• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Objek Wisata Kabupaten Poso dengan Menggunakan Metode 360 Derajat T1 672007161 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Objek Wisata Kabupaten Poso dengan Menggunakan Metode 360 Derajat T1 672007161 BAB II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian tentang sistem pendukung keputusan dan pariwisata telah banyak dikemukakan sebelumnya, penelitian yang berjudul “Perancangan dan implementasi Sistem Pendukung

Keputusan untuk kelayakan pengembangan objek wisata

menggunakan metode AHP (Studi kasus : dinas pariwisata kabupaten sumba barat daya” (Ledoh, 2009)

Membahas tentang sistem yang membantu pemerintah dalam pengambilan keputusan kelayakan pengembangan objek wisata dengan menggunakan metode AHP yaitu menentukan kelayakan pengembangan objek wisata dengan melakukan penilaian pada objek wisata sehinga memperoleh nilai yang dapat dikatakan suatu objek wisata tersebut layak untuk dikunjungi atau tidak. Pada penelitian ini

(2)

keunikan, jarak, sarana, dan prasrana, dengan prioritas tertinggi adalah prasarana. Sehingga pada dari hasil penelitian perhitungan kriteria prasarana memiliki poin yang lebih besar dibandingkan dengan unsur – unsur kriteria lainnya.

Penelitian yang berjudul “Perancangan dan implementasi sistem pendukung keputusan untuk pelaksanaan penilaian kinerja dengan sistem penilaian 360 derajat (studi kasus : penerapan dp3 di UKSW)” (Suharyadi, 2009) membahas tentang penilaian kinerja pegawai dengan mengunakan metode 360 derajat yaitu sistem penilaian secara menyeluruh dari seluruh pihak yang terkait, dalam penelitian ini penilaian dilakukan oleh seluruh karyawan. Metode 360 derajat lebih efektif dan dapat menilai secara objektif dimana seorang karyawan menilai dirinya sendiri, dinilai oleh rekan sekerja, atasan dan bawahan, total dari hasil penilaian tersebut dirata-ratakan. Sehingga pada akhirnya manager bisa menentukan standar penilaian untuk verifikasi dan melakukan verifikasi untuk memutuskan perpanjangan kontrak dari karyawan tersebut .

Penelitian yang berjudul “Perancangan dan Pembangunan

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Kinerja Kerja Karyawan Menggunakan Metode 360 derajat (Studi Kasus Kinerja Karyawan

(3)

mempermudah penilaian tanpa perlu mengisi kuisioner secara manual.

(4)

serta sarana dan prasarana yang harus diperbaiki dengan lebih objektif

2.2 Pariwisata

Pariwisata dapat didefinisikan sebagai seluruh aktivitas dari orang – orang yang melakukan perjalanan pergi dan tinggal di luar lingkungan tempat tinggal mereka selama kurang dari satu tahun berturut – turut untuk mengisi waktu luang, bisnis, maupun tujuan lainnya (World Tourism Organization, 1993).

Undang Undang No. 9 tahun 1990 mendefinisikan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, dimana pada pasal ini wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata,

sedangkan menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang

kepariwisataan, pariwisata didefinisikan sebagai berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

(5)

Industri perjalanan dan pariwisata adalah industri global yang ditandai oleh beberapa fitur yang sangat spesifik yaitu: Menurut metode perhitungan satelit World Travel and Tourism Council dalam Harmonise : A Step Toward an Interoperable E-Tourism Marketplace pariwisata mewakili sekitar 11 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) seluruh dunia. Liburan adalah pengalaman emosional yang melibatkan rangsangan kognitif dan indra perasa serta respon afektif terhadap beberapa acara, industri pariwisata merupakan industri lintas sektor yang terdiri dari banyak sektor ekonomi seperti budaya, olahraga, dan pertanian.

Lebih dari 30 komponen industri yang berbeda telah diidentifikasi terkait dalam melayani pelancong. Ini menjelaskan heterogenitas industri. Struktur Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memberikan dampak sangat besar bagi pembangunan daerah, sebagai contoh di Uni Eropa ada sekitar 1,3 juta hotel dan restoran yaitu sekitar 9 persen dari semua perusahaan yang ada di uni eropa dan 95 persen dari total perusahaan tersebut adalah Industri kecil.

