• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMBACA BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUAR ASING (BIPA) BERBASIS BUDAYA INDONESIA TINGKAT MENEGAH DI INDONESIAN STUDIES PROGRAM (ISP)

MCE

Etik Nuraeni

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Program pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing atau yang lebih populer dengan sebutan BIPA, menunjukkan perkembangan yang pesat dan positif Semakin banyak lembaga yang menyelenggarakan program BIPA baik di dalam maupun di luar negeri. Semakin tingginya animo nasyarakat dunia terhadap BIPA harus disikapi secara positif dan serius antara lain dengan penyediaan failitas pembelajaran termasuk buku ajar. Buku ajar merupakan komponen penting di dalam pembelajaran. Buku ajar yang paling sesuai adalah yang bisa mengakomodasi kebutuhan pebelajar asing. Indonesian Studies Program (ISP) merupakan salah satu penyelenggara program BIPA di Malang, Jawa Timur. ISP juga berkewajiban untuk menyediakan bahan ajar untuk kepentingan pembelajaran. Salah satu buku ajar yang mendesak untuk diwujudkan adalah buku keterampilan membaca.

Potensi Indonesia dengan keragaman budayanya merupakan hal yang menarik bagi orang asing yang bisa diangkat sebagai materi bahan ajar membaca. Hal ini juga selaras dengan tujuan orang asing yang belajar di Indonesia selain untuk kepentingan akademis juga kepentingan rekreatif. Pegintegrasian budaya Indonesia ke dalam bahan ajar cukup efektif sebagai saran pembelajaran. Pebelajar asing selain bisa meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia juga memeroleh pengetahuan tentang Indonesia. Informasi tentang Indonesia yang dimasukkan dalam buku ajar akan memberikan pemahaman yang objektif tentang Indonesia sekaligus juga membantu pebelajar agar dapat berbahasa Indonesia sesuai dengan konteksnya sehingga permasalahan-permasalahan gegar budaya bisa dikurangi.

(2)

PENDAHULUAN

Globalisasi membuat

hubungan antar negara di seluruh dunia menjadi semakin terbuka lebar. Efek globalisasi menyebabkan sekat-sekat di antara bangsa-bangsa menjadi tidak tampak lagi. Memasuki era perdagangan bebas di Asean (2002), Asian Pasific Economic Coorporation (APEC), 2010, dan dunia (2020), bahasa memiliki peranan penting sebagai sarana komunikasi bisnis. Untuk menjembatani komunikasi antar bangsa, bahasa memiliki peran penting sebagai penghubung antar masyarakat penggunan bahasa yang berbeda dengan tidak meninggalkan karakteristik dan identitas masing-masing.

Dalam komunikasi, bahasa memiliki peran penting sebagai penghubung antar masyarakat pengguna bahasa yang berbeda dengan tidak meninggalkan karakteristik dan identitas masing-masing. Bahasa merupakan media penting untuk mewujudkan hubungan yang terbuka. Melihat kondisi semakin terbukanya hubungan antar masyarakat di dunia, Indonesia merupakan lahan potensial untuk didatangi berbagai bangsa. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki potensi kekayaan alam dan budaya yang melimpah dan beragam. Melihat fenomena tersebut, pembelajaran bahasa untuk orang asing (BIPA) merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan. Pengajaran BIPA merupakan salah satu sarana untuk mengenalkan Indonesia ke negara-negara lain. Melalui pembelajaran BIPA, para pebelajar asing bisa memiliki kemampuan

berbahasa Indonesia untuk digunakan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat Indonesia. Bagi orang asing, belajar bahasa Indonesia digunakan sebagai alat untuk berbagai kepentingan misalnya pekerjaan, akademis, wisata, kepentingan penelitian, dan sebagainya.

