) Siswa maju secara bergantian untuk bercerita tentang peristiwa
menyenangkan mereka, dengan bahasa masing-masing. Berdasarkan
permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi peneliti untuk melakukan
penelitian tentang “Penerapan Storytelling dalam Rangka Meningkatkan
Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Pada Mata Pelajaran IPS di
Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Surabaya”
15 Kusmiadi, Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD, (Jurnal
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode storytelling dalam rangka meningkatkan
keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di
kelas II MI Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota
Surabaya ?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada
mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode storytelling di kelas II MI
Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan metode storytelling dalam rangka meningkatkan
keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di
kelas II MI Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota
Surabaya.
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan bercerita peristiwa
storytelling di kelas II MI Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan
Bulak Kota Surabaya.
D. Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan permasalahan serta problematika di dalam pendidikan
maka sesuatu hal yang dianggap benar dijadikan sebagai pijakan berpikir dan
bertindak dalam penelitian adalah :
1.Metode pembelajaran storytelling merupakan metode yang tepat untuk
mengasah keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan siswa.
2.Dengan menggunakan metode pembelajaran storytelling maka setiap siswa
dapat memperoleh informasi yang sama.
3.Dengan menggunakan metode pembelajaran storytelling maka guru akan
mudah menguasai kelas.
4.Dengan menggunakan metode pembelajaran storytelling, maka siswa dapat
menambah wawasan pada saat proses pembelajaran yang bersumber dari guru
11
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak,
diantaranya yaitu :
1. Bagi Peneliti
a) Dapat memberi pengalaman pada peneliti mengenai cara yang mudah
untuk mengembangkan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan pada siswa.
b) Dapat memberi pengalaman pada peneliti dalam menghadapi
permasalahan pendidikan yang ada di lapangan, guna untuk
menjadikannya suatu acuan dalam pembelajaran di masa yang akan
datang.
2. Bagi Sekolah
a) Sebagai informasi mengenai metode dalam proses pembelajaran
supaya lebih bervariasi dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b) Sebagai upaya meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa MI
Nurul Yaqin Surabaya.
3. Bagi Guru :
a) Sebagai solusi untuk mengajarkan mata pelajaran IPS dengan
b) Dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan keterampilan
membaca dan bercerita siswa, serta memperluas penguasaan siswa
pada pelajaran IPS.
4. Bagi Siswa :
a) Dapat meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan
pada siswa dengan penggunaan metode pembelajaran storytelling.
b) Dapat membuat siswa lebih aktif lagi dalam membaca dan dalam
mengelola kosa kata saat mereka bercerita.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik maka dibatasi pada
hal-hal tersebut di bawah ini :
1. Topik permasalahan yang akan dilakukan tindakan untuk diselesaikan
adalah tentang “Peningkatan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan mata pelajaran IPS”.
2. Implementasi penelitian ini menggunakan metode pembelajaran
storytelling.
3. Subyek penelitian adalah pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS
1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan
a. Pengertian Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan
Pada hakikatnya, keterampilan merupakan ilmu yang secara
lahiriah ada di dalam diri manusia dan perlu dipelajari secara
mendalam dengan mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
Keterampilan sangat banyak dan beragam, semua itu bisa dipelajari
bukan hanya untuk pengetahuan keterampilan saja, akan tetapi juga
sebagai pembuka inspirasi bagi orang yang mau memikirkannya.
Sedangkan bercerita merupakan suatu kebiasaan yang sejak
dahulu tidak pernah ditinggalkan. Beberapa anak yang telah membaca
cerita akan siap jika diminta untuk menceritakan kembali cerita
tersebut, terlebih jika cerita itu mengesankan untuk mereka. Oleh
sebab itu, guru harus mampu memanfaatkan minat siswa dalam hal
bercerita tersebut. Minat anak untuk menceritakan kembali cerita yang
telah selesai mereka baca, harus dikembangkan sejak usai dini supaya
minat tersebut tidak redup seiring berjalannya waktu.1
Sebagian guru beranggapan bahwa aktivitas menceritakan
kembali sebuah cerita ini hanyalah sekedar hafalan. Bila diarahkan
dengan baik, sebenarnya menceritakan kembali sebuah cerita,
merupakan kegiatan yang dapat memberikan siswa banyak
pengalaman yang berharga. Supaya kegiatan bercerita tidak monoton,
guru hendaknya mengarahkan siswa agar tidak hanya mengemukakan
fakta-fakta pokok yang ada dalam cerita, namun juga membuat cerita
itu menjadi hidup.2
Bercerita merupakan suatu kegiatan yang produktif, karena dalam
kegiatan bercerita, seseorang akan melibatkan pikiran, keberanian,
kesiapan mental, pelafalan yang jelas sehingga cerita tersebut dapat
dipahami dengan baik oleh orang lain. Tujuan bercerita itu sendiri
adalah untuk memberikan informasi kepada orang lain.
