• Tidak ada hasil yang ditemukan

10. Muhamad Lukman baru edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "10. Muhamad Lukman baru edit"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO

DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP)

Muhamad Lukman

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Dalam penelitian ini, peneliti memberikan model baru dalam pembelajaran di kelas Indonesia, khususnya dalam kemampuan menulis cerita pendek. Hal ini disebut metode karya wisata yaitu cara mengajar dengan mengajak siswa berkunjung ke suatu tempat yang dianggap menarik agar dapat mengamati objek secara langsung. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat siswa lebih mudah dalam menulis cerita pendek. Karya wisata adalah metode yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Metode karya wisata (field trip) merupakan metode di mana siswa belajar bagaimana menulis sebuah cerita pendek dengan mudah. Dengan metode karya wisata, siswa diajak keluar kelas untuk mengunjungi tempat yang menarik dengan tujuan memudahkan siswa dalam menulis cerpen berdasarkan objek yang diamati. Metode ini dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut.

Tahap Persiapan yang dilakukan guru adalah, (1) merumuskan tujuan, (2) menetapkan objek, (3) menentukan waktu, (4) menyusun rencana belajar, (5) mempersiapkan perlengkapan belajar. Tahap pelaksanaan siswa diberi tugas Untuk, (1) melaksanakan proses pembelajaran, (2) m elakukan pengamatan objek, (3) menggali informasi penting (4) mencatat informasi penting. Setelah melaksanakan tahap pelaksanaan siswa diajak kembali ke kelas untuk melaksanakan Tahap Tindak lanjut yakni, (1) mendiskusikan hasil Pengamatan, (2) menulis rancangan cerpen berdasarkan laporan hasil pengamatan ketika melaksanakan karya wisata, (3) mengembangkan rancangan cerpen menjadi cerpen utuh, (4) perbaikan, dan (5) publikasi. Hasil dari penelitian menulis cerpen dengan metode karya wisata ini, diharapkan dapat meningkatkan: (1) kualitas judul cerpen, (2) kualitas pengembangan tokoh, (3) kualitas pengembangan latar, (4) kualitas pengembangan peristiwa, dan (5) kualitas pengembangan unsur teks yang meliputi monolog, dialog, dan deskripsi cerita khususnya untuk siswa kelas IX MTs. Miftahussalam Kabupaten Probolinggo.

Kata Kunci:peningkatan kemampuan menulis, cerpen, metode karya wisata.

PENDAHULUAN

Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Kegiatan

(2)

siswa peka berimajinasi, sebagai sarana berlatih menggunakan bahasa ragam sastra, dan berlatih memahami manusia secara utuh, baik dari segi pikiran, perasaaan, dan sikap. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen, dikategorikan menjadi hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal berupa hambatan psikologis, yakni rendahnya minat, sikap, dan pengetahuan awal siswa yang relevan dengan menulis cerpen. Hambatan eksternal berupa lingkungan belajar yang kurang memadai dan masalah kultural, yakni siswa tidak dituntut untuk menguasai kompetensi menulis sastra.

Kemampuan menulis cerpen sangat penting bagi siswa. Tujuannya adalah agar siswa mampu mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, pengalaman, dan imajinasinya melalui menulis cerpen, serta keterampilan menulis cerpen pada saat ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk mata pencaharian. Oleh karena itu para guru Bahasa Indonesia perlu memberitahukan hal itu kepada para siswanya agar bisa memotivasi mereka dalam menulis cerpen.

Menulis cerpen merupakan kegiatan menyampaikan sebuah cerita dalam bentuk tulisan yang berupa penciptaan kembali karya-karya orang lain, maupun pengungkapan pengalaman pribadi yang penulisannya dipengaruhi oleh imajinasi yang tinggi dari pengarangnya. Menulis cerpen berarti menuliskan bagian terpenting dari sebuah persoalan, dan mengemasnya menjadi sebuah cerita yang menarik. Semakin fokus membidiknya, semakin bagus pula. Menulis cerita pendek adalah seni merangkai adegan demi adegan, memusatkan penuturan

dan memberi perhatian lebih pada bagian-bagian penting dan menuturkan secukupnya bagian-bagian kecil, tetap dengan cara yang menarik (Laksana, 2006:36). Menulis cerpen berarti menciptakan sebuah dunia dan kehidupan baru yang melibatkan sebuah karakter, berbagai situasi, beragam kejadian dan tindakan yang di dalamnya harus ada tokoh (Laksana, 2006:116).