Akhir-akhir ini minat masyarakat dunia untuk memelajari BIPA semakin meningkat. Fenomena ini harus disikapi secara positif dan serius. Lembaga-lembaga BIPA semakin banyak bermunculan seiring dengan tingginya minat orang asing untuk belajar bahasa Indonesia. Kondisi ini harus diimbangi dengan penyediakan fasilitas pembelajaran yang memadai sesuai dengan kebutuhan pebelajar asing. Salah satunya adalah penyediaan buku ajar sebagai sarana penting dalam proses pembelajaran BIPA. Kenyataannya, belum banyak buku ajar BIPA yang tersedia di pasaran sehingga setiap lembaga harus mengadakan sendiri untuk kepentingan pembelajaran di lembaga tersebut. Idealnya, buku ajar BIPA adalah buku ajar yang sesuai dengan kebutuhan pebelajar. Hal ini disebabkan karakter dan tujuan pebelajar asing berbeda-beda. Akan tetapi, dengan sudah tersedianya buku ajar akan membantu mengatasi permasalahan pembelajaran sehingga pengajar BIPA sudah memiliki kesiapan untuk mengajar. Oleh karena itu pengadaan buku ajar harus diwujudkan mengingat pentingnya alat ini dalam proses belajar mengajar.

(3)

tersebut lahit, hidup, berkembang, dan dipakai penuturnya. Orang asing yang belajar BIPA di Indonesia akan tinggal dan bergaul dengan masyarakat Indonesia. Mereka akan beradaptasi dengan budaya Indonesia. Masalah gegar budaya sangat mungkin terjadi karena pebelajar asing kurang memahami penggunaan bahasa sesuai dengan konteksnya. Kondisi ini sering terjadi sehingga membuat pebelajar asing tertekan, stres, menyendiri, bahkan hal yang fatal bisa terjadi pebelajar asing menghentikan program belajarnya dan minta pulang ke negaranya.

Pembelajar asing yang belajar di Indonesia juga memiliki kepentingan lain untuk pergi ke beberapa wilayah Indonesia untuk kepentingan rekreasi. Beberapa fenomena tersebut perlu disiasati agar

pembelajaran BIPA bisa

mengakomodasi berbagai keperluan dan menguarangi berbagai permasalahan yang mungkin muncul. Salah satu cara yang cukup efektif adalah dengan melakukan pembelajaran bahasa Indonesia

dengan mengintegrasikan

pengetahuan budaya Indonesia. untuk mewujudkan tujuan ini harus disediakan buku ajar yang memuat konten budaya Indonesia. Dengan cara ini, pebelajar asing selain dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia juga memiliki pengetahuan tentang Indonesia yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan. Informasi keindonesiaan khususnya tentang Indonesia bisa diwadahi dalam buku ajar khusus keterampilan membaca.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam

kegiatan belajar mengajar (Majid, 2007: 174). Fauziah (2014: 41) mengutip pendapat Sudrajad, bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulsi sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar tersebut berupa informasi, alat, atau teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk

perencaan implementasi

pembelajaran.

Indonesian Studies Program (ISP), sebagai salah satu lembaga BIPA perlu menyediakan buku ajar membaca yang mengintegrasikan budaya Indone-sia. Dengan muatan budaya, pebelajar asing akan bisa meningkatkan keterampilan membaca sekaligus mendapatkan informasi tentang Indonesia khsusunya dari aspek budayanya. Target selanjutnya, pebelajar bisa membaca sendiri informasi dari berbagai media tanpa bantuan pengajar. Membaca merupakan alat penting untuk mendapatkan informasi dan bisa dilakukan sendiri dengan catatan pebelajar sudah memiliki kemampuan berbahasa Indonesia. Melalui pembelajaran membaca pebelajar dilatih untuk memahami bacaan, berpikir kritis terhadap isi bacaan, dan menerapkan secara kreatif dalam berbagai aspek.

(4)

pembelajaran. Kondisi ini dialami banyak lembaga penyelenggara BIPA termasuk ISP. Para pengajar menyediakan sendiri bahan ajar membaca yang diambil dari berbagai sumber. Keterbatasan buku ajar membaca juga disampaikan oleh Bernard dan Kuncoro (2000). Buku ajar yang sudah banyak dibuat adalah buku ajar keterampilan berbicara.