Dengan bercerita seseorang akan dapat menyampaikan berbagai
pengalaman yang pernah dirasakan, dilihat, dialami, serta informasi
dan pengetahuan yang ia miliki. Bercerita juga dapat berfungsi
sebagai cara seseorang untuk mengungkapkan berbagai perasaan yang
ia rasakan, kemauan serta keinginan untuk berbagi tentang
pengalaman yang diperolehnya. Dengan saling mengungkapkan
perasaan, pengalaman, informasi, maka komunikasi di kehidupan
sosialpun akan berjalan dengan baik dan lancar.3
2 Kanisius, Metode Pengajaran Sastra, hlm. 113
3 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV.
15
Jadi dapat dinyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu
keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki
tujuan untuk saling memberikan informasi dengan cara
menyampaikan berbagai macam pengalaman, ungkapan, perasaan, dan
segala sesuatu yang pernah dialami, dilihat, dirasakan, maupun dibaca.
Ada beberapa kegiatan bercerita yang berpengaruh untuk
peningkatan dan pengembangan keterampilan bercerita pada siswa,
yakni salah satunya adalah bercerita menggunakan benda berharga
maupun gambar atau foto. Bercerita menggunakan foto sendiri dapat
menguatkan bukti tentang pengalaman atau peristiwa yang
menyenangkan ataupun menyedihkan. Bercerita peristiwa
menyenangkan akan lebih menarik dan mudah dipahami apabila
disertai dengan dokumen penunjang seperti foto, karena foto dapat
lebih menjelaskan apa yang kita akan atau sedang ceritakan, foto
memiliki cerita pada saat kita melihatnya.4
Sebuah foto memiliki kemampuan untuk menunjukkan emosi,
narasi, pesan, dan semua itu adalah point penting dari aktivitas
bercerita. Foto juga merupakan salah satu dokumen penting. Foto
menunjukkan kejadian yang telah berlalu. Kejadian yang telah berlalu
menjadi kenangan. Setiap waktu, semua orang dapat menceritakan
kenangan itu kepada teman-temannya.
Selain menggunakan foto, bercerita dengan menggunakan benda
berharga juga dapat menguatkan bukti tentang pengalaman atau
peristiwa yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Sebuah benda
yang dirasa berharga, tentunya memiliki sebuah cerita di dalamnya,
sebuah alasan mengapa benda tersebut bisa menjadi benda berharga
bagi pemiliknya. Banyak media yang bisa digunakan untuk
menunjang seseorang dalam bercerita, khusunya dalam hal bercerita
peristiwa menyenangkan.
Keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan memerlukan
pengetahuan dan pengalaman yang cukup, serta kemampuan untuk
berpikir yang memadai. Dalam bercerita, pelafalan, intonasi serta
kejelasan dalam penyampaian kalimat per kalimat sangat dibutuhkan.
Sebab isi cerita yang mudah dipahami akan menunjang dalam
penyampaian maksud antara pembicara dan pendengar, sehingga
pesan dalam cerita tersampaikan dengan baik.
b. Tujuan Bercerita
Bercerita memiliki tujuan untuk saling bertukar informasi serta
berkomunikasi dengan orang lain disekitar kita. Dalam bercerita,
seseorang harus memahami maksud dari cerita yang ingin
17
Sementara itu, terdapat tiga tujuan umum dari kegiatan bercerita,
yakni :5
1) Melaporkan dan memberikan informasi
2) Menjamu atau menghibur, di dalamnya terdapat dapat
meninggalkan kesenangan pribadi.
3) Membujuk, mendesak dan meyakinkan. Bertujuan jika kita ingin
melakukan tindakan atau aksi.
Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa tujuan dari bercerita itu
sendiri adalah kegiatan untuk saling bertukar informasi, perasaan,
pengalaman kepada orang lain dengan cara melaporkan dan
memberikan informasi, menjamu atau menghibur, dan membujuk.
c. Manfaat Bercerita
Banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari kegiatan
bercerita, khususnya bercerita peristiwa menyenangkan. Ditinjau dari
beberapa aspek menyatakan bahwa manfaat bercerita adalah sebagai
berikut:
1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
2) Menyalurkan imajinasi dan fantasi anak
3) Memacu kemampuan verbal anak
4) Merangsang minat membaca dan berkomunikasi anak
5) Memperluas informasi dan pengetahuan anak
Manfaat lain dari bercerita adalah dapat membuat anak memiliki
wawasan yang luas dan kritis dalam berpikir, sebab dalam bercerita
anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal
baru baginya. Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa manfaat
bercerita adalah menyalurkan imajinasi dan fantasi anak sehingga
dapat memperluas wawasan serta pengetahuan dan cara berfikir anak.6
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Bercerita
1. Faktor Keberhasilan Keterampilan Bercerita
Bercerita merupakan salah satu contoh kegiatan untuk
menyampaikan pesan, informasi ataupun pengetahuan kepada
orang lain secara lisan. Dalam menyampaikan pesan atau informasi
seseorang harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
menunjang keefektifan bercerita, khususnya bercerita peristiwa
menyenangkan.
Faktor yang harus diperhatikan dalam menunjang keefektifan
bercerita tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor kebahasaan, yang di dalamnya meliputi :
(a) ketepatan dalam melafalkan kalimat,
(b) ketepatan penggunaan kalimat,
(c) intonasi suara dan durasi,
6 Tadkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, (Departemen Pendidikan Nasional,
19
(d) pemilihan kata yang tepat,
(e) ketepatan materi atau topik.
b) Faktor nonkebahasaan, meliputi:
(1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,
(2) pandangan harus diarahkan pada lawan bicara,
(3) menghargai pendapat orang lain,
(4) gerak-gerik dan ekspresi yang tepat,
(5) kenyaringan suara,
(6) penalaran,
(7) penguasaan topik.
2. Faktor Penghambat Keterampilan Bercerita
Sedangkan, faktor yang menghambat dalam keefektifan
keterampilan bercerita, khususnya keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan yaitu:
a) faktor fisik, merupakan faktor yang ada dalam diri sendiri
maupun faktor yang berasal dari luar,
b) faktor media, terdiri dari faktor linguistik dan faktor
nonlinguistik (misalnya irama, ucapan dan isyarat gerak
tubuh),
c) faktor psikologis, merupakan kondisi kejiwaan diri seseorang
e. Penilaian Keterampilan Bercerita
Setiap kegiatan pembelajaran perlu diadakan penilaian, termasuk
juga pada pembelajaran IPS khususnya keterampilan bercerita
peristiwa menyenangkan. Pengamatan keterampilan bercerita dapat
digunakan sebagai cara untuk mengetahui sejauh mana siswa terampil
dalam bercerita. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik
dalam melakukan evaluasi yang di dalamnya terdapat serangkaian
pengamatan yang harus dilakukan oleh pengamat atau guru.7
Observasi keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur
dengan penerapan kerangka kerja yang telah disusun berdasarkan
aspek-aspek dalam bercerita. Adapun aspek-aspek bercerita yang
meliputi (1) kesesuaian isi cerita dengan topik, (2) penunjukkan detil
cerita, (3) cerita yang logis, (4) ketepatan makna seluruh cerita, (5)
ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, dan (7) kelancaran.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji berbagai
bidang ilmu sosial, serta kegiatan dasar manusia yang bertujuan untuk
memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta
didik, khususnya tingkah sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.
7 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Ypgyakarta:
21
Hakikat IPS menurut Zuraik adalah suatu harapan untuk mampu
membina masyarakat dengan baik, dimana para anggota masyarakatnya
benar-benar berkembang sebagai makhluk sosial yang rasional dan
bertanggung jawab.8
Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep ilmu sosial untuk
membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik. IPS seperti
halnya studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang
studi memiliki tugas yang cukup luas. Tugas tersebut meliputi gejala
maupun masalah yang terjadi di masyarakat. Dari gejala dan masalah
tadi ditelaah, dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan
jalan pemecahannya.9
Pembelajaran IPS berupaya mengembangkan pemahaman siswa
tentang bagaimana individu dan kelompok hidup bersama-sama dengan
rukun dan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pembelajaran
IPS siswa di dorong untuk mengamati interaksi antar manusia dengan
lingkungannya. Dengan pembelajaran IPS siswa juga di ajarkan untuk
memahami dan membantu meningkatkan kualitas kehidupan di
lingkungannya, serta menelaah gejala-gejala sosial, dan global.10
8 Wahidah Puspa Dina, Penerapan strategi pembelajaran time token untuk meningkatkan hasil
belajar siswa mata pelajaran IPS kelas VMI Miftahul Huda Lamongan, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), hlm. 22
9 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedi
group, 2014), hlm. 9
b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Karakteristis Ilmu Pengetahuan Sosial terbagi menjadi 3 aspek,
yakni karakteristik dilihat dari aspek tujuan, karakteristik dilihat dari
aspek ruang lingkup materi, dan karakteristik dilihat dari aspek
pendekatan pembelajaran.
