• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) LEMBAGA PENDIDIKAN DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN (LPTK) MENUJU IMPLEMENTASI

PEMANFATAN ENERGI NUKLIR DI INDONESIA

Ariswan

Dosen Jurdik. Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

PERAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) LEMBAGA PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (LPTK) MENUJU IMPLEMENTASI PEMANFATAN ENERGI NUKLIR DI INDONESIA. Kebutuhan energi listrik di Indonesia dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, diperkirakan terus meningkat dengan laju rata-rata sebesar 18% per tahun. Angka tersebut belum memasukkan kebijakan konversi pemanfaatan transport publik memakai energi listrik. Energi Nuklir adalah salah satu pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan energi besar di masa depan. Namun demikian bagi masyarakat Indonesia, masih ada yang pro dan kontra terhadap energi nuklir. Perguruan tinggi LPTK adalah perguruan tinggi yang langsung berperan dalam menghasilkan calon guru dan berbagai pelatihan bagi guru dan bahkan menjadi pelaku dalam program sertifikasi guru. Oleh karena itu sosialisasi tentang nuklir melalui pendekatan akademik oleh LPTK diyakini dapat mempercepat daya terima masyarakat terhadap pemanfatan teknologi nuklir, khususnya dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional di masa depan menuju bangsa dengan kemandirian energi.

Kata kunci: PLTN, LPTK, kemandirian energi

ABSTRACT

ROLE OF THE FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES (FMIPA) EDUCATIONAL INSTITUTION AND EDUCATION PERSONNEL (LPTK) TOWARDS IMPLEMENTATION OF THE USE OF NUCLEAR ENERGY IN INDONESIA. Electricity

energy demand in Indonesia with a population of more than 200 million peoples is predicted to increase by an average rate of 18% per year. This number does not include public transport utilization policy conversion of electrical energy use. Nuclear energy is one right choice to meet the energy needs of the future. However, for Indonesian peoples, there are agree and disagree of nuclear energy used. University (LPTK) is directly involved in producing teacher candidates and a variety of training for teachers and even become actors in a teacher certification program. Therefore, the socialization of nuclear through academic approach by LPTKs believed to accelerate the community to accept power utilization of nuclear technology, especially in meeting the national electricity demand in the future towards the nation with energy independence.

(2)

PENDAHULUAN

Ketika mendengar kata energi, maka ada beberapa bentuk energi yang telah dikenal

seperti: energi potensial dan energi kinetik (disebut energi mekanik), energi panas (misal energi

surya, energi panas bumi), energi listrik, dan energi nuklir. Berbagai bentuk energi tersebut

energi listriklah salah satu bentuk energi yang sangat penting dalam keperluan aktivitas umat

manusia. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

listrik. Misalnya, di kantor setiap pegawai menggunakan komputer yang harus diaktifkan

dengan energi listrik. Dalam kehidupan rumah tangga, hampir semua aktivitas kehidupannya

sudah sangat tergantung pada listrik, menyeterika, memasak, mencuci dan kebutuhan mandi,

pengaturan ruangan dengan air condition (ac), komunikasi dan lain- lain. Kalau suatu ketika

listrik mati, pekerjaan di kantor dan di rumah tangga semuanya berhenti. Lebih- lebih lagi pada

dunia industri, mesin- mesin berjalan dengan energi listrik, tanpa tenaga ini industripun tidak

bisa berjalan. Dari uraian ini tampak jelas bahwa kebutuhan energi terus meningkat seiring

dengan tingkat kemapaman ekonomi masyarakat dan kemajuan teknologi serta industri yang

dikuasai oleh suatu bangsa.

Dewasa ini kehidupan akan lumpuh tanpa adanya energi lsitrik. Persoalan yang sangat

mendasar adalah bagaimana mengubah berbagai bentuk sumber energi tersebut di atas menjadi

energi listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) misalnya, adalah energi listrik yang

dihasilkan dari perubahan energi potensial air kerena ketinggihan terhadap referensi tertentu

menjadi energi kinetik (gerak) lalu digunakan untuk menggerakkan turbin, kemudian melalui

prinsip hukum Farady prinsip generator listrik, dihasilkanlah listrik. Peristiwa lain misalnya

