BOKS 2
KOORDINASI BANK INDONESIA BENGKULU DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA
PENGENDALIAN INFLASI
Pengendalian inflasi daerah dilakukan oleh Bank Indonesia dengan melibatkan
peran serta instansi terkait lainnya. Hal ini dikarenakan pengendalian inflasi dari sisi
penawaran seperti ketersediaan barang konsumsi harus dilakukan oleh instansi-instansi di
Pemerintah Daerah. Untuk itu, Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan III tahun 2009
melakukan beberapa kegiatan terkait dengan hal tersebut yaitu melakukan pertemuan
pengendalian inflasi daerah pada tanggal 27 Juli 2009 serta berkoordinasi dengan Dinas
Perhubungan Provinsi Bengkulu.
Pada pertemuan pengendalian inflasi yang antara lain dihadiri oleh Bappeda, BPS,
Biro Ekonomi, Perum Bulog Provinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan
Umum, PT. Pupuk Sriwijaya, Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, PT. Pelindo, dimaksudkan
sebagai media untuk evaluasi pencapaian inflasi daerah, sharing informasi antar dinas dan
instansi terkait serta mencari solusi dan rekomendasi kepada pihak terkait dalam rangka
pengendalian inflasi daerah. Informasi yang diperoleh dalam rapat tersebut antara lain :
• Stok beras tergolong mencukupi kebutuhan Provinsi Bengkulu, baik untuk
kebutuhan cadangan pemerintah maupun cadangan bencana.
• Stok pupuk yang terdiri dari pupuk urea dan pupuk urea bersubsidi tergolong cukup. Adanya isu kelangkaan pupuk hanya karena ketidaktahuan masyarakat
mengenai prosedur dan persyaratan mendapatkan pupuk bersubsidi.
• Kondisi pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai menyebabkan beberapa komoditas
seperti beras dan pupuk, tidak dapat didistribusikan melalui pelabuhan ini
• Secara umum kondisi jalan di Bengkulu masih perlu mendapat perhatian. Akses jalan yang kurang baik berpotensi menghambat proses distribusi barang dan
selanjutnya dapat berdampak pada kenaikan harga-harga.
Dalam pertemuan tersebut disarankan agar ada upaya perbaikan infrastruktur di
Provinsi Bengkulu. Untuk pelabuhan laut apabila perlu dibuka pelabuhan baru (alternatif)
perlu dipertimbangkan berbagai aspek diantaranya jarak pelabuhan dengan pusat industri
dan perdagangan. Sementara itu, bila tetap dipergunakan pelabuhan lama maka masalah
klasik pendangkalan alur perlu dicarikan pemecahannya secara tuntas. Selain itu, untuk
jalur darat, diperlukan ketegasan terhadap angkutan batu bara maupun angkutan lainnya
yang melebihi tonase yang diizinkan. Kerusakan jalan yang diakibatkan oleh angkutan
yang melebih ketentuan tidak hanya terjadi di dalam kota namun bisa juga di luar kota
Bengkulu.
Pada rapat koordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu yang
merupakan koordinasi menjelang Hari Raya Idul Fitri, diperoleh informasi bahwa terdapat
titik-titik rawan bencana longsor yang dapat menghambat jalur distribusi barang melalui
darat, hal ini diantisipasi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu dengan membentuk
tim pengamanan dan mempersiapkan alat berat yang dapat dipergunakan jika terjadi
bencana longsor. Selain itu, hambatan berupa adanya kerusakan jalan pada beberapa
ruas jalan keluar dan menuju Provinsi Bengkulu disiasati dengan perbaikan jalan yang
diharapkan akan selesai sebelum H-7 dan pemasangan rambu-rambu peringatan serta
kerjasama pengaturan arus lalu lintas dengan pihak kepolisian.
Pada rapat koordinasi tersebut juga dipaparkan mengenai kesiapan cadangan
beras Bulog serta kesiapan dukungan Pertamina dalam memasok BBM ke Provinsi
Bengkulu. Kedua instansi tersebut menyatakan bahwa pasokan beras dan BBM untuk
Provinsi Bengkulu berada pada tingkat aman. Bulog bahkan menyatakan persediaan beras
Provinsi Bengkulu masih mencukupi hingga tiga bulan kedepan sehingga kenaikan harga
beras akan dapat diminimalisir. Untuk BBM, Pertamina menyatakan komitmennya untuk
melakukan pengiriman melalui Pelabuhan Pulau Baai tiga hari sekali. Selain itupada H-15