1) Karakteristik Dilihat dari Aspek Tujuan
Terdapat tiga kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan
pembelajaran IPS di SD, yaitu :11
a) Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir tentang
ilmu-ilmu sosial dan masalah kemasyarakatan. Pengembangan
kemampuan berpikir dalam bidang studi suatu pendidikan IPS
yang paling penting adalah menumbuhkan berpikir kreatif dan
inovatif.
b) Pengembangan Nilai dan Etika
Pengembangan nilai dan etika memiliki arti bahwa
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang baik dalam
kehidupan kelompok masyarakat.
23
c) Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial
memiliki arti yang mengembangkan tujuan IPS dalam
membentuk warga negara yang baik, ialah warga negara yang
berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
2) Karakteristik Dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi
Jika dilihat dari aspek ruang lingkup materinya, maka bidang studi
IPS memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas.
b) Menggunakan pendekatan terpadu antar mata pelajaran yang
sejenis.
c) Berisi materi konsep, nilai sosial, kemandirian, dan kerja sama.
d) Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif.
e) Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir
dan memperluas cakrawala budaya.
3) Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran
Karakteristik bidang studi IPS dapat dilihat dari sudut pendekatan
atau metodologi pembelajaran yang sering digunakan. Bidang studi IPS
mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan
integratif. Aspek yang ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah aspek
bidang studi IPS ini berbeda sekali dengan sebelumnya, yakni lebih
cenderung kepada pendekatan multidisipliner.12
Dewasa ini pendekatan pembelajaran IPS dapat dikembangkan
sesuai dengan kubutuhan serta alokasi waktu serta penetapan dan
pengembangan pencapaian kompetensi dasar. Dalam praktiknya
sehari-hari, pendekatan IPS bersifat generalisasi, yakni dapat dilihat dari
perilaku-perilaku yang diterapkan oleh peserta didik maupun para
pendidik dalam menunjukkan perilaku yang diterapkan dari hasil
belajar pembelajaran IPS.
c.Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan yang
sangat agung dan mulia, yakni untuk memahami dan mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta,
peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pembelajaran IPS bertujuan
agar siswa mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sosial yang
berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat. 13
12 Ibid., 23
13 Ahmad Sosanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedi
25
Oleh sebab itu pemerintah telah memberikan arahan yang jelas
pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu :14
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan komunikasi dan bekerja sama.
B. Metode Pembelajaran Storytelling
1. Pengertian Metode Pembelajaran Storytelling
Metode itu sendiri adalah sebuah cara, yang mana dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15 Metode juga dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah
disusun tercapai secara optimal. Makin tepat metodenya, maka makin
efektif pula pencapaian tujuan tersebut.16
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses
pendidikan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar.
14 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm. 149.
Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar
menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan
tindakan yang harus dilakukan untuk mendapat hasil belajar yang baik.17
Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa metode pembelajaran adalah
cara atau langkah operasional yang digunakan untuk mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.18 Fungsi metode dalam pembelajaran dirasa sangat penting
adanya, karena keberhasilan penerapan strategi pembelajaran sangat
bergantung pada cara guru memilih dan menerapkan metode
pembelajaran.19
Storytelling terdiri atas dua kata yakni story berarti cerita dan telling
yang berarti penceritaan. Apabila digabung storytelling berarti
penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Storytelling merupakan usaha
yang dilakukan oleh pendongeng atau pencerita untuk menyampaikan
perasaan, ide pikiran atau sebuah cerita serta lisan.20
Metode pembelajaran storytelling adalah metode yang digunakan
dalam pembelajaran untuk melatih kemampuan anak dalam aspek
bercerita. Metode storytelling cocok digunakan untuk semua pelajaran
yang memiliki indikator dengan kata kunci bercerita, serta melakukan
komunikasi di depan kelas.
17 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 3
18 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm.158 19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Media Prenada, 2006), hlm. 70
20 Farah Shofa Tsalis, Efektivitas metode Storytelling dalam meningkatkan pemahaman siswa pada
27
Storytelling memiliki banyak manfaat bagi guru yakni storytelling
dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan daya kesadaran,
memperluas imajinasi anak, orangtua atau menggiatkan kegiatan
storytelling pada berbagai kesempatan seperti ketika anak-anak sedang
bermain, anak menjelang tidur atau guru yang sedang membahas tema
digunakan metode storytelling.
Storytelling sebagai seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari
cerita-cerita yang dipertunjukkan atau dipimpin oleh satu orang di
hadapan banyak orang secara langsung, dimana cerita tersebut dapat
dinarasikan dengan cara diceritakan dengan gambar, foto, ataupun media
lainnya. Metode storytelling atau bercerita merupakan metode yang tepat
dalam memenuhi kebutuhan tersebut karena dalam cerita terdapat
nilai-nilai yang dapat dikembangkan.21
2. Manfaat Metode Pembelajaran Storytelling
Berbicara mengenai storytelling sungguh banyak manfaatnya. Tak
hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi orang yang mendongengkannya.
Menurut Hibana manfaat dari kegiatan mendongeng ini antara lain
adalah:22
a. Menumbuhkan minat baca.
b. Membangun kedekatan dan keharmonisan.
21 D. Nurcahyani, Pengarah Kegiatan Storytelling Terhadap Pertumbuhan
Minat Baca Siswa di TK Bangun 1 Getas Kec. Pabelan Kab. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro, 2010
22 Kusmiadi, Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD.
c. Media pembelajaran.
d. Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak.
e. Mengembangkan kemampuan berbicara anak.
f. Mengembangkan daya sosialisasi anak.
g. Sarana komunikasi anak dengan orangtuanya.
h. Media terapi anak-anak bermasalah.
i. Mengembangkan spiritualitas anak.
j. Menumbuhkan motivasi atau semangat hidup.
k. Menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti.
l. Membangun kontak batin antara pendidik dengan murid.
m.Membangun watak-karakter.
n. Mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan),
sosial, dan aspek konatif (penghayatan).
3. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Storytelling
Metode pembelajaran storytelling menekankan pada aktivitas siswa
(student centered). Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, motivator,
dan mediator dalampelaksanaan proses pembelajaran. Siswa akan bekerja
secara berpasangan bersama kelompoknya, dan dalam pembagian
tugasnya masing-masing siswa memiliki tanggung jawab sendiri untuk
menyelesaikan bagiannya masing-masing.23
23Anita Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo,
29
Dalam melakukan metode storytelling ini ada beberapa yang
langkah yang harus dilakukan oleh pendidik yaitu :24
a. Pengajar menyiapkan media pembelajaran berupa “teks bacaan
bergambar” untuk pembelajaran yang akan berlangsung. Media
pembelajaran ini di berikan sebagai panduan siswa dalam melakukan
kegiatan bercerita pada saat pembelajaran.
b. Pengajar membagikan media pembelajaran berupa “teks bacaan
bergambar” kepada siswa
c. Siswa membaca “teks bacaan bergambar” tersebut dengan seksama d. Pengajar mendemonstrasikan cara bercerita dengan baik di depan
kelas.
e. Siswa memberikan tanggapan terhadap demonstrasi yang pengajar
lakukan.
f. Siswa maju secara bergantian untuk bercerita tentang peristiwa
menyenangkan mereka, dengan bahasa masing-masing.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Storytelling
Kelebihan dari metode pembelajaran storytelling ini adalah :25
Pembelajaran terpusat pada siswa (student centered).
Membantu mengembangkan imajinasi dan kreatifitas
Melatih daya tangkap, daya pikir dan konsentrasi
24 Siti Hamidah, Penerapan Metode Storytelling untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak dan
Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, (Universitas Pendidikan Indonesia: 2013)
25 Mualifah, Storytelling Sebagai Metode Parenting Untuk Pengembangan Kecerdasan Anak Usia
Meningkatkan minat baca anak
Menambah sejumlah pengetahuan sosial, moral dan lain-lain Melatih keberanian anak dalam berkomunikasi di depan umum
Mengembangkan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik
Setiap kelebihan pasti ada kekurangan dari metode ini adalah :
Membutuhkan banyak waktu.
Susah diaplikasikan kepada siswa yang minder dan tidak memiliki
keberanian melakukan komunikasi di hadapan teman serta gurunya.
Terkadang cerita tidak sesuai topik yang telah ditentukan.
C. Keterkaitan antara Metode Storytelling dan Peningkatan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran Ips
Pemilihan materi yang sesuai untuk metode storytelling adalah materi
yang mengandung indikator terkait bercerita. Hal ini dikarenakan metode
storytelling lebih menekankan pada keberanian untuk bercerita di depan
kelas, di hadapan guru dan teman-temannya. Metode storytelling melatih
anak untuk bisa menceritakan kembali setelah ia usai membaca sebuah cerita.
