1
PENGARUH DOSIS PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea (L.) Merr)
PADA SISTEM AGROFORESTRI Sutarwi1, Bambang Pujiasmanto2, Supriyadi3
1 Mahasiswa Prodi Agronomi Pascasarjana UNS
2 Dosen Pembimbing I Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS 3 Dosen Pembimbing II Program Studi Agronomi Pascasarjana UNS
( e-mail: [email protected] )
ABSTRAK - Rata-rata produksi kacang tanah di Indonesia relatif sedikit (9900 kg/ tahun). Penyebab rendahnya produksi antara lain budidaya kacang tanah dilaksanakan di lahan kurang subur. Pemupukan dengan Fosfat dapat meningkatkan hasil kacang tanah, terutama pada tanah yang miskin hara. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa dosis pemupukan fosfat dan penggunaan varietas beberapa (Lokal, Bison, Kelinci). Beberapa parameter yang digunakan yaitu pertumbuhan tanaman, hasil panen, dan bintil akar. Tempat penelitian di kawasan hutan pada petak 51, Resort Banyuurip, BKPH Tangen, KPH Surakarta, desa Kandangsapi, kecamatan Jenar, kabupaten Sragen. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai bulan Juli 2011. Variabel penelitian ini yaitu tinggi tanaman, laju pertumbuhan relatif, berat kotor kering, jumlah polong dan berat per tanaman, berat biji per tanaman, berat badan 1000-benih, jumlah bintil akar yang efektif, jumlah bintil akar dan ukurannya. metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Desain penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Data dianalisis dengan menggunakan analisis dua faktor varians. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dosis fosfat dalam penelitian ini yang lebih baik untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil beberapa varietas tanaman kacang tanah adalah 150 kg/ha. Pemberian pupuk fosfat secara nyata mempengaruhi pertumbuhan dan hasil beberapa macam varietas tanaman kacang tanah di lahan kehutanan. 2) Varietas yang mempunyai pertumbuhan dan hasil optimal pada lahan kehutanan adalah varietas bison. 3) Pemupukan dengan fosfat dapat meningkatkan bintil akar efektif dan jumlah bintil akar, tetapi tidak meningkatkan ukuran bintil akar. Kata kunci : Kacang Tanah, Pupuk Fosfat, Varietas Lokal, Varietas Unggul Bison, Kelinci PENDAHULUAN
Kacang tanah merupakan tanaman pangan yang telah banyak dibudidayakan oleh petani sebagai tanaman palawija, untuk pemanfaatan lahan kosong setelah panen tanaman utama, dan merupakan tanaman dagang yang sangat meng-untungkan. Permintaan masyarakat akan kacang tanah semakin meningkat, sehingga prospek pengembangan kacang tanah di Indonesia sangat baik.
Tanaman kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati, minyak dan lain-lain. Data FAO mencatat bahwa produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003. Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk
43
hijau (Wikipedia, 2010). Konsumsi kacang tanah pada tahun-tahun mendatang akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuh-an gizi masyarakat, diversifikasi pkebutuh-angkebutuh-an, dan peningkatan kapasitas industri (Sukmadinata, 1996).
Hasil tanaman kacang tanah di Indonesia tergolong rendah dibanding dengan yang dicapai oleh negara-negara lain, yaitu sekitar 9,9 kuintal per hektar, sedang di Amerika Serikat produksinya mencapai 18 kuintal tiap hektar. Berbagai faktor yang berpengaruh antara lain penggunaan varietas lokal dengan potensi hasil yang rendah, cara tanam yang kurang baik dan pemupukan yang tidak seimbang. Disamping itu, faktor penyebab lain adalah kacang tanah sering ditanam di tanah-tanah yang kurang subur (Indrasti, 2003).
Tanaman kacang tanah sangat peka terhadap kekurangan Ca, Mg dan P dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan yang lain. Usaha untuk meningkatkan pertanian tidak terlepas dari peran pupuk sebagai pendukung kesuburan tanah, terutama pupuk yang mengandung unsur P (phosphor) dengan konsentrasi relatif tinggi (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Pemupukan P pada tanah yang miskin hara dapat meningkatkan hasil, karena unsur P sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan pembentukan biji kacang tanah. Kekurangan unsur P menyebabkan tanaman kacang tanah
kerdil, daun kecil berwarna hijau pucat, polong yang terbentuk sedikit, dan hasil rendah (Jumakir et al., 2000). Unsur P merupakan hara utama (primer) kedua setelah N yang berperan dalam metabolisme dan proses mikrobiologi tanah dan mutlak diperlukan baik oleh mikroba tanah maupun tanaman. Unsur P juga berperan dalam pembentukan lemak dan albumin tanaman serta perkembang-an akar, khususnya lateral dperkembang-an akar halus berserabut. Jadi, ketersediaan unsur P di dalam tanah menjadi sangat penting bagi tanaman (Widawati et al., 2000).
Pupuk fosfat memiliki sifat dan keunggulan sebagai berikut: (1) Tidak higroskopis; (2) Mudah larut dalam air; (3) Sebagai sumber unsur hara Fosfor bagi tanaman; (4) Memacu pertumbuhan akar dan sistim perakaran yang baik; (5) Memacu pembentukan bunga dan masak-nya buah/biji; (6) Mempercepat panen; (7) Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah/biji; dan (8) Menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit, serta kekeringan (Petrokimia Gresik, 2005).
Lahan pertanian yang semakin sempit menjadi kendala dalam budidaya tanaman kacang tanah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu di-kembangkan sistem agroforestri (Wana tani) yang menggabungkan ilmu kehutan-an dkehutan-an agronomi untuk menciptakkehutan-an keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian lingkungan, karena di-dalamnya terdapat tanaman pertanian
44
bernilai komersial. Dengan kombinasi pohon, perdu dan tanaman semusim, akan dapat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran-nya serta tanah menjadi produktif.
Untuk itulah diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pupuk Fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang tanah pada sistem Agroforestri dengan perlakuan pupuk P (fosfat) dan pengaruh pemupukan terhadap terbentuknya bintil akar.
METODE PENELITIAN A. Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan dasar RAKL (Rancangan Acak Kelompok Lengkap) terdiri dari 12 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Adapun faktor-faktornya adalah Faktor 1 (satu) 3 macam varietas dan Faktor 2 (dua) adalah perlakuan 4 tingkat pemupukan fosfat.
Lokasi penelitian dengan kondisi sebagai berikut: 1) Jenis tanah latosol, 2) Kedalaman tanah dengan setatus dalam, 3) Ketinggian lokasi 250 meter di atas permukaan laut, 4) Curah hujan 2325 mm/tahun, 5) Kemiringan tanah 8 – 15% (landai), 6) Bentuk lapangan datar, 7) Kelerengan tanah ke arah Timur, 8) Tanah sedikit berbatu 9) Pertumbuhan tegakan tanaman jati cukup rata 10) Kerapatan tegakan jati dengan jarak tanam 3x3 m, 11) Tinggi rata-rata
tegakan jati 13 meter dengan jenis jati pohon plus (JPP), dan 12) umur pohon jati yang ditanam adalah 3 tahun.
