• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LEMBAGA BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI HUKUM ABORSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LEMBAGA BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI HUKUM ABORSI."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH

DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LEMBAGA

BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI

HUKUM ABORSI

SKRIPSI

Oleh

Muhammad Kholis NIM. C01211095

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari

ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Ahwal Al-Syakhsiyah

SURABAYA

(2)

STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH

DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LEMBAGA

BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI

HUKUM ABORSI

SKRIPSI

Oleh

Muhammad Kholis NIM. C01211095

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari

ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Ahwal Al-Syakhsiyah

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAKSI

Skripsi ini dengan judul ‚Studi Komparatif Antara Metode Ijtihad

Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Mengenai Hukum Aborsi.‛ merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dalam metode pengumpulan datanya penulis menggunakan dokumentasi dan wawancara pada pihak yang bersangkutan. Analisis dalam skripsi ini menggunakan deskriptif komparatif serta menggunakan metode deduktif. Penulis menemukan masalah yang berupa, Pertama bagaimana metode ijtihad yang di pakai majelis tarjih dan tajdid muhammadiyah dan lembaga bahstul masail nahdlatul ulama mengenai hukum aborsi. Kedua apa persamaan dan perbedaan metode ijtihad yang dipakai majelis tarjih dan tajdid muhammadiyah dan lembaga bahstul masail Nahdlatul Ulama mengenai hukum aborsi.

Metode ijtihad yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah melakukan pentarjihan ulang terhadap Al-qur’an dan Hadist dan metode istimbatul hukmi yang digunakan antara lain menggunakan metode,Bayani,Ta’lili,Istishlahi dan muhammadiyah mengharamkan aborsi baik dari darurat medis maupun akibat korban pemerkosaan. Metode ijtihad Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama memakai metode istimbatul hukmi antara lain metode,Qawly,Ilhaqi,Manhajiy dan lebih cenderung mentathbiqkan madzhab (memberlakukan pendapat fuqoha).dan Nahdlatul Ulama masih memperbolehkan aborsi akibat hasil korban pemerkosaan namun harus di teliti oleh para ahli tentang janin yang sudah ada di janin dan memperbolehkan untuk indikasi medis yang bertujuan untuk menyelamatkan sang ibu.

Untuk masalah hukum aborsi jika umur kehamilannya sudah 4 (empat) bulan yaitu setelah peniupan roh pada janin maka Nahdhatul ‘ulama dan

Muhammadiyah menetapkan hukum yaitu haram.Kecuali karena sesuatu hal yang mengharuskannya demi keselamatan ibu, sebab nyawa ibu lebih utama dari pada janin karena telah lebih awal lahir kedunia dan melindungi jiwa itu wajib hukumnya. pendapat yang raj’ih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40

(empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran

kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz)

dan tidak apa-apa.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN: A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 13

H. Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pemahasan ... 20

BAB II METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH MENGENAI HUKUM ABORSI A. Sekilas Tentang Sejarah Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah ... 23

B. Metode Istimbat Hukum Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah ... 27

(8)

2. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Dan Tajdid

Muhammadiyah ... 27 a. Kerangka metodologi majelis tarjih dan tajdid

muhammadiyah ... 28 b. Teknik ijtihad majelis tarjih dan tajdid

muhammadiyah ... 29

C. Hasil Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah Tentang Aborsi ... 30 1. Pengertian Aborsi ... 30 2. Hukum Aborsi ... 31

3. Dalil-dalil yang diambil dalam memutuskan

Hukum Aborsi ... 31

4. Pandangan Para Tokoh Muhammadiyah Tentang

Aborsi Akibat Indikasi Medis Dalam Putusan

Tarjih ... 34

BAB III METODE IJTIHAD LEMBAGA BAHSTUL MASAIL

NAHDLATUL ULAMA MENGENAI HUKUM ABORSI

A. Sekilas Tentang Sejarah lembaga Bahstul Masail

Nahdlatul Ulama ... 36

B. Metode Istimbat Hukum Bahstul Masail Nahdlatul

Ulama ... 38 1. Sumber Hukum ... 38

2. Metode Istinbath Hukum Bahstul Masail

Nahdlatul Ulama ... 39 a. Kerangka metodologi lembaga Bahstul Masail

Nahdlatul Ulama ... 40

b. Sistem Pengambilan Keputusan Hukum Islam

Dalam Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama... 40

C. Hasil Putusan Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul

(9)

2. Dalil-dalil yang diambil dalam memutuskan

Hukum Aborsi ... 52

3. Pandangan Para Tokoh Nahdlatul Ulama Tentang Aborsi Akibat Indikasi Medis Terhadap Hasil Putusan Bahstul Masail ... 53

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN METODE IJTIHAD LEMBAGA BAHSTUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI HUKUM ABORSI A. Analisis metode ijtihad yang dilakukan oleh majelis tarjih dan tajdid muhammadiyah dan lembaga bahstul masail NU dalam penerapan hukum aborsi ... 55

B. Analisis tentang persamaan dan perbedaan metode ijtihad yang digunakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama dalam penerapan hukum aborsi ... 63

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

BIODATA PENULIS ... 74

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang memberi rahmat untuk alam semesta. Ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap 5 hal yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta atau lebih dikenal dengan istilah maqa>sid al-sya>ri’ah.1 Memelihara dan melindungi jiwa dari berbagai ancaman yang dapat membahayakan manusia merupakan hal yang sangat penting dan wajib hukumnya. Hal ini berarti memelihara eksistensi kehidupan umat manusia di muka bumi dengan memperbanyak keturunan manusia itu sendiri. Perkembangan hidup manusia dimulai pada saat sperma laki-laki menembus dinding sel telur (ovum) wanita. Jika terjadi pembuahan, maka dari berjuta-juta sperma yang dilepaskan oleh pria menemukan jalannya kedalam saluran sel telur pada saat ovum berjalan. Jika sperma bersatu dengan ovum, maka ia akan menetap dalam Rahim perempuan dan tercipta individu yang baru. Peristiwa terbentuknya manusia dapat dilihat dalam firman Allah Swt dalam QS. Almu,minun ayat 12-14 Yang berbunyi:

(نط نم ةللس نم نسنأا انقلخ دقلو

21

( نكم رارق ى ةفطن هنلعج م )

21

ةقلع ةفطنلا انقلخ م )

مظعلا اوسكف امظع ةةغضما انقلخف ةغضضم ةلعلا انقلخف

نسحأ ه كرابتف.رخاء اقاخ هنأشنا م امح

(نقلخللاا

21

)

1Maqashid Syari’ah adalah Tujuan ditetapkan hukum dalam islam, yang bertujuan untuk

(11)

2

Artinya :

Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (12).Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang tersebut kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik (14).

Selanjutnya manusia ini dikembangbiakkan oleh Allah SWT menjadi banyak dari jenis laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini diterangkan dalam surat An-Nisaa’ ayat 1:

ا يأي

سا لا

ا قتا

كب

لا

كق خ

سف

دح

ق خ

ا

ا ج

ثب

ام

ا ج

ا يثك

ءاس

.

ا قتا

ه

لا

لءاست

هب

اح اا

.

ا

ه

اك

كي ع

ا يق

(

1

)

Artinya :Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari (padanya2) Allah menciptakan istrinya dan darai pada keduanya Allah memperkrmbang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain3. Dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

kamu‛4.(QS. An-Nisa’ : 1)5

Untuk memperoleh keturunan, dalam ajaran Islam menganjurkan kawin dengan wanita yang peranak, bukan perempuan yang mandul, dan dianjurkan untuk memiliki sebuah keluarga yang besar, bukan keluarga kecil.

2 Maksud dari padanya ialah: dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam A.S. berdasarkan hadis

riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu adapula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

3Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada

orang lain mereka mengucaopjkan nama Allah seperti: ‚As aluka billah‛ artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

4Departemen Agama RI, Al Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : Diponegoro, 2013),

342

5

(12)

3

Kehamilan bagi seorang wanita yang sehat secara kejiwaan, artinya terbebas dari masalah psikis pada diri si wanita, yang dapat mengganggu proses kehamilan.6 Namun, tidak semua wanita merasa senang dan bahagia dengan setiap kelahiran anak baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang melatar belakangi hal tersebut dan mengakibatkan sebagian wanita yang menggugurkan kandungannya setelah ada jabang bayi yang ada dalam rahimnya dan istilah ini dengan nama aborsi.

Aborsi yang dalam bahasa arabnya ijhaadh merupakan bentuk masdar dari ajhadha yang artinya wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya.7Atau secara bahasa juga bisa diartikan lahirnya janin karena dipaksa atau karena lahir dengan sendirinya. Secara istilah aborsi didefinisikan pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (belum dapat lahir secara alami).8

Pengguguran kandungan atau aborsi yang terjadi di Indoensia masih sering terjadi. Hal ini bias dilihat dari data presentasi remaja yang hamil di luar nikah. Perbuatan aborsi ini merupakan hal yang masih sering

menimbulkan kontroversi pendapat dikalangan ulama’, bahkan secara

sepintas terdengar bahwa hal ini dianggap sebagai sebuah perbuatan yang mutlak dilarang namun sebaliknya tidak demikian semata-mata mutlak

6Majalah Ibu HamilNakita, Panduan Tumbuh Kembang Balita Ibu Sehat Janin Kuat.Volume 25,

4.

7Hasil Wawancara bersama KH. Ali Magfur Di RSIJemur Sari Surabaya, tanggal 05 November

2014, jam 19.00 wib

8Abdusshomad Buchori, Saichul hadi Peramono dkk, 101 Masalah Hukum Islam: Sebuah Produk

(13)

4

dilarang karena aborsi diperbolehkan dengan alasan yang benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Isra>’339:

او

اولتقت

سفنلا

يلأ

مرح

ه

اأ

قحا

...

Pada umumnya aborsi terjadi pada masa tiga bulan pertama usia kehamilan akan tetapi, pada prinsipnya aborsi mempunyai dua arti yang berbeda, yaitu:

1. Keguguran kandungan yang tidak disengaja (abortus spontan)10

2. Keguguran kandungan yang sengaja dilakukan (abortus provocatus) Aborsi bukan merupakan persoalan yang baru, akan tetapi merupakan persoalan yang lama yang menuai kontroversi. Banyak perdebatan mengenai hal ini dan ada pihak yang pro dan kontra mengenai aborsi ini.Bagi pihak yang pro berpendapat bahwa perempuan mempunyai hak penuh atas tubuhnya untuk menentukan sendiri mau hamil atau tidak, mau meneruskan kehamilannya atau menghentikannya.Bagi pihak yang kontra berpendapat bahwasannya aborsi merupakan pembunuhan kejam terhadap janin.

Menurut Muhammad Syaltut, sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur), maka pengguguran adalah salah satu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun sang janin belum diberi nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan periapan hidup.11

Tindakan aborsi dalam hukum islam merupakan pembunuhan, namun apabila pembunuhan itu harus dilakukan, maka harus benar-benar terpaksa

9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah,423

(14)

5

dilakukan demi melindungi atau menyelamatkan si ibu, maka hal ini diperbolehkan, bahkan diharuskan karena islam mempunyai prinsip:

باكترا

فخأ

نيررضلا

بجاو

Artinya: ‚ Menempuh tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang

berbahaya itu wajib.‛12

Mengenai hukum menggugurkan kandungan tidak ada nash yang secara langsung menyebutkannya, baik Al-Qur’an maupun hadits. Sedangkan yang dijelaskan didalam kitab Allah SWT surah An-nisaa’ ayat 93 adalah tentang haramnya membunuh orang tanpa hak, mencela perbuatan itu dan menghukum pelakunya dengan hukuman yang abadi di neraka Jahannam. Aborsi juga biasanya dilakukan oleh yang bersangkutan dengan sendiri, bantuan para bidan kampung atau dukun, tenaga medis dan dokter kandungan.

Di samping beberapa pendapat dikalangan ulama’ terdapat kajian

hukum terhadap aborsi yang ditetapkan oleh dua ormas terbesar di Indonesia yaitu Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1929. Lembaga Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama merupakan lembaga milik Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dalam penggalian hukum (ijtihad) mengenai suatu peristiwa hukum yang baru menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan ajaran masing-masing lembaga. Lembaga Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam setiap menetukan suatu hukum

(15)

6

didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan lembaga Bahsul Masail Nahdhatul Ulama selain berdasar pada Al-Qur’an dan Sunnah juga

mendasarkan pada pendapat-pendapat ahlussunnah wal jama’ah dan ahli

fiqh seperti Ijma’, Qiyas dan lain sebagainya. Kedua lembaga tersebut

memiliki jumlah pengikut yang besar sehingga setiap keputusan yang difatwakan akan dianut dan diikuti oleh pengikutnya yang tersebar diseluruh indonesia.

Ijtihad hukum adalah mencurahkan segenap kemampuan berfikir dalam menggali dan merumuskan hukum syar‘î yang bersifat zhannî dengan menggunakan metode tertentu yang dilakukan oleh yang berkompeten baik secara metodologis maupun permasalahan.

Posisi ijtihad bukan sebagai sumber hukum melainkan sebagai metode penetapan hukum, sedangkan fungsi ijtihad adalah sebagai metode untuk merumuskan ketetapan-ketetapan hukum yang belum terumuskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Metode Ijtihad hukum yang diterapkan oleh Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah adalah13:

a. Bayani (semantik) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan kebahasaan.

b. Ta‘lili (rasionalistik) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan penalaran.

c. Istishlahi (filosofis) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan kemaslahatan.

(16)

7

Metode Ijtihad hukum yang diterapkan oleh Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama adalah14:

a. Qouly (tekstual) yaitu dengan merujuk langsung pada teks pendapat

imam mazhab atau pendapat ulama’ pengikutnya.

b. Ilhaqi (analogi) menyamakan masalah kepada masalah yang sudah ada ketentuan hukumnya dalam kitab fiqih.

c. Manhajiy (bermazhab) menyelesaikan masalah hukum dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam mazhab.

Dengan konteks hukum aborsi Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, telah memiliki hasil ijtihad masing-masing namun demikian perlu dikaji secara komparatif bagaimana metode ijtihad yang mereka lakukan, sehingga dapat di hasilakan ketetapan hukum aborsi.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian komparatif yang dilakukan oleh Majelis Tarjih & Tajdid dan Bahtsul Matsail yang berupa suatu skripsi yang diberi judul

‚Studi KomparatifMetode Ijtihad Antara Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Mengenai Aborsi ‛.

14 Sambutan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama’ (PWNU) Jawa Timur, NU Menjawab

(17)

8

B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang muncul di dalamya, yaitu: a. Pengertian aborsi.

b. Aborsi menurut Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama c. Hukum aborsi menurut Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah

dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama.

d. Metode ijtihad yang digunakan dalam penemuan dan penetapan hukum aborsi oleh Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga bahtsul Masail Nahdlatul Ulama.

e. Persamaan dan perbedaan dalam penggalian metode hukum yang digunakan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama tentang menghukumi aborsi. f. Kesimpulan hukum Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan

Lembaga Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama terhadap aborsi.

(18)

9

Masail Nahdlatul Ulama tentang penerapan hukum aborsi serta persamaan dan peredaan di dalam lembaga tersebut.

2. Batasan Masalah

Pembahasan identifikasi mengenai masalah di atas, timbulah beberapa permasalahan-permasalah yang kemudian penulis menetapkan berapa batasan-batasan masalah untuk memfokuskan dan mempermudah pembahasan, diantaranya adalah:

a. Metode ijtihad hukum yang digunakan dalam penemuan dan penetapan hukum aborsi.

b. Persamaan dan perbedaan metode-metode ijtihad hukum yang digunakan oleh Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini bermaksud memperoleh jawaban permasalahan:

1. Bagaimana metode ijtihad yang dilakukan oleh Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyahdan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulamadalam penerapan hukum aborsi?

(19)

10

D. Kajian Pustaka

Mengenai permasalahan aborsi ini sudah banyak yang membahas, dan ada juga beberapa buku tentang hukum keluarga atau perkawinan yang membahas tentang aborsi. Di samping itu penulis juga menemukan tulisan yang berupa hasil dari penelitian lapangan yang menjelaskan harta bersama diantaranya:

1. Skripsi tentang ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aborsi Karena Istri Menderita Gangguan Kejiwaan (Gila)‛15 oleh Musyarofah Jurusan

Ahwal As Syakhsiyah Uniersitas Islam Negeri Sunan Ampel Tahun 2003. Penelitian ini membahas hukum Aborsi ketika itu dilakukan pada istri yang menderita gangguan kejiawaan. Dalam penelitian ini dituliskan tinjauan hukum islam terhadap aborsi dengan menyimpulkan dua hukum yakni, haram dan boleh.

2. Skripsi tentang ‚Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Positif Terhadap Aborsi Oleh Wanita Akibat Pemerkosaan16 oleh Nur Fadilah Jurusan Ahwal As Syakhsiyah Uniersitas Islam Negeri Sunan Ampel Tahun 2005. Penelitian ini membahas bagaimana tinjauan hukum islam dan hukum positif terhadap aborsi yang dilakukan oleh wanita akibat pemerkosaan serta menuliskan persamaan dan perbedaan antara hukum islam dan positif dalam menghukumi kebolehan aborsi tersebut.

3. Skripsi tentang ‚Studi Komparatif Antara Hak Asasi Manusia Dan Hukum Islam Terhadap Aborsi Yang Dilakukan Oleh Korban

15 Musyarofah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aborsi Karena Istri Menderita Gangguan

Kejiwaan (Gila), Jurusan AS UIN Sunan Ampel, Tahun 2003

16 Nur Fadilah, Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Positif Terhadap Aborsi Oleh Wanita Akibat

(20)

11

Perkosaan‛17 oleh Riza Yanuar Sari Jurusan Siyasah Jinayah Uniersitas Islam Negeri Sunan Ampel Tahun 2012. Dalam penelitian ini penulisnya mengkomparasikan antara Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam tentang kebolehan aborsi dalam hal perkosaan.

Dari karya-karya diatas dapat dilihat bahwa peneliti mengambil alur yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang akan dilakukan penulis akan lebih spesifik pada metode ijtihad yang digunaka oleh Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahsul Masail Nahdatul Ulama dalam menetapkan hukum aborsi, sehingga penelitian ini bukan mengulangi penelitian-penelitian terdahulu, akan tetapi penelitian ini benar-benar memiliki kekhususan dan pembahasan yang berbeda dari penelitian sebelumnya. sejauh pengetahuan penulis belum ada yang meneliti topik yang penulis angkat yakni ‚Studi Komparatif Metode Ijtihad Antara Majelis Tarjih& Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama MengenaiHukum Aborsi‛.

E. Tujuan Penelitian

Dalam rumusan masalah diatas, peneliti ingin memberi penjelasan dalam meode-metode dalam penerapan hukum yang dilakukan oleh Majelis Tarjih& Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama. Secara spesifik dalam penelitian ini bertujuan:

17Riza Yanuar Sari, Studi Komparatif Antara Hak Asasi Manusia Dan Hukum Islam

(21)

12

1. Untuk mengetahui metode ijtihad yang dilakukan oleh Majelis Tarjih &Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam penetapan hukum aborsi.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan metode ijtihad yang digunakan oleh Lembaga Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam penerapan hukum aborsi.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Didalam penelitian ini penulis sangat berharap mempunyai beberapa manfaat baik secara teoritis dan Praktis:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta untuk memperkaya khazana intelektual keilmuan dan pengetahuan tentang metode-metode dua lembaga tersebut terkait memutusan hukum aborsi.

2. Secara praktis, melakukan kajian terhadap dinamika pemikiran Ulama Muhammadiyah dan NU secara komparatif yang memiliki urgensi yang

sangat besar. Ulama’ merupakan tokoh sentral Agama yang memiliki

otoritas dalam menafsirkan dan memahami ajaran agama. Kajian tentang fatwa dan pendapat ulama’ selaras dengan proses pembentukan masa depan bangsa Indonesia.

G. Definisi Operasional

(22)

13

pembaca, penjelasan dalam judul ini antara lain adalah Skripsi ini penulis

beri judul ‚ Studi komparatif metode ijtihad antara Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama mengenai hukum aborsi ‛

Guna mempermuda dalam memahami maksud dari judul penelitian ini, maka berikut ini akan kami paparkan beberapa definisi yang bias dijadikan acuan dalam menemukan maksud tersebut :

Studi Komparatif : Perbandingan, guna menemukan persamaan dan perbedaan di sini yang kami maksud adalah dari dua pandangan metode ijtihad dalam penetapan hukum aborsi yang dilakukan oleh lembaga yang kami jadikan objek penelitian yaitu antara Majlis Tarjih &Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga

Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama’.

Metode Ijtihad : Cara melakukan istimbath hukum aborsi

meliputi:Upaya mencurahkan segenap

kemampuan berfikir dalam menggali dan merumuskan hukum suatu persoalan dalam Islam olehpara ulama’ di Majlis Tarjih & Tajdid

Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail

Nahdlatul Ulama’ dengan menggunakan manhaj hukum tertentu.

(23)

14

program berkaitan dengan kajian hukum Islam serta pembaharuan pemikiran Islam menurut Manhaj Tarjih dan Tajdid.

Lembaga Bahtsul Masail:Salah satu bidang di organisasi Nahdlatul ulama’,

yang menjalankan program kajian hukum Islam serta pembaharuan pemikiran Islam menurut Manhaj Bahtsul Masail.

Aborsi : Aborsi adalah tindakan penghentian/

pengguguran kandungan/ kehamilan sebelum kelahiran janin, Aborsi. Aborsi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah aborsi karena alasan indikasi kedaruratan medis dan atau aborsi karena pemerkosaan. Tindakan aborsi ini dilakukan pada usia kehamilan maksimal 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama sesudah suci dari hari haidl terakhir (HPHT).

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian sendiri berarti sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.18 Berdasarkan hal tersebut empat kunci

(24)

15

yang perlu diperhatikan yaitu: data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengolahan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan sesuatu serta bagaimana cara untuk menemukan sesuatu tersebut dengan menggunakan metode atau teori. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

Dalam penulisan sekripsi ini, penulis mengambil data yang terdiri dari:

a. ProfilMajelis Tarjih& Tajdid Muhammadiyah. b. ProfilLembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama’

c. Isi Penetapan Putusan hukum aborsi meliputi: 1. Kerangka konseptual tentang aborsi 2. Dalil/dasar hukum aborsi

3. Mekanisme penggunakan dalil/dasar hukum 4. Alasan/argumentasi hukum

5. Hukum aborsi 2. Sumber Data

Agar hasil penelitian ini lebih bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penyusun menyandarkan pada dua sumber data, yaitu sumber primer dan sumber sekunder :

(25)

16

tersebut adalah penyusun menunjuk pada putusan Majelis Tarjih& Tajdid Muhammadiyah dan putusan Batsul Masail Nahdlatul Ulama yang diantaranya adalah:

1. Putusan hasil hukum aborsi dari Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah (sesuai dengan muktamar ke 25).

2. Putusan hasil hukum aborsi dari Lembaga Bahtsul Masail

Nahdlatul Ulama’

3. Undang-undang kesehatan 4. Manhaj ke dua lembaga tersebut

b. Sumber Sekunder adalah sumber data yang penyusun jadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mendukung sumber data primer, yang dapat dalam buku atau kitab-kitab dan ada kaitanya dengan pembahasan permasalahan yang dikemukakan antara lain:

1. Islam Dalam Kehidupan Keseharian (KH. Mu’ammal Hamidiy)

2. Sejarah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama’

3. Sejarah Tarjih (Muhammadiyah)

4. Qaidah-qaidah Fiqhiyyah (abdurrahman)

5. Al-fiqh al-islamiyah wa Adillatuh (Wahba Zuhaili) 6. Tafsir Al-Qur’an dan Hadist

3. Teknik Pengumpulan Data

(26)

17

1. Dokumentasi

Pada penelitian ini, penulis akan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan pembahasan yang akan penulis teliti dan cermat. Dan hal-hal atau variable diantaranya adalah:

a. Putusan Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah terntang hukum aborsi.

b. Putusan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama’ tentang

hukum aborsi.

c. Metode Ijtihad hukum aborsi

d. Manhaj Majlis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga

Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama’.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan bentuk komunikasi atau perekapan antara dua orang atau lebih, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada subjek atau informan, untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan guna mencapai tujuan dan memperoleh data yang diinginkan dan akan dijadikan sebagai bahan laporan penelitian.19 Agar dapat dipermudah dalam penelitian serta memperoleh sebuah keterangan yang jelas pada sebuah permasalahan didalam penelitian ini, maka penulis mengadakan wawancara secara langsung dengan para pihak-pihak yang berpengaruh didalam Majlis Tarjih& Tajdid Muhammadiyah dan

(27)

18

Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Umala, diantaranya pihak-pihak tersebut adalah:

a. Ketua dan wakil Lembaga Majelis Tarjih& Tajdid Muhammadiyah Jawa Timur, beserta Ulama Muhammadiyah. b. Ketua dan wakil Seketaris Lembaga Batsul Masail Nahdhatul

Ulama Jawa Timur, beserta Ulama NU. 4. Teknik pengolahan data

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan, maka penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian. Dalam penelitian ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan cara memilah data untuk menjaawab rumusan masalah. b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah yng sistematis. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengelompokan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang untuk dianalsis dan menyusun data tersebut denagn sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data.

(28)

19

fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah. Dalam penelitian ini setelah semua data terkelompok maka langkah selanjutnya data tersebut dianalisis untuk menghasilkan temuan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.

5. Teknik analisis data

(29)

20

I. Sistematika Pembahasan

Bab pertama, merupakan pendahuluan; bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas Sekilas Tentang Sejarah Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah, Metode Istimbat Hukum Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah meliputi: Sumber Hukum, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiya, Kerangka metodologi majelis tarjih dan tajdid muhammadiyah, Teknik ijtihad majelis tarjih dan tajdid muhammadiyah, Hasil Putusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah yang meliputi; Pengertian Aborsi, Hukum Aborsi, Dalil-dalil yang diambil dalam memutuskan Hukum Aborsi, Pandangan Para Tokoh Muhammadiyah Tentang Aborsi Akibat Indikasi Medis Dalam Putusan Tarjih.

(30)

21

Bab empat, membahas tentanganalisis perbedaan metode ijtihad yang dilakukan oleh majelis tarjih dan tajdid muhammadiyah dan lembaga bahstul masail NU dalam penerapan hukum aborsi dan Analisis tentang persamaan dan perbedaan metode ijtihad yang digunakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama dalam penerapan hukum aborsi.

(31)

23

BAB II

METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH MENGENAI HUKUM ABORSI

A. Sekilas Tentang Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah

Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan munculnya gerakan pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya dapat dipandang sebagai salah-satu mata rantai dari serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah dimulai sejak dari Ibnu Taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh di Mesir1. Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan sebuah fenomena yang menandai proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan proses Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam konsep Nakamura- dimaksudkan suatu proses dimana sejumlah besar orang Islam memandang keadaan agama yang ada, termasuk diri mereka sendiri, sebagai belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai standard Islam yang benar.

Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-pikiran abstrak tetapi diungkapkan secara nyata dan dalam bentuk organisasi-organisasi yang bekerja secara terprogram. Salah satu organisasi-organisasi itu di

1 Abdurrahman, Yazid. Metode Penelitian Sejarah Muhammadiyah. (Jakarta: Logas Wacana

(32)

24

Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18 Nopember 1912 M.

KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama Muhammad Darwis dilahirkan di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari ayah KH. Abu Bakar, Imam dan Khatib Masjid Besar Kauman, dan Ibu yang bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim penghulu besar di Yogyakarta2.2 KH.Ahmad Dahlan kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya menjadi khatib masjid besar di Kauman. Disinilah ia melihat praktek-praktek agama yang tidak memuaskan di kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap kristisnya untuk memperbaiki keadaan.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh Dahlan pada mulanya bersifat lokal, tujuannya terbatas pada penyebaran agama di kalangan penduduk Yogyakarta. Pasal dua Anggaran Dasarnya yang asli berbunyi (dengan ejaan baru):Maka perhimpunan itu maksudnya :

1) Menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu

‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie

Yogyakarta.

2) Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.

Berkat kepribadian dan kemampuan Dahlan memimpin

organisasinya, maka dalam waktu singkat organisasi itu mengalami perkembangan pesat sehingga tidak lagi dibatasi pada residensi Yogyakarta,

(33)

25

melainkan meluas ke seluruh Jawa dan menjelang tahun 1930 telah masuk ke pulau-pulau di luar Jawa.

Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata ‚tajdid‛ (bahasa Arab) yang artinya ‚pembaharuan‛ adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari

pada/menurut sasarannya :

1) berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada

keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah. 2) berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu

sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu.

Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran Islam itu sendiri dalam perjuangannya. Sekarang ini usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan. 1) Bidang keagamaan

(34)

26

tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.

2) Bidang Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam, pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.

3) Bidang Kemasyarakatan

Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat ditangani sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.3

(35)

27

B. Metode Istimbat Hukum Majelis Tarjih Muhammadiyah

1. Sumber Hukum

Sumber hukum yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah

Al-Qur’an dan Al-sunat Al-maqbulat. Al-Qur’an menurut al-Lihyani, seorang ahli bahasa (wafat 21 H) berpendapat bahwa kata al-Qur’an

( ل) merupakan kata benda (masdar) dari kata kerja (fiil)

أرق

-أرقي

-ةأرق

-اأرق

yang berarti membaca/bacaan. Secara terminologis para

ulama’ memberi rumusan defisini yang beragam diantaranya menurut as-Sabuni,4 Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada

Nabi dan Rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan tawatur (mutawatir), membacanya merupakan ibadah yang diawali dengan surat al-Fatikhah dan di akhiri dengan surat an-Nas5, sedangkan Al-sunah Al maqbulat adalah sunnah yang berkualitas shahih dan hasan, dan diniscayakan bisa diterima atau (makbul) oleh akal sehat, dan yang penting tidak mengurangi keyakinan (akidah) dan juga tidak bertantangan dengan

al-Qur’an6.

2. Metode Ijtihad

Metode ijtihad yang digunakan oleh majelis tarjih muhammadiyah ada tiga maam, antara lain: a). Bayani (semantik) yaitu

4 HPT Majelis Tarjih &Tajdid Muhammadiyah tahun 1999 hal 36

5 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya,Studi Al-Qur’an, (Surabaya: UIN Sunan

Ampel Press:2013), 1-2

(36)

28

metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan kebahasaan. b) Ta‘l<ili (rasionalistik) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan penalaran. c) Istishlahi (filosofis) yaitu

metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan

kemaslahatan.7

a. Kerangka metodelogi majelis tarjih Muhammadiyah

Kerangka metodelogi pemikiran Islam adalah dengan menggunakan pendekatan bayani>, burhani>, dan ‘irfani>.

1) Pendekatan bayani adalah pendekatan untuk memahami dan menganalisis teks guna mendapatkan makna yang dikandungnya dengan menggunakan empat macam bayan: a) Bayan al-i’tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan

sesuatu yang melliputi al-qiyas al-bayani> dan al-khabar yang bresifat yaqin atau tashdiq,

b) Bayan al-i’tiqad, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang meliputi makna haqq, mutasyabbih, dan bathil.

c) Bayan al-‘ibarot, yaitu penjelasan mengenai keadaan sesuatu yang meliputi bayan zhahir dan bayan bathin. d) Bayan al-kitab, yaitu media unutk menukil

pendapat-pendapat, yaitu kitab-kitab.

7 Modul Praktikum A Bidang Kefatwaan, Jurusan Perbandingan Mazhab Dan Hukum IAIN

(37)

29

2) Pendekatan burhani adalah pendekatan rasional argumentatif, yaitu pendekatan yang didasarkan pada kekuatan rasio melalui instrumen logika dan metode diskurif (bathiniy).

3) Pendekatan irfani adalah pemahaman yang tertumpu pada pengalaman bathin, al-zawq, qalb, wijdan, bashirot, dan intuisi.8

b. Teknik yang digunakan dalam menetapkan hukum9 adalah:

a) Ijma‘ menurut istilah ahli ushul ialah persepakatan para mujtahid kaum muslim dalam suatu masa sepeninggal

Rasulullah Saw, terhadap suatu hukum syar’i mengenai suatu

peristiwa.

b) Qiyas menurut ulama ushul, al-Qiyas berarti menyamakan suatu kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya mengenai hukum yang nash telah menetapkan lantaran adanya kesamaan dua kejadian itu dalam illat hukumnya.

c) Al-Mashlahah al-Mursalah ialah yang mutlak. Menurut istilah

ahli ushul, kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh syar’i

dalam wujud hukum, didalam rangka menciptakan kemashlahatan, disamping tidak terdapat dalil yang membenarkan atau menyalahkan. Karenanya, Mashlahah

8 Ibid, 14

9 Drs. H. A. Faishal Haqq. Ushul Fiqh Kaidah-Kaidah Penerapan Hukum Islam.(Surabaya:CV

(38)

30

Mursalah itu disebut mutlak, lantran tidak terdapat dalil yang menyatakan benar dan salah.

d) ‘Urf ialah apa-apa yang telah dibiasakan oleh masyarakat dan dijalankan terus-menerus baik berupa perkataan maupun perbuatan. Urf disebut juga adat kebiasaan.

C. Hasil Putusan Ijtihad Majelis Dan Tajdid Muhammadiyah 1. Pengertian Aborsi

Hukum aborsi tidak ada difatwakan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam buku fatwa tajihnya, namun ada suatu pendapat

oleh salah seorang tokoh Muhammadiyah Bapak Prof. DRS. H. Sa’ad Abdul Wahid yang diterbitkan oleh majalah Suara Muhammadiyah

‚.Pengertian abortus secara umum adalah ‚gugurnya kandungan sejak

terjadinya pembuahan/konsepsi‛.

Aborsi itu terbagi dua macam yaitu 1). Abortus provocatus yang berindikasi pengobatan (medicinalis) 2). Abortus provocatus yang berindikasi merusak (kriminalis)10. Pengertian Abortus proocatus medicinalis adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan alasan medis dan Abortus proocatus kriminalis adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan sengajak sejak pembuahan.

10 Dr. H. Sa’ad Abdul Wahid, Majalah Suara Muhammadiyah No.15/TH.Ke.88/Agustus 2003,

(39)

31

2. Hukum Abortus Provokatus

1) Bahwa abortus provokatus kriminalis sejak terjadinya pembuahan hukumnya haram. Sebab sejak pembuahan itulah sebenarnya telah dimulai kehidupan manusia, yang wajib dijaga dan dihormati, dan tidak boleh diperlakukan secara zalim.

2) Bahwa abortus provokatus medicialis dapat dibenarkan lantaran darurat yaitu adanya kekhawatiran atas keselamatan atau kesehatan ibu waktu mengandung dan melahirkan berdasarkan hasil konsultasi dengan para ahli.

3. Dalil-Dalil Yang Diambil Dalam Memutuskan Hukum Aborsi

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa11. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamnnya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT:

a. QS. Al-An’am: 151:

ل

عت

ؤل

لتأ

ح

كبر

كي ع

اأ

ك شت

هب

يش

ي ل ل ب

سحأ

ا

ت ت

كدا أ

ا

ح

ك

ه ي

ا

ب ت

ل

شح

ب

ا

ت ت

س ل

يتل

ح

ه

اأ

ح ب

كل

ك ص

هب

ك عل

عت

(

151

)

Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa,

11 Al-Baghdadi, Abdurrahman. Emansipsi Adakah Dalam Islam. (Jakarta: Gema Insani

(40)

32

dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. 12 b. QS. Al-Isra’: 70:

ل ك ي ب دأ ح ه يف بل حب ر ه ت بي ل ضف ه ى ع يثك ج ايض ت ( 70 )

Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. 13

c. QS. Al-Baqarah: 205:

( داسفلا ب ا هو لسنلاو ثرحا كلهيو اهيف دسفيل ضراا ي ىعس ىوت اذاو 502

)

Artinya: Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. 14

d. QS. An-Nisa’: 29:

اومأ اولك أ ا اونمأ نيذلا اهياا قت او مكنم ضارت نع ةراج نوكت نأ اأ لطابلا مكنيب مكل مكسفنأ اولت (اميحر مكب ناك ه نأ 52 )

12 Departemen Agama RI, Al Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : Diponegoro,

2013), 148

(41)

33

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.15

e. Hadis Rasulullah Saw Riwayat Bukhari Dan Muslim

م كلذ لثم ةقلع كلذ ي نوكي م اموي نعبرأ همأ نطب ي هقلخ عم مكدحأ نا

ا هيف خفنيف كلما لسري م كلذ لثم ةغضم كلذ ي نوكي

ورل

...ح

16

‚sesungguhnya tiap-tiap orang diantara kamusekalian dikumpulkan penciptanya didalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuftah, kemudian berangsur-angsur mebjadi

‘alaqah dalam jangka waktu yang sama (40 hari), lalu

berkembang menjadi mudghah dalam jangka waktu yang sama (40 hari). Setelah itu diutuslah malaikat kepadanya dan

ditiupkan roh kedalmnya...seterusnya‛. (HR Bukhori Muslim)

f. Kaidah-Kaidah Usul Fiqh

1). Keadaan darurat menjadikan sebab kebolehan hal-hal yang dilarang

ةرورضلا

حيبت

تاروظحا

2). Apabila ada dua hal yang merusak saling bertentangan, maka harus dijaga yang paling besar bahayanya dengan yang paling ringan resikonya17.

اذا

ضراعت

نادسفم

يعور

امهمظعأ

اررض

باكترا

امهفخأ

15 Ibid, 82

16 Abi Abdullah bin Muhammad bin Ismail al Bukhori. Shahih Bukho>ri Juz II. (Kairo : Al

Mathbaqhatus Salafiyah, 1403 H). 424

17 Hakim, Abdul Hamid. Mabadi’ Awaliyah Fi Ushul Al Fiqh Wa Qawa’id Al-Fiqiyah (Jakarta:

(42)

34

Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang menggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut.18

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindakan kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.

4. Pandangan Para Tokoh Muhammadiyah Tentang Aborsi Akibat Indikasi Medis Dalam Putusan Tarjih19

Allah SWT menciptakan manusia secara bertahap-tahap. Tahap pertama adalah dari Nuthfatul Amsy, yaitu pembuahan dari hasil pertemuan antara bibit laki-laki (sperma) dengan bibit perempuan (ovum). Dari sejak pembuahan itulah sebenarnya kehidupan manusia telah dimulai dan kehidupan itu harus dihormati dan dimuliakan. Pendapat-pendapat yang mengatakan ruh yang ditiupkan Malaikat, sesudah janin dalam kandungan berusia 120 hari sejak terjadinya

18 Dr. Abdurrahman Al-Baghdadi, 100

(43)

35

pembuahan, seperti dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim diatas, dimana dipahami bahwa ruh tersebut berarti nyawa tidak dapat diterima, sebab selain pengetian ruh itu sendiri tidak dapat dipahami oleh manusia dengan jelas, karena ruh itu urusan Allah, juga kenyataan bahwa pembuahan itu telah hidup yang kemudian berkembang menjadi alaqah20 dan seterusnya menjadi mudghah21 sampai usia 120 hari. Jadi ruh yang ditiupkan Malaikat kedalam janin yang telah usia 120 hari bukan ruh hayati, akan tetapi bisa dipahami sebagai ruh insani, yaitu sebagai satu kesatuan dari fitrah manusia yang dipersiapkan untuk sanggup menerima beban taklik (beban hukum) dari Allah.

Allah SWT melalui firman-Nya didalam al-Qur’an sangat

menghormati dan menjunjung tinggi derajat manusia. Sedangkan kita memaklumi bersama bahwa tidak akan pernah ada manusia tanpa ia harus diberi hak hidup sejak terjadinya pembuahan/konsepsi. Berdasarkan alasan diatas, maka penentuan hukum aborsi pun dimuali dari saat terjadinya pembuahan. Oleh karena itu, tindakan abortus

provocatus, tanpa alasan yang dibenarkan syara’ dianggap sebagai suatu

perbuatan yang menentang harkat dan martabat manusia.

(44)

36

BAB III

METODE IJTIHAD LEMBAGA BAHSTUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI HUKUM ABORSI

A. Sekilas Sejarah Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama’

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926

oleh K.H. Hasyim Asy’ari di Surabaya. Latarbelakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Dalam Anggaran Dasarnya yang pertama (1927), dinyatakan bahwa Nahdlatul Ulama bertujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu madzhab empat.

Bahtsul Masail secara harfiah berarti pembahasan berbagai masalah yang berfungsi sebagai forum resmi untuk membicarakan

al-masa’il ad-diniyah (masalah-masalah keagamaan) terutama berkaitan dengan al-masa’il al-fiqhiyah (masalah-masalah fiqh). Dari perspektif ini al-masa’il al-fiqhiyah termasuk masalah-masalah yang khilafiah (kontroversial) karena jawabannya bisa berbeda pendapat.

(45)

37

Tugas LBM adalah menghimpun, membahas dan memecahkan masalah-masalah yang menuntut kepastian hukum1. Oleh karena itu lembaga ini merupakan bagian terpenting dalam organisasi NU, sebagai forum diskusi alim ulama (Syuriah) dalam menetapkan hukum suatu masalah yang keputusannya merupakan fatwa dan berfungsi sebagai bimbingan warga NU dalam mengamalkan agama sesuai dengan paham ahlusunnah wal jamaah sebagai dasarnya2.

K.H. Syansuri Badawi, salah seorang kiai NU, mengatakan bahwa ijtihad yang dilakukan para ulama NU dalam Bahtsul Masail adalah bentuk qiyas. Tetapi ijtihad yang seperti itu dilakukan sejauh tidak ada qaul (pendapat) para ulama yang dapat menjelaskan masalah itu.Qiyas dilakukan sejauh tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadis. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam as-Syafi’i bahwa ijtihad itu qiyas3.

Ketika menghadapi masalah serius kekinian yang dimasa lalu peristiwa itu belum pernah terjadi, LBM selalu meminta penjelasan terlebih dahulu kepada ahlinya. Setelah kasusnya jelas, barulah dikaji melalui kitab kuning.

1 Kata Pengantar Rais’Am PB NU Bahtsul Masail dan Istimbath Hukum NU sebuah catatan

pendek oleh Dr. KH. Muhammad Sahal Mahfudh (keputusan mukhtamar, Munas, dan Konbes NU Tahun 1926-1999 M)

2 Hal ini sampai sekarangpun masih tetap dijadikan faham yang dianut oleh NU, sebagaimana

disebutkan dalam bab II, pasal 3 angaran dasar NU hasil Muktamar XXXI, di Boyolali2 November- 2 Desember 2004 yang selengkapnya berbunyi: Nahdlatul Ulama Sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah Beraqidah/Berasas Islam Menganut Faham Ahlusunnah Wal Jamaah Dan Menurut Salah Satu Madzhab Empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, Dan Hambali. Lihat Zahro, Tradisi Intelektual NU, 15

3 Wawancara dengan KH. Ali Magfur Ketua LBM PWNU di rungkut Menanggal Surabaya(

(46)

38

Walaupun LBM merupakan sumbangan yang tak ternilai harganya bagi NU, Namun masih ada kelemahan yang perlu diperhatikan :

1) Kelemahan yang bersifat teknis (kaifiyatul bathsi), yakni belum ada

ketegasan yang bersifat jama’I mengenai pola bermahzhab antara manhaj4 dan qauli5.

2) Kelemahan organisatoris, yakni belum terkondisikanya dan belum bakunya hirarhi (martabat) keputusan Bahtsul Masail yang diselenggarakan diberbagai tingkatan, mulai dari tingkat muktamar sampai tingkat ranting serta dipesantren-pesantren.

3) Kelemahan komitmen dan kesadaran untuk mensosialisasikan dan melakukannya secara baik hasil putusan bahtsul masail6.

B. Metode Istimbat Hukum Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama 1. Sumber Hukum

Pengertian istimbath hukum (menggali dan menetapkan hukum) dikalangan NU bukan mengambil hukum secara langsung dari sumber aslinya yaitu al-Qur’an dan hadis. Akan tetapi penggalin hukum dilakukan dengan mentatbiiqkan (menyelaraskan) secara dinamis nas-nas fuqaha (teks-teks yang tersurat dalam kitab) dalam konteks permasalahan yang dicari hukumnya. Istimbath langsung dari sumber

4 Manhaj adalah mengikuti jalan fikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh

imam madzhab

5 Qawli adalah cara beristimbath yang didasari dengan melihat kitab-kitab fiqh dan empat

madzhab

(47)

39

aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis yang cenderung pada pengertian ijtihad, bagi Ulama Nahdlatul Ulama masih sangat sulit dilakukan karena keterbatasan ilmu terutama di bidang ilmu-ilmu penunjang dan pelengkap yang harus dikuasai oleh para mujtahid.7

2. Metode Ijtihad Hukum Majelis Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul

Ulama’

Metode Ijtihad Hukum yang diterapkan oleh Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama adalah8: a). Metode Qouly adalah suatu cara istimbath hukum yang dipergunakan oleh ulama/intelektual NU dalam Lembaga Bahtsul Masail dengan mempelajari masalah yang dihadapi, kemudian mencari jawabannya pada kitab-kitab fiqh dari madzhab empat, dengan mengacu dan merujuk secara langsung bunyi teks. Atau dengan kata lain mengikuti pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup madhab tertentu.9 b) Metode Ilhaqi (analogi) adalah menyamakan hukum suatu kasus/masalah yang belum dijawab oleh kitab (belum ada ketetapan hukumnya) dengan kasus/masalah serupa yang telah dijawab oleh kitab (telah ada ketetapan hukumnya) atau

menyamakan dengan pendapat yang sudah ‚jadi‛10. c) Metode

Manhajiy (bermazhab) adalah suatu cara menyelesaikan masalah keagamaan yang ditempuh oleh Lembaga Bahtsul Masail dengan

7 MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fikih Sosial (Yogyakarta: LkiS, 1994), 45-46

8SambutanPengurus Wilayah NahdlatulUlama’ (PWNU) JawaTimur, NU Menjawab

Problematika Umat, Keputusan Bahtsul Masail PWNU JawaTimur (1991-2013)

9 Ahmad, Zahro. Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masail 1926-1999 (Yogyakarta: LKis,

2004), 118

(48)

40

mengikuti jalan fikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam madzhab.11

3. Kerangka metodelogi Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama Kerangka metodologi pemikiran islam adalah dengan menggunakan:

1) Dalam kasus yang ditemukan jawabannya dalam ibarat kitab dan hanya satu qaul (pendapat), maka qaul itu yang diambil.

2) Dalam kasus yang hukumnya terdapat dua pendapat maka

dilakukan taqrir jama’i dalam memilih salah satunya.

3) Bila jawaban tidak diketemukan dalam ibarat kitab sama sekali, dipakai ilhaq al masail bin nadhariha secara jamai oleh para ahlinya.

4) Masalah yang dikemukakan jawabannya dalam ibarat kitab dan tidak bisa dilakukan ilhq, maka dilakukan istimbat jama’i dengan

prosedur madzhab secara manhaji oleh para ahlinya.12

a. Sistem Pengambilan Keputusan Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama13

1. Penjelasan Umum

a) Yang dimaksud dengan kitab adalah kutub madzahib al-arba'ah, yaitu kitab-kitab tentang ajaran Islam yang sesuai dengan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah.

11 Zahro, Tradisi Intelektual NU, 122

12

http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

13 Hasil Keputusan Bahtsul Masail syuriyah PWNU JATIM di PP. Zainul Hasan Genggong

(49)

41

b) Yang dimaksud dengan bermadzhab secara qawli adalah mengikuti pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup salah satu al-madzahib al-arba'ah.

c) Yang dimaksud dengan bermadzhab secara manhaji adalah bermadzhab dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam madzhab empat.

d) Yang dimaksud dengan istinbath jama'iy adalah mengeluarkan hukum syara' dari dalilnya dengan qawaid ushuliyyah secara kolektif.

e) Yang dimaksud dengan qawl dalam refensi madzhab Syafi'i adalah pendapat imam Syafi'i.

f) Yang dimaksud dengan wajah adalah pendapat ulama' madzhab Syafi'i.

g) Yang diamaksud dengan taqrir jama'iy adalah upaya secara kolektif untuk menetapkan pilihan terhadap satu diantara beberapa qaul/wajah dalam madzhab Syafi'i.

h) Yang dimaksud dengan ilhaq(ilhaqul masail bi nazhairiha) adalah menyamakan hukum suatu kasus/masalah dengan kasus/masalah serupa yang telah dijawab oleh kitab (menyamakan suatu kasus dengan pendapat yang sudah jadi).

(50)

42

2. Sistem Pengambilan Keputusan Hukum

a) Yang dimaksud dengan bermadzhab secara qawli adalah mengikuti pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup salah satu al-madzahib al-arba'ah.

b) Yang dimaksud dengan bermadzhab secara manhaji adalah bermadzhab dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam madzhab empat.

c) Yang dimaksud dengan istinbath jama'iy adalah mengeluarkan hukum syara' dari dalilnya dengan qawaid ushuliyyah secara kolektif.

d) Yang dimaksud dengan qawl dalam referensi madzhab Syafi'i adalah pendapat imam Syafi'i.

e) Yang dimaksud dengan wajah adalah pendapat ulama' madzhab Syafi'i.

f) Yang diamaksud dengan taqrir jama'iy adalah upaya secara kolektif untuk menetapkan pilihan terhadap satu diantara beberapa qaul/wajah dalam madzhab Syafi'i.

(51)

43

3. Sistem Pengambilan Keputusan Hukum 1) Kerangka Analisa Masalah

Dalam memecahkan dan merespon masalah, maka Lembaga Bahtsul masail hendaknya mempergunakan kerangka pembahasan masalah, antara lain sebagai berikut : a) Analisa Masalah (sebab mengapa terjadi kasus) ditinjau

dari berbagai faktor antara : ekonomi, politik, budaya, sosial dan lainnya.

b) Analisa Dampak (dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh suatu kasus yang sedang dicari hukumnya) ditinjau dari berbagai aspek, antara lain : sosial ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan lainnya. c) Analisa Hukum (keputusan Lembaga Bahtsul Masail

tentang suatu kasus setelah mempertimbangkan latarbelakang dan dampaknya disegala bidang), disamping mempertimbangkan hukum Islam, keputusan ini juga memperhatikan hukum yuridis formal.

2) Prosedur Penjawaban

(52)

44

prosedur penjawaban masail disusun dalam urutan sebagai berikut :

a. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dari kutubul madzahib al-arba'ah dan disana terdapat hanya satu pendapat, maka dipakailah pendapat tersebut.

b. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dan disana terdapat lebih dari satu pendapat, maka dilakukan taqrir jama'iy untuk memilih salah satu pendapat. Pemilihan itu dapat dilakukan sebagai berikut: a) Dengan mengambil pendapat yang lebih maslahah

dan/atau yang lebih kuat.

b) Khusus dalam madzhab Syafi'i sesuai dengan keputusan muktamar I tahun 1926, perbedaan pendapat diselesaikan dengan cara memilih :

1) Pendapat yang disepakati oleh al-Syaikhani (al-Nawawi dan al-Rafi'i)

2) Pendapat yang dipegangi oleh al-Nawawi. 3) Pendapat yang dipegangi oleh al-Rafi'i.

4) Pendapat yang didukung oleh mayoritas ulama'. 5) Pendapat ulama' yang terpandai.

(53)

45

c) Untuk madzhab selain Syafi'i berlaku ketentuan-ketentuan menurut madzhab yang bersangkutan.

Dalam kasus tidak ada pendapat yang memberikan penyelesaian, maka dilakukan prosedur ilhaqul masail bi nazhairiha secara jama'iy oleh para ahlinya. Ilhaq dilakukan dengan memperhatikan mulhaq, mulhaqbih dan wajah ilhaq oleh mulhiq yang ahli.

Dalam kasus tidak mungkin dilakukan ilhaq, maka dilakukan istinbath jama'iy dengan prosedur bermadzhab secara manhaji oleh para ahlinya, yaitu dengan mempraktekkan qawa'id ushuliyyah oleh ahlinya.

(54)

46

masyarakat warga NU sejak tahun berdirinya 1926 dan bahkan sebelumnya.

C. Hasil Putusan Lembaga Bahstul Masail Nahdlatul Ulama’ terhadap hukum aborsi

1. Hukum Aborsi

a. Abortus ialah penguguran kandungan لمحلاطاقسا

b. Hukum Abortus khilaf (berbeda pendapat) di antara para Ulama’:

1) Haram mutlaq baik sebelum Nafkhirruh (sebelum 120 hari maupun sesudahnya)

2) Tafsil, haram sesudah nafkhirruh (sesudah 120 hari) dan boleh sebelum nafkhirruh (sebelum 120 hari). Pendapat ini didukung oleh antara lain:

a) Imam Ghazali. b) Imam Ibnu Hajar.

c) Imam Tajuddin As Subki dan Ulama’-Ulama’ Hanafiyah.

c. Musyawirin memilih pendapat yang pertama (haram muthlaq) kecuali dalam keadaan darurat)

d. Pengertian darurat ialah sampai ke suatu batas kalau ia tidak mengerjakan yang terlarang akan membinasakan jiwanya atau hampir binasa.

e. Pelaksanaan abortus sebagaimana di atas hanya dapat dilakukan: 1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya

(55)

47

2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan team ahli.

3) Pada sarana kesehatan tertentu.

4) Adapun abortus karena alasan indikasi sosial ekonomi, seperti karena banyak anak, hamil di luar nikah, hukumnya haram dan termasuk dosa besar.

5) Pendapat para ulama syafi’iyyah Mengenai hukum Aborsi terbagi atas dua hal yaitu: (1) Dilakukan setelah peniupan Roh dan (2) Dilakukan sebelum peniupan Roh.

Yang pertama aborsi dilakukan setelah peniupan Roh, para Fuqaha sepakat atas haramnya pengguguran janin setelah janin berusia empat bulan didalam perut ibunya. Karena pada usia itu telah ditiupkan roh kepadanya sebagai mana hadits nabi SAW yang artinya :

نإ

مكدحأ

عمج

هقلخ

نطب

همأ

نعبرأ

اموي

ةفطن

،

م

نوكي

ةقلع

لثم

كلذ

،

م

نوكي

ةغضم

لثم

كلذ

،

م

لسري

ه

هيلإ

كلما

،

خفنيف

هيف

حورلا

رمؤيو

عبرأ

تاملك

:

بتكب

هقزر

هلمعو

هلجأو

يقشو

وأ

ديعس

14

‚Kejadian seorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku. Manakalah genap empat puluh hari ketiga, berbahlah menjadi segumpal daging.

Kemudian Allah Ta’ala mengutus seorang malaikat untuk meniupkan roh serta memerintahkannya supaya menulis empat perkara, yaitu ditentukan rizki, waktu kematian, amal serta nasibnya, baik mendapat kecelakaan atau kebahagiaan.

(56)

48

Hadits lain yang artinya :

Anas bin Malik secara marfu’, ‚Allah Ta’ala mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata, ‚Wahai Tuhan! Ia

sudah berupa darah beku. Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari, Malaikat berkata lagi, Wahai Tuhan! Ia sudah

berupa segumpal daging. Apabila Allah Ta’ala membuat

keputusan untuk menciptakaannya menjadi manusia, maka Malaikat berkata, Wahai Tuhan!Orang ini akan diciptakan menjadi laki-laki atau perempuan? Celaka atau bahagia?Bagaimana rezekinya serta bagaimana pula ajalnya? Semuanya dicatat semasa dia berada di dalam perut ibunya.‛

Dalam masalah ini tidak ada perbedaan pendapat karena hukum dasarnya adalah bahwa membunuh jiwa yang

diharamkan secara syari’at tidak boleh hukumnya dengan

alasan apapun, karena Allah SWT berfirman yang artinya: ‚Dan

janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang

benar….‛

Apabila dihadapkan dengan dua alternatis atau masalah yang sulit dipecahkan karena mengandung larangan, maka ia harus melakukan salah satu masalah yang lebih sedikit resikonya dari yang lainnya. Sebagai mana qaidah fiqihiyah yang berbunyi :

اَذِا

َضَراَعَ ت

ِنَاَدَسْفَم

َيِعْوُر

اَمُهُمَظْعَأ

اًراَرَض

ِباَكِتْرِا

اَمِهِّفَخَأ

.

(57)

49

bahayanya, dengan melakukan yang lebih ringan resikonya.15

Jadi keselamatan ibu yang diutamakan dari pada nyawa janinnya, dengan dasar pertimbangan :

1) Kehidupan ibu didunia ini sudah nyata, sedangkan kehidupan janinnya belum tentu. Karena itu, ibu lebih berhak hidup daripada janinnya

2) Mengorbankan ibu lebih banyak resikonya dari pada mengorbankan janinnya. Karena kalau ibu yang meninggal, maka semua anak yang ditinggalkan mengalami penderitaan, terutama bayinya yang baru lahir. Tetapi kalau janinnya yang dikorbankan, maka resikonya lebih ringan dibandingkan dengan resiko kematian ibunya.

5) Yang kedua aborsi sebelum peniupan Roh atau sebelum 120

hari (4 bulan ), dalam hal ini para fuqaha mazhab syafi’I

berbeda pendapat sebagai mana pendapat mereka yaitu :

a. Menggugurkan janin sebelum ditiupkan roh kepadanya hukumnya adalah boleh. Syaikh Qalyubi berkata ‚ ya boleh

menggugurkannya walaupun dengan obat sebelum peniupan

roh pada janin‛. Ar – Ramli juga berkata didalam Nihayah Al –Muhtaj ‚ yang benar, diharamkan setelah peniupan roh

secara mutlak dan dibolehkan sebelumnya.‛

15 Prof. Drs. H. Sa’ad Abdul Wahid, <

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa sistem identifikasi citra jenis jahe menunjukkan akurasi yang paling tinggi yaitu 81,67% pada ukuran citra yaitu

Seleksi objek tersebut, lalu jadikan simbol dengan nama Kaki, pilih behavior Movie clip dengan titik registrasi di tengah. Tampilkan panel Filter, lalu klik tanda

Skema pembagian rahasia adalah metode yang digunakan untuk membagi atau mendistribusikan suatu rahasia S pada suatu himpunan partisipan P, sehingga jika semua partisipan A ⊆ P

Proses pembuatan emulsi minyak buah merah dilakukan dengan cara mendispersikan pengemulsi ke dalam air kemudian diaduk hingga merata, selanjutnya campuran tersebut

Produk Pelayanan Persyaratan Pelayanan Jangka Waktu Biaya 1 Konsultasi dan pelayanan medis anak usia 0-59 bulan - Berkas rekam medis dari pendaftaran yang sudah

mengecek kembali jumlah bahan pustaka yang telah diinput dan disesuaikan dengan data yang ada, bila tidak sesuai agar segera dilaporkan kepada kepala perpustakaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan lumpur sawit segar dan lumpur sawit fermentasi dalam ransum tidak berpengaruh

Setelah dilakukan penelitian, peneliti mengharapkan dapat memberikan sumber informasi mengenai ASI Eksklusif dengan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan