• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan storytelling dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan storytelling dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Surabaya."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN STORYTELLING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PERISTIWA MENYENANGKAN

PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQIN SURABAYA

SKRIPSI

Oleh : NUR JARIYAH NIM. D07213027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

ii

PENERAPAN STORYTELLING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PERISTIWA MENYENANGKANPADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL

YAQIN SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

NUR JARIYAH NIM. D07213027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

x

PENERAPAN STORYTELLING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA PERISTIWA MENYENANGKAN PADA

MATA PELAJARAN IPS DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQIN SURABAYA

Oleh:

Nur Jariyah D07213027

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh siswa kelas II di MI Nurul Yaqin pada mata pelajaran IPS, yang dirasa belum mampu menerapkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan secara lisan. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran IPS sedang berlangsung, keterampilan bercerita siswa kelas II dirasa masih sangat kurang. Dari 31 siswa hanya ada 5 siswa yang memiliki keterampilan bercerita yang baik serta mendapat hasil di atas KKM, 10 siswa memiliki keterampilan bercerita rata-rata, sedangkan 16 siswa lainnya tidak berani sama sekali bercerita sehingga nilainya di bawah KKM.

Untuk meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan mata pelajaran IPS pada siswa kelas II MI Nurul Yaqin, maka peneliti menerapkan metode pembelajaran storytelling. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di kelas II MI Nurul Yaqin dengan menerapkan metode storytelling. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan secara kolaborasi. Pada penelitian ini, subyeknya adalah siswa kelas II MI Nurul Yaqin Kota Surabaya. Data pada penelitian tindakan kelas ini diperoleh melalui wawancara, observasi, nontes, tes, dan dokumentasi. Penilaiannya menggunakan performance, aspeknya yakni mencakup kelogisan cerita, kelancaran bercerita, kesesuaian cerita dengan dokumen penting, dan ketepatan kalimat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode storytelling dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita tentang peristiwa menyenangkan, baru dapat mencapai hasil optimal pada siklus II. Kategori penerapannya terbilang cukup mudah. Sedangkanpeningkatan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode storytelling, termasuk dalam kategori tinggi. Pada pra siklus prosentase peningkatakan keterampilan bercerita hanya berkisar 48,4%, pada siklus I prosentasenya mencapai 74,2%, sedangkan pada siklus II prosentasinya mencapai 96,8%. Dibanding dengan pra siklus, kenaikannya sebesar 48,4%, sedangkan dibanding dengan siklus I, kenaikannya sebesar 22,6%.

(8)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... viii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ix

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR RUMUS ... xix

DAFTAR BAGAN ... xx

DAFTAR DIAGRAM ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

(9)

xv

D. Hipotesis Tindakan ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS ... 13

1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan ... 13

a. Pengertian Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan ... 13

b. Tujuan Bercerita ... 16

c. Manfaat Bercerita ... 17

d. Faktor – faktor yang Memengaruhi Keterampilan Bercerita . 18 e. Penilaian Keterampilan Bercerita ... 20

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 20

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 20

b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 22

c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 24

B. Metode Pembelajaran Storytelling ... 25

1. Pengertian Metode Pembelajaran Storytelling ... 25

2. Manfaat Metode Pembelajaran Storytelling ... 27

(10)

xvi

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Storytelling ... 29

C. Keterkaitan Antara Metode Storytelling dan Peningkatan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 31

B. Setting dan Subyek Penelitian ... 36

C. Variabel yang di Teliti ... 37

D. Rencana Tindakan ... 38

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulan ... 46

F. Analisis Data ... 50

G. Indikator Kinerja ... 54

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Subyek Penelitian ... 56

B. Kondisi Sebelum Penelitian ... 57

C. Kegiatan dan Hasil Belajar ... 60

(11)

xvii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

RIWAYAT KEASLIAN TULISAN ... 102

RIWAYAT HIDUP ... 103

(12)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kategori Tingkat Keberhasilan Observasi Guru dan Siswa .. 51

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Performance 52 Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa ... 54

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 104

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 107

Tabel 4.3 Nilai Performance “Bercerita Melalui Foto” ... 109

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 111

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114

Tabel 4.6 Nilai Performance “Bercerita Melalui Benda Berharga” ... 116

(13)

xix

DAFTAR RUMUS

Rumus Kategori Halaman

Rumus 3.1 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 50

Rumus 3.2 Rumus Penilaian Performance ... 51

Rumus 3.3 Nilai Rata – Rata ... 52

(14)

xx

DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Bagan Halaman

(15)

xxi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Judul Diagram Halaman

(16)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 4.1 Kegiatan membaca siklus II ... 118

(17)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 104

Lampiran 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 107

Lampiran 3 Nilai Performance “Bercerita Melalui Foto” ... 109

Lampiran 4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 111

Lampiran 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114

Lampiran 6 Nilai Performance “Bercerita Melalui Benda Berharga” .... 116

Lampiran 7 Kegiatan membaca siklus II ... 118

Lampiran 8 Storytelling siklus II... 119

Lampiran 9 Surat Tugas ... 120

Lampiran 10 Kartu Konsultasi Skripsi... 121

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian... 122

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian dari MI Nurul Yaqin ... 123

Lampiran 13 Profil MI Nurul Yaqin Surabaya ... 124

Lampiran 14 Lembar Wawancara ... 128

Lampiran 15 RPP Siklus I ... 132

Lampiran 16 Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus I ... 143

Lampiran 17 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 147

Lampiran 18 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 150

(18)

xxiv

Lampiran 20 RPP Siklus II ... 155

Lampiran 21 Validasi RPP dan Soal Siklus I ... 165

Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 169

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah harapan untuk mampu

membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar

berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab.1

Pembelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu mengembangkan sikap dan

keterampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu

maupun anggota masyarakat.2

Perkembangan hidup manusia sejatinya dimulai sejak lahir hingga

dewasa. Perkembangan hidup manusia tak lepas dari peran masyarakat, karena

itu pengetahuan sosial dapat dikatakan “tak asing” untuk setiap orang.

Pengalaman manusia tak hanya terbatas dalam keluarga, tapi juga meliputi teman

sejawat, warga kampung dan sebagainya. Dari pengelaman dan pengenalan

hubungan sosial tersebut, seseorang akan berkembang pengetahuannya.3

Manusia adalah makhluk sosial, tindakan pertama dan paling penting

adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling

1 Djahiri, Pengajaran Studi Sosial/IPS: Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Mengajar IPS,

(Bandung: LPPP-IPS IKIP Bandung, 1984), hlm. 137.

2 Iif Khoiru Ahmadi, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka,

2011), hlm. 9

3 Sofan Amri, Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2011), hlm.

(20)

mengemukakan dan menerima pikiran, serta bertukar informasi kepada orang

lain. Semua tindakan sosial tersebut tidak hanya dapat dilakukan dengan cara

berdiskusi yang pada umumnya bersifat formal, namun juga dapat dilakukan

dengan cara yang lebih ringan yakni saling tertukar cerita.