Variabel Penelitian meliputi: Tinggi Tanaman, Laju Pertumbuhan Relatif (RGR/Relative Growth Rate), Berat Kering Brangkasan, Jumlah Polong Tua Isi Per Tanaman, Berat Polong Kering Per Tanaman, Berat Biji Kering Per Tanaman, Berat 1000 Biji Kering, Bintil akar efektif, Jumlah bintil akar, dan Ukuran bintil akar. Data dianalisis dengan uji F dengan taraf 5%. Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi lahan dan lingkungan terlihat sangat mempengaruhi pertumbuhan kacang tanah. Varietas lokal yang memang sudah beradaptasi dengan kondisi lahan hanya disaingi oleh varietas unggul bison. Varietas unggul kelinci kurang dapat beradaptasi dengan kondisi lahan, artinya ada syarat-syarat pem-budidayaan yang tidak terpenuhi. Harjadi (1991) mengemukakan bahwa sifat-sifat dari varietas tidaklah selalu tetap, tetapi selalu mengalami perubahan sehingga suatu varietas yang unggul pada suatu waktu dan tempat berbeda akan meng-alami kemunduran. Kadang-kadang varietas unggul menghendaki syarat-syarat pembudidayaan yang berlainan dengan varietas yang lama dan masih memiliki sifat-sifat jelek tertentu untuk daerah penanaman baru.
45
Unsur hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu tanaman baik atau tidaknya tumbuhan ber-kembang biak. Salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman kacang tanah adalah fosfor (P). Secara umum, fungsi dari fosfor dalam tanaman adalah merangsang pertumbuhan akar, khusus-nya akar benih/tanaman muda, memper-cepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga men-jadi buah/biji, membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pem-bungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah (Web Master, 2009).
Tabel 1. Pengaruh Penggunaan Varietas dan Pemilihan Dosis Pupuk Fosfat terhadap Tinggi Tanaman, Laju Pertumbuhan, dan Berat Kering
Brangkasan Jenis
Varietas
Dosis Pupuk Fosfat
Rata-2 Tabel D0 (0 kg/ha) D1 (50 kg/ha) D2 (100 (kg/ha) D3 (150 kg/ha) Ti n gg i tan am an (Lokal) V1 18,50 18,33 19,00 20,00 18,96ab V2 (Bison) 20,83 20,33 20,83 19,83 20,46b V3 (Kelinci) 16,00 17,33 16,50 19,67 17,38a Rata-rata 18,44 a 18,67 a 18,78 a 19,83 a Laj u pe rt u m b u h an V1 (Lokal) 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18a V2 (Bison) 0,17 0,18 0,18 0,18 0,18a V3 (Kelinci) 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17a Rata-rata 0,17 a 0,18 a 0,18 a 0,18 a B rt K eri n g B ran gka san V1 (Lokal) 5,99 6,24 6,43 6,78 6,36ab V2 (Bison) 5,32 6,46 6,84 7,67 6,57b V3 (Kelinci) 5,05 6,13 6,19 6,47 5,96a Rata-rata 5,46a 6,28b 6,48bc 6,97c
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Pemberian pupuk fosfat dalam penelitian ini terbukti dapat meningkat-kan berat brangkasan tanaman, semua parameter hasil (jumlah dan berat polong serta berat biji), dan juga jumlah bintil
akar. Meskipun begitu perlakuan tersebut belum cukup mendukung pertumbuhan tanaman (tinggi dan laju pertumbuhan) di tengah kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Pertumbuhan tanaman itu sendiri merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya (Junaidi, 2009).
Secara umum varietas unggul Bison dan Kelinci belum dapat mengungguli kemampuan adaptasi varietas lokal. Dengan pemberian pupuk fosfat hanya varietas Bison yang dapat memberikan hasil lebih baik dibandingkan varietas lokal. Somoatmodjo (1990) mengemuka-kan bahwa salah satu peranan penting dari faktor genetis adalah kemampuan suatu tanaman untuk berproduksi tinggi maka hubungan antara jenis dan ke-butuhan unsur hara yang diperlukan oleh varietas-varietas unggul kacang tanah sangat erat. Fungsi unsur hara P untuk tanaman adalah untuk pembelahan sel dan pembentukan lemak, pembentukan bunga, buah dan biji, kematangan tanaman melawan pengaruh nitrogen, perkembangan akar halus dan serabut, serta peningkatan kualitas hasil tanaman. Tanaman kacang tanah menyerap 10% dari kebutuhan phospor selama fase vegetatif dan 40–50% pembungkusan
46
sisanya diambil selama pengisian biji (Soepardi, 1990).