Penelitian pengembangan bahan ajar BIPA juga masih belum banyak dilakukan terutama penelitian pengembangan bahan ajar membaca BIPA yang berbasis budaya Indonesia. Gatut Susanto (2008)

mengadakan penelitian

pengembangan tentang Bahan Ajar BIPA Tingkat Pemula untuk Pebelajar Jepang. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar khusus untuk pebelajar BIPA dari Jepang yang berisi empat keterampilan berbahasa dan tata bahasa yang dikemas dalam bentuk pembelajaran integratif. Bahan ajar yang dihasilkan dibuat berdasarkan karakterstik pebelajar karena bahan ajar yang disesuaikan akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Penelitian mengenai bahan ajar BIPA juga dilakukan oleh Kholiyah Salaeh (2011) mahasiswa dari Thailand yang menempuh pendidikan S2 di Universitas Negeri Malang. Dalam penelitian tesisnya, Salaeh mengangkat judul Pengembangan Bahan Ajar Tata Bahasa Indonesia untuk Pembelajar Thailand Tingkat Pemula. Bahan ajar ini berbentuk buku yang terdiri dari 10 unit dan dipakai sebagai bahan ajar tambahan/pendampinh bahan ajar utama. Penelitian bahan ajar BIPA lainnya dilakukan oleh Riqoh Fariqoh (2013) mengenai Pengembangan

Bahan Ajar Membaca untuk Pembelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Tingkat Dasar. Penelitian bahan ajar membaca juga dilakukan oleh Andika Eko Prasetyo (2015) yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar BIPA Bermuatan Budaya Jawa bagi Penutur Asing Tingkat Pemula.

Beberapa penelitian bahan ajar tersebut memberi kontribusi dan pertimbangan untuk mengadakan penelitian pengembangan bahan ajar BIPA. Penelitian ini dilakukan di Indonesian Studies Program (ISP) MCE. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan bahan ajar membaca bahasa Indonesia bagi penutur aing berbasis budaya Indonesia tingkat menengah dalam bentuk buku. Penelitian ini perlu dilakukan karena ISP sebagai lembaga BIPA yang sudah berdiri sejak 2002 belum memiliki buku ajar keterampilan membaca. Bahan ajar ini selain untuk mengakomodasi kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia juga memberikan wawasan keindonesiaan kepada pebelajar asing khususnya budaya Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di ISP selain dilaksanakan melalui pendekatan integratif, ada juga yang dilaksanakan dengan pendekatan diskret atau terpisah berdasar keterampilan bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran dengan pendekatan diskret diperlukan bahan ajar sesuai dengan keterampilan berbahasa Indonesia, salah satunya bahan ajar membaca.

(5)

buku ajar harus disesuaikan dengan standar pelevelan kemampuan berbahasa Indonesia pebelajar. Perancangan buku ajar juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pebelajar. Berdasarkan standar pelevelan tersebut, buku ajar yang dirancang ada yang berupa buku ajar BIPA tingkat pemula, buku ajar tingkat menengah, dan buku ajar tingkat lanjut. Buku ajar yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah buku ajar membaca untuk pebelajar BIPA yang berada pada level menengah.

MANFAAT PENELITIAN

Peneltian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis.

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan teori mengenai pengembangan bahan ajar membaca BIPA berbasis budaya Indonesia bagi pebelajar asing tingkat menengah. Penelitian ini juga dapat memberikan pemahaman kepada pengajar BIPA tentang penerapan budaya Indonesia dalam pembelajaran keterampilan membaca BIPA.

Secara praktis, hasil penelitian bermanfaat bagi pebelajar, pengajar, dan penyelenggara program BIPA. Manfaat hasil penelitian bagi pebelajar asing adalah dapat

meningkatkan penguasaan

keterampilan membaca karena disesuaikan dengan kemampuan pebelajar yang berada paa level menengah. Latihan-latihan yang dirancang ditujukan agar pebelajar bisa memahami setiap topik secara mendalam. Setiap topik yang disajikan berisi informasi budaya yang beragam sehingga bisa