Pada mata pelajaran IPS materi dokumen dan benda berharga sebagai
sumber cerita, terdapat indikator untuk pencapaian tersebut, yakni
menceritakan peristiwa menyenangkan bersama keluarga. Sehingga antara
mata pelajaran IPS materi bercerita melalui foto dan metode storytelling
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendiskripsikan bentuk
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan siswa pada mata pelajaran IPS, dengan menerapkan metode
pembelajaran storytelling. Dengan demikian data yang akan dikumpulkan
dalam penelitian bersifat deskriptif yaitu terkait dari urutan-urutan kegiatan
pembelajaran siswa.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian penelitian tindakan kelas.
Riset dari pendekatan kualitatif, yaitu proses, pemahaman, kompleksitas,
interaksi, dan fenomena yang terjadi pada kehidupan manusia. Proses dalam
melakukan penelitian tindakan kelas merupakan penekanan dalam riset
kualitatif. Oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti lebih
berfokus pada prosesnya dibanding hasil akhir. Sebab proses membutuhkan
waktu dan kondisi yang berubah-ubah, teknik definisi riset ini akan
berdampak pada desain riset dan cara-cara dalam pelaksanaannya yang
berubah-ubah juga.1
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Hopkins, PTK disebut juga dengan classroom
action research (CAR). Penelitian CAR atau PTK sudah menunjukkan isi
yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yanng
dilaksanakan di kelas. Ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dari istilah
tersebut, yaitu :2
Penelitian merupakan suatu kegiatan mengamati serta menganalisis
sebuah objek dengan menerapkan cara dan aturan metodologi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi, dengan tujuan dan tentunya
bermanfaat dalam meningkatkan mutu bagi suatu hal yang diminati.
Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa-siswi.
Kelas dalam hal ini tidak hanya terikat pada ruang kelas saja, tetapi
dalam pengertian pembelajaran yang lebih spesifik, yakni sekelompok
siswa-siswi yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan tiga kata tdi atas, yakni penelitian, tindakan, dan
kelas, maka dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan menerapkan
tindakan-tindakan tertentu, yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan secara bersama di kelas secara
profesional.3
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kegiatan untuk mengamati serta
menganalisis kegiatan belajar sekelompok siswa-siswi dengan memberikan
2Ibid., hlm. 9
33
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan.4 Tindakan tersebut berupa
dari guru yang dilakukan oleh siswa-siswi.5
Dengan PTK, guru akan memperoleh manfaat yang cukup besar. Guru
dapat memahami lebih jauh dan jelas terkait bidang kajian dan
masalah-masalah yang ada dan bagaiman cara mengatasinya. Dengan begitu, persoalan
yang ada dalam proses pembelajaran akan segera dapat diatasi, dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.6
PTK selain bertujuan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran,
juga bermaksud untuk meningkatkan aktivitas guru. Pewaris langsung dari
PTK ini adalah para siswa-siswi. Hal ini berarti indikator-indikator
keberhasilan yang relevan adalah perilaku siswa, baik dalam arti respon
pembelajaran terhadap perlakuan pembelajaran maupun kinerja pembelajaran
siswa. Oleh sebab itu, PTK harus dapat memberi tekanan terhadap kedua
tujuan tersebut.7
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan
(Field Research), yakni penelitian yang dilakukan dalam situasi alamiah akan
tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari pihak peneliti.
Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti
segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kendali atau
kontrol parsial terhadap situasi di lapangan.8
4 E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 11 5Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 3
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan model penelitian tindakan kelas
yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model PTK Kurt Lewin ini 1 siklusnya
terdiri dasi 4 langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau
tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflekting).9
Model ini menggambarkan sebuah spiral dari suatu siklus kegiatan,10 yang
mana dalam sebuah penyelesaian masalah bisa diperlukan lebih dari satu
siklus, dan siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan.11
Bagan 3.1
Prosedur PTK model Kurt Lewin
Dst
9 Rido kurnianto dkk, Penelitian Tindakan kelas paket 5, (surabaya: Aprinta, 2009), hlm 12. 10 Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2012), hlm 62.
11Masykuri Bakri, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Lapis-PGMI, 2009), hlm. 5-12 Identifikasi
Masalah
Perencanaan (Planning)
Tindakan (acting) Refleksi
(reflecting) Siklus 1
Observasi (observing)
Siklus 2
35
1. Menyusun perencanaan (planning). Pada tahap ini kegiatan yang harus
dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) ; [2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang di
perlukan di kelas ; [3] mempersiapkan instrument untuk merekam dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Melaksanakan tindakan (acting). Pada tahap ini peneliti harus
melaksanakan tindakan yang telah di rumuskan pada RPP dalam
situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.
3. Melaksanakan pengamatan (observing). Pada tahap ini, yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah [1] mengamati perilaku siswa-siswi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; [2] memantau kegiatan
diskusi / kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; [3] mengamati
pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi
pembelajaran,yang telah di rancang sesuai dengan tujuan PTK.
4. Melakukan refleksi (reflecting). Pada tahap ini, yang harus dilakukan
oleh peneliti adalah [1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi
hasil observasi; [3] menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat
kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan
B. Setting dan Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Yaqin
Surabaya. Peneliti memilih sekolah ini dengan pertimbangan
sebagai berikut:
Untuk mata pelajaran IPS, di kelas II MI Nurul Yaqin belum
pernah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
suatu model, strategi maupun metode tertentu, sehingga
suasana pembelajaran di kelas terkesan monoton.
Keterampilan bercerita peristiwa menyenangkansiswa secara
lisan pada mata pelajaran IPS, dirasa cenderung rendah.
Pihak sekolah utamanya guru dan wali kelas II sangat
mendukung dilaksanakannya penelitian tindakan kelas (PTK)
dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkanmata pelajaran IPS.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.
Waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah
Karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan
37
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas II
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin yang berlokasi di jalan Kedung
Cowek, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. Jumlah siswa kelas II di MI
Nurul Yaqin ada 31 siswa. Alasan peneliti memilih kelas II MI Nurul
Yaqin sebagai subyek penelitian didasarkan pada hasil observasi dan
wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran
IPS didapatkan :
1) Keterampilan bercerita siswanya masih sangat kurang.
2) Siswa merasa kurang bersemangat saat proses pembelajaran,
dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa
inovasi atau inisiatif dalam pembelajaran.
3) Siswa kurang aktif dalam mengikuti jalannya pembelajaran IPS.
C. Variabel yang di Teliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan
keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan dengan menerapkan
model storytelling pada mata pelajaran IPS kelas II. Disamping variabel
tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
1) Variabel input : Siswa kelas II MI Nurul Yaqin Surabaya
3) Variabel output : Peningkatan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan mata pelajaran IPS.
D. Rencana Tindakan
Dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada mata pelajaran
IPS, penelitian ini menerapkan model siklus milik model PTK Kurt Lewin.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, model PTK Kurt Levin ini 1
siklusnya terdiri dasi 4 langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning),
(2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflekting).
Peneliti menerapkan model siklus milik Kurt Lewin dengan didasarkan
pada beberapa alasan yakni, apabila pada awal pelaksanaannya banyak
terdapat kekurangan dan hasilnya kurang maksimal, maka peneliti bisa
mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus selanjutnya sampai apa
yang menjadi target peneliti telah tercapai.
1. Pada Siklus 1
a. Menyusun Perencanaan (planning)
Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran
IPS KD “memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga
sebagai sumber cerita”, dengan menerapkan metode
39
2) Membuat lembar soal, serta lembar observasi kegiatan guru
dan siswa.
3) Menyiapkan media dan sumber pembelajaran berupa video,
teks bergambar dan foto pribadi.
4) Menyusun instrumen penilaian performance, yakni mencakup
intonasi suara, kelancaran bercerita, kesesuaian cerita dengan
dokumen penting, dan keberanian.