Jumlah bintil akar efektif dan ukuran bintil akar tidak dipengaruhi varietas maupun dosis pupuk fosfat. Meskipun begitu apabila dihitung secara keseluruh-an ternyata adkeseluruh-anya pupuk fosfat dkeseluruh-an perbedaan kadarnya berpengaruh terhadap jumlah bintil akar. Menurut Soepardi (1990) tanaman kacang tanah menyerap 10% dari kebutuhan phospor selama fase vegetatif dan 40–50% pembungkusan sisanya diambil selama pengisian biji, kemudian bintil meningkat dengan kenaikan phospor di dalam tanah.
Tabel 2. Pengaruh Penggunaan Varietas dan Pemilihan Dosis Pupuk Fosfat terhadap Jumlah
Polong Tua, berat polong kering, berat biji kering, berat 1000 biji kering per tanaman
Jenis Varietas
Dosis Pupuk Fosfat
Rata-rata Tabel D0 (0 kg/ha ) D1 (50 kg/ha ) D2 (100 (kg/h a) D3 (150 kg/ha ) Jm l Po lo n g tu a (Lokal) V1 3,67 4,33 4,67 5,33 4,50a V2 (Bison) 4,00 5,67 6,33 7,00 5,75b V3 (Kelinci) 3,00 4,67 5,00 5,00 4,42a Rata-rata 3,56a 4,89b 5,33b 5,78b B erat po lo n g ke ri n g V1 (Lokal) 4,63 4,67 4,99 5,54 4,96ab V2 (Bison) 4,42 5,19 5,32 6,13 5,27b V3 (Kelinci) 4,03 4,60 4,89 4,95 4,62a
Rata-rata 4,36a 4,82ab 5,07bc 5,54c
B erat b ij i ke ri n g V1 (Lokal) 2,82 2,67 2,83 3,01 2,83ab V2 (Bison) 2,23 2,91 3,38 4,17 3,17b V3 (Kelinci) 2,10 2,66 2,85 2,88 2,62a
Rata-rata 2,38a 2,75ab 3,02bc 3,35c
B erat 1 0 0 0 b ij i ke ri n g V1 (Lokal) 284,67 386,33 399,33 400,67 367,75b V2 (Bison) 308,67 363,67 404,00 503,33 394,92b V3 (Kelinci) 260,33 285,67 319,67 334,00 299,92a Rata-rata 284,56a 345,22ab 374,33b 412,67b
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Varietas dan Pemilihan Dosis Pupuk Fosfat terhadap Bintil Akar Efektif, Jumlah Bintil Akar, Dan Ukuran
Bintil Akar Jenis
Varietas
Dosis Pupuk Fosfat
Rata-rata Tabel D0 (0 kg/ha ) D1 (50 kg/ha ) D2 (100 (kg/h a) D3 (150 kg/ha ) B in ti l ak ar ef ekt if V1 (Lokal) 5,00 5,33 6,67 6,67 5,92 V2 (Bison) 5,33 6,33 7,33 7,00 6,50 V3 (Kelinci) 4,67 5,67 6,00 6,67 5,75 Rata-rata 5,00 a 5,78 a 6,67 a 6,78 a Ju m lah b in ti l ak ar V1 (Lokal) 12,33 12,67 16,33 17,00 14,58 V2 (Bison) 10,33 13,67 16,33 18,33 14,67 V3 (Kelinci) 10,00 14,33 15,33 15,67 13,83 Rata-rata 10,89a 13,56ab 16,00b 17,00b Uku ran b in ti l ak ar V1 (Lokal) 2,00 2,33 2,33 2,33 2,25 V2 (Bison) 2,00 2,00 2,33 3,33 2,42 V3 (Kelinci) 2,00 2,33 2,33 2,33 2,25 Rata-rata 2,00 a 2,22 a 2,33 a 2,67 a
Keterangan: Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Dapat dipahami sebagai batasan penelitian bahwa dosis pupuk fosfat terbesar yang diberikan adalah 150 kg/ha. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa parameter pertumbuhan, parameter hasil tanaman, dan parameter lingkungan (bintil akar) mengalami peningkatan seiring dengan dosis pupuk yang semakin besar. Hal tersebut terjadi pada tanaman kacang tanah varietas unggul bison dan kelinci (bukan pada varietas lokal). Pada suatu titik dosis tertentu ada kemungkinan yang cukup besar bahwa (tidak hanya Bison) varietas unggul Kelinci akan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas lokal.
47
KESIMPULAN
1. Dosis fosfat dalam penelitian ini yang lebih baik untuk memperoleh per-tumbuhan dan hasil beberapa varietas tanaman kacang tanah adalah 150 kg/ha. Pemberian pupuk fosfat secara nyata mempengaruhi pertumbuhan dan hasil beberapa macam varietas tanaman kacang tanah di lahan kehutanan.
2. Varietas yang mempunyai pertumbuh-an dpertumbuh-an hasil optimal pada lahpertumbuh-an kehutanan adalah varietas bison. 3. Pemupukan dengan fosfat dapat
meningkatkan bintil akar efektif dan jumlah bintil akar, tetapi tidak meningkatkan ukuran bintil akar. SARAN
1. Untuk daerah kawasan hutan khususnya wilayah BKPH Tangen Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen dalam budidaya tanaman kacang tanah lebih baik menanam kacang jenis bison atau jenis lokal.
2. Kepada peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama tetapi dengan perlakukan dosis yang lebih tinggi agar diketahui dosis optimal yang dapat diterapkan. Intensitas cahaya juga dapat menjadi perhatian, karena dalam penelitian ini belum memper-hatikan intensitas cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi SS. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Jakarta.
Indrasti NS. 2003. Pedoman Pengolahan Kacang Tanah. Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Jakarta. Diakses dari http://202.43.189.41/web/pustak a/teknologi%20proses/Pedoman% 20Pengolahan%20Kacang%20Tana h.pdf
Jumakir, Waluyo, Suparwoto. 2000. Kajian Berbagai Kombinasi Pengapuran dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Di lahan Pasang Surut. Jurnal Agronomi 8(1): 11-15. Diakses dari http://online-journal.unja.ac.id/index.php/agro nomi/article/download/ 295/211 Junaidi W. 2009. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Diakses dari
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/fak
tor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Petrokimia Gresik PT. 2005. Pupuk SP 36 (SNI 02-3769-2005). Diakses dari
http://www.petrokimia-gresik.com/sp_36.asp
Soepardi G. 1990. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor.
Somaatmadja S. 1993. Proses Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I Kacang-Kacangan. Yasaguna Jakarta.
Sukmadinata T. 1996. Kiat Pengembang-an Agribisnis KacPengembang-ang TPengembang-anah di Indonesia. Dalam N. Saleh K. Hartojo H. Heriyanto A. Kasno. A.G. Manshuri Sudaryono A. Winarto (Eds.). Risalah Seminar Nasional. Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Edisi Khusus Balitkabi. Malang. 7: 41-48.
48
Sumaryo dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 Terhadap Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Tanah Latosol. Jurnal Agrosains. Vol.2 No.2. Diakses dari http://pertanian.uns.ac.id/~agron omi/agrosains/cara_dos_dolomit_ sp36_sumaryo.pdf
Web Master. 2009. Unsur-Hara-Fosfor-P.
http://pupukdsp.com/index.php/
Pupuk-Tanaman/Unsur-Hara-Fosfor-P.html (diakses, 5 Mei,
2011)
Widawati S, Kanti S A. 2000. Pengaruh Isolat Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) Efektif dan Dosis Pupuk Fosfat terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Diakses dari http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/i ndex.php/searchkatalog/
downloadDatabyId/2772/2773.pd f
Wikipedia. 2010. Kacang tanah. Diakses dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kaca ng_tanah tanggal 20 Februari 2011