Tujuan bercerita itu sendiri adalah untuk memberikan informasi kepada

orang lain. Dengan bercerita seseorang akan dapat menyampaikan berbagai

pengalaman yang pernah dirasakan, dilihat, dialami, serta informasi dan

pengetahuan yang ia miliki. Bercerita juga dapat berfungsi sebagai cara

seseorang untuk mengungkapkan berbagai perasaan yang ia rasakan, kemauan

serta keinginan untuk berbagi tentang pengalaman yang diperolehnya. Dengan

saling mengungkapkan perasaan, pengalaman, informasi, maka komunikasi di

kehidupan sosial pun akan berjalan dengan baik dan lancar.4

Pada jenjang sekolah dasar khusunya pada siswa kelas II SD/MI, sudah

harus dibiasakan untuk mengasah keterampilan bercerita anak. Bagi siswa kelas

rendah, keterampilan bercerita haruslah mulai dikembangkan sejak dini. Pada

dasarnya bercerita juga termasuk keterampilan yang bersifat produktif, karena

siswa akan dilatih untuk berpikir, menghasilkan ide, dan buah pikiran.5

Proses pembelajaran pendidikan IPS di jenjang persekolahan, baik pada

tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaruan terkait

4 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV. Angkasa,

2013), hlm. 35

5 Yeti Mulyana, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD ,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm.

(21)

3

improvisasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang bersifat kontekstual.

Model pembelajaran kontekstual ditandai dengan adanya orientasi pada

kebutuhan dan minat anak, memperhatikan masalah-masalah sosial, lebih

mengedepankan keterampilan berpikir daripada hafalan, keterampilan

menyelidiki, meneliti, dan menyelesaikan masalah.6

Pada kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan

bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa

dibanding pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan

dalam sains dan teknologi. Kondisi lainnya, yang tidak kalah pentingnya,

pembelajaran IPS dianggap hanya sekedar untuk kepentingan sesaat, tanpa ada

manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dan belum nilai sosial

budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat yang menjadi sumber belajar

bagi peserta didik.7

Padahal pada kenyataan yang ada, pembelajaran IPS sendiri dirasa sangat

penting karena berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala

tingkah laku dan kebutuhannya. Fungsi IPS sebagai pendidikan, khususnya pada

jenjang sekolah dasar kelas II yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan

sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual

6 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia group,

2014), hlm. 3

(22)

dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang

bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional.8

Di MI Nurul Yaqin pada mata pelajaran IPS, siswa kelas II dirasa belum

mampu untuk menerapkan keterampilan bercerita. Banyak siswa yang masih

kesulitan jika diminta untuk bercerita secara lisan di depan kelas. Hal ini terlihat

pada saat proses pembelajaran IPS di kelas II MI Nurul Yaqin sedang

berlangsung, keterampilan bercerita siswa kelas II dirasa masih sangat kurang,

siswa cenderung tidak memiliki keberanian untuk bersuara di depan kelas.9

Di kelas II tersebut terdapat 31 siswa, dari 31 siswa hanya ada 5 siswa

atau 16% siswa yang memiliki keterampilan bercerita yang baik serta berani

bercerita di depan kelas. Dengan demikian hanya sedikit siswa yang mendapat

hasil sangat memuaskan dengan nilai di atas KKM. Selain itu, 10 siswa atau 32%

siswa memiliki keterampilan bercerita rata-rata sehingga nilainya hanya sedikit

di atas KKM yakni 3 atau 5 point di atas KKM, sedangkan 16 siswa atau 52%

siswa lainnya tidak berani sama sekali bercerita di depan kelas sehingga nilainya

sangat kurang (jauh di bawah KKM).10

Penilaian ini dilakukan oleh wali kelas II terkait keterampilan bercerita.

Patokan yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah terkait kelancaran

berbicara, ketepatan materi, dan intonasi suara. Penilaian yang dilakukan pada

8 Iif, Op.Cit., hlm. 9

(23)

5

keterampilan bercerita yakni jika siswa tidak berani bercerita, maka otimatis nilai

performance mereka akan kurang dari KKM. Standart nilai KKM untuk kelas II

MI Nurul Yaqin sendiri yakni 75.

MI Nurul Yaqin sendiri terletak di Kedung cowek, kecamatan Bulak, kota

Surabaya. Sekolah yang didirikan oleh H. M. Mochtar pada tahun 1952 ini

merupakan sekolah yang cukup terpandang. Selain ruang kelas yang luas dan

CCTV pada setiap kelasnya, MI Nurul Yaqin ini juga memiliki fasilitas-fasilitas

pendukung yang cukup memadai. Guru-gurunya pun merupakan lulusan dari

beberapa PTN yang tersebat di Jawa Timur. Setiap gurunya pun juga diharuskan

untuk menguasai pengetahuan agama Islam dan lancar dalam membaca

Al-qur’an.

Sejak beberapa tahun silam, ibu Epsilina telah menjabat sebagai wali

kelas II MI Nurul Yaqin. Bu Epsilina merupakan lulusan PTN di Surabaya, yakni

di IKIP pada tahun 1998. Kelas II ini memiliki fasilitas yang lengkap, yakni

terdiri dari bangku, papan tulis, lemari tempat meletakkan media dan hasil karya,

kipas angin, dan lain sebagainya. Saat proses pembelajaran sedang berlangsung,

kondisi kelas II MI Nurul Yaqin memang kurang kondusif, karena siswanya

ramai. Hal lain yang terjadi di kelas II MI Nurul Yaqin ini adalah banyak siswa

yang kurang tanggap apabila diminta untuk bercerita, mengkomunikasikan hasil

(24)

Oleh sebab itu, para pengajar hendaknya lebih berupaya lagi untuk

mewujudkan proses pembelajaran IPS yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Guru yang masih cenderung mendominasi pembelajaran,

merupakan salah satu penyebab rendahnya pemahaman dan kurangnya

keterampilan yang dicapai oleh siswa.11 Para siswa tidak mungkin belajar sendiri

tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik, karena

siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan

lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.12

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bercerita

adalah sebagai berikut, yakni 1) Penguasaan topik, 2) Penggunaan kalimat yang

tepat, 3) Intonasi suara, 4) Pemilihan kata, 5) Gerak dan mimik yang tepat, 6)

Penalaran, serta 7) Durasi.

Dari hasil wawancara yang telah terlaksana, wali kelas II MI Nurul Yaqin

menjelaskan bahwa untuk anak usia sekolah dasar, khususnya siswa kelas II,

bercerita tentang suatu peristiwa bukanlah hal mudah. Banyak alasan yang

membuat mereka merasa cemas jika akan bercerita di depan kelas, entah itu

bercerita tentang peristiwa menyenangkan atau menyedihkan.