b. Melaksanakan Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah di
rumuskan pada RPP terkait mata pelajaran IPS dalam situasi yang
actual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Langkah-langkah dari kegiatan-kegiatan tersebut yakni
sebagai berikut :
Kegiatan Awal (10 menit)
1) Membuka proses belajar mengajar dengan mengucap
salam dan menanyakan kabar siswa
2) Siswa menjawab saat guru bertanya kabar mereka
3) Membaca do’a sebelum belajar bersama-sama
4) Mengonfirmasi kehadiran siswa
5) Memberi motivasi yang bertujuan untuk mengembalikan
semangat dalam mengikuti proses pembelajaran
6) Menghubungkan pengalaman siswa dengan materi yang
7) Menyampaikan materi yang akan dibahas serta tujuan
mempelajarinya
Kegiatan Inti (50 menit) Eksplorasi
1) Guru menggali informasi dari siswa dengan cara
bertanya terkait peristiwa menyenangkan yang pernah
mereka alami
2) Guru mengaitkan informasi dari siswa dengan media
pembelajaran yang telah disiapkan
3) Guru membagikan media pembelajaran berupa “Teks
bergambar” kepada siswa
4) Siswa menggali informasi melalui kegiatan membaca
“Teks bergambar”
5) Guru menayangkan video terkait bercerita melalui foto
6) Siswa memberikan tanggapan terhadap demonstrasi
yang pengajar lakukan
7) Siswa berkelompok secara berpasangan dengan teman
sebangku
8) Setiap siswa menyiapkan foto pribadi yang telah
dibawa dari rumah sebagai media untuk bercerita di
41
Elaborasi
1) Guru membuat kartu undian sesuai dengan jumlah
kelompok
2) Perwakilan kelompok mengambil undian secara
bergantian, siswa akan maju bergantian sesuai nomer
urut yang di dapatkan
3) Siswa secara berpasangan maju untuk menceritakan
peristiwa menyenangkan sesuai dengan foto yang
mereka bawa
4) Siswa lain menanggapi cerita yang telah disampaikan
Konfirmasi
5) Guru memberikan apresiasi terhadap performance
siswa
6) Guru memberikan umpan balik yang positif
7) Guru memberikan pemantapan materi melalui berbagai
sumber
8) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari untuk mengetahui ketercapaian
materi
Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang
telah usai
3) Siswa mendapat tugas rumah terkait materi yang baru
saja dipelajari
4) Guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
5) Guru meminta siswa untuk membaca hamdalah sebagai
penutup kegiatan pembelajaran .
6) Guru mengucap salam
c. Melaksanakan Pengamatan (observing)
Pada tahap ini, peneliti mengamati perilaku siswa siswi dalam
mengikuti proses pembelajaran, khusunya pada saat metode
pembelajaran storytelling mulai diterapkan pada mata pelajaran
IPS. Peneliti juga mengamati keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan dari tiap-tiap anak. Pengamatan terhadap tingkat
keterampilan berceritanya dapat dilihat pada saat peneliti meminta
siswa untuk bercerita di depan kelas. Pengamatan keterampilan
bercerita peristiwa menyenangkan dapat dilihat dari nilai
performance yang masing-masing telah diperoleh siswa dari hasil
bercerita di depan kelas. Hasil tersebut akan digunakan untuk
merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya. Hal yang
dilakukan pengamat adalah:
a) Mengamati dan mencatat sikap dan keaktifan siswa dan
guru selama proses perbaikan pembelajaran dalam lembar
43
b) Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:
1) Lembar pengamatan kegiatan siswa (observasi)
2) Lembar instrumen pertanyaan wawancara dengan guru
d. Melakukan Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis
hasil observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I, yakni
mengevaluasi hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung, serta menganalisis hasil observasi yang telah
dicatat pada lembar pengamatan. Selain itu yang perlu dilakukan
peneliti adalah menganalisis keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkandari siswa kelas II MI Nurul Yaqin mata pelajaran
IPS melalui unjuk kerja yang telah dilakukan. Peneliti juga dapat
mencatat kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses
pembelajaran siklus I, untuk dijadikan bahan penyusunan
perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Setelah pelaksanaan siklus I dengan empat tahapan yang
telah terlaksana sesuai model PTK Kurt Lewis tersebut di atas,
maka dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dan
hambatan yang terjadi pada siklus pertama. Setelah itu peneliti
mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan
pada siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa
kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk
menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan
dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari
tindakan sebelumnya yang ditunjukkan untuk mengatasi berbagai
hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
2. Pada Siklus II
a. Menyusun Perencanaan (planning)
1) Melakukan refleksi dan analisis bersama antara guru dan
peneliti terhadap peningkatan keterampilan bercerita peristiwa
menyenangkan mata pelajaran IPS.
2) Mengidentifikasi masalah
3) Menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah yang
muncul pada siklus I yang belum teratasi.
4) Menetapkan alternatif pemecahan masalah.
b. Melaksanakan Tindakan (acting)
Pada tahap ini, peneliti melakukan tindakan perbaikan sesuai
dengan yang direncanakan dalam RPP. Pada pelaksanaannya,
peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS kelas II MI
Nurul Yaqin Surabaya. Peneliti menerapkan metode storytelling
dengan media benda berharga milik masing-masing siswa
berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
c. Melaksanakan Pengamatan (observing)
Peneliti memperoleh data hasil keterampilan bercerita peristiwa