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah energi listrik yang dihasilkan oleh efek

fotovolatik yaitu perubahan energi surya langsung menjadi energi listrik ketika energi surya

mengenai piranti yang disebut sel surya. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, yaitu udara yang

bergerak kemudian dipakai untuk menggerakkan kincir yang dikaitkan dengan turbin generator

lalu dengan prinsip yang sama yaitu hukum Farady dihasilkanlah listrik. Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi juga sama prinsipnya yaitu panas bumi yang kemudian dipakai untuk

memanaskan air, kemudian uap air yang bergerak menggerakkan turbin dengan prinsip yang

sama hukum Farady, dihasilkanlah listrik. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) juga sama

prinsipnya, yaitu energi nuklir dari reaksi fisi nuklir dipakai untuk memanaskan air dan uapnya

dipergunakan untuk menggerakkan turbin, maka dihasilkanlah energi listrik[1]. Berbagai sumber

energi diatas, besarnya energi listrik yang dihasilkan tentu sangat tergantung pada seberapa

besar sumber energi yang ada dan tentu seberapa besar efisisiensi konversi mesin yang

diberikan.

Penduduk Indonesia dengan jumlah diatas 200 juta orang, mengalami peningkatan

kualitas kehidupannya, maka kebutuhan energi listriknya diperkirakan terus meningkat rata-rata

(3)

kita. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang terus meningkat tersebut, para penentu

kebijakan bidang energi perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama,

ketersediaan sumber energy dijamin mampu mencukupi kebutuhan energi nasional secara

merata dan berkesinambungan. Kedua, teknologi yang dipergunakan memiliki efisiensi konversi

tinggi, sehingga harga produk energi listrik terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Ketiga,

proses konversi dan penggunaan energinya selalu mempertimbangkan ramah lingkungan[1].

Hingga saat ini kebutuhan energi kita masih sangat tergantung pada energi fosil dalam

bentuk bahan bakar minyak. Ketika kebutuhan energi nasional terus meningkat, sumber ini

diyakini tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan energi nasional disamping munculnya

persoalan polusi. Kalau kemudian digunakan sumber energi terbarukan seperti energi panas

bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan lain- lain diyakini tidak akan mampu

memenuhi kebutuhan energi masa depan. Atas dasar perkembangan kebutuhan energi nasional

masa depan tersebut, energi nuklirlah satu- satunya sumber energi besar paling layak harus

dikembangkan dalam mencapai kemandirian energi yang secara berkesinambungan mampu

menyediakan energi listrik seluruh masyarakat Indonesia.

HAL- HAL PENTING MENUJU IMPLEMENTASI PEMANFATAN TENAGA NUKLIR

MENJADI PUSAT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA.

Dewasa ini hampir semua peneliti energy di Indonesia telah bersepakat pentingnya

segera merealisasikan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Payung hukumnya sudah jelas yaitu

PERPRES No.5/2006, dimana persentase sumber energi sebagai energi nasional adalah 33%

berbahan dasar batubara, 30 % berbahan dasar gas, minyak bumi 20 %, dan energi

terbarukan termasuk nuklir sebesar 17 %. Sementara itu kalau kita memperhatikan

perkembangan PLTN dunia untuk lima besar berturut- turut USA, Perancis, Jepang, dan Rusia

telah memanfatan PLTN. Faktanya menunjukkan bahwa kelima negara tersebut telah mampu

menghindarkan diri dari krisis energi. Sementara itu Indonesia yang memiliki bahan dasar

PLTN belum memanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik.

Kita tahu bahwa perkembangan rencana pembangunan PLTN sudah dinyatakan secara

eksplisit sebagai berikut[1]. Pertama- tama membentuk Komisi Persiapan Pembangunan PLTN

pada tahun 1972. Rentang waktu 1974 sampai dengan 1979 dilakukan seminar- seminar dalam

penetapan tapak PLTN. Selanjutnya dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1996 telah dilakukan

pemilihan tapak PLTN. Sedangkan tahun 2002 sampai dengan tahun 2003 studi comprehensive

mengenai kehadiran PLTN, kemudian pada tahun 2005 diterbitkan Blue Print tentang kebijakan

energi nasional. Akhirnya pada tahun 2007 diterbitkan UU nomor 17 thn 2007 tentang RP JPN

(2015- 2019), yakni masuknya kebijakan nasional tentang pemanfatan tenaga nuklir untuk

pembangkit listrik. Namun memang kita akui bahwa kendala utama yang muncul adalah

(4)

Beberapa hal riil yang sudah dan terus dilakukan dalam upaya pemanfaatan tenaga

nuklir sebagai pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional kini dan yang

akan datang dapat disampaikan berikut ini.

1. Kesadaran para peneliti bidang energi Indonesia, bahwa dari sisi kebutuhan energy

nasional, energy nuklir wajib terus disiapkan untuk implementasi pemenuhan kebutuhan

energy nasional di masa kini dan masa yang akan datang. Sumber- sumber energi lain tidak

mungkin dapat memenuhi kebutuhan energi nasional dengan laju pertumbuhan kebutuhan

energi sebesar 18% pertahun.

2. Langkah- langkah nyata menuju realisasi pemanfatan tenaga nuklir untuk pembangkit

tenaga listrik sudah dilakukan dengan payung hukum yang sudah jelas. Untuk itu perlu

konsistensi para peneliti bidang energi dan perguruan tinggi untuk mengawal implementasi

payung hukum di atas.

3. Sumber daya alam berupa tapak PLTN sudah dimiliki, dana awal pembangunan sangat

mudah diperoleh ketika kebutuhan energy sudah sangat mendesak dan menjadi prioritas

utama, sumber tenaga manusia yang dimilikipun telah mampu mempersiapkan pemanfatan

energy tersebut

4. Persepsi masyarakat Indonesia terhadap pemanfatan tenaga nuklir yang masih beragam,

masih banyak masyarakat yang kontra dengan kehadiran tenaga nuklir ini. Hal ini karena

pemahaman masyarakat terhadap nuklir masih sangan minim ditambah informasi yang

sangat gencar dengan membesar- besarkan tentang bahaya nuklir yang menimpa kehidupan

seperti bom atom yang dijatuhkan tentara sekutu di Jepang , kecelakan Chernobyl dan lain-

lain.

5. Sosialisasi tentang apa itu teknologi nuklir masih perlu terus dilakukan agar masyarakat

paham tentang nuklir dari berbagai sudut pandang keilmuan yang mudah dipahami oleh

masyarakat luas. Lebih- lebih pengetahuan tentang nuklir diberikan dalam bentuk cabang

keilmuan IPA/Fisika, sehingga seluruh peserta didik di Indonesia dari berbagai tingkat

pendidikan paham tentang nuklir.

6. Perubahan kurikulum bidang IPA di sekolah dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi

perlu dilakukan agar suatu pelajaran/ mata kuliah berbicara secara eksplisit tentang nuklir

dan teknologi nuklir dengan berbagai kelebihan pemanfatan bagi kehidupan umat manusia.

7. Kebijakan tentang pemanfatan tenaga nuklir harus dikawal secara terus- menerus dan dikaji

secara mendalam agar terjadi sinkronisasi diantara seluruh penentu kebijakan energi

(5)

PERAN FMIPA LPTK DALAM MERUBAH MINDSET MASYARAKAT TERHADAP NUKLIR.

Tugas Pokok dan fungsi FMIPA LPTK di seluruh Indonesia pada umumnya adalah

mengupayakan pembinaan sumber daya manusia dalam bidang Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA). Pembinaan tersebut meliputi penguasaan materi dan

metodelogi pembelajarannya, riset pembelajaran MIPA serta tentu saja termasuk pengembangan

bidang Ilmu Dasar yang diperlukan dan relevan dalam dunia industri. FMIPA LPTK pada

umumnya menaungi minimal 4 (empat) jurusan dan minimal 8 (delapan) program studi.

Keempat jurusan itu adalah Jurusan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Biologi, dan Jurusan Pendidikan Kimia. Masing-masing jurusan menaungi dua

program studi yaitu program studi kependidikan dan program studi non kependidikan. Sebagai

contoh, misalnya Jurusan Pendidikan Fisika memiliki dua program studi yaitu Prodi Pendidikan

Fisika dan Program Studi Fisika. Karena itulah FMIPA LPTK memiliki jalinan institusional

dengan dinas- dinas terkait sebagai penghasil guru Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi pada

Sekolah Menengah Atas (SMA) guru IPA bagi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP).

Dewasa ini sebagian besar dosen di MIPA LPTK, guru- guru IPA di semua tingkat

pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA), dan para penentu kebijakan pendidikan belum

melihat urgensi terhadap pemanfaatan energy nuklir. Hal ini terlihat dengan jelas pada

kurikulum yang digunakan. Pada pelajaran Ilmu Pengetahuan (IPA) di Sekolah Dasar dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP), peserta didik belum dikenalkan kajian tentang nuklir, tentu

saja sesuai dengan tingkat pikiran/kemampuannya. Akibatnya lulusan sekolah pada tingkatan

tersebut belum mengenal apa itu tenaga nuklir dan hal- hal yang berkaitan dengan aplikasi

nuklir. Sementara itu Kurikulum Fisika SMA /MA misalnya, pembahasan mengenai nuklir

persentasenya sangat sedikit. Pokok bahasan tersebut sebatas meliputi pemahaman mengenai :

mempelajari apa yang menyusun inti atom, mempelajari l nuklida, memahami istilah Isotop,

Isobar, dan Isoton, memformulasikan energi ikat defek massa ΔEmc2, mempelajari gaya

inti, memahami radioaktivitas, memahami kestabilan inti, mengetahui pemancaran sinar α, β, γ

dan sifat-sifatnya, memahami tahapan peluruhan suatu deret radioaktif deret thorium,

neptunium, uranium, aktinium., memformulasikan Bahan Radioaktif, memformulasikan hukum

peluruhan radioaktif, memformulasikan Aktivitas radioaktif , memformulasikan waktu paro

dan jumlah atom belum meluruh, memahami reaksi penggabungan inti (fusi), memahami

bahaya radiasi , mempelajari dosis serapan , memahami efek biologis beberapa dosis,

menjelaskan prinsip kerja Geiger Counter, detektor sintilasi. Nyata sekali bahwa pengalaman

belajar bagi para siswa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

sebatas pengetahuan mengenai atom dan inti dengan berbagai formulasi yang ada, dan belum

(6)

manusia. Pada Kurikulum Biologi dan Kimia porsi pembahasan terhadap pemanfatan nuklir

lebih sedikit lagi, atau bahkan mungkin tidak ada.

Pada level Perguruan Tinggi bidang IPA kajian tentang aplikasi tenaga nuklir dirasa

juga belum memadai. Hal ini disebabkan karena mungkin pemahaman tentang nuklir itu telah

dipisahkan diri dari pohon ilmu induknya yaitu Fisika. Teknologi nuklir telah memisahkan diri

dari induk ilmunya itu dan menyebutnya sebagai teknik nuklir. Sehingga teknik nuklir tersebut

secara structural institusional tidak lagi bagian dari FMIPA, namun menjadi bagian dari ilmu

teknik sebagai teknik nuklir.

Kesadaran atas pemahaman bahwa aplikasi teknologi nuklir merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dalam bidang Fisika, maka FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya

Jurusan Pendidikan Fisika, memandang pelu untuk mengadakan perubahan kurikulum agar

dapat mengakomodir bidang teknologi nuklir itu dipahami secara baik oleh setiap mahasiswa

Fisika. Sebaran pemahaman mengenai atom dan inti serta aplikasi dalam reaktor tersebut dapat

ditampilkan berikut ini[3].

1. Deskripsi Mata Kuliah Fisika Atom meliputi : kronologi perkembangan teori atom,

formulasi model atom Bohr, formulasi model kuantum, persamaan Schrodinger atom

Hidrogen, atom berelektron banyak, momentum anguler, spin elektron, efek Zeeman,

sistem periodik unsur, sinar katoda, fungsi gelombang orbital, rotasi, dan vibrasi, serta

gejala-gejala dalam tingkat atomik dan kuantisasinya.

2. Deskripsi Mata Kuliah Fisika Inti meliputi: gejala radioaktif, konsep massa atomik,

struktur inti atom, model- model inti, gejala peluruhan, gejala peluruhan bertingkat, prinsip

kerja detektor, reaksi inti, pemanfatan tenaga inti, dan sumber serta bahaya radiasi.

3. Diskripsi Mata Kuliah Fisika Reaktor I: Mata kuliah ini bertujuan untuk mengembangkan

kompetensi pemahaman tentang dasar- dasar reaktor nuklir meliputi hal -hal berikut ini.

Teori Tentang Inti Atom, Tenaga Ikat Inti, Gaya Inti, Radioaktivitas, Hukum Kekekalan

Energy, Tumbukan Elastik dan Non Elastik, Neutron Serentak, Neutron Tertunda dan

Peranannya Dalam Pengendalian Reaktor, Photoneutrons, Reaksi Inti (n,2n), (n,3n), (n,α),

(n,ß) dan (n,γ), Tampang Lintang Mikroskopis dan Makroskopis Inti, Fluks Neutron,

Reaksi Pembelahan Berantai, Tipe Reaktor Riset dan Reaktor Daya, Moderasi Neutron,

Bahan Moderator dan struktur Reaktor, Mekanisme Moderasi Neutron dan Daya Moderasi,

Persamaan Difusi, Kondisi Syarat Batas, Difusi Neutron dalam Bahan Moderator dan

Bahan Belah dan Bahan Biak, Reaktor Homogen Tanpa Reflektor, Siklus Hidup Neutron

Dalam Reaktor, Formulasi Empat Faktor dan Enam Faktor Dalam Reaktor, Sistem Reaktor

Homogen dan Heterogen.

4. Diskripsi Mata Kuliah Fisika Reaktor II: Mata kuliah ini bertujuan untuk mengembangkan

kompetensi pemahaman tentang aplikasi reaktor nuklir meliputi hal - hal berikut ini:

(7)

(Critical Heat Fluks), Kekritisan dan Faktor Perlipatan Efektif, Reaktivitas Teras dan

Batang Kendali, Reaktivitas Umpan-Balik, Periode Reaktor, Umpan Balik Neutron

Serentak, Laju Perubahan Daya, Kondisi Kritis, Sumber Neutron, Hubungan Daya Termal

dan Fluks Neutron, Persamaan Kinetika Reaktor, Efek Reaktivitas Dalam Operasi Reaktor,

Koefisien Reaktivitas Temperatur, Koefisien Reaktivitas Moderator, Reaktivitas Racun

Xenon, Samarium dan Produk Fisi Lainnya, Fraksi Bakar (Burn-up), Prinsip Dasar

Keselamatan Reaktor, Prinsip Dasar Termohidrolika Reaktor, Prinsip Dasar Analisis

Kecelakaan dan Trasien Reaktor dan Aplikasi Reaktor Nuklir Kogenerasi.

Pemahaman yang menyeluruh tentang teknologi nuklir bagi calon guru bidang Fisika di

FMIPA LPTK menjadi penting, karena kelak ketika mereka menjadi guru sudah paham tentang

nuklir dan aplikasinya. Oleh karena itu secara internal setiap FMIPA LPTK perlu adaptif

terhadap tuntutan yang ada dengan melakukan perubahan kurikulum. Perubahan ini tentu saja

dalam rangka pemutakhiran silabus pada mata kuliah yang berkaitan dengan persoalan tenaga

nuklir. Pemutakiran yang dimaksud adalah penyesuaian beberapa mata kuliah seperti Fisika

nuklir, Fisika Reaktor dengan sistem satuan semester (SKS) yang cukup memadai untuk

memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang sistem pemanfatan energi nuklir untuk

memenuhi kebutuhan energi bagi kehidupan umat manusia.

Disamping itu peran FMIPA LPTK sebagai pelaku utama dalam kegiatan peningkatan

kualitas guru, maka sangat mungkin dilakukan kerja sama dalam sosialisasi teknologi nuklir.

Kerja sama melibatkan FMIPA LPTK, Dinas Pendidikan, dan BATAN, serta dengan sekolah,

untuk mengadakan seminar/ workshop dalam pemahaman teknologi nuklir dalam beberbagai

aspek kehidupan. Dengan demikian pada saatnya nanti ketika para peneliti bidang energi siap

mengembangkan teknologi nuklir, masyarakat juga siap menerima kebijakan pemanfatan energi

nuklir sebagai upaya pemenuhan kebutuhan energi bagi masa depan bangsa.

Peran- peran yang dapat dimainkan oleh FMIPA LPTK dalam mempercepat

terlaksananya program aplikasi nuklir tersebut dapat disampaikan seperti berikut ini.

1. FMIPA LPTK dapat mengusulkan kepada instansi terkait perlu adanya perubahan

kurikulum agar dari Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/

Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah peserta didik

memahami tentang nuklir, sesuai dengan tingkat kecedarsannya.

2. Dalam kapasitas sebagai penghasil guru, FMIPA LPTK dapat melakukan adaptasi

kurikulum agar calon guru menguasi pengetahuan tentang nuklir dan aplikasinya. Hal ini

dilakukan dengan kerja sama pembelajaran dan riset antara FMIPA LPTK dengan BATAN.

3. Dapat melakukan sosialisasi tentang nuklir melalui kegiatan akademik seperti pelatihan

guru, workshop, seminar nasional agar para guru khususnya bidang IPA memahami

dengan baik tentang pentingnya bangsa ini mengembangkan energi nuklir. Setelah kegiatan

(8)

maupun di tengah keluarga dan masyarakatnya serta menjadi pencerah terhadap

pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia.

4. FMIPA LPTK dapat menciptakan media pembelajaran tentang nuklir yang mudah dipahami

oleh setiap peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dan bisa juga media yang

dipakai dalam upaya mencerahkan pandangan masyarakat tentang pemanfatan tenaga nuklir

untuk kesejahteraan umat manusia.

5. FMIPA LPTK terus memberikan peran untuk menjembatani antara pemahaman tentang

pengetahuan nuklir dan para peserta didik untuk semua tingkatan pendidikan melalui ruang

media informasi yang dimilikinya dalam kegiatan wisata kampus.

6. Melaksanakan Olimpiade Nuklir tingkat nasional dengan melibatkan siswa dari SD sampai

dengan SMA, bahkan sampai mahasiswa

7. Bersama- sama dengan instansi terkait melakukan sosialisasi tentang nuklir kepada

masyarakat melalui organisasi masyarakat nuklir.

KESIMPULAN

Setelah menyampaikan uraian dalam makalah dia atas dapat disimpulkan bahwa FMIPA LPTK

perlu melakukan hal- hal sebagai berikut.

1. Evaluasi internal kaitannya dengan kurikulum, khususnya tentang kurikulum yang harus

mengakomodir pemahaman tentang teknologi nuklir.

2. Mengusulkan agar kurikulum dari tingkat pendidikan SD sampai SMA harus

memungkinkan untuk memberikan pemahaman dasar namun menyeluruh tentang

teknologi nuklir

3. Berperan aktif dalam melaukan kerjasama dengan lembaga- lembaga terkait dalam

penyiapan sumber daya yang memungkinkan dapat melakukan pembelajaran yang

benar mengenai teknologi nuklir

4. Berperan aktif dalam melakukan sosialisasi pemahaman konsep- konsep akademik baik

bagi guru melalui seminar periodik, workshop tentang pemanfatan teknologi nuklir dan

kegiatan lain yang mampu menggugah para guru terhadap perlunya pengembangan dan

penerapan teknologi nuklir di Indonesia maupun siswa melalui Olimpiade Nuklir

Nasional (ONN).

SUMBER PUSTAKA

[1]. Prof. Dr. Carunia Mulya Firdausy, Makalah seminar dengan “Judul Kebersamaan Lembaga

Penelitian dan Pengembangan dan Perguruan Tinggi dalam mempercepat Implementasi

Program RIPTEK Nuklir untuk Energi”.(Yogyakarta, 2010)

[2]. NN, Strategi Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia, Artikel dalam www.

Energi.lipi.go.id/utama.cgi, artikel&1101089425&9; 5 September 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah formulasi masker peel off dari ekstrak dan fraksi rimpang rumput teki ( Cyperus rotundus L.) dengan konsentrasi 5 %, selanjutnya

c. Target group tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah, karena sebagian besar penghuni RSS pada tiga lokasi perumahan adalah masyarakat berpenghasilan

Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan

Tanah pada kelas ini dinilai cukup sesuai untuk penggunaan lahan pertanian secara umum, yang umumnya mempunyai kualitas sedang dengan kisaran penggunaan atau

Indeks musiman model Additive Seasonal dapat menggunakan metode rata-rata sederhana dengan hasil yang didapatkan adalah sama dengan Indeks musiman pada meode

Butena juga dikenal sebagai butilena, butilena adalah gas tidak berwarna yang terkandung dalam minyak mentah sebagai konstituen kecil dalam jumlah yang terlalu kecil untuk

Proses integrasi pendidikan karakter siswa diupayakan guru melalui, pemberian contoh pada materi yang dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga yang dipahami tidak

PT. Macanan Jaya Cemerlang dalam memproduksi buku-buku sesuai dengan pesanan. Pesanan yang didapat tidak hanya dari penerbit Intan Pariwara saja, tetapi juga dari penerbit