Penyebab timbulnya kecemasan untuk bercerita, yaitu: 1) Tidak

mengetahui tentang apa yang akan diceritakan, 2) Tidak tahu bagaimana

memulai cerita, 3)Tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar,

11 Ahmad Susanto., Op.Cit, hlm. 86-87

(25)

7

4) Takut mendengar komentar audience, 5) Takut ditertawakan, 6) Takut

membuat kesalahan, dan 7) Tidak siap untuk bercerita.13

Ibu Epsilina juga menjelaskan bahwa potensi anak dalam bercerita dapat

didukung oleh beberapa hal, yakni : (1) kematangan alat berbicara, (2) kesiapan

bercerita, (3) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (4) kesempatan

berlatih, (5) motivasi belajar dan berlatih, serta (6) bimbingan.

Dari beberapa faktor di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dalam segi peningkatan keterampilan bercerita siswa lainnya adalah

terkait rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Keberhasilan

kegiatan belajar mengajar dalam peningkatan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan, tentu saja dapat dilakukan dengan pemilihan model, strategi

maupun metode yang tepat.14

Untuk menjawab permasalahan di atas, diperlukan metode yang tepat

untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, peneliti akan

meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan mata pelajaran

IPS pada siswa kelas II MI Nurul Yaqin dengan menggunakan metode

pembelajaran storytelling.

Metode pembelajaran storytelling itu sendiri merupakan sebuah upaya

yang dilakukan supaya siswa mampu menyampaikan isi perasaan, buah pikiran

atau sebuah cerita secara lisan. Tujuan dari metode pembelajaran storytelling

(26)

pada kelas II MI/SD itu sendiri adalah menumbuhkan minat baca,

mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan daya sosialisasi

anak, dan mengembangkan keterampilan bercerita.15

Pandangan dari penerapan metode pembelajaran storytelling pada

pembelajaran IPS yakni : (1) Pengajar menyiapkan bahan pembelajaran berupa

“teks bacaan bergambar” untuk pembelajaran yang akan berlangsung. (2)

Pengajar membagikan bahan pembelajaran berupa “teks bacaan bergambar”

kepada siswa. (3) Siswa membaca “teks bacaan bergambar” tersebut dengan

seksama. (4) Pengajar mendemonstrasikan cara bercerita dengan baik di depan

kelas. (5) Siswa memberikan tanggapan terhadap demonstrasi yang pengajar

lakukan. (6) Siswa maju secara bergantian untuk bercerita tentang peristiwa

menyenangkan mereka, dengan bahasa masing-masing. Berdasarkan

permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi peneliti untuk melakukan

penelitian tentang “Penerapan Storytelling dalam Rangka Meningkatkan

Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Pada Mata Pelajaran IPS di

Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Surabaya”

15 Kusmiadi, Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD, (Jurnal

(27)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode storytelling dalam rangka meningkatkan

keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di

kelas II MI Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota

Surabaya ?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada

mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode storytelling di kelas II MI

Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode storytelling dalam rangka meningkatkan

keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di

kelas II MI Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota

Surabaya.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan bercerita peristiwa

(28)

storytelling di kelas II MI Nurul Yaqin Desa Kedung Cowek Kecamatan

Bulak Kota Surabaya.

D. Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan permasalahan serta problematika di dalam pendidikan

maka sesuatu hal yang dianggap benar dijadikan sebagai pijakan berpikir dan

bertindak dalam penelitian adalah :

1.Metode pembelajaran storytelling merupakan metode yang tepat untuk

mengasah keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan siswa.

2.Dengan menggunakan metode pembelajaran storytelling maka setiap siswa

dapat memperoleh informasi yang sama.

3.Dengan menggunakan metode pembelajaran storytelling maka guru akan

mudah menguasai kelas.

4.Dengan menggunakan metode pembelajaran storytelling, maka siswa dapat

menambah wawasan pada saat proses pembelajaran yang bersumber dari guru

(29)

11

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak,

diantaranya yaitu :

1. Bagi Peneliti

a) Dapat memberi pengalaman pada peneliti mengenai cara yang mudah

untuk mengembangkan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan pada siswa.

b) Dapat memberi pengalaman pada peneliti dalam menghadapi

permasalahan pendidikan yang ada di lapangan, guna untuk

menjadikannya suatu acuan dalam pembelajaran di masa yang akan

datang.

2. Bagi Sekolah

a) Sebagai informasi mengenai metode dalam proses pembelajaran

supaya lebih bervariasi dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b) Sebagai upaya meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa MI

Nurul Yaqin Surabaya.

3. Bagi Guru :

a) Sebagai solusi untuk mengajarkan mata pelajaran IPS dengan

(30)

b) Dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan keterampilan

membaca dan bercerita siswa, serta memperluas penguasaan siswa

pada pelajaran IPS.

4. Bagi Siswa :

a) Dapat meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan

pada siswa dengan penggunaan metode pembelajaran storytelling.

b) Dapat membuat siswa lebih aktif lagi dalam membaca dan dalam

mengelola kosa kata saat mereka bercerita.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik maka dibatasi pada

hal-hal tersebut di bawah ini :

1. Topik permasalahan yang akan dilakukan tindakan untuk diselesaikan

adalah tentang “Peningkatan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan mata pelajaran IPS”.

2. Implementasi penelitian ini menggunakan metode pembelajaran

storytelling.

3. Subyek penelitian adalah pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul

(31)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Meningkatkan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran IPS

1. Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan

a. Pengertian Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan

Pada hakikatnya, keterampilan merupakan ilmu yang secara

lahiriah ada di dalam diri manusia dan perlu dipelajari secara

mendalam dengan mengembangkan keterampilan yang dimiliki.

Keterampilan sangat banyak dan beragam, semua itu bisa dipelajari

bukan hanya untuk pengetahuan keterampilan saja, akan tetapi juga

sebagai pembuka inspirasi bagi orang yang mau memikirkannya.

Sedangkan bercerita merupakan suatu kebiasaan yang sejak

dahulu tidak pernah ditinggalkan. Beberapa anak yang telah membaca

cerita akan siap jika diminta untuk menceritakan kembali cerita

tersebut, terlebih jika cerita itu mengesankan untuk mereka. Oleh

sebab itu, guru harus mampu memanfaatkan minat siswa dalam hal

bercerita tersebut. Minat anak untuk menceritakan kembali cerita yang

telah selesai mereka baca, harus dikembangkan sejak usai dini supaya

minat tersebut tidak redup seiring berjalannya waktu.1

(32)

Sebagian guru beranggapan bahwa aktivitas menceritakan

kembali sebuah cerita ini hanyalah sekedar hafalan. Bila diarahkan

dengan baik, sebenarnya menceritakan kembali sebuah cerita,

merupakan kegiatan yang dapat memberikan siswa banyak

pengalaman yang berharga. Supaya kegiatan bercerita tidak monoton,

guru hendaknya mengarahkan siswa agar tidak hanya mengemukakan

fakta-fakta pokok yang ada dalam cerita, namun juga membuat cerita

itu menjadi hidup.2

Bercerita merupakan suatu kegiatan yang produktif, karena dalam

kegiatan bercerita, seseorang akan melibatkan pikiran, keberanian,

kesiapan mental, pelafalan yang jelas sehingga cerita tersebut dapat

dipahami dengan baik oleh orang lain. Tujuan bercerita itu sendiri

adalah untuk memberikan informasi kepada orang lain.

Dengan bercerita seseorang akan dapat menyampaikan berbagai

pengalaman yang pernah dirasakan, dilihat, dialami, serta informasi

dan pengetahuan yang ia miliki. Bercerita juga dapat berfungsi

sebagai cara seseorang untuk mengungkapkan berbagai perasaan yang

ia rasakan, kemauan serta keinginan untuk berbagi tentang

pengalaman yang diperolehnya. Dengan saling mengungkapkan

perasaan, pengalaman, informasi, maka komunikasi di kehidupan

sosialpun akan berjalan dengan baik dan lancar.3

2 Kanisius, Metode Pengajaran Sastra, hlm. 113

3 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV.

(33)

15

Jadi dapat dinyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu

keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki

tujuan untuk saling memberikan informasi dengan cara

menyampaikan berbagai macam pengalaman, ungkapan, perasaan, dan

segala sesuatu yang pernah dialami, dilihat, dirasakan, maupun dibaca.

Ada beberapa kegiatan bercerita yang berpengaruh untuk

peningkatan dan pengembangan keterampilan bercerita pada siswa,

yakni salah satunya adalah bercerita menggunakan benda berharga

maupun gambar atau foto. Bercerita menggunakan foto sendiri dapat

menguatkan bukti tentang pengalaman atau peristiwa yang

menyenangkan ataupun menyedihkan. Bercerita peristiwa

menyenangkan akan lebih menarik dan mudah dipahami apabila

disertai dengan dokumen penunjang seperti foto, karena foto dapat

lebih menjelaskan apa yang kita akan atau sedang ceritakan, foto

memiliki cerita pada saat kita melihatnya.4

Sebuah foto memiliki kemampuan untuk menunjukkan emosi,

narasi, pesan, dan semua itu adalah point penting dari aktivitas

bercerita. Foto juga merupakan salah satu dokumen penting. Foto

menunjukkan kejadian yang telah berlalu. Kejadian yang telah berlalu

menjadi kenangan. Setiap waktu, semua orang dapat menceritakan

kenangan itu kepada teman-temannya.

(34)

Selain menggunakan foto, bercerita dengan menggunakan benda

berharga juga dapat menguatkan bukti tentang pengalaman atau

peristiwa yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Sebuah benda

yang dirasa berharga, tentunya memiliki sebuah cerita di dalamnya,

sebuah alasan mengapa benda tersebut bisa menjadi benda berharga

bagi pemiliknya. Banyak media yang bisa digunakan untuk

menunjang seseorang dalam bercerita, khusunya dalam hal bercerita

peristiwa menyenangkan.

Keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan memerlukan

pengetahuan dan pengalaman yang cukup, serta kemampuan untuk

berpikir yang memadai. Dalam bercerita, pelafalan, intonasi serta

kejelasan dalam penyampaian kalimat per kalimat sangat dibutuhkan.

Sebab isi cerita yang mudah dipahami akan menunjang dalam

penyampaian maksud antara pembicara dan pendengar, sehingga

pesan dalam cerita tersampaikan dengan baik.

b. Tujuan Bercerita

Bercerita memiliki tujuan untuk saling bertukar informasi serta

berkomunikasi dengan orang lain disekitar kita. Dalam bercerita,

seseorang harus memahami maksud dari cerita yang ingin

(35)

17

Sementara itu, terdapat tiga tujuan umum dari kegiatan bercerita,

yakni :5

1) Melaporkan dan memberikan informasi

2) Menjamu atau menghibur, di dalamnya terdapat dapat

meninggalkan kesenangan pribadi.

3) Membujuk, mendesak dan meyakinkan. Bertujuan jika kita ingin

melakukan tindakan atau aksi.

Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa tujuan dari bercerita itu

sendiri adalah kegiatan untuk saling bertukar informasi, perasaan,

pengalaman kepada orang lain dengan cara melaporkan dan

memberikan informasi, menjamu atau menghibur, dan membujuk.

c. Manfaat Bercerita

Banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari kegiatan

bercerita, khususnya bercerita peristiwa menyenangkan. Ditinjau dari

beberapa aspek menyatakan bahwa manfaat bercerita adalah sebagai

berikut:

1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak

2) Menyalurkan imajinasi dan fantasi anak

3) Memacu kemampuan verbal anak

4) Merangsang minat membaca dan berkomunikasi anak

5) Memperluas informasi dan pengetahuan anak

(36)

Manfaat lain dari bercerita adalah dapat membuat anak memiliki

wawasan yang luas dan kritis dalam berpikir, sebab dalam bercerita

anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal

baru baginya. Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa manfaat

bercerita adalah menyalurkan imajinasi dan fantasi anak sehingga

dapat memperluas wawasan serta pengetahuan dan cara berfikir anak.6

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Bercerita

1. Faktor Keberhasilan Keterampilan Bercerita

Bercerita merupakan salah satu contoh kegiatan untuk

menyampaikan pesan, informasi ataupun pengetahuan kepada

orang lain secara lisan. Dalam menyampaikan pesan atau informasi

seseorang harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat

menunjang keefektifan bercerita, khususnya bercerita peristiwa

menyenangkan.

Faktor yang harus diperhatikan dalam menunjang keefektifan

bercerita tersebut adalah sebagai berikut :

a) Faktor kebahasaan, yang di dalamnya meliputi :

(a) ketepatan dalam melafalkan kalimat,

(b) ketepatan penggunaan kalimat,

(c) intonasi suara dan durasi,

6 Tadkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, (Departemen Pendidikan Nasional,

(37)

19

(d) pemilihan kata yang tepat,

(e) ketepatan materi atau topik.

b) Faktor nonkebahasaan, meliputi:

(1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,

(2) pandangan harus diarahkan pada lawan bicara,

(3) menghargai pendapat orang lain,

(4) gerak-gerik dan ekspresi yang tepat,

(5) kenyaringan suara,

(6) penalaran,

(7) penguasaan topik.