memberikan wawasan budaya Indonesia kepada pebelajar asing, mengetahui kondisi Indonesia yang sebearnya, dan menyikapinya secara onjektif. Manfaat bagi pengajar adalah bisa memberikan referensi bahan ajar membaca BIPA mengingat masih terbatasnya referensi bahan ajar BIPA yang disusun terpisah berdasarkan keterampilan berbahasa. Selain itu, melalui produk bahan ajar ini pengajar dapat memberikan informasi budaya Indonesia kepada pebelajar melalui tema-tema budaya yang terdapat dalam buku ajar. Sementara itu, bagi penyelenggara BIPA, hasil penelitian ini akan menambah referensi bahan ajar BIPA sehingga lembaga BIPA semakin kompeten dan terus berkembang. Hasil penelitian ini juga dapat memberi sumbangan untuk memperkaya perangkat pembelajaran yang dapat digunakan oleh pebelajar asing tingkat menengah. Selain itu, bahan ajar ini diharapkan dapat melengkapi dan menyempurnakan bahan ajar sejenis yang telah ada.

METODE PENGEMBANGAN

Penelitian pengembangan bahan ajar membaca membaca bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) berbasis budaya Indonesia tingkat menengah di Indonesian Studies Program (ISP) MCE mengacu pada desain penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D) yang diadaptasi dari model pengembangan Borg and Gall. Menurut Borg and Gall (1983: 772),

(6)

pengertian tersebut maka rangkaian langkah-langkah penelitian pengembangan dilakukan secara siklis, pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya hingga pada akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru. Metode penelitian ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Alasan lain penggunaan pendekatan penelitian dan pengembangan karena dipandang tepat untuk mengembangan model pembelajaran yang tujuannya tidak sekedar menemukan profil implementasi atau praktik-praktik pembelajaran, tetapi lebih dari itu, yaitu mengembangankan model pengembangan yang efektif dan mudah dalam penerapnnya sesuai kondisi dan kebutuhan nyata pebelajar. Penelitian dan pengembangan R & D juga memiliki keunggulan terutama jika dilihat dari prosedur kerjanya yang sangat memerhatikan kebutuhan dan kondisi tempat pebelajar asing yang belajar bahasa Indonesia.

Dalam penelitian ini, dilakukan penyesuaian dengan membatasi penelitian sampai lima tahap, yaitu pada tahap revisi/perbaikan desain setelah validasi desain oleh ahli, praktisi, dan pebelajar BIPA. Adapun lima tahapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yaitu 1) tahap pertama berupa persiapan/pra pengembangan, (2) tahap kedua awal pengembangan prototipe bahan ajar, (3) tahap ketiga desain produk, (4) tahap keempat validasi produk, dan (5) tahap kelima revisi dan perbaikan produk.

Uji coba produk dilakukan untuk memeroleh gambaran mengenai tingkat ketepatan dan kelayakan bahan ajar yang sudah disusun. Selain itu, uji coba produk ini dilakukan untuk melakukan evaluasi awal terhadap produk yang dihasilkan. Hasilnya akan digunakan sebagai acuan untuk merevisi produk bahan ajar, agar produk memiliki kualitas yang baik dan layak untuk digunakan. Uji coba produk meliputi, (1) desain uji coba produk, (2) subjek data, (3) jenis data, (4) instrumen pengumpulan data, dan (5) teknik analisis data.

Desain uji coba produk dilaksanakan melalui penilaian atau validasi yang dilakukan oleh ahli BIPA, ahli desain grafis, praktisi /pengajar, dan pebelajar BIPA. Melalui kegiatan ini akan diketahui tingkat kelayakan bahan ajar yang sedang dikembangkan melalui berbagai kritik, saran, komentar, masukan, dan penilaian yang objektif yang diberikan oleh tim validasi dalam penelitian ini. Subjek uji coba produk pengembangan bahan ajar terdiri atas ahli pembelajaran BIPA, ahli desain grafis, praktisi/pengajar BIPA, dan pebelajar asing yang belajar di ISP MCE. Ahli BIPA.

(7)

asing dan pengajar BIPA terhadap pengembangan bahan ajar. Jenis data validasi produk pengembangan bahan ajar terdiri atas ahli pembelajaran BIPA, ahli desain grafis, praktisi/pengajar BIPA, dan pebelajar asing yang belajar di ISP MCE. Data yang terkumpul berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, catatan, komentar, dan saran-saran yang disampaikan oleh subjek uji coba. Data kualitatif juga didapatkan dari hasil diskusi dengan para ahli, pengajar BIPA, dan pebelajar BIPA. Sementara itu, data kuantitatif didapatkan dari kegiatan validasi oleh ahli pembelajaran BIPA, ahli desain grafis, uji lapangan kepada pengajar BIPA dan pebelajar BIPA di ISP MCE. Hasil yang didapat dari data ini akan dipakai sebagai acuan untuk mengembangkan produk akhir bahan ajar membaca BIPA berbasis budaya Indonesia tingkat menengah di ISP MCE.

Dalam penelitian ini digunakan sejumlah instrumen penelitian yang berfungsi untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang berisi sejumlah indikator yang sesuai dengan data yang dibutuhkan pada tahap apa penelitian tersebut dilakukan.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) data analisis kebutuhan bahan ajar membaca BIPA berbasis budaya Indonesia tingkat menengah yang diperoleh melalui angket dari pengajar/praktisi BIPA dan pebelajar asing yang berlajar di ISP MCE, dan (2) dari dari penilaian ahli terhadap

bahan ajar membaca BIPA berbasis budaya Indonesia.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar, masukan, dan saran perbaikan yang didapatkan dari kegiatan analisis kebutuhan penelitian bahan ajar membaca berbasis budaya Indonesia dan dari kegiatan penilaian atau validasi terhadap bahan ajar.

Sementara itu, analisis data kuantitatif berupa penafsiran data penelitian yang didapatkan dari angket baik pada kegiatan analisis kebutuhan maupun penilaian bahan ajar. Dalam hal ini pengolahan data menggunakan analisis data statistik deskriptif. Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan

mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang terkumpul apa adanya dari sampel (Sugiyono, 2010: 208). Data kuantitatif berupa penyekoran yang diperoleh dari angket yang diberikan kepada subjek uji data. Data yang terkumpul dari angket kemudian diolah dengan skala angka dan dihitung secara statistik sehingga dapat terkumpul penilaian yang relevan dengan deskripsinya. Data dikelompokkan berdasarkan variabel dan jenis subjek penelitian. Selanjutnya, dilakukan tabulasi data dan penghitungan untuk mengambil simpulan. Sesudah itu, dilakukan penarikan simpulan dari paparan data yang berupa hasil temuan yang menonjol serta koreksi ahli sehingga memenuhi tujuan penelitian.

(8)

penyajian /sistematika buku ajar, aspek kebahasaan, dan aspek kegrafikan/tampilan buku ajar.

Sementara itu, kegiatan uji validasi tuntuk mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar yang sedang dikembangkan melalui berbagai kritik, saran, komentar, masukan, dan penilaian yang objektif yang diberikan oleh tim valdasi dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari penyebaran angket validasi kepada ahli pembelajaran BIPA, ahli desain grafis, praktisi, dan pebelajar BIPA yang sudah divalidasi, kemudian dianalisis.

HASIL PENGEMBANGAN

Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar membaca bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) berbasis budaya Indonesia di Indonesian Studies Program (ISP) MCE. Produk ini sudah melalui uji validitas oleh ahli pembelajaran BIPA, ahli desain grafis, praktisi BIPA di ISP, dan pebelajar BIPA di ISP. Prototipe bahan ajar diperoleh dari analisis kebutuhan terhadap pebelajar BIPA dan pengajar BIPA di ISP MCE. Rancangan produk bahan ajar diperoleh dari hasil analisis kebutuhan. Prototipe bahan ajar berbentuk buku yang dikategorikan menjadi lima bagian, meliputi: (a) bentuk fisik, (b) muatan, dan (c) isi/materi. Bentuk fisik Bahan ajar disusun dengan menggunakan kertas HVS putih 80 gram berukuran B5 (176 x 250 mm). Adapun sampul buku menggunakansoft cover. Bahan ajar disusun dengan tebal 200 halaman menyesuaikan kebutuhan materi. Muatan isi/materi ajar terdiri atas tiga bagian, meliputi: (a) Kegaiatan Pendahuluan, (b) Kegiatan

Inti, dan (c) Kegiatan Lanjutan. Bagian halaman sampul dalam buku berisi judul buku, nama pengarang, dan ilustrasi. Sedangkan bagian isi/materi berupa bacaan sesuai tema dan latihan-latihan. Prototipe bahan ajar kemudian dilakukan uji validitas.

Pengolahan data vaiditas kelayakan produk bahan ajar menggunakan interpretasi yang dikemukanan oleh Sugiono (2010: 417-421). Penjelasan interpretasi tersebut adalah sebagai berikut. (1) Jika uji kelayakan produk mencapai tingkat persentase 85-100%, artinya produk tergolong sangat layak dan siap untuk dimplementasikan, (2) jika uji kelayakan produk mencapai tingkat persentase 75-84%, produk tergolong layak dan siap untuk dimplementasikan, (3) jika uji kelayakan produk mencapai tingkat persentase 55-74%, produk tergolong cukup layak dan perlu direvisi, (4) jika uji kelayakan produk mencapai tingkat persentase < 55%%, produk tergolong tidak layak dan harus direvisi.

(9)

tersebut menunjukkan bahwa produk bahan ajar memiliki kualifikasi layak untuk diterapkan.Akan tetapi, masih perlu dilakukan perbaikan berdasarkan saran dan komentar dari uji ahli BIPA. Secara umum komentar dari ahli BIPA adalah penataan dan pembenahan pada sub judul/pernyataan pada sub judul, perlu ada keterangan gambar, perlu diperjelas hubungan antar teks dalam setiap unit, penataan tata tulis, pemberian keterangan di bawah gambar supaya gambar berfungsi, penghilangan ruang jawaban dupaya tidak terkesan seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), dan pengecekan ulang tentang pembahasaan. Saran lainnya yaitu penggantian Kegiatan Lanjutan menjadi Pengayaan.

Uji validitas produk bahan ajar juga dilakukan kepada ahli grafika yaitu Dr. Abdul Rani, M.Pd, yang meliputi aspek-aspek ukuran buku, desain kulit buku, dan desain buku. Hasil uiji validitas terhadap produk bahan ajar yang dilakukan oleh ahli desain grafis adalah, rata-rata kelayakan ukuran buku bahan ajar mencapai 87,57%, rata-rata aspek desain kulit buku bahan ajar mencapai 86,5%, dan rata-rata kelayakan aspek desain buku bahan ajar mencapai 92,19%. Hasil tersebut menunjukkan menunjukkan bahwa produk bahan ajar memiliki kualifikasi sangat layak diterapkan dari segi desain buku bahan ajar.Tindak lanjut dari hasil aspek ini adalah implementasi. Hasil analisis keseluruhan aspek mencapai 89,52%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk bahan ajar ini memiliki kualifikasi sangat layak untuk diterapkan. Akan tetapi, masih perlu dilakukan perbaikan

berdasarkan saran dan komentar dari uji ahli desain grafis. Secara umum komentar dari ahli desain grafis adalah perlu diperhatikan pemenggalan akhir baris, konsistensi style, jarak spasi yang terlalu lebar, penggantian judul menjadi huruf besar semua, penggantian instruksi dengan kata kerja, pemberian subjudul sebelum instruksi, penggantian bagian Kegiatan Pendahuluan menjadi Membangun Skemata, konsistensi penulisan, tidak boleh ada halaman kosong pada setiap unit keculai pergantian unit. Unit baru harus ada di sebelah kanan karena fokus penglihatan pembaca pada umumnya ada di sebelah kanan. Ahli desain grafis juga menyarankan agar ada konsistensi tampilan gambar di bawah setiap judul unit karena ada satu unit yaitu unit 10 tidak ada tampilan gambar sehingga konsisten dengan unit-unit lainnya. Saran lainnya adalah penghilangan penomoran I,II, III pada bagian sistematiak buku ajar.

Uji validitas produk bahan ajar yang dilakukan kepada praktisi atau pengajar BIPA meliputi aspek-aspek kelayakan isi/materi, kedalaman materi, keakuratan materi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. Hasil uiji validitas terhadap produk bahan ajar yang dilakukan oleh praktisi/pengajar BIPA adalah rata-rata kelayakan aspek isi/materi bahan ajar mencapai 87,54%, rata-rata aspek penyajian bahan ajar mencapai 75%, dan rata-rata kelayakan aspek bahasa dalam bahan ajar mencapai 75%. Hasil analisis keseluruhan aspek mencapai

79,55%. Hasil tersebut

(10)

diterapkan. Akan tetapi, masih perlu dilakukan perbaikan berdasarkan saran dan komentar dari uji ahli praktisi. Praktisi menyarankan agar instruksi dibuat lebih sederhana dan lebih komunikatif sehingga pebelajar asing tidak mengalami kebingungan saat harus membaca sendiri tanpa didampingi pengajar.

Uji validitas berikutnya adalah uji validitas kelompok kecil yang dilakukan kepada pebelajar asing di ISP MCE. Aspek-aspek yang dinilai adalah kelayakan isi/materi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. Hasil Uji validitas berikutnya adalah uji validitas kelompok keci yang dilakukan kepada pebelajar asing di ISP MCE. Aspek-aspek yang dinilai adalah kelayakan isi/materi, kelayakadari uji validitas kepada pebelajar BIPA adalah, rata-rata kelayakan aspek isi/materi bahan ajar mencapai 91,67%, rata-rata aspek penyajian bahan ajar mencapai 97,22%, dan rata-rata kelayakan aspek bahasa dalam bahan ajar mencapai 93,75%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk bahan ajar memiliki kualifikasi sangat layak diterapkan dari segi penyajian bahan ajar.Tindak lanjut dari hasil aspek ini adalah implementasi.

Hasil validasi keseluruhan dari keempat uji coba produk, yaitu ahli BIPA, ahli desain grafis, praktisi BIPA, dan pebelajar BIPA adalah sebagai berikut.

No. Validator Skor

1. Ahli BIPA 77,08

2. Ahli desain

grafis 89,52%

3. Praktisi BIPA 79,55

4. Pebelajar 94,20%

BIPA

Berdasarkan pengujian prototipe bahan ajar kepada ahli didapatkan penilaian, saran dan masukan yang digunakan sebagai dasar perbaikan bahan ajar. Saran dan masukan yang diberikan oleh ahli BIPA, ahli desain grafis, dan praktisi saling diselaraskan sehingga dihasilkan produk bahan ajar yang lebih layak untuk diterapkan.

Perubahan produk bahan ajar setelah direvisi atas saran dan masukan dari ahli secara umum ada pada sistematika buku ajar yaitu yang sebelumnya berbentuk Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Lanjutan, setelah direvisi menjadi Membangun Skemata, Kegiatan Inti, dan Pengayaan. Jumlah halaman buku yang semula 200 halaman setelah direvisi menjadi 180 halaman. Perubahan-perubahan lain dilaksanakan sesuai saran dan masukan dari validator antara lain, instruksi-instruksi diubah menjadi kata kerja, penambahan sumber dan informasi pada gambar, penulisan dibuat konsisten, pengubahan judul setiap unit menjadi berhuruf kapital semua, pemberian gambar pada setiap unit yang diletakkan di bawah judul, dan penghilangan nomor I, II, III yang semula menjadi bagian dari sistematika buku ajar.

SIMPULAN

Bahan ajar membaca bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) berbasis budaya Indonesia tingkat menengah di Indonesian Studies Program (ISP) MCE, berbentuk buku dengan ukuran kertas A4, bersampul

(11)

dengan isi bahan ajar. Sistematika penulisan berbentuk, bagian pertama Membangun Skemata, bagian kedua Kegiatan Inti, dan ketiga Pengayaan. Bacaan yang ada di dalam buku ajar bertema kebudayaan Indonesia yang beragam yang dikemas dalam 12 unit, hasil analisis kebutuhan terhadap pebelajar dan pengajar. Bacaan dan latihan dibuat berdasarkan tingkat kemampuan pebelajar yang berada pada level menengah. Jenis-jenis latihan bacaan dibuat bervariasi bergantung pada jenis teks.

Produk buku ajar ini sudah divalidasi oleh ahli pembelajaran BIPA, ahli desain grafis, praktisi/pengajar BIPA, dan pebelajar BIPA. rata-rata skor hasil penilaian adalah 84,34 yang artinya bahwa buku ajar ini sangat layak untuk digunakan.

SARAN

Pengajar BIPA hendaknya menggunakan bahan ajar berbasis budaya Indonesia dengan harapan pembelajaran mampu mencapai tujuan dan indikator yang ditetapkan. Pengajar akan sangat terbantu dengan buku ini karena pengajar selain bisa mengajarkan keterampilan membaca kepada pebelajar asing sekaligus juga menyampaikan informasi budaya Indonesia. Bagi lembaga BIPA, bahan ajar membaca ini akan dapat dirasakan manfaatnya karena menambah materi pembelajaran yang saat ini masih langka keberadaanya. Buku ini bisa juga digunakan pebelajar asing baik di Indonesia maupun di luar negeri. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji keefektifan bahan ajar membaca BIPA sehingga bahan ajar yang disusun dapat digunakan secara

maksimal dalam pembelajaran. Penelitian ini masih merupakan penelitian tahap awal dalam penyusunan bahan ajar membaca BIPA berbasis budaya Indonesia tingkat menegah. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan berdasarkan hasil penelitian ini. Perlu juga disusun bahan ajar membaca BIPA tingkat dasar dan lanjut. Bahan ajar untuk berbagai level ini sangat diperlukan untuk pengembangan program BIPA di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Ariqoh, Riqoh. 2013.Pengembangan Bahan Ajar Membaca untuk Pembelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Tingkat Dasar (Metode Penelitian Research and Development). Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Bernard, Erlin dan Kuncoro, Ajar Budi.

2000. Murid dan Guru Sentris?: Pendekatan dalam Pengajaran Membaca BIPA. Dalam

Prosiding Konferensi

Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (KIPBIPA) III. Bandung: CV. Andira Kerjasama dengan Bahasa dan Seni Press Kampus UPI.

Borg, Walter R. & Gall, Meredith D. 1983. Educational Research An Introductioan.(Fourth edition). New York & London: Longman Inc.

(12)

eberagaman Budaya Nusantara dengan Pendekatan Ilmiah untuk Peserta Didik SMP Kelas VII. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran:Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.

Bandung: Remaja Rosda Karya. Prasetyo, Andika, Eko. 2015.

Pengembangan Bahan Ajar BIPA

Bermuatan Budaya Jawa bagi Penutur Asing Tingkat Pemula. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Salaeh, Kholiyah. 2011.

Pengembangan

Bahan Ajar Tata Bahasa Indonesia

untuk Pembelajar Thailand Tingkat Pemula. Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Program Pascasarjana

Universitas Negeri Malang Sugiyono. 2010.Metode Penelitian

Pendidikan: Pendekatan uantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Gatut. 2008. Bahan Ajar BIPA

Referensi

Dokumen terkait

[r]

c. Laporan Jasa Non Atestasi, yang disusun dengan menggunakan Formulir Nomor: X.J.2-3 lampiran 3. Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 wajib disampaikan setiap tahun

2016 , mengundang Saudara untuk keperluan Pembuktian Kualifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam dokumen penawaran yang Saudara. sampaikan pada pekerjaan

Pasar Modal, dipandang perlu untuk mengubah Keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1991 tentang Laporan Kepada Bapepam Oleh Akuntan dengan Keputusan Ketua Bapepam yang baru;.. Mengingat

Dengan ini memberitahukan bahwa setelah diadakan Penetapan oleh Pejabat Pengadaan barang/jasa Dinas Perikanan Kabupaten Pesawaran maka diberitahukan Pemenang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Nomor X.H.1 Lampiran Keputusan Ketua Badan

[r]

Modal, dipandang perlu untuk menetapkan Keputusan Ketua Bapepam tentang Kewajiban Penyimpanan dan Pemeliharaan Catatan Bagi Penasihat investasi;. Mengingat