(6)

Produk pariwisata merupakan penggabungan dari gabungan produk

– produk dasar dari perantara untuk mendukung proses penggabungan agak rumit produk harus memiliki tampilan yang didefinisikan dengan baik sesuai dengan kebutuhan konsumen, harga, dan saluran distribusi (Oliver vordor, 2005)

Gambar 2.1 Komponen Pariwisata

Berdasarkan Gambar 2.1 Ada 5 komponen pariwisata menurut

“Career Award Travel and Tourism Standart level yaitu :

 Travel agents memberi saran dan pedoman profesional kepada calon wisatawan dalam memilih liburan maupun produk – produk pariwisata. Fungsi utama dari travel agents adalah menjual liburan dan produk – produk terkait seperti asuransi, persewaan mobil maupun penukaran uang.

(7)

di bandara, persewaan mobil maupun kunjungan – kunjungan ke objek wisata

 Attraction pihak – pihak yang terlibat dalam komponen ini biasanya melakukan riset pasar terlebih dahulu kemudian membangun atraksi – atraksi yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung, seperti Disney theme park di California, peninggalan – peninggalan bersejarah seperti museum Lourve di Paris,maupun atraksi alami seperti pemandangan alam,maupun atraksi sosial seperti kehidupan masyarakat, dan sebagainya.

 Accommodation and catering yaitu menyediakan akomodasi kepada para wisatawan seperti hotel, penginapan, losmen, menyediakan tempat untuk tinggal sementara kepada para wisatawan, secara umum akomodasi dapat tebagi dua yaitu penginapan dan makanan, serta penginapan tanpa makanan, wisatawan bisa memilih akomodasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

 Tourist informations and guiding service Pemandu wisata menemani kelompok wisatawan berkeliling dan melihat atraksi – atraksi yang ada, biasanya pemandu wisata ikut serta dalam tur – tur khusus yang diselengarakan oleh tour operator. Pihak – pihak yang terlibat dalam komponen ini harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang daerah kawasan wisata tersebut.

(8)

kawasan objek wisata sangat mempengaruhi perkembangan daerah wisata tersebut. Transportasi mencakup transportasi darat,laut dan udara seperti pesawat terbang,mobil, maupun kereta api

2.3

E-tourism

Carribean Tourism Organization (2005) mendefinisikan

e-tourism “A dynamic interaction between information and communication Technologies (ICTs) a nd tourism exists. Each

transforms the other : ICTs are applied to tourism processes to

maximize efficiency and effectiveness of the organization, tourism

unites Bussiness Management, information and Communication”. Ada tiga komponen dari e-tourism yaitu TIK, pariwisata, dan bisnis. Dengan adanya e-tourism memungkinkan komponen – komponen yang terkait dengan industri pariwisata bisa terhubung dalam suatu kesatuan sistem. Misalnya akomodasi,pesawat terbang maupun transportasi lain, restoran, dan komponen lain dapat terhubung dengan calon wisatawan melalui jaringan internet

2.4

Mass Tourism

dan

Sustainable Tourism

(9)

melebihi dari daya tampung objek tersebut dapat menyebabkan eksploitasi terhadap sumber daya alam, wisatawan yang datang membawa nilai – nilai budaya dari daerahnya masing – masing sehingga dapat menyebabkan pergeseran budaya masyarakat sekitar, kerusakan habitat sekitar dan rusaknya warisan budaya, di sisi lain

sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang berusaha untuk membuat dampak sekecil mungkin terhadap lingkungan dan kebudayaan lokal, serta membantu untuk mengadakan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Tujuan dari pariwisata berkelanjutan adalah memastikan bahwa pembangunan kawasan wisata membawa dampak positif bagi masyarakat lokal, perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata maupun wisatawan itu sendiri (Wikipedia, 2011). Dimana pengembangan pariwisata melibatkan masyarakat sekitar dari proses perencanaan sampai pengembangannya, pertumbuhan pariwisata yang terus menerus

meningkat akan menyebabkan tekanan besar terhadap

keberlangsungan keanekaragaman hayati maupun keaslian

kebudayaan masyarakat setempat yang sering dikorbankan untuk pengembangan pariwisata massal.

(10)

pariwisata dapat terus berlangsung dengan tetap menjaga keberlangsungan keaslian aset budaya.

Pariwisata yang bertanggung jawab dapat dianggap sebagai sebuah perilaku, semua pihak baik wisatawan, bisnis, masyarakat sekitar, dan seluruh pemangku kepentingan bertanggung jawab dalam seluruh proses pengembangan pariwisata. Pariwisata harus menjadi lebih baik sebagai dampak dari pendekatan pariwisata yang bertanggung jawab.

Pariwisata berkelanjutan adalah ketika wisatawan dapat menikmati liburan mereka dan sekaligus menghargai budaya masyarakat sekitar maupun lingkungan sekitar. Hal ini juga berarti

bahwa masyarakal lokal mendapatkan keuntungan dari

pengembangan pariwisata tersebut. Peran dari pariwisata berkelanjutan adalah untuk memastikan pencegahan kerusakan lingkungan dan eksploitasi budaya sebagai dampak dari pengembangan pariwisata (Cohen and Richardson, 1995).

(11)

Hal ini berati bahwa aktivitas pariwisata dan bisnis dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat setempat dengan persetujuan dan dukungan mereka. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan pembangunan pariwisata berkelanjutan (Jan van der Straaten, 2000).

Penerapan konsep Community-based sustainable tourism

(CBST) yaitu pariwisata berkelanjutan yang berpusat pada masyarakat sekitar dimana mereka secara langsung maupun tidak langsung tergantung dengan lokasi objek wisata sebagai mata pencaharian mereka.

Konsep pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat (CBST) dikembangkan sebagai cara untuk meminimalkan dampak negatif dari pariwisata di daerah terpencil atau pedesaan. CBST dikembangkan sebagai salah satu bentuk pariwisata yang bertujuan untuk menjadi mandiri, dimana masyarakat memiliki hak dalam pengambilan keputusan, hak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan kemampuan lokal dan pertukaran budaya

dengan wisatawan yang datang akan membantu untuk

mempertahankan sumber daya alam maupun budaya.

(12)

persen, sedangkan pemerintah dua puluh persen, ketua adat dua puluh persen, dan masyarakat dua puluh persen.

Nilai – nilai dalam pariwisata tidak hanya fokus pada sifat - sifat fungsional tapi juga berkaitan dengan pengaruh emosional yang subjektif, nilai yang dirasakan wisatawan di bidang pariwisata harus ditekankan pada interaksi sosial (Urry, 1990).

2.5 Kriteria Kelayakan Objek Wisata

Tri pangesti (2007) dari balai diklat kehutanan bogor menguraikan kriteria yang dipakai dalam menentukan penilaian prioritas pengembangan objek wisata yaitu :

1. Daya tarik

Aspek daya tarik dapat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu wisata darat atau hutan aspek – aspek penilaiannya meliputi keindahan alam, keunikan sumber daya alam, banyaknya jenis sumber daya alam yang menarik, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumber daya alam atau tingkat kerusakannya, jenis kegiatan wisata alam atau kesempatan rekreasi, kebersihan lokasi, dan situasi keamanan kawasan wisata, kedua yaitu taman laut aspek

(13)

taman wisata alam, taman hutan raya dan taman buru. Aspek – aspek penilaiannya meliputi keindahan pantai, keselamatan atau keamanan pantai, jenis dan warna pasir, variasi kegiatan, kebersihan, lebar pantai (diukur waktu surut terendah) dan kenyamanan. Keempat yaitu danau, aspek – aspek daya tarik danau meliputi keindahan danau, kenyamanan, keselamatan, stabilitas air sepanjang tahun, kebersihan air dan lingkungan, variasi kegiatan di danau, variasi kegiatan di lingkungan danau, dan kekhasan lingkungan danau. Kelima yaitu gua alam, aspek – aspek daya tarik gua alam meliputi keunikan dan kelangkaan, keaslian, keindahan atau keragaman, keutuhan tata lingkungan, dan kepekaan

2. Potensi pasar

Berhasil tidaknya pemanfaatan suatu objek tergantung pada tinggi rendahnya potensi pasar . Unsur-unsur kriteria potensi pasar meliputi jumlah penduduk di setiap propinsi dimana objek wisata berada dibandingkan dengan kepadatan penduduk, tingkat kebutuhan wisata

3. Kadar hubungan atau aksebilitas

(14)

ibukota propinsi, frekuensi kendaraan dari pusat informasi ke lokasi wisata.

4. Kondisi sekitar kawasan

Kondisi sekitar kawasan yaitu kondisi daerah dalam radius dua kilometer dari batas luar objek wisata. Aspek – aspek penilaiannya meliputi tata ruang wilayah objek, tingkat pengangguran, mata pencaharian penduduk, ruang gerak pengunjung atau intensif use dalam hektar, pendidikan masyarakat sekitar, tingkat kesuburan tanah, sumber daya alam, tanggapan masyarakat terhadap pengembangan objek wisata alam.

5. Pengelolaan dan pelayanan kepada pengunjung

Mengenai kepuasan pengunjung dan pelestarian objek wisata. Unsur-unsur kriteria pengelolaan dan pelayanan pengunjung meliputi pengelolaan pengunjung, kemampuan berbahasa, pelayanan pengunjung

6. Iklim

(15)

7. Akomodasi

Merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata. Jarak tempat akomodasi dalam radius 5-15 km dari objek wisata. Unsur – unsur kriteria akomodasi antara lain jumlah kamar yang berada pada radius 5-15 km dari objek wisata

8. Sarana dan prasarana penunjang lainnya

Merupakan sarana dan prasarana penunjang kenyamanan para wisatawan selain sarana dan prasaranan utama contohnya mushola, Toilet, dll. Aspek – aspek penilaian sarana dan prasarana antara lain kelengkapan sarana dan prasarana penunjang.

9. Ketersediaan air bersih

Merupakan faktor utama dalam pengeloaan dan pelayanan pengunjung. Air tidak harus berasal dari dalam lokasi tetapi bisa dari luar, seperti adanya PDAM. . Unsur-unsur kriteria ketersediaan air bersih meliputi volume air, jarak air bersih dari objek wisata, dapat tidaknya air dilairkan ke objek wisata, kelayakan dikonsumsi, ketersediaan

(16)

Keberadaan objek wisata lain di sekitar objek wisata yang akan dikembagkan merupakan penunjang dalam pengembangan objek wisata. adanya objek sejenis dalam radius 50 km dari objek yang dinilai berpengaruh terhadap aspek penilaian. Unsur kriteria hubungan dengan objek wisata di sekitar adalah adanya objek lain baik sejenis atau tidak sejenis dalam radius 50 km dari lokasi

11.Keamanan

Unsur ini sangat menentukan potensi pasar. Aspek – aspek penilaian dalam kriteria keamanan meliputi keamanan pengunjung, kebakaran, penebangan liar, perambahan

12.Daya dukung kawasan

Berkaitan dengan keutuhan atau kelestarian kawasan. Aspek - aspek penilaian kriteria daya dukung kawasan meliputi jumlah pengunjung, kepekaan tanah terhadap erosi, kemiringan lahan, jenis kegiatan, luas unit zona atau blok pemanfaatan

13.Pengaturan pengunjung

Berhubungan dengan dampak positif atau negatif terhadap kenyamanan, keserasian dan aktivitas pengunjung. Aspek – aspek penilaian pengaturan pengunjung meliputi pembatasan pengunjung, distribusi pengunjung, pemusatan kegiatan pengunjung, lama tinggal, musim kunjungan

(17)

Hal ini berkaitan dengan jumlah kunjungan. Aspek - aspek penilaian pemasaran meliputi tarif atau harga, produk wisata atau variasi,serta sarana penyampaian informasi dan promosi

15.Pangsa pasar

Keadaan pengunjung sebagai pangsa pasar perlu diperhatikan untuk kelangsungan kegiatan pariwisata. Aspek – aspek penilaian pangsa pasar meliputi asal pengunjung, tingkat pendidikan,dan mata pencaharian

Menurut Soemarwoto (1997) dalam Purwani Wisantisari (2005) Faktor utama dalam penentuan kelayakan suatu objek wisata untuk dikembangkan yaitu faktor daya tarik suatu objek wista, yang merupakan kekuatan atau dapat dikatakan sebagai kelebihan suatu objek wisata untuk menarik pengunjung. Dalam hal ini daya tarik suatu objek wisata berdasar pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka (keunikan)

(18)

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya

Faktor – faktor di atas dapat diuraikan ke dalam beberapa kriteria yaitu meliputi objek yang menarik, fasilitas pendukung yang memadai, adanya akses transportasi menuju ke kawasan objek wisata. Faktor – faktor daya tarik digabungkan ke dalam penyediaan sarana dan prasarana pariwisata sehingga kriteria penilaian kelayakan objek wisata dapat dibagi menjadi (1) Tingkat kemudahan pencapaian, yaitu dengan mengukur aksebilitas menuju kawasan objek wisata meliputi keadaan prasarana perhubungan maupun keadaan alat transportasi yang tersedia (2) Tingkat kelengkapan fasilitas pelayanan wisata meliputi jumlah fasilitas yang ada di kawasan objek wisata seperti penginapan, rumah makan, fasilitas umum maupun toko cinderamata (3) Tingkat pengelolaan potensi wisata, yaitu menilai pengelolaan objek wisata yang sudah berlangsung (4) Tingkat keanekaragaman aktivitas wisata yaitu menilai jumlah kegiatan wisata yang ada di daerah sekitar objek wisata Menurut santoso (2002) dalam menentukan kelayakan pengembangan suatu objek wisata ada empat parameter yang bisa digunakan yaitu:

1. Daya tarik objek wisata

(19)

objek wisata tersebut, sehingga objek wisata itu sangat menarik bagi wisatawan serta sulit dijumpai ditempat lain

2. Akomodasi

Akomodasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan

pariwisata,sehingga akomodasi menjadi sangat penting keberadaannya. Akomodasi yang baik ditentukan oleh faktor jumlah kamar, fasilitas,kebersihan, rumah makan, pelayanan dan toko cinderamata.

3. Aksebilitas

Aksebilitas merupakan unsur yang sangat penting dalam pariwisata. Aksebilitas ditentukan oleh kondisi jalan, kualitas jalan, jumlah angkutan, jarak objek dengan pusat kota, juga terdapat prasarana seperti jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, fasilitas kesehatan dan jumlah kantor pos.

4. Informasi pariwisata

Informasi pariwisata ditentukan oleh faktor kelengkapan dan kemudahan informasi pariwisata yang disediakan.

(20)

– objek wisata yang indah dan menarik di luar daerah bali dan jawa (Euromonitor, 2007).

Penelitian sebelumnya menunjukan korelasi antara

popularitas dan ukuran, lokasi serta penggunaan tujuan dari pembangunan fasilitas, Tujuan pembangunan atraksi atau situs dengan konsumen dengan tujuan untuk memberikan keragaman pengalaman yang berbeda sehingga menciptakan peluang bagi banyak orang untuk terlibat di berbagai tingkat yang cocok untuk para wisatawan (Prideaux & Kininmont, 1999).

Craig (1999) berpendapat bahwa taman budaya (objek wisata alam) lebih menjanjikan untuk dijadikan atraksi yang berkelanjutan dibandingkan dengan memodifikasi struktur warisan budaya yang ada. Massa yang kritis terhadap objek wisata terbagi ke dalam beberapa kelompok (Caffyn & Lutz, 1999) dan didasari oleh sebuah ikon (Tufts & Milne, 1999) akan lebih membantu dalam meningkatkan kunjungan. Sebaliknya atraksi yang terisolasi kesulitan untuk menarik pengunjung khususnya jika objek wisata tersebut terletak di daerah pinggiran (Caffy & Lutz, 1999). Masalah ini menjadi lebih buruk lagi jika objek wisata tersebut mencerminkan kelas objek wisata rendah, dalam kasus ini kenyamanan memainkan peran yang sangat penting, yang berati bahwa secara signifikan melibatkan uang dan usaha emosional untuk mencapai lokasi objek wisata, turis akan lebih memilih aktivitas lain.

(21)

„wisatawan budaya‟ (DKS, 1999; McKercher & du Cris, 2003; Richards, 2002; Silberberg,1995). Mereka berkunjung untuk mendapatkan hiburan bukan keinginan yang mendalam untuk belajar tentang warisan budaya yang terkandung di dalamnya, misalnya seorang kurator museum membuktikan bahwa dengan menawarkan

„edutaiment‟ pengalaman dibandingkan dengan pendidikan yang

ketat akan lebih meningkatkan kunjungan (McKercher dkk, 2004)

Berdasarkan penelitian pada 1100 wisatawan budaya di hong kong 70% dari wisatawan tersebut hanya mengunjungi 10 tempat – tempat populer sementara kurang lebih 100 situs bersejarah lain

tidak mendapatkan kunjungan (McKercher dkk,2004).

Kemungkinan hal ini disebabkan karena objek – objek yang kurang dikunjungi tersebut belum memiliki kualitas untuk tampil sebagai produk yang layak. Namun sampai dengan saat ini hanya ada sedikit mekanisme untuk menilai potensi wisata. Oleh karena itu dalam penelitiannya McKercher dkk (2004), maka dirumuskan aspek – aspek penilaian ke dalam 4 kriteria yaitu :

1. Nilai Budaya

(22)

tarik tersendiri serta berbeda dengan tradisi budaya masyarakat di daerah lain, mencerminkan budaya lokal, regional atau internasional. Melalui kunjungan wisatawan dapat tercipta hubungan emosional dengan pengunjung misalnya ketika seorang wisatawan berkunjung wisatawan tersebut dapat merasakan pengalaman yang berkesan bagi dirinya,dan apakah aset tersebut layak untuk dilestarikan sebagai representatif dari warisan budaya masyarakat

2. Nilai Fisik

Unsur – unsur yang meliputi penilaian dalam aspek nilai fisik meliputi aksebilitas seluruh area situs, apakah situs tersebut memiliki potensi yang membahayakan pengunjung, keadaan fisik situs memungkinkan untuk dilaksanakannya perbaikan dan apakah keasliannya dapat rusak setelah perbaikan dilakukan, Apakah situs tersebut dapat dimodifikasi untuk digunakan dalam hal ini modifikasi tersebut diperbolehkan secara hukum dan mudah untuk dilakukan,dan situs tersebut dalam batas – batas fisik dan pengaturan daerah sekitarnya menarik bagi wisatawan.

3. Produk pariwisata

(23)

situs sebanding untuk melakukan kunjungan yang berkesan dari segi waktu, biaya, dan usaha. Apakah di daerah sekitar situs ada situs – situs lain baik yang sejenis maupun yang berbeda jenis. Besarnya potensi situs tersebut untuk daya tarik wisata pasar.

4. Pengalaman

Unsur – unsur yang meliputi penilaian dalam aspek nilai fisik meliputi potensi aset tersebut dalam menawarkan pengalaman menarik bagi wisatawan, pengalaman yang intens dan menghibur, serta potensi untuk memenuhi harapan – harapan wisatawan yang berbeda – beda. Seberapa autentik pengalaman yang didapatkan para wisatawan secara umum yang ditawarkan oleh aset, kesan atau interpretasi baik dari aset tersebut.

2.6 Metode 360 Derajat

(24)

Gambar 2.2 Siklus Metode 360 Derajat

(25)

Proses penilaian kinerja dengan model 360 derajat terdiri atas lima tahap yaitu : perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, peninjauan kinerja, serta pembaharuan dan pembuatan perjanjian. Dari hasil penelitian akan diketahui hasil penilaian objek wisata yang memiliki potensi yang baik serta efektif namun ada juga beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan perbaikan demi mencapai tujuan pengembangan dalam perencanaan (Maylett & Riboldi, 2007).

2.7 Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Poso

Kabupaten Poso terletak di propinsi Sulawesi Tengah, posisi kabupaten poso terletak di tengah pulau sulawesi merupakan jalur strategis yang menghubungkan antar provinsi di pulau sulawesi. Saat ini kabupaten Poso memiliki luas 8.712,25 km2 atau 12,81% dari luas dataran provinsi Sulawesi Tengah (Dinas Pariwisata Kabupaten Poso, 2011). Sektor pariwisata sebagai salah satu aset ekonomi kabupaten Poso mempunyai arti penting bagi perekonomian daerah ini, karena dinominasi oleh aset – aset kekayaan alam.

Prioritas pembangunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Poso perlu diarahkan untuk mewujudkan Kabupaten Poso menjadi salah satu tujuan wisata dengan memaksimalkan jumlah kunjungan wisatawan asing maupun lokal untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Poso memiliki visi

“Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pariwisata dan

(26)

yang belum di kelola dengan baik, sampai saat ini hanya 7 objek wisata yang sudah terdata yaitu:

1. Taman Anggrek Bancea

Taman anggrek bancea terletak di desa bancea kecamatan pamona selatan, jaraknya sekitar kurang lebih 16 km dari ibukota kecamatan pendolo. Objek tersebut dapat ditempuh dengan roda dua dan roda empat atau dengan melewati danau. Taman anggrek ini memiliki luas kurang lebih 5 hektar, di dalamnya terdapat tanaman anggrek hitam yang unik dan langka hanya tumbuh di daerah ini dan banyak spesies anggrek lainnya. Waktu yang tepat untuk melihat beraneka ragam spesies anggrek di tempat ini adalah pada bulan oktober sampai dengan bulan desember.

Gambar 2.3 Taman Anggrek Bancea

2. Goa Latea

(27)

terdapat benda cagar budaya berupa peti dan tengkorak manusia. Goa latea terletak di kelurahan sangele dan jaraknya kurang lebih 1 km dari ibukota kecamatan, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat maupun berjalan kaki.

Gambar 2.4 Goa Latea

3. Pantai Siuri

(28)

Gambar 2.5 Pantai Siuri

4. Patung Palindo

Patung palindo terbentang di padang sepe dengan ketinggian kurang lebih 4 meter. Patung ini terletak di desa kolori kecamatan lore barat. Jaraknya sekitar 2 km dari desa bomba apat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun berjalan kaki.

(29)

5. Air Terjun Tindoli

Air terjun tindoli memiliki ketinggian kurang lebih 7 meter terletak di desa tindoli, jaraknya kurang lebih 6 km dari ibukota kecamatan pamona tenggara. Objek ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat sampai ke desa tindoli kemudian pengunjung harus berjalan kaki sekitar 500 meter menuju lokasi air terjun, pada bagian atas lokasi air terjun terdapat benteng tua.

Gambar 2.7 Air Terjun Tindoli

6. Danau Poso

(30)

keunikannya adalah air danau poso tidak pernah keruh dan terdapat legenda yang menarik.

Gambar 2.8 Danau Poso

7. Air Terjun Saluopa

(31)

Gambar 2.9 Air Terjun Saluopa

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Pariwisata
Gambar 2.2 Siklus Metode 360 Derajat
Gambar 2.3 Taman Anggrek Bancea
Gambar 2.4 Goa Latea
+5

Referensi

Dokumen terkait

jenuh untuk datang kembali.Dengan adanya sarana dan prasarana pariwisata yang cukup memadai disuatu objek wisata, maka objek wisata tersebut dikembangkan dengan baik

Hasil clustering dapat memberikan informasi Dinas Pariwisata Propinsi Yogyakarta memberi informasi tingkat kunjungan di tiap

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi web-gis yang memberikan informasi lokasi objek wisata dan pencarian rute perjalanan wisata yang ada di kabupaten Magelang. Kata

Faktor yang mempengaruhi belum berkembangnya Wisata Pantai Lumpue adalah objek daya tarik yang perlu peran serta masyarakat dalam mengelola dan sarana prasarana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa strategi promosi di objek wisata rawa pening yang dilakukan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Semarang, serta mengetahui

Hasil penelitian studi kelayakan usaha menjelaskan gambaran usaha dagang di kawasan wisata Gunung Andong pada aspek - aspek kelayakan di atas menunjukan beberapa aspek

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Daya Tarik Objek Wisata, Event-event dan Sarana Prasarana Terhadap Jumlah Pengunjung Wisata Pada Kabupaten Bangka Barat”, dengan

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana objek wisata sudah dikelola dengan baik oleh dinas pariwisata, kepemudaan dan olahraga dengan