2. Faktor Penghambat Keterampilan Bercerita

Sedangkan, faktor yang menghambat dalam keefektifan

keterampilan bercerita, khususnya keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan yaitu:

a) faktor fisik, merupakan faktor yang ada dalam diri sendiri

maupun faktor yang berasal dari luar,

b) faktor media, terdiri dari faktor linguistik dan faktor

nonlinguistik (misalnya irama, ucapan dan isyarat gerak

tubuh),

c) faktor psikologis, merupakan kondisi kejiwaan diri seseorang

(38)

e. Penilaian Keterampilan Bercerita

Setiap kegiatan pembelajaran perlu diadakan penilaian, termasuk

juga pada pembelajaran IPS khususnya keterampilan bercerita

peristiwa menyenangkan. Pengamatan keterampilan bercerita dapat

digunakan sebagai cara untuk mengetahui sejauh mana siswa terampil

dalam bercerita. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik

dalam melakukan evaluasi yang di dalamnya terdapat serangkaian

pengamatan yang harus dilakukan oleh pengamat atau guru.7

Observasi keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur

dengan penerapan kerangka kerja yang telah disusun berdasarkan

aspek-aspek dalam bercerita. Adapun aspek-aspek bercerita yang

meliputi (1) kesesuaian isi cerita dengan topik, (2) penunjukkan detil

cerita, (3) cerita yang logis, (4) ketepatan makna seluruh cerita, (5)

ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, dan (7) kelancaran.

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji berbagai

bidang ilmu sosial, serta kegiatan dasar manusia yang bertujuan untuk

memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta

didik, khususnya tingkah sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.

7 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Ypgyakarta:

(39)

21

Hakikat IPS menurut Zuraik adalah suatu harapan untuk mampu

membina masyarakat dengan baik, dimana para anggota masyarakatnya

benar-benar berkembang sebagai makhluk sosial yang rasional dan

bertanggung jawab.8

Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep ilmu sosial untuk

membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik. IPS seperti

halnya studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang

studi memiliki tugas yang cukup luas. Tugas tersebut meliputi gejala

maupun masalah yang terjadi di masyarakat. Dari gejala dan masalah

tadi ditelaah, dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan

jalan pemecahannya.9

Pembelajaran IPS berupaya mengembangkan pemahaman siswa

tentang bagaimana individu dan kelompok hidup bersama-sama dengan

rukun dan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pembelajaran

IPS siswa di dorong untuk mengamati interaksi antar manusia dengan

lingkungannya. Dengan pembelajaran IPS siswa juga di ajarkan untuk

memahami dan membantu meningkatkan kualitas kehidupan di

lingkungannya, serta menelaah gejala-gejala sosial, dan global.10

8 Wahidah Puspa Dina, Penerapan strategi pembelajaran time token untuk meningkatkan hasil

belajar siswa mata pelajaran IPS kelas VMI Miftahul Huda Lamongan, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), hlm. 22

9 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedi

group, 2014), hlm. 9

(40)

b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Karakteristis Ilmu Pengetahuan Sosial terbagi menjadi 3 aspek,

yakni karakteristik dilihat dari aspek tujuan, karakteristik dilihat dari

aspek ruang lingkup materi, dan karakteristik dilihat dari aspek

pendekatan pembelajaran.

1) Karakteristik Dilihat dari Aspek Tujuan

Terdapat tiga kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan

pembelajaran IPS di SD, yaitu :11

a) Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa

Pengembangan kemampuan intelektual adalah

pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir tentang

ilmu-ilmu sosial dan masalah kemasyarakatan. Pengembangan

kemampuan berpikir dalam bidang studi suatu pendidikan IPS

yang paling penting adalah menumbuhkan berpikir kreatif dan

inovatif.

b) Pengembangan Nilai dan Etika

Pengembangan nilai dan etika memiliki arti bahwa

keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar

pilihannya sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang baik dalam

kehidupan kelompok masyarakat.

(41)

23

c) Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial

Pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial

memiliki arti yang mengembangkan tujuan IPS dalam

membentuk warga negara yang baik, ialah warga negara yang

berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.

2) Karakteristik Dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi

Jika dilihat dari aspek ruang lingkup materinya, maka bidang studi

IPS memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas.

b) Menggunakan pendekatan terpadu antar mata pelajaran yang

sejenis.

c) Berisi materi konsep, nilai sosial, kemandirian, dan kerja sama.

d) Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif.

e) Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir

dan memperluas cakrawala budaya.

3) Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran

Karakteristik bidang studi IPS dapat dilihat dari sudut pendekatan

atau metodologi pembelajaran yang sering digunakan. Bidang studi IPS

mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan

integratif. Aspek yang ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah aspek

(42)

bidang studi IPS ini berbeda sekali dengan sebelumnya, yakni lebih

cenderung kepada pendekatan multidisipliner.12

Dewasa ini pendekatan pembelajaran IPS dapat dikembangkan

sesuai dengan kubutuhan serta alokasi waktu serta penetapan dan

pengembangan pencapaian kompetensi dasar. Dalam praktiknya

sehari-hari, pendekatan IPS bersifat generalisasi, yakni dapat dilihat dari

perilaku-perilaku yang diterapkan oleh peserta didik maupun para

pendidik dalam menunjukkan perilaku yang diterapkan dari hasil

belajar pembelajaran IPS.

c.Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan yang

sangat agung dan mulia, yakni untuk memahami dan mengembangkan

pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta,

peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pembelajaran IPS bertujuan

agar siswa mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sosial yang

berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun anggota

masyarakat. 13

12 Ibid., 23

13 Ahmad Sosanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedi

(43)

25

Oleh sebab itu pemerintah telah memberikan arahan yang jelas

pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu :14

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan komunikasi dan bekerja sama.

B. Metode Pembelajaran Storytelling

1. Pengertian Metode Pembelajaran Storytelling

Metode itu sendiri adalah sebuah cara, yang mana dalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15 Metode juga dapat

diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah

disusun tercapai secara optimal. Makin tepat metodenya, maka makin

efektif pula pencapaian tujuan tersebut.16

Sedangkan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki

keterkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses

pendidikan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar.

14 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013),

hlm. 149.

(44)

Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar

menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan

tindakan yang harus dilakukan untuk mendapat hasil belajar yang baik.17

Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa metode pembelajaran adalah

cara atau langkah operasional yang digunakan untuk mempermudah

peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan.18 Fungsi metode dalam pembelajaran dirasa sangat penting

adanya, karena keberhasilan penerapan strategi pembelajaran sangat

bergantung pada cara guru memilih dan menerapkan metode

pembelajaran.19

Storytelling terdiri atas dua kata yakni story berarti cerita dan telling

yang berarti penceritaan. Apabila digabung storytelling berarti

penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Storytelling merupakan usaha

yang dilakukan oleh pendongeng atau pencerita untuk menyampaikan

perasaan, ide pikiran atau sebuah cerita serta lisan.20

Metode pembelajaran storytelling adalah metode yang digunakan

dalam pembelajaran untuk melatih kemampuan anak dalam aspek

bercerita. Metode storytelling cocok digunakan untuk semua pelajaran

yang memiliki indikator dengan kata kunci bercerita, serta melakukan

komunikasi di depan kelas.

17 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 3

18 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm.158 19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Media Prenada, 2006), hlm. 70

20 Farah Shofa Tsalis, Efektivitas metode Storytelling dalam meningkatkan pemahaman siswa pada

(45)

27

Storytelling memiliki banyak manfaat bagi guru yakni storytelling

dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan daya kesadaran,

memperluas imajinasi anak, orangtua atau menggiatkan kegiatan

storytelling pada berbagai kesempatan seperti ketika anak-anak sedang

bermain, anak menjelang tidur atau guru yang sedang membahas tema

digunakan metode storytelling.

Storytelling sebagai seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari

cerita-cerita yang dipertunjukkan atau dipimpin oleh satu orang di

hadapan banyak orang secara langsung, dimana cerita tersebut dapat

dinarasikan dengan cara diceritakan dengan gambar, foto, ataupun media

lainnya. Metode storytelling atau bercerita merupakan metode yang tepat

dalam memenuhi kebutuhan tersebut karena dalam cerita terdapat

nilai-nilai yang dapat dikembangkan.21

2. Manfaat Metode Pembelajaran Storytelling

Berbicara mengenai storytelling sungguh banyak manfaatnya. Tak

hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi orang yang mendongengkannya.

Menurut Hibana manfaat dari kegiatan mendongeng ini antara lain

adalah:22

a. Menumbuhkan minat baca.

b. Membangun kedekatan dan keharmonisan.

21 D. Nurcahyani, Pengarah Kegiatan Storytelling Terhadap Pertumbuhan

Minat Baca Siswa di TK Bangun 1 Getas Kec. Pabelan Kab. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro, 2010

22 Kusmiadi, Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD.

(46)

c. Media pembelajaran.

d. Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak.

e. Mengembangkan kemampuan berbicara anak.

f. Mengembangkan daya sosialisasi anak.

g. Sarana komunikasi anak dengan orangtuanya.

h. Media terapi anak-anak bermasalah.

i. Mengembangkan spiritualitas anak.

j. Menumbuhkan motivasi atau semangat hidup.

k. Menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti.

l. Membangun kontak batin antara pendidik dengan murid.

m.Membangun watak-karakter.

n. Mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan),

sosial, dan aspek konatif (penghayatan).

3. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Storytelling

Metode pembelajaran storytelling menekankan pada aktivitas siswa

(student centered). Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, motivator,

dan mediator dalampelaksanaan proses pembelajaran. Siswa akan bekerja

secara berpasangan bersama kelompoknya, dan dalam pembagian

tugasnya masing-masing siswa memiliki tanggung jawab sendiri untuk

menyelesaikan bagiannya masing-masing.23

23Anita Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo,

(47)

29

Dalam melakukan metode storytelling ini ada beberapa yang

langkah yang harus dilakukan oleh pendidik yaitu :24

a. Pengajar menyiapkan media pembelajaran berupa “teks bacaan

bergambar” untuk pembelajaran yang akan berlangsung. Media

pembelajaran ini di berikan sebagai panduan siswa dalam melakukan

kegiatan bercerita pada saat pembelajaran.

b. Pengajar membagikan media pembelajaran berupa “teks bacaan

bergambar” kepada siswa

c. Siswa membaca “teks bacaan bergambar” tersebut dengan seksama d. Pengajar mendemonstrasikan cara bercerita dengan baik di depan

kelas.

e. Siswa memberikan tanggapan terhadap demonstrasi yang pengajar

lakukan.

f. Siswa maju secara bergantian untuk bercerita tentang peristiwa

menyenangkan mereka, dengan bahasa masing-masing.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Storytelling

Kelebihan dari metode pembelajaran storytelling ini adalah :25

 Pembelajaran terpusat pada siswa (student centered).

 Membantu mengembangkan imajinasi dan kreatifitas

 Melatih daya tangkap, daya pikir dan konsentrasi

24 Siti Hamidah, Penerapan Metode Storytelling untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak dan

Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, (Universitas Pendidikan Indonesia: 2013)

25 Mualifah, Storytelling Sebagai Metode Parenting Untuk Pengembangan Kecerdasan Anak Usia

(48)

 Meningkatkan minat baca anak

 Menambah sejumlah pengetahuan sosial, moral dan lain-lain  Melatih keberanian anak dalam berkomunikasi di depan umum

 Mengembangkan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik

Setiap kelebihan pasti ada kekurangan dari metode ini adalah :

 Membutuhkan banyak waktu.

 Susah diaplikasikan kepada siswa yang minder dan tidak memiliki

keberanian melakukan komunikasi di hadapan teman serta gurunya.

 Terkadang cerita tidak sesuai topik yang telah ditentukan.

C. Keterkaitan antara Metode Storytelling dan Peningkatan Keterampilan Bercerita Peristiwa Menyenangkan Mata Pelajaran Ips

Pemilihan materi yang sesuai untuk metode storytelling adalah materi

yang mengandung indikator terkait bercerita. Hal ini dikarenakan metode

storytelling lebih menekankan pada keberanian untuk bercerita di depan

kelas, di hadapan guru dan teman-temannya. Metode storytelling melatih

anak untuk bisa menceritakan kembali setelah ia usai membaca sebuah cerita.

Pada mata pelajaran IPS materi dokumen dan benda berharga sebagai

sumber cerita, terdapat indikator untuk pencapaian tersebut, yakni

menceritakan peristiwa menyenangkan bersama keluarga. Sehingga antara

mata pelajaran IPS materi bercerita melalui foto dan metode storytelling

(49)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendiskripsikan bentuk

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan siswa pada mata pelajaran IPS, dengan menerapkan metode

pembelajaran storytelling. Dengan demikian data yang akan dikumpulkan

dalam penelitian bersifat deskriptif yaitu terkait dari urutan-urutan kegiatan

pembelajaran siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian penelitian tindakan kelas.

Riset dari pendekatan kualitatif, yaitu proses, pemahaman, kompleksitas,

interaksi, dan fenomena yang terjadi pada kehidupan manusia. Proses dalam

melakukan penelitian tindakan kelas merupakan penekanan dalam riset

kualitatif. Oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti lebih

berfokus pada prosesnya dibanding hasil akhir. Sebab proses membutuhkan

waktu dan kondisi yang berubah-ubah, teknik definisi riset ini akan

berdampak pada desain riset dan cara-cara dalam pelaksanaannya yang

berubah-ubah juga.1

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Menurut Hopkins, PTK disebut juga dengan classroom

(50)

action research (CAR). Penelitian CAR atau PTK sudah menunjukkan isi

yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yanng

dilaksanakan di kelas. Ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dari istilah

tersebut, yaitu :2

 Penelitian merupakan suatu kegiatan mengamati serta menganalisis

sebuah objek dengan menerapkan cara dan aturan metodologi tertentu

untuk memperoleh data atau informasi, dengan tujuan dan tentunya

bermanfaat dalam meningkatkan mutu bagi suatu hal yang diminati.

 Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus

kegiatan untuk siswa-siswi.

 Kelas dalam hal ini tidak hanya terikat pada ruang kelas saja, tetapi

dalam pengertian pembelajaran yang lebih spesifik, yakni sekelompok

siswa-siswi yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan tiga kata tdi atas, yakni penelitian, tindakan, dan

kelas, maka dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan menerapkan

tindakan-tindakan tertentu, yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan

praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan secara bersama di kelas secara

profesional.3

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kegiatan untuk mengamati serta

menganalisis kegiatan belajar sekelompok siswa-siswi dengan memberikan

2Ibid., hlm. 9

(51)

33

sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan.4 Tindakan tersebut berupa

dari guru yang dilakukan oleh siswa-siswi.5

Dengan PTK, guru akan memperoleh manfaat yang cukup besar. Guru

dapat memahami lebih jauh dan jelas terkait bidang kajian dan

masalah-masalah yang ada dan bagaiman cara mengatasinya. Dengan begitu, persoalan

yang ada dalam proses pembelajaran akan segera dapat diatasi, dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.6

PTK selain bertujuan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran,

juga bermaksud untuk meningkatkan aktivitas guru. Pewaris langsung dari

PTK ini adalah para siswa-siswi. Hal ini berarti indikator-indikator

keberhasilan yang relevan adalah perilaku siswa, baik dalam arti respon

pembelajaran terhadap perlakuan pembelajaran maupun kinerja pembelajaran

siswa. Oleh sebab itu, PTK harus dapat memberi tekanan terhadap kedua

tujuan tersebut.7

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan

(Field Research), yakni penelitian yang dilakukan dalam situasi alamiah akan

tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari pihak peneliti.

Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti

segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kendali atau

kontrol parsial terhadap situasi di lapangan.8

4 E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 11 5Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 3

(52)

Pada penelitian ini, peneliti menerapkan model penelitian tindakan kelas

yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model PTK Kurt Lewin ini 1 siklusnya

terdiri dasi 4 langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau

tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflekting).9

Model ini menggambarkan sebuah spiral dari suatu siklus kegiatan,10 yang

mana dalam sebuah penyelesaian masalah bisa diperlukan lebih dari satu

siklus, dan siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan.11

Bagan 3.1

Prosedur PTK model Kurt Lewin

Dst

9 Rido kurnianto dkk, Penelitian Tindakan kelas paket 5, (surabaya: Aprinta, 2009), hlm 12. 10 Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2012), hlm 62.

11Masykuri Bakri, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Lapis-PGMI, 2009), hlm. 5-12 Identifikasi

Masalah

Perencanaan (Planning)

Tindakan (acting) Refleksi

(reflecting) Siklus 1

Observasi (observing)

Siklus 2

(53)

35

1. Menyusun perencanaan (planning). Pada tahap ini kegiatan yang harus

dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ; [2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang di

perlukan di kelas ; [3] mempersiapkan instrument untuk merekam dan

menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (acting). Pada tahap ini peneliti harus

melaksanakan tindakan yang telah di rumuskan pada RPP dalam

situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan

kegiatan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (observing). Pada tahap ini, yang harus

dilakukan oleh peneliti adalah [1] mengamati perilaku siswa-siswi

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; [2] memantau kegiatan

diskusi / kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; [3] mengamati

pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi

pembelajaran,yang telah di rancang sesuai dengan tujuan PTK.

4. Melakukan refleksi (reflecting). Pada tahap ini, yang harus dilakukan

oleh peneliti adalah [1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi

hasil observasi; [3] menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat

kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan

(54)

B. Setting dan Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Yaqin

Surabaya. Peneliti memilih sekolah ini dengan pertimbangan

sebagai berikut:

 Untuk mata pelajaran IPS, di kelas II MI Nurul Yaqin belum

pernah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan

suatu model, strategi maupun metode tertentu, sehingga

suasana pembelajaran di kelas terkesan monoton.

 Keterampilan bercerita peristiwa menyenangkansiswa secara

lisan pada mata pelajaran IPS, dirasa cenderung rendah.

 Pihak sekolah utamanya guru dan wali kelas II sangat

mendukung dilaksanakannya penelitian tindakan kelas (PTK)

dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkanmata pelajaran IPS.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

Waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah

Karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan

(55)

37

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas II

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin yang berlokasi di jalan Kedung

Cowek, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. Jumlah siswa kelas II di MI

Nurul Yaqin ada 31 siswa. Alasan peneliti memilih kelas II MI Nurul

Yaqin sebagai subyek penelitian didasarkan pada hasil observasi dan

wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran

IPS didapatkan :

1) Keterampilan bercerita siswanya masih sangat kurang.

2) Siswa merasa kurang bersemangat saat proses pembelajaran,

dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa

inovasi atau inisiatif dalam pembelajaran.

3) Siswa kurang aktif dalam mengikuti jalannya pembelajaran IPS.

C. Variabel yang di Teliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan

keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan dengan menerapkan

model storytelling pada mata pelajaran IPS kelas II. Disamping variabel

tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :

1) Variabel input : Siswa kelas II MI Nurul Yaqin Surabaya

(56)

3) Variabel output : Peningkatan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan mata pelajaran IPS.

D. Rencana Tindakan

Dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada mata pelajaran

IPS, penelitian ini menerapkan model siklus milik model PTK Kurt Lewin.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, model PTK Kurt Levin ini 1

siklusnya terdiri dasi 4 langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning),

(2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi

(reflekting).

Peneliti menerapkan model siklus milik Kurt Lewin dengan didasarkan

pada beberapa alasan yakni, apabila pada awal pelaksanaannya banyak

terdapat kekurangan dan hasilnya kurang maksimal, maka peneliti bisa

mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus selanjutnya sampai apa

yang menjadi target peneliti telah tercapai.

1. Pada Siklus 1

a. Menyusun Perencanaan (planning)

Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah :

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran

IPS KD “memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga

sebagai sumber cerita”, dengan menerapkan metode

(57)

39

2) Membuat lembar soal, serta lembar observasi kegiatan guru

dan siswa.

3) Menyiapkan media dan sumber pembelajaran berupa video,

teks bergambar dan foto pribadi.

4) Menyusun instrumen penilaian performance, yakni mencakup

intonasi suara, kelancaran bercerita, kesesuaian cerita dengan

dokumen penting, dan keberanian.

b. Melaksanakan Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah di

rumuskan pada RPP terkait mata pelajaran IPS dalam situasi yang

actual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Langkah-langkah dari kegiatan-kegiatan tersebut yakni

sebagai berikut :

Kegiatan Awal (10 menit)

1) Membuka proses belajar mengajar dengan mengucap

salam dan menanyakan kabar siswa

2) Siswa menjawab saat guru bertanya kabar mereka

3) Membaca do’a sebelum belajar bersama-sama

4) Mengonfirmasi kehadiran siswa

5) Memberi motivasi yang bertujuan untuk mengembalikan

semangat dalam mengikuti proses pembelajaran

6) Menghubungkan pengalaman siswa dengan materi yang

(58)

7) Menyampaikan materi yang akan dibahas serta tujuan

mempelajarinya

Kegiatan Inti (50 menit) Eksplorasi

1) Guru menggali informasi dari siswa dengan cara

bertanya terkait peristiwa menyenangkan yang pernah

mereka alami

2) Guru mengaitkan informasi dari siswa dengan media

pembelajaran yang telah disiapkan

3) Guru membagikan media pembelajaran berupa “Teks

bergambar” kepada siswa

4) Siswa menggali informasi melalui kegiatan membaca

“Teks bergambar”

5) Guru menayangkan video terkait bercerita melalui foto

6) Siswa memberikan tanggapan terhadap demonstrasi

yang pengajar lakukan

7) Siswa berkelompok secara berpasangan dengan teman

sebangku

8) Setiap siswa menyiapkan foto pribadi yang telah

dibawa dari rumah sebagai media untuk bercerita di

(59)

41

Elaborasi

1) Guru membuat kartu undian sesuai dengan jumlah

kelompok

2) Perwakilan kelompok mengambil undian secara

bergantian, siswa akan maju bergantian sesuai nomer

urut yang di dapatkan

3) Siswa secara berpasangan maju untuk menceritakan

peristiwa menyenangkan sesuai dengan foto yang

mereka bawa

4) Siswa lain menanggapi cerita yang telah disampaikan

Konfirmasi

5) Guru memberikan apresiasi terhadap performance

siswa

6) Guru memberikan umpan balik yang positif

7) Guru memberikan pemantapan materi melalui berbagai

sumber

8) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi

yang telah dipelajari untuk mengetahui ketercapaian

materi

Kegiatan Penutup (10 menit)

1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang

telah usai

(60)

3) Siswa mendapat tugas rumah terkait materi yang baru

saja dipelajari

4) Guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

5) Guru meminta siswa untuk membaca hamdalah sebagai

penutup kegiatan pembelajaran .

6) Guru mengucap salam

c. Melaksanakan Pengamatan (observing)

Pada tahap ini, peneliti mengamati perilaku siswa siswi dalam

mengikuti proses pembelajaran, khusunya pada saat metode

pembelajaran storytelling mulai diterapkan pada mata pelajaran

IPS. Peneliti juga mengamati keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan dari tiap-tiap anak. Pengamatan terhadap tingkat

keterampilan berceritanya dapat dilihat pada saat peneliti meminta

siswa untuk bercerita di depan kelas. Pengamatan keterampilan

bercerita peristiwa menyenangkan dapat dilihat dari nilai

performance yang masing-masing telah diperoleh siswa dari hasil

bercerita di depan kelas. Hasil tersebut akan digunakan untuk

merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya. Hal yang

dilakukan pengamat adalah:

a) Mengamati dan mencatat sikap dan keaktifan siswa dan

guru selama proses perbaikan pembelajaran dalam lembar

(61)

43

b) Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:

1) Lembar pengamatan kegiatan siswa (observasi)

2) Lembar instrumen pertanyaan wawancara dengan guru

d. Melakukan Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis

hasil observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I, yakni

mengevaluasi hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran

sedang berlangsung, serta menganalisis hasil observasi yang telah

dicatat pada lembar pengamatan. Selain itu yang perlu dilakukan

peneliti adalah menganalisis keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkandari siswa kelas II MI Nurul Yaqin mata pelajaran

IPS melalui unjuk kerja yang telah dilakukan. Peneliti juga dapat

mencatat kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses

pembelajaran siklus I, untuk dijadikan bahan penyusunan

perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Setelah pelaksanaan siklus I dengan empat tahapan yang

telah terlaksana sesuai model PTK Kurt Lewis tersebut di atas,

maka dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dan

hambatan yang terjadi pada siklus pertama. Setelah itu peneliti

mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan

pada siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa

kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk

(62)

menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan

dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari

tindakan sebelumnya yang ditunjukkan untuk mengatasi berbagai

hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

2. Pada Siklus II

a. Menyusun Perencanaan (planning)

1) Melakukan refleksi dan analisis bersama antara guru dan

peneliti terhadap peningkatan keterampilan bercerita peristiwa

menyenangkan mata pelajaran IPS.

2) Mengidentifikasi masalah

3) Menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah yang

muncul pada siklus I yang belum teratasi.

4) Menetapkan alternatif pemecahan masalah.

b. Melaksanakan Tindakan (acting)

Pada tahap ini, peneliti melakukan tindakan perbaikan sesuai

dengan yang direncanakan dalam RPP. Pada pelaksanaannya,

peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS kelas II MI

Nurul Yaqin Surabaya. Peneliti menerapkan metode storytelling

dengan media benda berharga milik masing-masing siswa

berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

c. Melaksanakan Pengamatan (observing)

 Peneliti memperoleh data hasil keterampilan bercerita peristiwa

(63)

Gambar

Gambar Judul Gambar
Tabel 3.1
Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Tabel 3.2 Performance
Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lampu Otomatis Yang Diaktifkan Suara adalah suatu rangkaian elektronika yang outputnya berupa lampu menyala dengan memberikan inputan suara yang kepekaannya bisa diatur

Hasil penelitian dan pengujian generator HHO tipe basah ini didapatkan generator terbaik pada ketebalan elektroda 1 mm diperoleh data hasil pengujian dengan daya

Berdasarkan hal ini, peneliti melakukan penelitian memodifikasi pati untuk mensintesis pati sitrat dari pati singkong dalam jumlah asam sitrat yang bervariasi

Djarum Super yang pada saat itu menjadi rokok kretek filter dengan penjualan. terbaik di

Koordinasi di bidang Statistik dilaksanakan antara Pemerintah Kota Semarang dengan Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997

Dari beberapa penjelasan para pakar tenteng pengertian perpustakaan sekolah tersebut, dapat dipahami bahwa perpustakaan sekolah adalah sarana penunjang pendidikan di

kultur keluarga dan kultur sekolah sebagai variabel yang diduga kuat berhubungan dengan minat siswa berwirausaha.. C.

Berdasarkan Perarturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008, RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi