• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS DIPONEGORO EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN TUGAS AKHIR MITRA SATRIA L2D008046

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS DIPONEGORO EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN TUGAS AKHIR MITRA SATRIA L2D008046"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA

SEMARANG BAGIAN SELATAN

TUGAS AKHIR

MITRA SATRIA

L2D008046

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEMARANG

DESEMBER 2012

(2)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA

SEMARANG BAGIAN SELATAN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

MITRA SATRIA

L2D008046

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEMARANG

DESEMBER 2012

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang Bagian

Selatan” ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumberbaik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA

: Mitra Satria

NIM

: L2D008046

Tanda Tangan

: ...

Tanggal

: 21 Desember 2012

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :

NAMA : Mitra Satria

NIM : L2D008046

Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas : Teknik

Judul Tugas Akhir : Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang Bagian Selatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing : Sri Rahayu, S.Si, M.Si (………)

Penguji I : Ir. Parfi Khadiyanto, MSL (………)

Penguji II : Anang Wahyu Sejati, ST, MT (………)

Semarang, 21 Desember 2012

Mengetahui,

Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Dr. –Ing. Asnawi, S.T.

NIP. 197107241997021001

(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Diponegooro, saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Mitra Satria

NIM : L2D008046

Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang bagian selatan”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/ Noneksklusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (datbase), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang

Pada Tanggal : 21 Desember 2012

Yang menyatakan

Mitra Satria

(6)

Raise your words, not voice

It is rain that grows flowers, not thunder

(Rumi)

Setiap Orang adalah Arsitek dari keberuntungannya

sendiri

(Appius Cladius)

Say: He is Allah, the One and Only Allah, the Eternal,

Absolute

He begetteth not, nor is He begotten And there is none like

unto Him

(Al-Ikhlas)

(7)

ABSTRAK

Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah tujuan kaum urban untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan dan berpengaruh terhadap penggunaan lahan di kota ini. Luas lahan yang bersifat tetap di pusat kota menjadikan kawasan pinggiran sebagai pilihan untuk permukiman. Kondisi fisik alam terutama di Kota Semarang bagian selatan yang mempunyai karakteristik perbukitan juga tak luput untuk dijadikan sebagai kawasan permukiman.

Kawasan Kota Semarang bagian selatan yang menjadi bagian penelitian ini meliputi Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Gunungpati. Perkembangan permukiman di ketiga kecamatan tersebut dipengaruhi oleh adanya perguruan tinggi yang banyak mendatangkan penduduk dari luar Kota Semarang baik mahasiswa maupun pedagang serta fasilitas penunjang yang sudah lengkap. Selain itu, kawasan ini juga dilalui jalur utama Semarang, Yogyakarta dan Solo yang membuat kawasan ini semakin ramai karena akses yang mudah dijangkau.

Penelitian ini mengkaji mengenai evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman di Kota Semarang bagian selatan berdasarkan kondisi fisik lahan serta perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu 10 tahun (1999-2009). Variabel kondisi fisik yang digunakan antara lain topografi, jenis tanah, curah hujan,tingkat erosi, gerakan tanah dan lokasi banjir. Metodologi yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode analisis pada penelitian ini antara lain skoring dan overlay dengan GIS seperti analisis fungsi kawasan dan analsis kesesuaian lahan permukiman berdasarkan kondisi fisik lahan, metode analisis spasial seperti analisis penggunaan lahan permukiman eksisting , analisis kuanitatif deskriptif seperti analisis evaluasi penggunaan lahan permukiman.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkatan kesesuaian lahan untuk permukiman di Kota Semarang bagian selatan. Tingkatan ini terbagi menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu :kawasan sangat sesuai untuk permukiman seluas 3987,7 Ha (29,8%), kawasan sesuai untuk permukiman seluas 2265,5 Ha (16,9%), kawasan kurang sesuai untuk permukiman seluas 321,5 Ha (2,4%), kawasan tidak sesuai untuk permukiman yang berupa kawasan penyangga dan lindung lokal seluas 6812,3 Ha (50,9%) Lahan yang memiliki tingkat kesesuaian untuk kawasan permukiman pada kategori sangat sesuai merupakan lahan yang memiliki kemiringan lahan <15%, jenis tanah yang tidak atau agak peka terhadap erosi, curah hujan 27,7-34,8 mm/tahun dan tidak dalam lokasi rawan bencana.

Evaluasi kesesuaian lahan permukiman pada lokasi permukiman yang berada dalam kriteria kawasan sangat sesuai seluas 2585,4 Ha, kawasan sesuai seluas1118,8 Ha, kawasan kurang sesuai seluas 20,2 Ha dan dalam kawasan yang tidak sesuai untuk permukiman yang berada pada kawasan penyangga seluas 1735,5 dan lindung lokal seluas 293,6 Ha. Sedangkan untuk perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu 10 tahun, lokasi lahan permukiman seluas 567,1 Ha berada dalam kawasan budidaya dengan rincian 295,6 Ha berada pada kesesuaian yang sangat sesuai untuk permukiman, 271,3 Ha berada pada kesesuaian yang sesuai dan 0, 2 Ha berada pada kawasan kurang sesuai. Untuk perubahan alih fungsi lahan yang berada dalam kawasan tidak sesuai atau kawasan penyangga (738,5 Ha) dan lindung lokal(87,6 Ha) berjumlah 826,1 Ha. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah setempat untuk merumuskan kebijakan dan peraturan yang tegas dalam pembangunan permukiman di Kota Semarang bagian selatan.

Kata kunci: evaluasi, permukiman, kesesuaian lahan, SIG

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta Cahaya Rasululluah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Evaluasi

Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang bagian selatan” guna memenuhi salah satu

persyaratan pendidikan Sarjana Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Dalam pembuatan Tugas Akhir ini penulis selalu berusaha sebaik-baiknya dengan berpegang kepada ketentuan yang berlaku, namun karena keterbatasan pengetahuan dan waktu maka penulis menyadari dalam penyajiannya jauh dari sempurna. Untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya Tugas Akhir ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, kakak dan saudara yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

2. Ibu Sri Rahayu S.Si. Msi. sebagai dosen pembimbing atas senyuman, masukan, kritik, saran, kesabaran dan motivasi yang luar biasa dalam mendukung penyelesaian Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Parfi Khadiyanto, MSL. selaku dosen wali serta dosen penguji yang memberikan bimbingan moril dalam menjalani kuliah dan saran serta masukan yang menjadikan Tugas Akhir ini lebih baik.

4. Bapak Anang Wahyu Sejati ST, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, masukan dan kritikan sehingga Tugas Akhir menjadi lebih baik.

5. Teman-teman terbaik planologi angkatan 2008, sahabat kos di Tembalang, sahabat SMA dan teman KKN atas dorongan, gangguan dan gurauan serta kebersamaannya selama ini.

6. Semua pihak yang secara tidak langsung terkait dan membantu dalam penyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan di lingkungan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota dan Pemerintah Kecamatan Tembalang, Gunungpati dan Banyumanik yang ada di Kota Semarang sebagai wilayah studi dalam penelitian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Januari 2013 Mitra Satria

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 3

1.3.1 Tujuan ... 3

1.3.2 Sasaran ... 4

1.4 Ruang Lingkup ... 4

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 4

1.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 5

1.5 Keaslian Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Pikir ... 6

1.7 Metodologi Penelitian ... 6

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 8

1.8 Teknik Analisis ... 10

1.9 Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN LITERATUR EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN 2.1 Kota dan Wilayah Pinggiran ... 16

(10)

ix

2.1.2 Wilayah Pinggiran ... 16

2.1.3 Perkembangan Kota ke Wilayah Pinggiran ... 17

2.1.4 Dampak Perkembangan Kota ke Wilayah Pinggiran ... 18

2.2 Konsep Lahan ... 18

2.2.1. Pengertian Lahan ... 18

2.2.2 Penggunaan Lahan ... 19

2.2.3 Klasifikasi Penggunaan Lahan ... 19

2.3 Pengertian Perumahan dan Permukiman... 20

2.4 Kesesuaian Lahan Permukiman ... 20

2.5 Pengertian Evaluasi ... 27

2.5.1 Proses Evaluasi Lahan ... 28

2.6 Sintesa Kajian Litelatur ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI (KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN) 3.1 Profil Wilayah Kota Semarang ... . 30

3.1.1 Penggunaan Lahan ... . 31

3.1.2 Kependudukan ... . 31

3.2 Profil Wilayah Kota Semarang Bagian Selatan ... . 32

3.2.1 Penggunaan Lahan ... . 33

3.2.2 Kependudukan ... . 35

3.2.3 Kondisi Topografi ... . 37

3.2.4 Jenis Tanah ... . 39

3.2.5 Curah Hujan ... . 40

3.2.6 Lokasi Rawan Bencana ... . 41

3.2.7 Permukiman di Kota Semarang bagian selatan ... . 43

BAB IV EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN ... 45

4.1 Analisis Fungsi Kawasan ... 45

4.1.1 Analisis Kemiringan Lereng ... 45

4.1.2 Analisis Jenis Tanah ... 48

4.1.3 Analisis Curah Hujan ... 49

(11)

x

4.2.1 Analisis Sempadan Sungai ... 53

4.2.2 Analisis Sawah Irigasi Teknis ... 54

4.3 Analisis Penentuan Kawasan Budidaya ... . 57

4.4 Analisis Kriteria Kesesuaian Lahan Permukiman Aspek Fisik Lahan ... . 58

4.4.1 Analisis Kemiringan Lereng ... 58

4.4.2 Analisis Kondisi Banjir ... 60

4.4.3 Analisis Geologi Gerakan Tanah... 61

4.4.4 Analisis Tingkat Erosi ... 63

4.4.5 Kesesuaian Permukiman ... 65

4.5 Analisis Penggunaan Lahan Eksisting ... 67

4.5.1 Penggunaan Lahan Tahun 1999 ... 67

4.5.2 Penggunaan Lahan Tahun 2009 ... 69

4.5.3 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1999-2009... 71

4.6 Analisis Evaluasi Penggunaan Lahan Permukiman ... 74

BAB V PENUTUP ... 79 5.1 Kesimpulan ... ... ..79 5.2 Rekomendasi .. ... . 80 5.3 Keterbatasan Penelitian ... . 81 DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ... 84

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Keaslian Penelitian ... 5

Tabel I.2 Kebutuhan Data ... 9

Tabel I.3 Kemiringan Lahan ... 10

Tabel I.4 Jenis Tanah ... 11

Tabel I.5 Curah Hujan ... 11

Tabel I.6 Klasifikasi dan Kriteria Kemiringan Lereng untuk Permukiman ... 12

Tabel I.7 Kelas dan Kriteria Lama Penggenangan atau Banjir untuk Permukiman ... 12

Tabel I.8 Kelas dan Kriteria Tingkat Erosi untuk Permukiman ... 12

Tabel I.9 Kelas dan Kriteria Gerak Tanah untuk Permukiman ... 12

Tabel I.10 Kelas Kesesuaian Fisik Lahan Permukiman ... 13

Tabel II.1 Klasifikasi dan Kriteria Kesesuaian Lahan Permukiman ... 23

Tabel II.2 Kemiringan Lahan ... 24

Tabel II.3 Jenis Tanah ... 25

Tabel II.4 Curah Hujan ... 25

Tabel II.5 Sintesa Kaijian Literatur ... 29

Tabel III.1 Penggunaan Lahan Kota Semarang Bagian Selatan Tahun 2010 ... 34

Tabel III.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Semarang Bagian Selatan Tahun 2005-2010 ... 36

Tabel IV.1 Skor dan Luas Kemiringan Lereng di Kota Semarang bagian Selatan ... 46

Tabel IV.2 Skor dan Luas Jenis Tanah di Kota Semarang bagian selatan ... 48

Tabel IV.3 Skor dan Luas Intensitas Curah Hujan di Kota Semarang bagian selatan ... 50

Tabel IV.4 Luas Fungsi Kawasan Berdasarkan Kriteria Penetapan Fungsi Kawasan di Kota Semarang bagian selatan ... 51

Tabel IV.5 Luas Kawasan Lindung Lokal di Kota Semarang bagian selatan ... 56

Tabel IV.6 Luas Fungsi Kawasan di Kota Semarang bagian selatan ... 57

Tabel IV.7 Luas dan Persentase Kemiringan Lereng terhadap Luas Kawasan Budidaya di Kota Semarang bagian selatan ... 59

Tabel IV.8 Luas dan Persentase Daerah Rawan Banjir terhadap Luas Kawasan Budidaya di Kota Semarang bagian selatan ... 60

Tabel IV.9 Luas dan Persentase Geologi Gerakan Tanah terhadap Luas Kawasan Budidaya di Kota Semarang bagian selatan ... 62

(13)

xii

Tabel IV.10 Luas dan Persentase Tingkat Erosi terhadap Luas Kawasan Budidaya di Kota

Semarang bagian selatan ... 64

Tabel IV.11 Luas dan Persentase Tingkat Kesesuaian Permukiman di Kota Semarang bagian selatan ... ... 65

Tabel IV.12 Luas Tingkat Kesesuaian Permukiman PerKecamatan di Kota Semarang bagian Selatan ... ... 66

Tabel IV.13 Luas Tata Guna Lahan di Kota Semarang bagian selatan tahun 1999 ... 69

Tabel IV.14 Luas Tata Guna Lahan di Kota Semarang bagian selatan tahun 2009 ... 71

Tabel IV.15 Perubahan Tata Guna Lahan Kota Semarang bagian selatan tahun 1999-2009. ... 73

Tabel IV.16 Tingkat Kesesuaian Lokasi Permukiman di Kota Semarang bagian selatan ... 76

Tabel IV.17 Tingkat Kesesuaian Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman di Kota Semarang bagian selatan ... 78

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir ... 7

Gambar 1.2 Kerangka Analisis ... 14

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Semarang ... 30

Gambar 3.2 Diagram Penggunaan Lahan Kota Semarang Tahun 2010 ... 31

Gambar 3.3 Kurva Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Semarang 2010 ... 32

Gambar 3.4 Peta Administrasi Kota Semarang Bagian Selatan ... 33

Gambar 3.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Semarang Bagian Selatan ... 35

Gambar 3.6 Peta Persebaran Penduduk Kota Semarang Bagian Selatan ... 36

Gambar 3.7 Peta Kelerengan Kota Semarang Bagian Selatan ... 38

Gambar 3.8 Peta Kelerengan Kota Semarang Bagian Selatan ... 39

Gambar 3.9 Peta Jenis Tanah Kota Semarang Bagian Selatan ... 40

Gambar 3.10 Peta Curah Hujan Kota Semarang Bagian Selatan ... 41

Gambar 3.11 Peta Rawan Bencana Kota Semarang Bagian Selatan ... 42

Gambar 3.12 Peta Gerakan Tanah Kota Semarang Bagian Selatan ... 43

Gambar 3.13 Peta Persebaran Permukiman Kota Semarang Bagian Selatan ... 44

Gambar 4.1 Presentase Luas Lahan berdasarkan Kemiringan lereng di Kota Semarang Bagian selatan... ... 46

Gambar 4.2 Peta Analisis Kemiringan Lereng di Kota Semarang bagian Selatan ... 47

Gambar 4.3 Persentase Luas Lahan Berdasarkan Jenis Tanah di Kota Semarang Bagian Selatan... ...48

Gambar 4.4 Peta Analisis Jenis Tanah di Kota Semarang bagian Selatan ...49

Gambar 4.5 Peta Analisis Curah Hujan di Kota Semarang bagian Selatan ... 50

Gambar 4.6 Persentase Luas Fungsi Kawasan Berdasarkan Kriteria dan Tatacara Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya di Kota Semarang bagian Selatan ... 51

Gambar 4.7 Peta Analisis Fungsi Kawasan Berdasarkan Kriteria dan Tatacara Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya di Kota Semarang bagian Selatan di Kota Semarang bagian Selatan... 52

(15)

xiv

Gambar 4.9 Sungai besar dan Sungai Kecil di Kota Semarang Bagian Selatan... 54 Gambar 4.10 Peta Persebaran Sawah Irigasi Teknis di Kota Semarang bagian Selatan ... 55

Gambar 4.11 Peta Sawah Irigasi Teknis dalam Fungsi Kawasan Penyangga dan Budidaya

di Kota Semarang bagian Selatan ... 55 Gambar 4.12 Peta Fungsi Kawasan di Kota Semarang bagian Selatan ... 58 Gambar 4.13 Peta Analisis Kelerengan terhadap Kawasan Budidaya di Kota Semarang

bagian Selatan ... ... 60 Gambar 4.14 Peta Analisis Rawan Banjir di Kawasan Budidaya di Kota Semarang

bagian Selatan ... 61 Gambar 4.15 Peta Geologi Gerakan Tanah di Kawasan Budidaya di Kota Semarang

Bagian Selatan. ... 63 Gambar 4.16 Peta Tingkat Erosi di Kawasan Budidaya di Kota Semarang bagian Selatan... 64 Gambar 4.17 Peta Tingkat Kesesuian Lahan Permukiman pada Kawasan Budidaya di Kota

Semarang bagian Selatan ... 67 Gambar 4.18 Peta Tata Guna Lahan Tahun 1999 di Kota Semarang bagian Selatan ... 68 Gambar 4.19 Peta Tata Guna Lahan Tahun 2009 di Kota Semarang bagian Selatan... ... 70 Gambar 4.20 Peta Perubahan Tata Guna Lahan Kota Semarang bagian Selatan Tahun

1999-2009 ... 72 Gambar 4.21 Peta Evaluasi Kesesuaian Permukiman Kota Semarang bagian Selatan ... 75 Gambar 4.22 Peta Evaluasi Kesesuaian Perubahan Lahan Permukiman Kota Semarang

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Berita Acara Tugas Akhir Lampiran B : Lembar Asistensi

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota mempunyai peranan sebagai titik pusat pertumbuhan ekonomi serta menjadi pusat aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu kota juga ditunjang dengan adanya sarana prasarana yang lengkap sehingga menyebabkan banyak penduduk yang datang untuk beraktifitas dan mengembangkan kehidupannya di wilayah tersebut.Pada umumnya, penduduk yang pindah ke kota bertujuan untuk memperoleh kesempatan kerja. Hubungan tersebut mengakibatkan semakin membesarnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk akibat proses urbanisasi, bertambah pula jumlah permintaan terhadap kebutuhan lahan yang digunakan untuk kebutuhan sosial dan ekonomi terutama permukiman dalam suatu perkotaan. Kenaikan kebutuhan akan lahan tidak diimbangi oleh jumlah lahan yang tersedia sehingga menimbulkan persaingan dalam pemanfaatan lahan. Fenomena alih fungsi lahan senantiasa terjadi dalam pemenuhan aktivitas sosial ekonomi yang menyertai pertumbuhan penduduk kota.Persediaan lahan yang bersifat tetap sedangkan permintaannya terus bertambah menjadikan penggunaan lahan suatu kota berubah kearah aktifitas yang lebih menguntungkan dilihat dari potensi sekitarnya yang ada. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa kota merupakan lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga kerja terampil serta dana sebagai modal (tjahjati 1996:1). Tidak semua lokasi lahan mengalami perubahan penggunaan, hal ini disebabkan perbedaan potensi dan kesetrategisan lahan yang berbeda-beda. Sehingga lahan yang memiliki potensi dan strategis, akan berpeluang mengalami perubahan alih fungsi lahan.

Permukiman merupakan kegiatan yang banyak mendominasi kegunaan lahan baik di kota maupun daerah pinggiran.Menjamurnya pembangunan permukiman yang ada di pinggiran kota secara tidak teratur mengakibatkan perkembangan kota disebut sebagai urban sprawl (Troy, 1996). Urban sprawl atau perluasan fisik kota memiliki dampak negatif yang salah satunya tidak efektifnya pembangunan fasilitas pelayan kota dan ketidaksesuaian lahan sebagaimana mestinya.

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang banyak didatangi oleh kaum urban karena menyediakan kegiatan-kegiatan ekonomi dan fasilitas yang lengkap sehingga menjanjikan untuk dijadikan daerah tujuan dalam mencari penghasilan. Perkembangan Kota Semarang itu sendiri mengakibatkan perluasan ke daerah pinggiran karena lahan dipusat kota tidak mampu lagi untuk menampung berbagai kebutuhan masyarakat. Salah satu wilayah

(18)

2

pinggiran yang menjadi perluasan kota yaitu semarang bagian selatan, antara lain Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Gunungpati. Ketiga kecamatan ini memiliki luasan lahan masing-masing 44.20 Km², 25.69 Km² dan 54.11 Km². Sedangkan kepadatan penduduk dari masing-masing kecamatan mengalami peningkatan sebesar 34.8%, 23.4% dan 25% dalam kurun waktu 10 tahun (BPS Kota Semarang 2011). Perkembangan kecamatan tersebut secara langsung dipengaruhi oleh adanya perguruan tinggi yang banyak mendatangkan penduduk dari luar semarang baik mahasiswa maupun pedagang dan pekerja yang kemudian menempati kawasan tersebut. Selain itu luasan lahan yang masih luas serta terdapatnya fasilitas yang mulai merambah ke semarang bagian selatan mengakibatkan kecamatan-kecamatan ini banyak dijadikan sebagai salah satu tempat untuk beraktifitas.

Selain itu, banyaknya perkembangan permukiman di daerah ini dikarenakan semarang bagian selatan dilewati oleh jalur utama Semarang, Yogyakarta dan Solo yang membuat kawasan ini semakin ramai dan banyak dijadikan salah satu wilayah tujuan tempat tinggal karena lokasi yang mudah dijangkau dan mudah dijumpai lahan yang dapat dijadikan tempat bermukim. Akses dikawasan ini juga relatif bagus dan fasilitas penunjang perkotaan lainnya sudah banyak dijumpai di kawasan tersebut.

Perkembangan permukiman yang terjadi di wilayah ini harus memperhatikan kondisi fisik lahannya. Hal ini mempunyai maksud agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan yang dapat merugikan berbagai pihak seperti degradasi lingkungan. Penempatan lokasi pembangunan permukiman perlu diselaraskan dengan kesesuaian lahannya. Dengan demikian permasalahan jangka panjang dan dampak negatif yang dapat terjadi dapat dihindari serta dapat menjaga kelestarian alam yang dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Untuk tujuan inilah analisis kesesuaian lahan permukiman di wilayah ini diperlukan untuk memastikan bahwa perkembangan permukiman masih memperhatikan kesesuaian lahan dalam menopang aktifitas penduduk didalamnya.

Perkembangan permukiman di Semarang bagian selatan ini merupakan bentuk perkembangan fisik kota, mengingat data-data mengenai perkembangan permukiman sangat penting bagi perencanaan dan pembangunan, maka perlu dipantau agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Dalam merumuskan tata ruang kota dimasa yang akan datang, yunus(2005) berpendapat bahwa pemahaman karakteristik fisik kota diperlukan guna menghindari dampak negatif dari perkembangan kota. Pemanfaatan lahan untuk permukiman harus diatur dengan baik sehingga sesuai dengan rencana tata ruang kota, dengan mempertimbangkan keseimbangan aspek ekologis sehingga tidak sampai terjadi penurunan kualitas lahan.

(19)

3

Pemantauan perkembangan lahan permukiman dengan cara manual akan memakan banyak waktu, tenaga dan biaya sehingga pemanfaatan peta penggunaan lahan yang lebih mudah akan digunakan dalam analisis kali ini. Dalam peniltian kali ini, akan digunakan peta penggunaan lahan tahun 1999 dan 2009 karena disesuaikan dengan citra yang digunakan untuk melihat penggunaan lahan secara langsung yang dapat membantu dalam pemantauan perkembangan penggunaan lahan dalam Kota Semarang.

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan permukiman dan pemilihan tempat tinggal di kawasan pinggiran semakin meningkat dengan adanya kondisi pusat kota yang semakin padat, hal ini terjadi akibat luas lahan perkotaan yang tidak berubah dan kondisi lahan di kawasan pinggiran yang masih luas. Berkembangnya penyediaan sarana prasarana, menjadi dorongan untuk pekerja perkotaan untuk memiliki rumah di kawasan pinggiran. Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pemekaran perkotaan menuju kawasan pinggiran kota.

Cepatnya pembangunan dikawasan pinggiran Kota Semarang bagian selatan mengakibatkan beberapa perkembangan yang tidak seiring dengan keseimbangan alam, permasalahan tersebut antara lain pembangunan yang menggunakan lahan-lahan pertanian produktif yang tidak sejalan dengan usaha keberlanjutan pangan dan berakibat pada menurunnya produktifitas pertanian, pembangunan yang berada di kawasan lindung dapat berpotensi menimbulkan bencana. Hal ini seperti yang terjadi di salah satu lokasi di Gunungpati yang mengalami penurunan jumlah mata air sumur akibat meningkatnya jumlah permukiman pada lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan air (Perda No. 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2000 – 2010).

Dari permasalahan tersebut maka penelitian yang berjudul evaluasi lahan permukiman di Kota Semarang bagian selatan sangat diperlukan dalam rangka menilai perkembangan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Resesarch Question dari perumusan masalah diatas adalah “Bagaimana kesesuaian lahan permukiman di Kota

Semarang bagian selatan jika dilihat dari penginderaan jauh dan kondisi fisik alamnya?”

1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran dalam penelitian ini akan dijabarkan pada subbab di bawah ini. Tujuan dan sasaran tersebut merupakan acuan yang ingin dicapai dalam penelitian.

1.3.1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan dan penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Semarang bagian selatan.

(20)

4

1.3.2. Sasaran

Adapun sasaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan diatas adalah: 1. Analisis kondisi fisik lahan Kota Semarang bagian selatan.

2. Analisis kesesuaian lahan permukiman Kota Semarang bagian selatan. 3. Identifikasi penggunaan lahan eksisting Kota Semarang bagian selatan.

4. Evaluasi penggunaan lahan permukiman eksisting Kota Semarang bagian selatan. 5. Rekomendasi pemanfaatan lahan permukiman Kota Semarang bagian selatan.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dibagi menjadi dua macam yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah adalah lingkup keruangan dimana ada pengkajian mengenai batas-batas administrasi. Sedangkan ruang lingkup materi adalah faktor-faktor atau elemen-elemen yang mendukung menjadi bahan pertimbangan dalam identifikasi wilayah.

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah studi dibagi menjadi wilayah studi makro, yaitu Kota Semarang, dan wilayah studi mikro, yaitu Kota Semarang bagian selatan. Kota Semarang merupakan kota yang memiliki luas wilayah 373.30 Km² dan terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Adapun batas-batas Kota Semarang sebagai berikut :

Batas Utara : Laut Jawa

Batas Selatan : Kabupaten Semarang Batas Timur : Kabupaten Demak Batas Barat : Kabupaten Kendal

Sedangkan untuk wilayah studi mikro merupakan Kota Semarang bagian selatan. Yang terdiri dari Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Gunungpati. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan pinggiran yang memiliki potensi bahaya longsor dan erosi karena memiliki topografi yang tinggi atau lebih dikenal dengan kawasan Semarang atas, selain itu juga bisa berakibat timbulnya sedimentasi dan banjir di kawasan Semarang bawah jika di Semarang atas banyak digunakan sebagai permukiman . Luas wilayah Kecamatan Tembalang 44.20 Km², Kecamatan Banyumanik 25.69 Km² dan Kecamatan Gunungpati 54.11 Km² dengan batas-batas ketiga kecamatan tersebut sebagai berikut :

Batas Utara : Kecamatan Ngaliyan, Kec.Gajahmungkur, Kec.Candisari Batas Selatan : Kabupaten Semarang

Batas Timur : Kabupaten Demak Batas Barat : Kecamatan Mijen

(21)

5

1.4.2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi berkaitan dengan topik yang telah dipilih untuk diteliti dalam kegiatan ini. Substansi materi ini meliputi bahasan tentang perkembangan kawasan permukiman yang berkembang pesat di kawasan pinggiran Kota Semarang bagian selatan. Batasan substansif didasarkan aspek fisik yang terbagi dalam beberapa variabel terkait dengan perkembangan area permukiman di kawasan pinggiran. Aspek fisik tersebut meliputi kelerengan, curah hujan, jenis tanah, gerakan tanah, potensi rawan bencana dan kawasan lindung. Identifikasi perubahan lahan di wilayah studi dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan peta tata guna lahan tahun 1999 dan 2009. Dimana akan dapat diketahui perubahan tutupan lahan dan evaluasi terhadap penyimpangan yang terjadi di wilayah studi dan tren arah pengembangan Kota Semarang dan pengaruhnya terhadap bagian selatan Kota Semarang.

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel I.1 Keaslian Penelitian No. Nama

Peneliti Judul Penelitian

Tahun

Penelitian Materi Penelitian Hasil Penelitian

1 Da Laela Studi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kotamadya Semarang 1999 Kajian terhadap parameter yang berpengaruh dalam penentuan kesesuaian lahan permuikiman berdasarkan kondisi fisik alam Tingkat kesesuaian lahan permukiman dipengaruhi oleh daya dukung alam wilayah yang bersangkutan 2 Agustin Sulistyorini Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Permukimanan di Kota Ungaran 2006 Hirarki kesesuaian lahan untuk mengevaluasi lahan permukiman dengan mempertimbangkan rencana tata guna lahan permukiman. Kelas kesesuaian lahan permukiman dan tingkat penyimpangan penggunaan lahan permukiman berdasarkan rencana tata ruang 3 Supriyanto Analisis Kesesuaian Lahan untuk Permukiman dengan Memanfaatkan Teknik Penginderaan Jauh dan SIG Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta 2008 Analisis kesesuaian lahan untuk permukiman berdasarkan kondisi fisik alam dan jangkauan utilitas Kelas kesesuaian lahan untuk permukiman dan penyimpangan penggunaan lahan permukiman

(22)

6

No. Nama

Peneliti Judul Penelitian

Tahun

Penelitian Materi Penelitian Hasil Penelitian

4 Hendra Wijaya Kajian Kesesuaian lahan untuk permukiman di Kabupaten Semarang 2009 Pembahasan kawasan beserta variabel dalam kesesuaian lahan yang digunakan untuk penentuan tingkat kesesuaian lahan permukiman Tingkat kesesuaian lahan permukiman dan penentuan kriteria kesesuaian lahan 5 Mitra Satria Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang Bagian Selatan 2012 Evaluasi permukiman eksisting berdasarkan peta tata guna lahan dalam penggunaan lahan dan kondisi fisik alam untuk melihat kesesuaian lahan permukiman. Tingkat kesesuaian lahan permukiman dan penyimpangan dalam penggunaan lahan permukiman serta rekomendasi untuk lokasi permukiman yang sesuai.

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2012

1.6. Kerangka Pikir

Kota Semarang sebagai ibukota Jawa tengah yang mempunyai perkembangan perekonomian dan pembangunan mengakibatkan banyaknya penduduk dari luar kota semarang datang ke kota ini. Dampak langsung dari fenomena ini yaitu kebutuhan lahan sebagai lokasi bermukim dan beraktivitas yang semakin meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk Kota Semarang. Desakan kebutuhan yang tinggi di pusat kota , mendorong perkembangan kearah pinggiran Kota Semarang terutama Kota Semarang bagian selatan.

Evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman melibatkan berbagai proses analisis penggunaan lahan eksisitng. Hal ini bermanfaat untuk memudahkan proses evaluasi sehingga didapatkan tingkat kesesuaian lahan dan penggunaan lahan.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan pendekatan analisis spasial dengan bantuan alat analisis GIS (Geography Information System). Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan perumusan masalah. Dimana selanjutnya dilakukan studi literatur untuk memberikan pandangan mengenai analisis spasial dan menunjukkan variabel penelitian. Variabel penelitian dalam hal ini berfungsi dalam menentukan batasan studi dari penelitian ini. Selain itu variabel merupakan peran utama dalam analisis kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menuntut peneliti kuantitatif berbekal teori

(23)

7

Gambar 1.1. Kerangka Pikir

Analisis Fungsi Kawasan, meliputi: - Kelerengan - Curah Hujan - Jenis Tanah - Lindung Lokal - -

Perkembangan perekonomian di Kota Semarang sebagai kota besar menarik aktivitas perekonomian sehingga mengakibatkan

pertumbuhan penduduk

Kebutuhan penggunaan lahan yang cukup tinggi dan keterbatasan lahan di pusat kota menjadikan persebaran

kawasan perkotaan menuju kawasan pinggiran

Peningkatan perkembangan permukiman meluas ke kawasan pinggiran terutama di Kota Semarang bagian selatan

Alih fungsi lahan menjadi permukiman terjadi di Kota Semarang bagian selatan

Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman di Kota Semarang

bagian selatan?

Analisis penggunaan lahan Permukiman eksisting dengan peta Tata Guna Lahan

Tahun 1999 dan Tahun 2009

Evaluasi Kesesuaian lahan Permukiman

Kesimpulan dan rekomendasi Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman

berdasarkan Aspek Fisik Lahan, mencakup :

- Kelerengan

- Banjir

- Tingkat Erosi

- Gerak Tanah

Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman

Peta Kesesuaian Aspek Fisik Lahan Peta Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 1999 Peta Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2009

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1999-2009

(24)

8

yang cukup luas sehingga mampu menjadi “human instrumen” yang baik (Sugiyono, 2008). Hal ini tidak terlepas dari penggunaan metode penelitian rasionalistik yang memerlukan suatu analisis yang mendalam, terperinci namun meluas dan holistik (Bungin, 2007). Metode penelitian ini tidak bermaksud untuk membandingkan variabel yang digunakan ataupun mencari hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Pendekatan ini digunakan untuk menjawab research question dan sasaran analisis evaluasi pemanfaatan lahan permukiman di wilayah studi.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kajian mengenai permasalahan yang terdapat dilapangan. Tinjauan awal ini bertujuan untuk memberikan pandangan awal mengenai permasalahan yang ada di wilayah studi untuk selanjutnya dilakukan penyusunan kerangka operasional survey dan kerangka analisis yang di pergunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data sekunder didapatkan dari instansi terkait dan kajian terhadap penggunaan lahan, dalam hal ini penggunaan lahan yang digunakan adalah peta tata guna lahan tahun 1999 dan 2009. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan analisis citra spasial menggunakan menggunakan metode GIS. Dimana analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengevaluasi pemanfaatan lahan permukiman di Kota Semarang bagian selatan.

1.7.1. Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dalam bentuk kualitatif, sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak didapat secara langsung berupa kualitatif maupun kuantitatif. Kebutuhan data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat dalam tabel 1.2.

Dalam pengumpulan data yang akan dibtuhkan, digunakan dua metode untuk mendapatkannya, yaitu metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data sekunder banyak dilakukan untuk mendukung kebutuhan data, sedangkan metode pengumpulan data primer digunakan sebagai data pendukung.

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan. Survei data primer dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat, karena tingkat ketelitian dapat diketahui secara langsung oleh pengumpul data (surveior). Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

(25)

9

Tabel I.2 Tabel Kebutuhan Data

No Data Analisis Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Output 1 - Peta TGL tahun 1999 dan 2009 Deskriptif

Spasial Primer Bappeda

- Peta Penggunaan lahan - Peta perubahan lahan kurun waktu 10 tahun 2 Aspek Fisik Lahan - Kelerengan - Banjir - Gerak Tanah - Tingkat erosi Deskriptif kuantitatif Primer, Sekunder BPS, Bappeda, BPN, Pengamatan - Peta Fungsi Kawasan - Peta Kesesuaian lahan berdasarkan aspek fisik lahan

3 Persebaran Permukiman Deskriptif Kualitatif Primer Survei

Kondisi Persebaran Permukiman 4 - Curah hujan - Jenis Tanah - Topografi - Lindung Lokal Deskriptif Kuantitatf Spasial Sekunder BPS, Bappeda, BPN Informasi mengenai fungsi kawasan

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012

- Observasi

Obeservasi visual dilakukan dengan mengamati langsung ke wilayah studi. Hasil observasi visual direkam dan disimpan (foto, film, ataupun sketsa) sesuai dengan kondisi eksisting yang ada di wilayah studi. Selain itu obeservasi dilakukan untuk uji validasi peta dan koreksi koreksi citra dengan menggunakan penitikan titik kontrol tanah menggunakan GPS. Observasi visual ini akan dilakukan di setiap wilayah amatan dengan cara seperti pengambilan foto. Pengambilan foto adalah kegiatan survei lapangan yang berfungsi untuk mendokumentasikan keadaan eksisting wilayah studi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pendeskripsian wilayah studi sehingga dapat membantu dalam menganalisis data. Alat survei yang digunakan yaitu kamera dan peta administrasi.

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mendukung data yang dibutuhkan. Tidak semua data dapat diperoleh dari observasi maupun wawancara. Untuk itu, pengumpulan data sekunder tetap memegang peranan penting. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara instansional yaitu memperoleh data dari instansi-instansi terkait sesuai data yang dibutuhkan. Teknik yang digunakan antara lain sebagai berikut:

(26)

10

- Studi Literatur

Teknik ini merupakan salah satu cara memperoleh informasi dari literatur-literatur yang ada, pembuktian dari penelitian yang ada mengenai pengaruh harga lahan dan penggunaan lahan terhadap perubahan struktur kota di kawasan pinggiran. Tahap ini dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari sebelum melakukan identifikasi isu utama, hingga tahap analisis. Tujuannya dalah memperkuat validitas dan variabel-variabel yang telah ditetapkan.

- Instansi

Survei instansi dilakukan dengan cara mendatangi instansi-instansi terkait dengan tujuan untuk memperoleh data-data berupa peta, data kualitatif, dan data kuantitatif. Instansi yang dikunjungi diantaranya adalah Kantor Kecamatan, , BPS, BPN dan Bappeda

1.8. Teknik Analisis

Pada intinya dengan teknik analisis ini bertujuan mentransformasikan data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti oleh peneliti maupun orang lain. Sehingga pengunaan teknik analisis dapat dikatakan sesuai dalam menganalisis data yang sifatnya penjabaran dan paparan. Dalam evaluasi lahan untuk permukiman di Kota Semarang bagian selatan, ada empat analisis dasar yang dilakukan, yaitu :

a. Analisis fungsi kawasan.

Arahan fungsi kawasan merupakan kajian potensi lahan yang digunakan untuk suatu kegiatan dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Zonasi arahan fungsi pemanfaatan kawasan lahan ditetapkan berdasarkan hasil skoring dari variabel kelerengan, jenis tanah dan curah hujan serta lindung lokal dengan menggunakan teknik overlay. Jumlah skor dari ketiga variabel tersebut mencerminkan nilai kemampuan lahan untuk masing-masing satuan kawasan lahan.

Perhitungan analisis fungsi kawasan berdasarkan pada SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1981 serta Keppres No.48/1983. Berikut standar dari masing-masing variabel.

Tabel I.3 Kemiringan Lahan

Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Keppres No.48/1983.

Kelas Lereng Deskripsi Skor

I 0-8 Datar 20

II 8-15 Landai 40

III 15-25 Agak curam 60

IV 25-45 Curam 80

(27)

11

Tabel I.4 Jenis Tanah

Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Skor

I Aluvial, Glei, Planosol, Hidromof

kelabu, Laterik air tanah Tidak Peka 15

II Latosol Kurang Peka 30

III Brown forest soil, noncalcic brown,

mediteran Agak Peka 45

IV Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol,

Podsolic Peka 60

V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka 75

Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Keppres No.48/1983

Tabel I.5 Curah Hujan

Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Keppres No.48/1983

Berdasarkan kriteria diatas, maka akan didapatkan 3 fungsi kawasan pemanfaatan, fungsi kawasan tersebut adalah :

Kawasan fungsi lindung : nilai kemampuan total skor kemampuan lahan 175≤ Kawasan fungsi penyangga : nilai kemampuan total skor kemampuan lahan 125-174 Kawasan budidaya : nilai kemampuan total skor kemampuan lahan 124 ≥

Setelah analisis fungsi kawasan dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan permukiman yang hanya mengidentifikasi variabel kesesuaian pada kawasan budidaya yang diperoleh dari analisis fungsi kawasan tersebut. Hal ini dilakukan karena fungsi kawasan penyangga tidak diperuntukkan untuk kawasan permukiman. Sehingga identifikasi hanya dilakukan pada kesesuaian permukiman di kawasan budidaya.

b. Analisis Kesesuaian lahan permukiman berdasarkan kondisi fisik lahan

Variabel yang digunakan adalah variabel yang terkait langsung dengan aktivitas permukiman seperti kemiringan lereng, banjir, tingkat erosi, gerak tanah. Metode yang digunakan yaitu metode skoring, overlay dan metode deskriptif. Output yang dihasilkan dari analisis ini yaitu berupa peta kesesuaian lahan permukiman berdasarkan aspek fisik. Berikut merupakan informasi mengenai skor yang dientukan untuk menganalisis kondisi fisik alam.

Kelas Interval(Mm/Hr) Deskripsi Skor

I 0-13,6 Sangat rendah 10

II 13,6-20,7 Rendah 20

III 20,7-27,7 Sedang 30

IV 27,7-34,8 Tinggi 40

(28)

12

Besar sudut dan kemiringan lereng, untuk mengetahui kelas kemiringan lereng digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel I.6. Klasifikasi dan Kriteria Kemiringan Lereng untuk Permukiman

Skor Kelas Kemiringan Lereng Besar Sudut (%)

5 Sangat Baik Rata-Hampir Rata < 2 4 Baik Agak miring- Miring 2-8

3 Sedang Miring 8-30

2 Jelek Sangat miring 30-50 1 Sangat Jelek Terjal- sangat terjal >50

Sumber: Suprapto dan Sunarto, 1990

Kerentanan terhadap banjir, parameter ini dapat dinilai berdasarkan interpretasi penggunaan lahan maupun berdasarkan data yang diperoleh dari badan terkait. Klasifikasi dan kriteria lama penggenangan akibat banjir disajikan sebagai berikut:

Tabel I.7. Kelas dan Kriteria Lama Penggenangan atau Banjir untuk Permukiman

Skor Kelas Kriteria

5 Sangat baik Daerah tidak pernah terlanda banjir 4 Baik Daerah tergenang <2 bulan setahun 3 Sedang Daerah tergenang antara 2-6 bulan setahun 2 Jelek Daerah tergenang >6 bulan setahun 1 Sangat jelek Daerah selalu tergenang atau daerah rawa

Sumber: Suprapto dan Sunarto, 1990

Tingkat erosi didasarkan pada kenampakan erosi yang terdapat diwilayah studi. Kriteria kenampakan erosi dinilai sebagai berikut :

Tabel I.8. Kelas dan Kriteria Tingkat Erosi untuk Permukiman

Skor Kelas Kriteria

5 Sangat baik Tidak ada kenampakan erosi 4 Baik Kenampakan erosi ringan 3 Cukup Kenampakan erosi sedang 2 Jelek Kenampakan erosi berat 1 Sangat jelek Kenampakan erosi sangat berat

Sumber: Suprapto dan Sunarto, 1990

Gerak Tanah dapat dilihat dari hasil pengamatan maupun data yang dimiliki oleh instansi terkait.

Tabel I.9. Kelas dan Kriteria Gerak Tanah untuk Permukiman

Skor Kelas Kriteria

5 Sangat baik Sangat Rendah

(29)

13

Skor Kelas Kriteria

3 Sedang Menengah

2 Jelek Tinggi

1 Sangat jelek Sangat Tinggi

Sumber: Suprapto dan Sunarto, 1990

Kemudian dengan menggunakan rumus dibawah ini akan ditemukan kelas-kelas kesesuaian lahan, yaitu:

Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapat pembagian harkat kelas kesesuaian lahan melalui nilai-nilai pada tabel berikut.

Tabel I.10 Kelas Kesesuaian Fisik Lahan Permukiman

Kelas Kesesuaian Lahan Jumlah Harkat

I Sangat Sesuai 20-17

II Sesuai 16-13

III Kurang Sesuai 12-9

IV Tidak Sesuai 8-4

Sumber: Analisi Penelitis,2012

Keseluruhan peta di-overlay-kan akan menghasilkan peta kesesuaian lahan berdasarkan aspek fisik lahan. Kesesuaian fisik lahan yang dianalisis dengan cara overlay peta tingkat kesesuaian lahan dengan peta penggunaan tanah eksisiting untuk menghasilkan kesesuaian sebagai kawasan permukiman.

c. Analisis Penggunaan Lahan Permukiman Eksisting

Analisis Penggunaan lahan eksisting tahun 1999-2009 menggunakan peta tata guna lahan tahun 1999 dan 2009. Peta penggunaan lahan ini disesuaikan dengan digitasi on screen pada citra landsat 1999 dan ikonos 2009. Perhitungan luas tata guna lahan tersebut menggunakan bantuan dari software ArcGIS. Kedua peta tersebut kemudian di-overlay-kan untuk mendapatkan peta perubahan lahan permukiman eksisiting dalam kurun waktu 10 tahun. Setelah itu hasil dari perubahan tersebut di-overlay-kan lagi dengan peta kesesuaian lahan untuk mendapatkan evaluasi perubahan penggunaan lahan.

d. Analisis Evaluasi Penggunaan Lahan Permukiman

Analisis ini digunakan untuk melihat penyimpangan pada kawasan permukiman yang diperoleh dari peta perubahan lahan permukiman eksisting dalam kurun waktu 10 tahun dengan peta kesesuaian lahan berdasarkan aspek fisik. Dari hasil tersebut, dapat diketahui wilayah

I=R/N

I = Lebar Interval R = Jarak Interval N = Jumlah Interval

(30)

14

permukiman mana yang lahannya tidak sesuai untuk dijadikan sebagai kawasan permukiman sekaligus dijadikan sebagai arahan untuk pembangunan selanjutnya. Untuk lebih lanjut, kerangka analisis dapat dilihat pada gambar 1.2.

INPUT PROSES OUTPUT

Peta Fungsi Kawasan :

- Kawasan Lindung

- Kawasan Budidaya

- Kawasan Penyangga Identifikasi Fungsi Kawasan :

- Kelerengan

- Curah Hujan

- Jenis Tanah

- Lindung Lokal

Analisis Fungsi Kawasan  Skoring

 Overlay

Identifikasi Kawasan Budidaya Permukiman: - Kelerengan - Banjir - Tingkat Erosi - Gerak Tanah Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman  Skoring  Overlay  Deskriptif kualitatif

Peta Kesesuaian Lahan Permukiman

Peta Penggunaan Lahan Permukiman Eksisting tahun 1999

Peta Penggunaan dan Perubahan Lahan Eksisiting Overlay

Peta Penggunaan Lahan Permukiman Eksisting tahun 2009

Peta Penggunaan dan Perubahan Lahan Eksisiting

Kesesuaian Penggunaan Lahan Permukiman

Overlay Peta Kesesuaian Lahan

Permukiman

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

(31)

15

1.9 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Menggambarkan latar belakang pemilihan wilayah studi di Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Gunungpati yang merupakan wilayah Kota Semarang bagian selatan dengan pertumbuhan permukiman yang terus meningkat, tujuan pembuatan dan sasaran untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup materi dan wilayah studi, kerangka pikir dan metode analsis, serta sistematika penulisannya.

BAB II KAJIAN TEORI

Untuk menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan evaluasi kesesuaian lahan serta mengetahui variabel yang menentukan kesesuaian lahan untuk permukiman berdasarkan teori-teori yang ada dan disesuaikan dengan kondisi wilayah studi.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Untuk memberikan penjelasan mengenai wilayah studi yang akan dikaji yaitu Kota Semarang bagian selatan sehingga dapat diketahui gambaran umum wilayah studi yang meliputi kondisi eksisting wilayah studi dan karakteristiknya dari berbagai macam aspek.

BAB IV EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN

Bab ini berisi mengenai analisis-analisis yang digunakan dalam proses evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman di wilayah studi seperti analisis fungsi kawasan, analisis aspek fisik lahan, analisis kondisi permukiman eksisting dan analisis evaluasi. Dari hasil analisis ini akan ditemukan penjelasan mengenai bentuk dan persebaran wilayah yang peruntukkannya sesuai dengan permukiman sebagaimana mestinya serta evaluasi kondisi permukiman eksisting yang sudah ada.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini mengeneralisasi temuan hasil studi dengan memberikan kesimpulan dan rekomendasi serta memberikan rekomendasi penelitian lanjutan yang dapat dilakukan untuk meneruskan kajian mengenai evaluasi kesesuaian lahan permukiman di wilayah studi.

Gambar

Tabel I.1  Keaslian Penelitian
Gambar 1.1. Kerangka Pikir Analisis Fungsi Kawasan, meliputi: - Kelerengan - Curah Hujan - Jenis Tanah -  Lindung Lokal - -
Tabel I.2 Tabel Kebutuhan Data
Tabel I.3 Kemiringan Lahan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tapi juga sumberdaya insani tidak saja sebagai salah satu faktor produksi, tapi juga tenaga kerja harus mendapatkan prioritas untuk dipenuhi kebutuhan hidupnya dengan

10 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini ada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sedangkan bahan hukum sekunder antara lain buku-buku

Sebuah Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Erlina Fransiska

10 Dalam kehidupan Kraton, nilai-nilai feodal- isme masih dijaga dan dijalankan. Salah satu praktik feodalisme yang ada adalah stratifikasi sosial masyarakat, yang

Salah satu metode untuk memperlambat pertumbuhan populasi serangga tanpa pestisida adalah dengan menambahkan sejumlah serangga jantan mandul ke dalam populasi. Serangga jantan

6 Reliabilitas DBMS Terdistribusi, mencakup konsep reliability, fault tolerance pada sistem terdistribusi, kegagalan pada manajemen basis data terdistribusi,

Access The beneficiary selection and prioritisation criteria for accessing health services and facilities is informed by a gender and diversity analysis to ensure that the most

membimbing kami dalam pembuatan Tugas Akhir ini dari awal