• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foot Pad Lesion, Breast Blister dan Performa Produksi Ayam Petelur pada Sistem Perkandangan Litter dan Cage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Foot Pad Lesion, Breast Blister dan Performa Produksi Ayam Petelur pada Sistem Perkandangan Litter dan Cage"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

FOOT PAD LESION

,

BREAST BLISTER

DAN PERFORMA

PRODUKSI

AYAM PETELUR PADA SISTEM

PERKANDANGAN

LITTER

DAN

CAGE

HENI PRATIWI OMPUSUNGGU

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Foot Pad Lesion, Breast Blister dan Performa Produksi Ayam Petelur pada Sistem Perkandangan Litter dan Cage adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HENI PRATIWI OMPUSUNGGU. Foot Pad Lesion, Breast Blister dan Performa Produksi Ayam Petelur pada Sistem Perkandangan Litter dan Cage. Dibimbing oleh RUDI AFNAN dan IMAN RAHAYU HS.

Kandang merupakan bagian terpenting dari suatu peternakan, karena memiliki nilai investasi cukup besar dan ternak menghabiskan waktunya di dalam kandang untuk berproduksi serta bereproduksi. Manajemen kandang sangat berpengaruh terhadap manajemen pengendalian penyakit karena penyakit yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerugian. Luka pada bantalan kaki (Foot pad lesion/ FPL) dan melepuh dada (Breast blister/BB) merupakan salah satu jenis kerusakan kulit pada ayam yang sering timbul akibat manajemen kandang yang kurang baik. FPL dan BB pada kondisi yang berat dapat berpengaruh terhadap produktivitas baik dalam kualitas maupun kuantitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kandang cage dan litter terhadap kejadian FPL dan BB dengan menggunakan ternak ayam petelur. Sebanyak 18 ekor ayam dikandangkan dalam 18 unit kandang cage yang terbuat dari bambu dan 18 ekor dalam 3 unit kandang litter yang menggunakan sekam padi sebagai alas dan masing-masing kandang dilengkapi dengan AC bersuhu 18 sampai 22

°

C. Kepadatan kandang yang digunakan adalah 0.12 m2 per ekor pada kandang cage dan 0.18 m2 per ekor pada kandang litter. Sampel yang digunakan sebanyak 9 ekor per sistem kandang untuk diukur skor FPL, BB, PBB, produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan. FPL dan BB diukur satu minggu sekali dengan mengamati kulit pada bagian alas kaki dan dada ayam kemudian disesuaikan dengan petunjuk skor yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis T-test yang telah dilakukan, tingkat kejadian FPL dan BB pada ayam yang dipelihara dalam kandang cage dan litter tidak berbeda demikian juga dengan pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, produksi telur dan konversi pakan. Tingkat kejadian FPL dengan skor 3 pada ayam yang dipelihara dalam cage (100%) lebih tinggi dibandingkan kejadian FPL ayam dalam kandang litter (33.33%) pada minggu akhir pemeliharaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan baik kandang litter maupun cage tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kejadian FPL dan BB.

Kata kunci: breast blister (BB), cage, foot pad lesion (FPL), litter

ABSTRACT

HENI PRATIWI OMPUSUNGGU. Foot Pad Lesion, Breast Blister and Produstion Performance Laying Hens on Different Housing System Cage and Litter. Supervised by RUDI AFNAN and IMAN RAHAYU HS.

(5)

range of 18 until 22 oC. A total of 18 hens are reared on bamboo cage and 18 hens on rice husk litter. A number of 9 samples were taken from each housing system to evaluate the score of FPL and BB, egg production, feed intake, and feed conversion ratio. The t-Test was applied to compare the all trait between litter and cage. The result of the experiment showed that the incident level of FPL and BB on hens reared in litter and cage did not significantly different (P>0.05). Increasing incident of FPL in cage was higher than litter (100% vs 33.33%) at fourth week, but overall FPL at both of housing systems increase from first week until fourth week. In addition, egg production, feed consumption, body weight gain and feed conversion ratio were not different.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

FOOT PAD LESION

,

BREAST BLISTER

DAN PERFORMA

PRODUKSI AYAM PETELUR PADA SISTEM

PERKANDANGAN

LITTER

DAN

CAGE

HENI PRATIWI OMPUSUNGGU

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Foot Pad Lesion, Breast Blister dan Performa Produksi Ayam Petelur pada Sistem Perkandangan Litter dan Cage

Nama : Heni Pratiwi Ompusunggu NIM : D14090042

Disetujui oleh

Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr Pembimbing I

Prof Dr Ir Iman Rahayu HS,MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini adalah ayam petelur, dengan judul Foot Pad Lesion, Breast Blister dan Performa Produksi Ayam Petelur pada Sistem Perkandangan Litter dan Cage.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr dan Ibu Prof Dr Ir Iman Rahayu HS, MS selaku pembimbing, Bapak M Baihaqi, SPt MSc selaku dosen penguji, serta Diniati, SPt yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Hamzah sebagai teknisi Laboratorium Lapang Unit Unggas Blok B Fakultas Peternakan IPB, dan tim penelitian (Tamaella Setiawati, Yunita Silvianingtyas, Anissa Kumala), Nur Asfiatul ainun, Ryan Pradi Surya, serta teman-teman wisma Do’i (Nurlaely Fitriana SGz, Atika Rachmah, Nur Alim SPi, Ani Karmila SKH, Lussy Adinda Kurniawati) yang telah membantu selama pengumpulan dan pengolahan data serta keluarga besar Golden Ranch IPTP 46 dan IPTP 47. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 3

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Foot Pad Lesion 5

Breast Blister 10

Performa Produksi 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrisi ransum penelitian 2

2 Tingkat kejadian FPL selama 4 minggu pemeliharaan 5

3 Pertambahan bobot badan 7

4 Rataan produksi telur dan konsumsi pakan pada minggu pertama

sampai minggu ke-4 11

5 Rataan konsversi pakan selama 4 minggu pemeliharaan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Skor foot pad lesion (Ingrid dan Harn 2012) 4

2 Skor kejadian breast blister 4

3 Peningkatan kejadian FPL pada kandang cage dan litter selama 4

minggu pemeliharaan 6

4 Kondisi kandang dengan sistem litter tampak samping (kiri) dan

tampak atas (kanan) 8

5 Kondisi kandang dengan sistem cage 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-1 14

2 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-2 14

3 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-3 15

4 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-4 15

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu sumber protein yang banyak diminati di kalangan masyarakat Indonesia adalah protein hewani yang sebagian besar diperoleh dari daging dan telur. Telur merupakan protein yang mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau atau ekonomis. Hal ini menyebabkan konsumsi atau permintaan akan telur terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan atau konsumsi telur harus diikuti dengan peningkatan produksi telur. Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia yang menekuni usaha peternakan ayam ras petelur baik dalam skala kecil yang dikelola keluarga maupun peternakan industri dengan skala besar.

Peningkatan produksi telur sangat dipengaruhi oleh manajemen produksi peternakan. Kandang merupakan salah satu komponen yang memiliki nilai investasi cukup besar karena pemakaiannya dalam jangka waktu yang lama, sehingga pemilihan tipe kandang yang digunakan harus diperhitungkan dengan baik dan benar agar tidak menimbulkan kerugian saat proses produksi berjalan. Sistem perkandangan yang berbeda dapat mempengaruhi keberhasilan manajemen peternakan. Kandang yang baik berpengaruh terhadap peningkatan laju pertumbuhan, kesehatan ternak dan konversi pakan. Sistem perkandangan yang umum digunakan peternak di Indonesia adalah sistem kandang cage dan litter. Masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan baik dalam hal biaya maupun fungsinya. Banyak infeksi penyakit pada ayam petelur yang disebabkan karena hubungan atau kontak antara ayam dengan litter, tanah dan hewan pengerat serta serangga yang diketahui sebagai agen pembawa penyakit. Esquenet et al. (2003) menyatakan bahwa infeksi penyakit lebih sering terjadi pada ayam yang dipelihara dengan sistem litter dan free range yang memiliki akses langsung terhadap alas kandang.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem perkandangan litter dan cage terhadap kejadian foot pad lesion dan breast blister serta performa produksi ayam petelur usia 48 minggu.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pengamatan dan pengukuran keparahan foot pad lesion, breast blister, dan performa produksi dengan sistem perkandangan yang berbeda. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang cage dan litter.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Unit Unggas Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur Lohmann umur 48 minggu sebanyak 36 ekor, bambu untuk membuat 18 unit kandang cage dan 3 unit kandang litter, sekam padi, air minum, desinfektan kandang, dan pakan yang memiliki kandungan nutrisi pada Tabel 1

Tabel 1 Kandungan nutrisi ransum penelitian

Nutrisi Persentase (%)

Kadar air Max 13

Protein kasar Min 17

Serat kasar Max 6

Lemak Min 3

Abu Max 14

Fosfor 0.6-1.0

Kalsium 3.0-4.2

(15)

3 Alat

Peralatan yang digunakan adalah 2 ruang kandang sistem closed house salah satu kandang diisi 3 unit kandang litter menggunakan sekam padi sebagai alas dengan luas 1.05 m2 per unit kandang dan selebihnya diisi 18 unit kandang cage yang terbuat dari bahan bambu dengan luas kandang 0.18 m2 per unit, tempat pakan dan tempat minum gantung, tempat pakan dan minum individu, termometer bola basah bola kering, timbangan (untuk menimbang bobot badan ayam di awal dan akhir periode pemeliharaan serta menimbang pakan), pita ukur, kamera digital untuk dokumentasi dan alat tulis. dilengkapi tempat pakan dan minum individu, sedangkan pada kandang litter digunakan tempat pakan dan minum gantung. Masing-masing kandang dilengkapi AC dengan suhu 18 sampai 22

°

C.

Frekuensi pemberian pakan adalah tiga kali sehari sebanyak 40 g per ekor per pemberian. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Sebelum ayam dimasukan ke dalam kandang terlebih dahulu kandang dibersihkan dan didesinfeksi agar ayam terhindar dari kontaminasi lingkungan yang tidak bersih. Peubah yang Diamati

Pertambahan Bobot Badan. Pertambahan bobot badan (g) merupakan selisih dari bobot badan akhir dengan bobot badan awal. Pada awal pemeliharaan bobot badan ayam ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal dan ditimbang kembali pada akhir periode pemeliharaan.

Produksi Telur. Produksi telur (gram ekor-1 minggu-1) diperoleh dari berat telur yang dihasilkan dikali dengan jumlah telur selama satu minggu.

Konsumsi Pakan. Konsumsi pakan diukur satu minggu sekali yaitu jumlah pakan yang diberikan selama satu minggu dikurang dengan jumlah pakan yang tersisa. Konversi Pakan. Konversi pakan merupakan salah satu indikator untuk mengukur efisiensi pakan terhadap produksi. Konversi pakan adalah angka yang menunjukkan kemampuan ayam untuk mengubah sejumlah pakan menjadi setiap satuan massa produksi telur dalam satuan waktu tertentu. Semakin kecil nilai konversi pakan semakin efisien pakan yang digunakan.

Konsumsi pakan (g) Konversi pakan =

Produksi massa telur (g)

Foot Pad Lesion (FPL) dan Breast Blister (BB). FPL diukur dengan melihat

(16)

4

mengukur panjang luka yang terdapat pada bagian dada ayam kemudian dikelompokan sesuai petunjuk skor yang digunakan. Sampel yang digunakan sebanyak 9 ekor diambil dari kandang cage dan 9 ekor dari kandang litter. FPL dan BB diukur satu minggu sekali. Penilaian FPL yang digunakan mengacu pada metode penilaian Swedia yang dikembangkan oleh Wageningen UR Livestock Research menggunakan deretan 4 nilai. FPL pada kaki ayam disesuaikan dengan gambar 1 berikut

Foot Pad Lesion Score

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3

Gambar 1 Skor foot pad lesion (Ingrid dan Harn 2012) Keterangan:

0 = Normal tidak ada luka

1 = Terdapat luka bakar hanya pada bagian dermis 2 = Alas kaki berkoreng

3 = Luka yang sudah terbuka pada salah satu atau kedua alas kaki ayam  Breast Blister Score:

Penilaian BB mengacu pada penelitian McWard dan Taylor (2000) yang mengelompokan BB dalam beberapa skor berikut

Gambar 2 Skor kejadian breast blister Keterangan:

0 = Tidak ada luka

1 = Kecil (jika luka pada dada ≤ 0.64 cm) 2 = Besar (jika luka pada dada > 0.64 cm)

(17)

5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan yaitu kandang litter dan

T = nilai t hitung yang dibandingkan dengan t tabel untuk penerimaan hipotesis

xi = rata-rata perlakuan ke-i dipelihara pada sistem litter, terjadi penurunan keparahan FPL di minggu ke-3, hal ini menunjukan bahwa sistem litter memiliki kemampuan untuk memulihkan FPL lebih baik. Tingkat kejadian FPL selama 4 minggu pemeliharaan disajikan dalam Tabel 2 berikut ini

Tabel 2 Tingkat kejadian FPL selama 4 minggu pemeliharaan Minggu ke- Perlakuan Tingkat Kejadian FPL* (%)

0 1 2 3

(18)

6

Foot Pad Lesion (FPL) atau sering juga disebut foot pad dermatitis merupakan penyakit yang terjadi akibat pengikisan pada permukaan kulit kaki ayam sepanjang telapak kaki. FPL merupakan perkembangan dari iritasi pada kulit yang diawali dengan terkikisnya kulit telapak kaki apabila kulit sudah rusak akan menimbulkan luka yang menyakitkan. Luka ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai pintu masuk mikroorganisme untuk infeksi penyakit yang lebih parah (Basset 2009). Berdasarkan uji t yang telah dilakukan skor kejadian FPL pada kelompok ayam yang dikandangkan dengan sistem cage tidak berbeda dengan yang dikandangkan pada sistem litter.

Miljkovic et al. (2012) mendefenisikan FPL sebagai suatu kerusakan kulit yang dipengaruhi oleh banyak faktor dan tidak dapat menetapkan satu faktor menjadi penyebab utama munculnya kejadian FPL. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kejadian FPL yang parah umumnya terjadi pada kandang dengan sistem litter, hal ini disebabkan karena ayam yang dipelihara dengan sistem litter lebih sering berhubungan langsung dengan bahan litter yang sudah bercampur dengan feses maupun tumpahan pakan dan air minum. Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan. Perbedaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu penelitian yang digunakan singkat sehingga tidak memberikan hasil yang berbeda. Abd El-Wahab et al. (2012) menyatakan bahwa kelembaban kritis untuk memicu kejadian FPL adalah 70%, sedangkan kelembaban pada kedua sistem kandang yang digunakan dalam penelitian ini lebih tinggi yaitu 77% (cage) dan 60% (litter) hal ini dapat menyebabkan perbedaan hasil yang diperoleh. FPL meningkat sejalan dengan meningkatnya kelembaban litter. Peningkatan kejadian FPL lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

litter cage litter cage litter cage litter cage litter cage

(19)

7 Pada penelitian ini ayam yang digunakan sebagai bahan penelitian sudah memiliki FPL. Namun, selama pemeliharaan skor FPL meningkat dari minggu pertama sampai minggu ke-4, tetapi terjadi penurunan di minggu ke-3 pada ayam yang dipelihara dengan sistem litter (Gambar 3). Berdasarkan data yang diperoleh terdapat korelasi positif antara bobot badan dengan skor FPL, semakin besar bobot badan atau ukuran tubuh berpengaruh terhadap skor kejadian FPL. Hal ini terlihat pada peningkatan kejadian FPL yang konsisten pada ayam yang dipelihara dalam kandang cage dari minggu pertama sampai minggu ke-4 diasumsikan bahwa semakin bertambah umur maka bobot badan semakin besar sehingga akan meningkatkan resiko kejadian FPL. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Broom dan Reefmann (2005) yang menemukan bobot badan yang lebih besar menyebabkan alas kaki membawa beban lebih berat sehingga meningkatkan kontak atau tekanan antara alas kaki dengan litter dan memungkinkan peningkatan kejadian FPL. Data pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Pertambahan bobot badan

Perlakuan Bobot Badan (g) Pertambahan

Bobot Badan (g)

Awal Akhir

Litter 1742.22±137.28 1764.44±131.83 22.22±91.65 Cage 1784.44± 81.72 1764.44±127.58 -20.00±75.47 Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan khususnya pada sistem penggemukan. Pada penelitian yang telah dilakukan data pertambahan bobot badan pada ayam yang dipelihara dengan kandang litter maupun kandang cage sangat bervariasi, setelah dilakukan uji normalisasi data menggunakan minitab data tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis uji banding. Berdasarkan data yang diperoleh ayam yang dipelihara dalam kandang litter 55.56% mengalami peningkatan bobot badan dan 44.44% mengalami penurunan bobot badan. Berbeda dengan data pertambahan bobot badan pada ayam yang dipelihara dalam kandang cage ayam yang mengalami penurunan bobot badan lebih besar yaitu 55.56% sedangkan bobot badan yang meningkat hanya 44.44%. Islam et al. (2004) juga menyatakan alas lantai tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. FPL berkorelasi positif terhadap bobot badan tetapi berkorelasi negatif terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan. Pada umur 48 minggu pertumbuhan ayam petelur sudah lambat karena energi lebih digunakan untuk memproduksi telur daripada untuk pertubuhan sehingga pertambahan bobot badannya pun rendah.

(20)

8

pemeliharaan, tipe tempat minum, kepadatan kandang, pengaruh musim, dan ketebalan litter. Selain faktor lingkungan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan strain juga berpengaruh terhadap kejadian FPL.

Grimes et al. (2002) mengemukakan jenis bahan dan ketebalan litter merupakan hal penting untuk dipahami dalam mencegah penyebaran FPL. Jenis bahan litter harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap air dan kecepatan menjadikan litter kembali kering. Selain itu, ukuran bahan alas litter juga memeliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian FPL. Ukuran bahan alas litter yang besar dan kasar dapat mempercepat pelukaan pada alas kaki (Garcia et al. 2012). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ekstrand et al. (1997) yang juga menambahkan ketebalan litter memiliki terhadap kejadian FPL. Litter dengan lapisan yang tipis (<5 cm) memiliki pengaruh tingkat kejadian FPL yang rendah dibandingkan pada lapisan yang lebih tebal (>5 cm). Kondisi kandang yang menggunakan sistem litter dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kondisi kandang dengan sistem litter tampak samping (kiri) dan tampak atas (kanan)

(21)

9 ayam tidak nyaman dan stres. Burger dan Arscott (1984) mengemukakan bahwa faktor penyebab stres lebih berpengaruh terhadap kejadian FPL dibandingkan dengan alas lantai yang digunakan. Selain penyempitan luasan dalam penelitian ini penggunaan bambu sebagai bahan cage juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan FPL, hal ini berhubungan dengan kemungkinan kaki ayam tidak menapak secara benar dan kaki masuk ke sela-sela bambu. Pada penelitian ini bambu yang digunakan sebagai kandang cage tidak dihaluskan terlebih dahulu sehingga bambu masih kasar, hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan FPL. Kondisi kandang cage dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kondisi kandang dengan sistem cage

Dawkins et al. (2004) menjelaskan kepadatan kandang pada atau lebih dari 42 kg per m2 dapat mengganggu atau berpengaruh terhadap beberapa masalah kesehatan kaki. Kepadatan kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 kg per m2 atau 0.18 m2 per ekor pada kandang litter dan 0.12 m2 per ekor pada kandang cage, sehingga dapat diasumsikan tingkat kepadatan kandang yang diberikan cukup sesuai untuk mengendalikan kejadian FPL. Walaupun luasan kandang yang diberikan pada ayam yang dipelihara dengan sistem cage sesuai dengan kebutuhannya, namun perubahan jenis kandang dari litter menjadi cage dapat menimbulkan stres karena ayam menjadi tidak banyak bergerak dan tidak dapat melakukan aktivitas yang umumnya dilakukan dalam kandang litter. Aktivitas yang dapat dilakukan hanya duduk dan berdiri.

(22)

10

mengandung protein kasar yang tinggi dapat menyebabkan produksi amonia meningkat dan litter menjadi basah serta lembab. Oleh karena itu, perlu dilakukan formulasi pakan yang benar dan dapat menggunakan suplemen pakan tambahan.

Breast Blister

Melepuh dada (Breast Blister/BB) merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat adanya gesekan maupun benturan antara dada dengan litter yang menggumpal atau slat yang kasar secara terus-menerus (Fadilah dan Polana 2004). BB pada unggas lebih sering terjadi disebabkan masalah manejemen bukan masalah infeksi penyakit. Kondisi ini tidak begitu fatal sampai menimbulkan kematian tetapi ini dapat menyebabkan morbiditas meningkat sampai lebih dari 50% (McMullin 2004). BB tidak hanya menghambat laju produksi tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar pada industri yang berskala besar.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tidak terdapat kejadian breast blister dari minggu pertama sampai minggu ke-4. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya BB seperti keturunan, usia, berat badan, jenis kelamin, luas lokasi pemeliharaan dan kandungan nutrisi pakan yang diberikan (Zhao et al. 2009). Menurut Jianzhou et al. (2012) penyebab munculnya BB pada ayam dikaitkan dengan metabolisme gula, lemak dan protein yang dipengaruhi oleh kualitas pakan dan kondisi lingkungan ayam tersebut.

Pada penelitian yang telah dilakukan jenis alas kandang yang berbeda tidak berpengaruh pada tingkat kejadian BB pada ayam petelur. Hasil ini sesuai dengan penelitian Islam et al. (2004) menyatakan bahwa jenis alas kandang tidak berpengaruh terhadap kejadian BB, tetapi lebih berhubungan dengan umur dan bobot badan. Kejadian BB umumnya lebih banyak terjadi pada ayam pedaging yang memiliki pertambahan bobot badan lebih tinggi. Kejadian BB yang tidak terdapat pada ayam petelur disebabkan laju pertumbuhan ayam petelur lebih lambat. Kaki ayam tidak bekerja terlalu berat untuk menopang bobot badan ayam yang lebih ringan sehingga ayam tidak sering duduk atau berbaring pada dadanya. Broom dan Reefmann (2005) menemukan korelasi positif antara bobot badan atau ukuran tubuh dan jenis kelamin dengan kejadian BB. Strain yang berbeda juga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat kejadian BB. Zhao et al. (2009) menyatakan kejadian BB paling besar terjadi pada ayam yang dipelihara menggunakan lantai kawat dengan kepadatan yang tinggi yaitu 17 ekor per m2.

Performa Produksi

(23)

11 dipelihara dalam kandang litter maupun cage.Rataan produksi telur dan konsumsi pakan pada masing-masing perlakuan selama 4 minggu pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut

Tabel 4 Rataan produksi telur dan konsumsi pakan pada minggu pertama sampai minggu ke-4 Berdasarkan Tabel 4, konsumsi pakan sedikit lebih rendah pada ayam yang dipelihara di kandang cage daripada di kandang litter. Konsumsi pakan yang rendah menyebabkan produksi telur menurun. Peningkatan kejadian FPL menurunkan nilai konsumsi pakan. Berg dan Algers (2004) menyatakan bahwa FPL akan menghasilkan rasa sakit dan kesulitan berjalan atau pincang sehingga menyebabkan ternak enggan untuk bergerak ke tempat pakan dan menghasilkan nilai konsumsi pakan yang lebih rendah dan konversi pakan yang tinggi. Villagra et al. (2011) menyatakan bahwa konsumsi pakan dan nilai konversi pakan tidak dipengaruhi oleh jenis alas yang digunakan. Konsumsi pakan lebih dipengaruhi oleh faktor umur, nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan pertumbuhan (Wahju 2004). Islam et al. (2004) juga tidak menemukan perbedaan konsumsi pakan yang signifikan pada ayam yang dipelihara dengan sistem

litter maupun cage.

Berdasarkan uji banding yang telah dilakukan tidak ada perbedaan tingkat produksi telur antara ayam yang dipelihara pada kandang litter maupun cage. Rata-rata produksi telur ayam pada kandang litter sedikit lebih tinggi (427.3 gram ekor-1 minggu-1) daripada kandang cage (362.8 gram ekor-1 minggu-1). Produksi telur per minggu pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya oleh Shatiti (2003) yang melaporkan rataan produksi telur adalah sebesar 360.36-374.08 gram ekor-1 minggu-1. Menurut Shatiti (2003) produksi telur dipengaruhi oleh kualitas bibit, kandungan nutrisi pakan, kesehatan ayam, kondisi lingkungan, dan manajemen pemeliharaan. Produksi telur juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi pakan, konsumsi pakan yang rendah akibat kejadian FPL dapat mempengaruhi total produksi telur yang dihasilkan. Namun, berdasarkan uji korelasi yang telah dilakukan tidak ada hubungan antara tingkat keparahan FPL dengan produksi telur yang dihasilkan.

(24)

12

Tabel 5 Rataan konsversi pakan selama 4 minggu pemeliharaan

Perlakuan Minggu ke

1 2 3 4

litter 1.96±0.05 1.98±0.02 1.92±0.04 1.92±0.02 cage 2.14±0.33 2.70±0.35 2.24±0.22 2.22±0.05

Menurut Rasyaf (2004) konversi pakan standar ayam petelur adalah 2.1 sehingga dapat disimpulkan bahwa konversi pakan pada ayam yang dipelihara dalam kandang litter lebih baik daripada ayam dalam kandang cage. Nilai konversi pakan yang tinggi pada ayam yang dipelihara dalam kandang cage dapat disebabkan karena ayam mengalami stres akibat penyempitan kandang sehingga energi lebih banyak digunakan untuk mengatasi stres daripada untuk berproduksi. Manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan ayam. Stres yang terjadi akibat perubahan sistem lantai dan luasan kandang dapat mempengaruhi nilai konsumsi pakan dan produksi telur yang rendah dan meningkatkan konversi pakan pada ayam yang dipelihara dengan kandang cage.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat kejadian foot pad lesion (FPL) dan breast blister (BB) pada ayam petelur yang dipelihara dengan sistem lantai litter dan cage tidak berbeda demikian juga dengan produksi telur konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lama sejak periode starter untuk mempelajari pengaruh umur dan bobot badan terhadap kejadian FPL dan BB menggunakan ayam broiler sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Abd El-Wahab A, Visscher CF, Wolken S, Reperant JM, Beineke A, Beyerbach M, Kamphues J. 2012. Foot-pad dermatitis and experimentally induced coccidiosis in young turkeys fed a diet without anticoccidia. J. Poult. Sci. 91 :627–635 http://dx.doi.org/ 10.3382/ps.2011-01840

(25)

13 Berg C, Algers B. 2004. The effect of floor heating and feed protein level on the incidence of foot-pad dermatitis in turkey poults. Page 359 in EAAP-55th Annual Meeting L4.101, Bled, Slovenia, (poster).

Broom DM, Reefmann N. 2005. Chicken welfare as indicated by lesions on carcases in supermarkets. J. Poult. Sci. 46:407-414.

Burger RA, Arscott GH. 1984. A cage-related foot pad dermatitis in dwarf and normal sized single comb White Leghorns layers. J. Poult. Sci. 63:1512-1515.

Dawkins MS, Donnelly CA, Jones TA. 2004. Chicken welfare is influenced more by housing conditions than by stocking density. Nature 427:342-344

Esquenet C, P De Herdt, H De Bosschere, S Ronsmans, R Ducatelle, J Van Erum. 2003. An outbreak of histomoniasis in free-range layer hens. Avian Pathology 32:305–308.

Fadilah R, A Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Depok (ID) ; Agromedia Pustaka.

Garcia RG, Almeida Paz ICL, Caldara FR. Naas IA, Bueno LGF, Freitas LW, Gracino JD, Sim S. 2012. Litter material and the incidence of carcass lession in broiler chickens. Brazilian J. Poult. Sci.

Grimes JL, Smith J, Williams CM. 2002. Some alternative litter material used for growing broilers and tukeys. J. Poult. Sci. 58.

Ingrid DJ, Harn JV. 2012. Management Tools to Reduce Footpad Dermatitis on Broiler. Netherlands (EU). Wageningen University and Reasearch Centre Islam KN, Islam MS, Sultana R, Khaleduzzaman ABM, Gain P, Bulbul SM. 2004.

The effect of transfer batteray brooded broiler on conventional rice husk littered floor on production performance. Pakistan J. Poult. Sci. 7(8) 1410-1413.

Jianzhou Shi, Yadong Tian, Jianhua Wang, Xiangtao Kang. 2012. A Comparison of Different Biochemical parameters in Blood Serum of Healthy and Breast Blister Chikens. J. Vet Adv 11 (13): 2313-2315, 2012.

McMullin P. 2004. Breast Blister. New York (US): Poultry health and Disease McWard GW, Taylor DR. 2000. Acidified clay litter amandment. J. Appl. Poult

Res. 9:518–529

Miljkovic B, Skrbic Z, Pavlovski , Ivetic V, Lukic M, Kureljusic B, Petricevic V. 2012. Footpad dermatitis in comercial broilers. J. Vet. Med 28 (4) : p 835-834. doi : 10.2298/BAH1204835M

Rasyaf M. 2004. Beternak Ayam Petelur. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Shatiti W. 2002. Manfaat penambahan spirulina dalam ransum ayam petelur terhadap kualitas telur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shepherd EM, Fairchild BD. 2010. Foot pad dermatitis in poultry. J. Poult. Sci. 89:2043-2051. doi: 10.3382/ps.2010-00770.

Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-2. Terjemahan Sumantri B. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama

Tablante NL, Estevez I, Russek-Cohen E. 2003. Effect of perches and stocking density on tibial dyscondroplasia and bone mineralization as mesured by bone ash in broiler chickens. Poultry Res. 12:53-59.

(26)

14

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press

Zhao FR, Geng AL, Li BM, Shi ZX, Zhao YJ. 2009. Effects of environmental factors on breast blister incidence, growth performance, and some biochemical indexes in broilers. J. Appl. Poult. Res. 18 :699–706. doi: 10.3382/japr.2009-00018.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-1

Cage Litter

Rata-rata 1.11 1.44

Varian 0.61 0.28

Pengamatan 9 9

Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0

Derajat bebas 14

t Statistik -1.06

P(T<=t) satu-arah 0.15

Titik kritikal t satu-arah 1.76

P(T<=t) dua-arah 0.31

Titik kritikal t dua-arah 2.15 Lampiran 2 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-2

Cage Litter

Rata-rata 1.78 2.11

Varian 0.69 0.11

Pengamatan 9 9

Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0

Derajat bebas 10

t Statistik -1.12

P(T<=t) satu-arah 0.15

Titik kritikal t satu-arah 1.81

P(T<=t) dua-arah 0.29

(27)

15 Lampiran 3 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-3

Cage Litter

Rata-rata 2.45 2

Varian 0.53 0

Pengamatan 9 9

Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0

Derajat bebas 8

t Statistik 1.84

P(T<=t) satu-arah 0.05

Titik kritikal t satu-arah 1.86

P(T<=t) dua-arah 0.10

Titik kritikal t dua-arah 2.31

Lampiran 4 Hasil uji beda (uji t) skor FPL minggu ke-4

Cage Litter

Rata-rata 3 2.67

Varian 0 0.25

Pengamatan 9 9

Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0

Derajat bebas 8

t Statistik 2

P(T<=t) satu-arah 0.04

Titik kritikal t satu-arah 1.86

P(T<=t) dua-arah 0.08

Titik kritikal t dua-arah 2.31

Lampiran 5 Hasil uji beda (uji t) konsumsi pakan

Litter Cage

Rata-rata 3360 3351.10

Varian 0 713.07

Pengamatan 9 9

Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0

Derajat bebas 8

t Statistik 1

P(T<=t) satu-arah 0.17

Titik kritikal t satu-arah 1.86

P(T<=t) dua-arah 0.35

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwodadi pada tanggal 13 November 1991 dari pasangan Bapak Husor Ompusunggu dan Ibu Suprihatin Utami. Penulis adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di SDN Huta Purwodadi Bahjambi III pada tahun 1997-2003 dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah di SMP N 1 Tanah Jawa pada tahun 2003-2006. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanah Jawa dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1 Kandungan nutrisi ransum penelitian
gambar 1 berikut
Tabel 2 Tingkat kejadian FPL selama 4 minggu pemeliharaan
Gambar 3. Skor 0
+4

Referensi

Dokumen terkait

b) Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk mendapat hasil yang

Dari data-data penelitian yang diperoleh, penggunaan median filter sebagai teknik pre- processing telah meningkatkan kualitas kompresi video 16-20 % dibandingkan dengan

Kegiatan pembelajaran merupakan pengalaman bagi guru setelah melakukan kegiatan belajar, dimana pembelajaran menjadi refleksi untuk mengetahui kekurangan pembelajaran dan

confident students taught by using Analytical Phonics Method can create better listening achievement than high self-confident students taught by Synthetic

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan dini dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku,

Pelaksanakan kegiatan pengabdian ini, pada prinsip nya pihak pihak sekolah SMA N 15 Muaro Jambi sangat menerima dengan baik, disamping pihak sekolah merasa akan ada manfaat

banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah di Kabupaten OKU pada tahun 2017-2018 tersebut yaitu pajak reklame, pajak hiburan, pajak

Adapun mata pelajaran di kelas matrikulasi adalah beberapa pelajaran pondok yang ada di SMP Darul Hijrah Putri ini diajarkan di kelas matrukulasi SMA Kalau dari SD ke