Menulis cerpen merupakan salah satu jenis menulis yang membutuhkan proses yang berkesinambungan yaitu menulis sastra. Selama ini, pengajar sastra banyak mengalami kendala dalam mengajarkan pembelajaran menulis cerpen di lapangan. Padahal seorang guru diharapkan memiliki kreatifitas dalam mengemas pembelajarannya sehingga siswa bisa mencapai kompetensinya dengan baik. Pembelajaran menulis cerpen di beberapa sekolah saat ini masih belum mampu untuk merangsang siswa dalam menghasilkan karya yang baik. Padahal tujuan utama dari pembelajaran ini adalah membelajarkan siswa agar dapat menggali potensi dan melatih kemampuan mereka secara maksimal. Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing seharusnya selalu menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif. Guru hendaknya berperan sebagai pasangan yang dapat diajak bekerja sama oleh para siswa dalam menyusun, menyimak, mendorong, menantang, dan merespon aktivitas menulis cerpen. Jadi, guru tidak hanya bertindak sebagai penilai, tetapi sebagai pembimbing, dan partner dalam menulis cerpen.

(3)

Indonesia di SMP, standart kompetensi yang harus dicapai siswa kelas IX adalah Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami (Depdiknas, 2005:4). Untuk mencapai standar kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, para siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan mengapreasiasi cerpen, melainkan juga sudah mulai dibimbing dengan baik dalam mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen. Sehubungan dengan itu peneliti fokus pada kompetensi dasar menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen sebagai dasar penelitian di MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo.

Dengan adanya tuntutan untuk menulis cerpen, khususnya siswa sekolah menengah atas, siswa MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menulis cerpen, sedangkan kemampuan menulis cerpen siswa MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor guru, siswa, dan teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Fakta dalam pembelajaran menulis pada saat ini terdapat beberapa hambatan yang biasa dijumpai di sekolah-sekolah yang cukup mengganggu dalam pembelajaran menulis cerpen. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: (1) minat yang kurang dari siswa, (2) penguasaan bahasa yang kurang dari siswa, dan (3) kekurangan ide atau tidak punya ide untuk ditulis oleh siswa. Kesulitan lain yang dihadapi dalam kegiatan menulis cerpen adalah kurang variatifnya

metode yang digunakan oleh guru dalam menulis cerpen. Seringkali guru hanya menggunakan metode konvensional ketika pembelajaran sehingga cerpen yang dihasilkan juga tidak bervariatif baik dari segi cerita maupun gaya penceritaannya.

Kondisi seperti itu juga dialami oleh siswa kelas IX MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 Agustus 2016 di kelas IX MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo ditemukan masalah yang meliputi aspek proses dan hasil dalam menulis cerpen. Masalah yang muncul pada aspek proses menulis cerpen adalah (1) pembelajaran menulis cerpen kurang dapat menumbuhkan minat siswa dalam menulis cerpen, (2) guru belum memiliki metode yang tepat untuk membelajarkan sastra khususnya menulis cerpen, (3) sulit mengeluarkan ide-ide, kehabisan bahan, tidak tahu bagaimana memulai menuliskan sebuah cerita., (4) tidak ada bimbingan dari guru dalam menulis cerpen, (5) guru tidak memberi contoh cerpen yang baik. Selanjutnya, masalah yang muncul pada aspek hasil menulis cerpen adalah pokok persoalan yang diangkat dalam cerpen siswa masih sangat umum sehingga pengembangan tokoh, latar, dan peristiwa juga bersifat umum dan siswa masih belum bisa membedakan antara menulis pengalaman pribadi dengan menulis cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami.

(4)

memecahkan masalah tersebut adalah metode karya wisata .

Masalah-masalah yang muncul pada diri siswa ini dapat diatasi dengan pembelajaran menulis cerpen yang disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dan menyenangkan antara lain dengan menuangkan ide berupa pengalaman berwisata sebagai sumber yang akan dijadikan sebagai bahan untuk menulis cerpen. Dengan karya wisata sebagai sumbernya siswa akan lebih mudah untuk menuangkan dan mengambangkan ide karena melalui metode karya wisata merupakan metode yang sangat mudah menarik dan kreatif untuk di jadikan sumber dalam membuat karya fiksi berupa cerpen. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan membahas bagaimana proses dan hasil peningkatan kemamampuan menulis cerpen dengan menggunakan metode karya wisata (fiel trip), khususnya pada siswa kelas IX MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo.

MANFAAT PENELITIAN

Secara teori, manfaat hasil penelitian ini dapat menambah kajian-kajian teoretis tentang menulis cerpen dan memberikan informasi bagaimana pengajaran menulis cerpen. Adapun secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan juga bagi peneliti, di antaranya sebagai berikut.

1) Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini, siswa mendapatkan pengalaman baru yang bermakna dalam proses pembelajaran yang selama ini kurang memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan menulis cerpen. Selain itu, penelitian ini akan mempermudah siswa untuk menemukan ide-ide

secara cepat agar dapat dituangkan dalam sebuah cerpen.

2) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pengajaran Bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran menulis dan dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pengajaran menulis cerpen.

3) Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat di jadikan bahan refrensi bagi penelitian yang serupa, dan dapat menambah kajian dan penemuan yang lebih akurat terutama dalam karya tulis.

METODE PENELITIAN 1. Rancangan penelitian

Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkandan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, dkk., 2014:3).

Jenis penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis PTK partisipan karena peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian. (Aqib, 2009:20)

(5)

meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi kerja sama para peneliti dan praktisi.

Prinsip utama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planing). Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting) (Arikunto dkk., 2014:74). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis. PTK merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.

2. Seting Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di MTs. Miftahussalam Desa Lambangkuning Kec. Lumbang Kab. Probolinggo. Pemilihan lokasi di MTs. Miftahussalam Desa Lambangkuning Kec. Lumbang Kab. Probolinggo. Waktu Penelitian dilaksanakan dari studi pendahuluan hingga pelaksanaan siklus II dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Agustus 2016 sampai tanggal 28 Oktober 2016.

3. Instrumen Penelitian 1) Lembar observasi

Penelitian ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru selama melaksanakan proses pembelajaran, baik ketika berada di dalam kelas maupun ketika sedang melaksanakan field trip. Lembar observasi terhadap aktivitas guru memuat 10 jenis aktivitas yang harus dinilai. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda cheklis

(√) pada skor yang sesuai dengan aktivitas yang ditampilkan guru

Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, dalam penelitian ini juga melakukan observasi terhadap aktivitas siswa selama melaksanakan proses pembelajaran, baik ketika berada di dalam kelas maupun ketika melaksanakan field trip. Observasi yang dilakukan terhadap siswa memuat 10 jenis aktivitas siswa yang harus dinilai. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda cheklis (√) pada skor yang sesuai dengan aktivitas yang ditampilkan siswa

2) Dokumentasi

Dokumentasi berupa hasil gambar penelitian berupa foto.

3) Soal Tes

Instrumen tes keterampilan menulis digunakan peneliti untuk mengukur data siswa melalui tes tertulis, yaitu tes menulis cerpen.

4) Pedoman penilaian keterampilan menulis cerpen

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang berupa tes, maka dibutuhkan lembar penilaian tes tersebut. Pedoman penilaian ini akan menjadi instrumen dan pedoman guru dalam menilai hasil keterampilan menulis cerpen yang dilakukan menggunakan metode karya wisata.

Penilaian keterampilan ini mengacu pada pendapat Burhan (2016:442), menggunakan penilaian per aspek disesuaikan dengan indikator yang ingin

(6)

4. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, dan studi dokumen dan tes. Pengamatan aktivitas guru dan siswa serta tes kemampuan menulis cerpen untuk mengumpulkan data proses. Data hasil yang berupa skor hasil evaluasi keterampilan menulis cerpen siswa digunakan instrumen rubrik penilaian hasil menulis cerpen.

5. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung nilai tes menulis cerpen siswa Pratindakan, Tindakan Siklus I, dan Siklus II dengan rumus :

2) Menghitung nilai rata-rata tes menulis cerpen siswa Pratindakan, Tindakan Siklus I, dan Siklus II dengan rumus sebagai berikut. Mx = Keterangan:

Mx = Mean (rata-rata) yang dicari

= Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada

N = Number of Case (Banyaknya skor-skor itu sendiri)

3) Menghitung ketuntasan belajar siswa (memperoleh nilai minmal 70,00, sesuai KKM yang sudah ditetapkan) dengan rumus sebagai berikut.

Ketuntasan Belajar =

X 100%

(Aqib, dkk, 2009:41).

4) Menghitung besarnya peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan

belajar siswa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra peneliti (obsever).

HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Data penelitian diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan pada siswa kelas IX MTs. Miftasussalam Kabupaten Probolinggo. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus I dilaksanakan 3x pertemuan dan siklus II dilaksanakan 3x pertemuan. Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan tes yang dilakukan pada setiap siklusnya. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut. 2. Kondisi Awal Pratindakan

Tahap Pratindakan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum dilakukan tindakan. Pada tahap Pratindakan ini, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran menulis menulis cerpen berlangsung. Pada akhir pembelajaran juga dilakukan tes menulis cerpen untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis cerpen.

(7)

saat obseravsi ini, peneliti melihat

bahwa pembelajaran masih

menggunakan metode ceramah dan media yang digunakan hanya dari LKS (lembar kegiatan siswa) saja. Hal itu cenderung membuat siswa menjadi bosan. Selain itu, siswa masih kesulitan dalam menunangkan ide-idenya ke dalam bentuk tulisan dan motifasi belajar siswa masih rendah khususnya dalam kegiatan menulis. Hal tersebut yang membuat pembelajaran bahasa indonesia belum maksimal, khususnya dalam materi menulis cerpen.

2) Hasil tes menulis cerpen pratindakan

Dari hasil tes menulis cerpen pada, masih banyak siswa yang nilainya jauh dari kriteria ketuntasan yang sudah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Dengan penentuan kriteria ketuntasan tersebut, masih ada siswa yang memperoleh nilai di bawah 70. Adapun hasil menulis cerpen siswa sebagai gambaran awal adalah sebagai berikut.

Penilaian terhadap keterampilan menulis cerpen Pratindakan dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian menulis cerpen yang meliputi aspek: (1) ide yang meliputi judul dengan skor maksimal 5; (2) unsur cerita yang meliputi: tokoh, latar, dan peristiwa skor maksimal 5; (3) unsur teks yang meliputi: Pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita dengan skor maksimal 5. Keterampilan awal menulis cerpen siswa dapat diketahui dari hasil tes menulis cerpen pada Pratindakan. Hasil tes dinilai menggunakan pedoman penilaian menulis cerpen yang sudah disusun peneliti. Hasil tes menulis cerpen Pratindakan dinilai dan dianalisis secara kolaborasi antara peneliti dan kolaborator.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih jauh dari harapan. Hal itu terlihat dari nilai rata-rata siswa secara keseluruhan hanya mencapai 55,73. Nilai rata-rata tersebut masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sangat sedikit hanya mencapai 4 siswa atau 27%. Ketuntasan belajar siswa ini masih belum sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu 75%. Hasil tes Pratindakan ini menunjukkan hasil yang kurang optimal. Jumlah siswa yang mencapai keberhasilan dalam penilaian hanya mencapai 4 siswa. Nilai tertinggi pada tahap Pratindakan yaitu 80. Nilai terendah yaitu 32.

Berdasarkan hasil tes menulis cerpen Pratindakan, dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Aspek judul

Aspek Judul ada tiga kriteria yaitu Judul menarik, kreatif, dan sesuai dengan objek. Skor maksimal aspek judul yaitu 5. Hasil skor rata-rata aspek judul pada tabel tersebut mencapai 2,8 sehingga masih belum maksimal. Skor tertinggi yang dicapai siswa 5 dan skor terendah 3. Hal itu tampak, ketika siswa disuruh menulis karangan tentang keadaan sekolah, ada siswa yang menulis cerpen tanpa diberi judul. Penulisan judul yang tidak sesuai dengan aturan penulisan seperti pada judul “Musollaku yg bersih” dan “Musolla ku”. Siswa yang menulis judul kurang sesuai dengan objek yang diamati hanya sedikit saja, tetapi siswa yang menulis judul belum sesuai aturan penulisan judul masih banyak. Aspek ini perlu mendapat perhatian, agar skor siswa dapat meningkat.

2) Aspek tokoh

(8)

dengan ciri fisik dan watak yang tepat serta sesuai dengan peristiwa pada saat kunjungan. Aspek gagasan ini diberi skor maksimal 5. Hasil skor rata-rata unsur tokoh pada hasil tes menulis cerpen Pratindakan yaitu 2,9 sehingga masih belum sesuai harapan. Skor tertinggi yaitu 5 dan skor terendah 1. Hasil cerpen siswa Pratindakan menunjukkan tokoh dideskripsikan dengan ciri fisik dan watak yang kurang tepat serta kurang sesuai dengan peristiwa pada saat kunjungan sehingga terkesan kaku. Unsur tokoh ini perlu ditingkatkan agar siswa mampu menuangkan unsur tokoh sesuai dengan kriteria cerpen. 3) A s p ek latar cerita

Aspek latar meliputi kriteria yaitu Latar tempat, waktu, dan suasana disajikan secara rinci serta sesuai dengan objek pada saat kunjungan. Aspek unsur cerita pada latar diberi skor maksimal 5. Skor rata-rata yang dicapai 2,9 sehingga masih jauh dari harapan. Skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah yaitu 2. Berdasarkan hasil cerpen siswa terlihat, beberapa siswa hanya menyajiakan satu dari latar tempat, waktu, dan suasana secara rinci serta tidak sesuai dengan objek pada saat kunjungan. Pembenahan pada unsur latar ini harus dilakukan agar siswa dapat menulis karangan sesuai kriteria.

4) Aspek peristiwa

Pada unsur peristiwa memuat beberapa kriteria yaitu menyajikan pemunculan konfliks, klimaks, dan penyelesaian masalah secara jelas, runtut, dan logis. Skor rata- rata pada unsur peristiwa sebesar 2,6 dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1. Hasil skor yang diperoleh siswa masih belum maksimal. Siswa hanya mampu mengembangkan peristiwa yaitu menyajikan konfliks, klimaks,

dan penyelesaian, akan tetapi pengembangannya kurang menarik. Aspek peristiwa ini harus diperhatikan agar skor siswa meningkat.

5) Aspek pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita

Aspek meliputi penilaian terhadap penyajian dialog, monolog, dan deskripsi cerita yang sesuai dengan pengembangan tokoh, latar, dan peristiwa. Skor rata-rata pada aspek ini 2,3 dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1. Skor yang diperoleh siswa pada aspek pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita paling sulit dimunculkan dan dikembangkan siswa. Hal itu terlihat pada cerpen siswa yang tidak menyertakan dialog cerita. Aspek ini perlu ditingkatkan agar hasil cerpen siswa menjadi lebih baik.

Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo masih rendah. Oleh karena itu, keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX MTs. Miftahussalam Kab. Probolinggo perlu dilakukan upaya untuk meningkatkannya.

Peneliti dan kolaborator berdiskusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hasil diskusi tersebut, peneliti dan kolaborator sepakat menerapkan metode karya wisata dalam pembelajaran menulis cerpen. Metode ini dilakukan dengan cara mengajak siswa mengunjungi objek di luar kelas untuk diamati, dicatat, kemudian kembali ke kelas untuk menulis cerpen berdasarkan objek yang diamati. Metode karya wisata ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam menulis cerpen.

(9)

Proses pembelajaran yang diamati pada Siklus I ini mulai dari kegiatan awal, inti, dan akhir pembelajaran. Komponen yang diamati pada aktivitas guru yaitu persiapan karya wisata, pelaksanaan karya wisata, dan tindak lanjut. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada proses pembelajaran Siklus I mendapat nilai 65 dengan kategori Baik.

Pengamatan terhadap aktivitas siswa meliputi komponen yang terdiri dari pembelajaran karya wisata, keaktifan siswa, dan kecenderungan belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa memperoleh nilai 62,5 dengan kategori Baik. 2) Hasil Tes Menulis cerpen Tindakan Siklus I

Hasil tes Tindakan Siklus I dilakukan terhadap hasil tes menulis cerpen siswa. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa yang dapat dilihat 5 aspek yang terdapat pada pedoman penilaian tes menulis cerpen.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes menulis cerpen Pratindakan. Hal itu terlihat dari nilai rata-rata siswa secara keseluruhan sudah mencapai 60,00. Nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 4,27 (kondisi awal 55,73 meningkat menjadi 60,00). Nilai rata-rata tersebut masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70,00. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada Tindakan Siklus I hanya mencapai 7 siswa atau 47%. Peningkatannya sebesar 3 siswa atau 20% (kondisi awal 4 siswa atau 27% meningkat menjadi 7 siswa atau 47%). Ketuntasan belajar siswa ini masih belum sesuai dengan kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 75%. Nilai tertinggi pada Tindakan Siklus I yaitu 84. Nilai terendah yaitu 28.

Berdasarkan hasil tes menulis cerpen Tindakan Siklus I, dapat dipaparkan peningkatan skor tiap aspek dalam penilaian sebagai berikut.

a) Peningkatan Aspek Judul

Peningkatan skor rata-rata aspek judul pada Tindakan Siklus I sebesar 1 (kondisi awal 2,8 meningkat menjadi 3,8). Skor tertinggi yang dicapai siswa 5 dan skor terendah 1. Hal ini membuktikan bahwa judul yang dibuat siswa sesuai dengan objek yang diamati dan sesuai dengan aturan penulisan judul. Meskipun demikian, ada juga siswa yang masih menulis judul belum sesuai aturan penulisan seperti “Berkunjung Kepeternakan Sapi Pera”. Seluruh siswa sudah menuliskan judul sesuai dengan objek yang diamati, tetapi penulisan judul sesuai aturan penulisan masih perlu ditingkatkan lagi.

b) Peningkatan Aspek Tokoh

Peningkatan skor rata-rata aspek tokoh pada Tindakan Siklus I sebesar 0,1 (kondisi awal 2,9 meningkat menjadi 3). Skor tertinggi 5 dan terendah 1. Peningkatan aspek tokoh ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memilih deskripsi yang tepat untuk tokoh. Tokoh yang dikembangkan juga sudah mendukung jalan cerita akan tetapi, semua tokoh pada cerpen siswa masih menggunakan tokoh aku sebagai peran utama, belum bisa mengubah tokoh aku dengan tokoh orang lain atau dengan nama lain.

c) Peningkatan Aspek Latar

(10)

(kondisi awal 2,7 meningkat menjadi 4,5). Skor tertinggi 5 dan terendah 2. Pada aspek latar ini menunjukkan

bahwa siswa mampu

mengembangkan latar yang jelas sesuai dengan objek yang diamati. d) Peningkatan Aspek Peristiwa

Peningkatan skor rata-rata aspek peristiwa pada Tindakan Siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,9 (kondisi awal 2,5 meningkat menjadi 3,4). Skor tertinggi 5 dan skor terendah 1. Peningkatan aspek peristiwa ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu mengembangkan peristiwa sesuai dengan aturan tahapan peristiwa pada cerpen. Mampu memunculkan konflik pada peristiwa e) Peningkatan Aspek Pengembangan

dialog, monolog, dan deskripsi cerita

Peningkatan skor rata-rata aspek pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita pada Tindakan Siklus II sebesar 0,9 (kondisi awal 2,4 meningkat menjadi 3,3). Skor tertinggi 4 dan skor terendah 1. Peningkatan aspek Pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita ini, siswa mampu menulis dialog, monolog, serta deskripsi sesuai dengan objek yang diamati.

Pada tabel 10, dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh pada Tindakan Siklus II diketahui bahwa 12 siswa atau 80% sudah tuntas belajar dan 3 siswa atau 20% siswa belum tuntas belajar. Perolehan skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 4,27 (kondisi awal 55,73 meningkat menjadi 60,00). Skor rata-rata tiap aspek dalam penilaian juga mengalami peningkatan.

4. Hasil Tindakan Siklus II 1) Proses Tindakan Siklus II

Proses pembelajaran yang diamati pada Siklus II ini mulai dari kegiatan awal hingga akhir pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran menulis cerpen dengan metode karya wisata pada Tindakan Siklus II mendapat nilai 80,0 dengan kategori Sangat Baik. Selain pengamatan terhadap aktifitas guru, hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa memperoleh nilai 77,5 dengan kategori Sangat Baik.

2) Hasil Tes Menulis cerpen Tindakan Siklus II

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes menulis cerpen Tindakan Siklus I. Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata siswa secara keseluruhan sudah mencapai 73,33. Nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 10,33 (Siklus I 60,00 meningkat menjadi 73,33). Nilai rata- rata tersebut sudah berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70,00. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada Tindakan Siklus II telah mencapai 12 siswa atau 80%. Peningkatannya sebesar 5 siswa atau 33% (Siklus I, 7 siswa atau 47% meningkat menjadi 12 siswa atau 80%). Ketuntasan belajar siswa ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu 75%. Jumlah siswa yang mencapai keberhasilan dalam penilaian mencapai 12 siswa. Nilai tertinggi pada Tindakan Siklus II yaitu 92. Nilai terendah yaitu 36.

Berdasarkan hasil tes menulis cerpen Tindakan Siklus II, dapat dipaparkan peningkatan skor tiap aspek dalam penilaian sebagai berikut.

(11)

Peningkatan skor rata-rata aspek judul pada Tindakan Siklus II sebesar 1,4 (Siklus I 3,8 meningkat menjadi 4,2). Skor tertinggi yang dicapai siswa 5 dan skor terendah 3. Hal ini membuktikan bahwa judul yang dibuat siswa sesuai dengan objek yang diamati dan sebagian besar siswa sudah menulis sesuai dengan aturan penulisan judul. Meskipun demikian, ada 3 siswa yang masih menulis judul belum sesuai aturan penulisan seperti judul

“ASYIKNYA MENGUNJUNGI

WISATA KEBUN DUREN DIDESA LUMBANG WATURITI”, “indahnya jalan-jalan ke kebun Durian Didesa Lumbang waturiti” dan “Berkunjung Kearea wisata kebun durian didesa lumbang waturiti”.

b) Peningkatan Aspek Tokoh

Peningkatan skor rata-rata aspek tokoh pada Tindakan Siklus I sebesar 0,7 (kondisi awal 3 meningkat menjadi 3,7). Skor tertinggi 4 dan terendah 2. Peningkatan aspek tokoh ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memilih deskripsi yang tepat untuk tokoh. Tokoh yang dikembangkan juga sudah mendukung jalan cerita akan tetapi, semua tokoh pada cerpen siswa masih tetap menggunakan tokoh aku sebagai peran utama, belum bisa mengubah tokoh aku dengan tokoh orang lain atau dengan nama lain.

c) Peningkatan Aspek Latar

Peningkatan skor rata-rata aspek latar pada Tindakan Siklus I tidak mengalami peningkatan melainkan mengalami penurunan sebesar 0,02 (kondisi awal 2,9 menurun menjadi 2,7). Skor tertinggi 4 dan terendah 1. Pada aspek latar ini menunjukkan bahwa siswa masih belum mengembangkan latar yang jelas sesuai dengan objeks yang diamati.

d) Peningkatan Aspek Peristiwa Peningkatan skor rata-rata aspek peristiwa pada Tindakan Siklus I juga belum mengalami peningkatan melainkan mengalami penurunan sebesar 0,1 (kondisi awal 2,6 menurun menjadi 2,5). Skor tertinggi 4 dan skro terendah 1. Peningkatan aspek kalimat efektif ini menunjukkan bahwa siswa belum bisa mengembangkan perista sesuai dengan aturan tahapan peristiwa pada cerpen. Belum bisa memunculkan konflik pada peristiwa . Hal ini menunjukkan aspek peristiwa masih perlu ditingkatkan agar peristiwa pada cerita terdapat konflik pada cerita. e) Peningkatan Aspek Pengembangan

dialog, monolog, dan deskripsi cerita

Peningkatan skor rata-rata aspek pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita pada Tindakan Siklus I sebesar 0,1 (kondisi awal 2,3 meningkat menjadi 2,4). Skor tertinggi 5 dan skor terendah 1. Peningkatan aspek Pengembangan dialog, monolog, dan deskripsi cerita ini, siswa mampu menulis dialog, monolog, serta deskripsi sesuai dengan objek yang diamati.

Skor rata-rata yang diperoleh pada Tindakan Siklus II diketahui bahwa 12 siswa atau 80 % sudah tuntas belajar dan 3 siswa atau 20% siswa belum tuntas belajar. Perolehan skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 10,33 (Siklus I 60,00 meningkat menjadi 73,33). Skor rata-rata tiap aspek dalam penilaian semua aspek mengalami peningkatan.

SIMPULAN

1. Peningkatan Proses

(12)

Peningkatan proses keterampilan menulis cerpen pada tahap persiapan dilakukan dengan siswa diminta membaca contoh cerpen yang diberikan guru, mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen, menyimak penjelasan guru tentang metode karya wisata serta siswa diberi penjelasan mengenai hal-hal yang harus dilakukan ketika mengunjungi objek.

Peningkatan proses kemampuan menulis cerpen pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan kegiatan tahap kedua dari metode karya wisata, yaitu Siswa diajak mengunjungi objek yang berada di dekat sekolah. Siswa dibimbing guru menggali informasi dan mencatatnya. Hasil pengamatan didiskusikan di dalam kelas, dan membuat kerangka cerpen dengan menentukan judul, latar, tokoh, dan rangkaian peristiwa. Siswa terlihat antusias membuat kerangka cerpen dengan menggunakan metode karya wisata.

Setelah melakukan kunjungan siswa kembali ke kelas kemudian siswa menyusun karangan dengan cara mengembangkan kerangka cerpen yang memuat judul, tokoh, latar, dan peristiwa menjadi cerpen utuh. Aktivitas siswa meningkat dari sebelum diadakannya penelitian. Metode karya wisata dapat merangsang siswa dalam mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dengan bukti adanya satu kesatuan cerita dalam cerpen karya siswa. Pada siklus I sebagian besar siswa tampak antusias dan tidak banyak mengalami kesulitan karena sebelumnya siswa sudah membuat kerangka cerpen. Pada siklus II, tampak terjadi peningkatan motivasi sehingga sebagian besar siswa serius dan

antusias dalam mengembangkan kerangka cerpen.

Peningkatan proses kemampuan menulis cerpen pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan menyusun karangan dengan cara mengembangkan kerangka cerpen menjadi sebuah cerpen yang utuh. Berdasarkan paparan data dan proses menulis cerpen dengan metode karya wisata, interaksi guru dan siswa tahap pelaksanaan berjalan dengan lancar dan kondusif. Siswa antusias menulis cerpen baik siklus I maupun siklus II.

Peningkatan proses kemampuan menulis cerpen pada tahap tindak lanjut (perbaikan karangan) dilakukan dengan kegiatan tahap ketiga dari metode karya wisata yaitu siswa melakukan perbaikan dan memublikasikan cerpen. Kegiatan perbaikan dapat membantu siswa untuk memperbaiki cerpen siswa pada aspek ejaan, tanda baca, dan bahasa. Penggunaan metode karya wisata dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa untuk memublikasikan cerpen yang telah ditulis dengan membacakannya di depan kelas, mampu membangun interaksi sosial antar siswa, dan merangsang siswa untuk menunjukkan prestasi.

2. Peningkatan Hasil Kemampuan Menulis Cerpen dengan

Menggunakan Metode Karya Wisata

Pada pelaksanaan metode karya wisata dalam pembelajaran menulis cerpen ini, aktivitas guru pada Tindakan Siklus I sebesar 67,5 (Baik) dan aktivitas siswa sebesar 62,5 (Baik) serta aktivitas guru pada Siklus II sebesar 80,0 (Sangat Baik) dan aktivitas siswa sebesar 77,5 (Sangat Baik).

(13)

cerpen siswa kelas IX MTs Miftahussalam telah memberikan dampak positif, yaitu terjadi peningkatan terhadap proses dan produk. Peningkatan proses dapat dilihat dari perbandingan kondisi proses pembelajaran antara tahap Pratindakan, Tindakan Siklus I, dan Siklus II. Pada tahap Pratindakan, siswa tampak pasif dan tidak bergairah untuk mengikuti proses pembelajaran. Pada Tindakan Siklus I, siswa tampak lebih aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan dan keantusiasan siswa lebih meningkat ketika mengikuti proses pembelajaran pada Siklus II. Peningkatan produk, dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata tes menulis cerpen siswa Pratindakan, Tindakan Siklus I, dan Siklus II. Nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 4,3 pada Siklus I (kondisi awal 55,70 meningkat menjadi 60,00) dan sebesar 17,63 pada Siklus II (kondisi awal 55,70 meningkat menjadi 73,33). Ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 3 siswa atau 26% pada Tindakan Siklus I (kondisi awal 4 siswa atau 27% meningkat menjadi 7 siswa atau 53%) dan sebesar 8 siswa atau 53% pada Siklus II (kondisi awal 4 siswa atau 27% meningkat menjadi 12 siswa atau 80%).

SARAN

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini dikemukakan saran-saran yang ditujukan untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap peningkatan mutu siswa, khususnya siswa kelas IX MTs Miftahussalam.

1) Kepada guru bahasa Indonesia, disarankan untuk menggunakan metode karya wisata dalam pembelajaran menulis cerpen atau

menulis cerpen atau pembelajaran menulis yang lainnya karena hasil penelitian ini telah diperoleh data bahwa penggunaan metode karya wisata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

2) Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang lainnya yang lebih kreatif dan inovatif karena strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada metode karya wisata saja, sebenarnya masih banyak metode lain yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis cerpen. Selain itu, penelitian ini juga dapat dikaji lebih mendalam lagi dengan menggunakan kriteria, evaluasi, dan pendekatan yang berbeda mengenai upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Dengan demikian, hasil penelitian selanjutnya dapat memperkaya pengetahuan mengenai upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen.

DAFTAR RUJUKAN

Laksana, A.S. 2006.Creative Writing-Tip dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel. Jakarta: Mediakita

Depdiknas. 2005.Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas. Arikunto, dkk. 2014.Penelitian

Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.

(14)

Sanjaya, Wina 2011.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Prenada Media Group. Burhan Nurgiyantoro. (2016).

Penilaian Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Instalasi pengolahan air payau dengan menggunakan sistem osmosa balik ini sangat dipengaruhi oleh kualitas air baku yang akan diolah, apabila air baku tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi pada rantai pasok ikan cakalang asap, menganalisis tingkat efisiensi

Ketika sebuah pemanas air tenaga surya dan air panas sistem pemanas sentral yang digunakan bersama, baik panas matahari akan terkonsentrasi dalam tangki pemanasan awal

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan mengenai kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar peserta didik SMP kelas VII

Bahwa Pemohon menilai, alasan untuk mengejar waktu yang dikemukakan oleh KPPS, PPS, PPK, KPU Kota Manado, dan KPU Provinsi Sulawesi Utara, hanyalah modus yang sengaja diciptakan

Pengerjaan pengecoran yang berlangsung dengan baik adalah jika beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Pemasangan tremie mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan

Aplikasi ini memiliki fungsionalitas untuk menghasilkan informasi jumlah bahan baku yang harus dibeli di setiap periode dan jadwal pemesanan beserta dokumen pemesanan (Purchase

Maka dari itu dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan metode WP (Weighted Prodect) untuk menentukan bonus