• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perawatan / M aintenance 1. Pengertian M aintenance

M aintenance M enurut Lindley R. Higgis & R. Keith M obley, (M aintenance Enginering Handbook, Sixth Edition, M cGraw-Hill, 2002) pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. M aintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya. Adapun tujuan dari dilakukannya pemeliharaan antara lain adalah sebagai berikut :

1. M enjamin tersedianya peralatan atau mesin dalam kondisi yang mampu memberikan keuntungan.

2. M enjamin kesiapan peralatan cadangan dalam situasi darurat, misalnya sistem pemadam kebakaran, pembangkit listrik, dan sebagainya.

(2)

4. M emperpanjang masa pakai peralatan atau paling tidak menjaga agar masa pakai peralatan tersebut tidak kurang dari masa pakai yang telah dijamin oleh pembuat peralatan tersebut.

Suatu organisasi perusahaan yang baik paham bahwa mereka tidak boleh melihat aktivitas perawatan sebagai unsur pengeluaran belaka. M elainkan aktivitas tersebut dapat memberikan dukungan yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan peningkatan produktivitas. Pemeliharaan yang efektif akan mengarah pada hal sebagai berikut : 1. Kapasitas produksi terpenuhi secara maksimal

2. Kemampuan untuk memproduksi produk dengan toleransi khusus atau level kualitastertentu.

3. Dapat meminimalkan biaya per unit produk

4. Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam memenuhi keinginan pelanggan yang berkaitan dengan kapasitas produksi, leadtime serta kualitas produk.

5. Dapat menjaga keselamatan pegawai dan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin muncul dengan adanya proses produksi.

6. Dapat memastikan sekecil mungkin resiko yang dapat membahayakan lingkungan di sekitar perusahaan.

(3)

2.2 Pengukuran Waktu Kerja

Sistem kerja yang baik merupakan faktor yang penting dalam suatu manajemen operasional suatu perusahaan. Dalam merancang suatu sistem kerja yang baik dibutuhkan seorang perancang kerja yang menguasai dan dapat mengendalikan faktor-faktor yang membentuk sistem kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain pekerja,mesin,peralatan dan lingkungannya. Komponen ini harus diperhatikan dengan baik secara individual maupun secara keterkaitannya satu sama lain sebagai komponen dari sistem kerja. Prinsip pengaturankerja menghasilkan beberapa alternatif sistem terbaik yang diperlukan adanya pengukuran dengan teknik-teknik pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu,tenaga akibat psikologis maupun sosiologis. Perancangan sistem kerja terdiri dari dua tahap, yaitu : rancangan kerja (work

design) dan pengukuran kerja (work measurement).(Sritomo,1995).

M enurut Sritomo, bahwa teknik pengukuran waktu kerja dibagi menjadi : 1. Pengukuran waktu secara langsung

Pengukuran dilkakukan di tempat pekerjaan yang bersangkutan dijalankan, cara yang termasuk didalamnya adalah cara jam henti dan sampling kerja.

(4)

Pengukuran waktu dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan yaitu dengan melihat data tabel yang tersedia dan mengetahui jalan proses pekerjaan melalui elemn kerja dan elemen gerakan, yang termasuk dalam kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.

Waktu baku penyelesaian adalah waktu wajar yang dibutuhkan secara normal oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Wajar dan normal yang dimaksud adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dengan kemampuan rata-rata yang bekerja dalam sistem kerja terbaik. 2.2.1 Pengukuran kerja langsung

Pengukuran kerja langsung merupakan pengukuran kerja yang dilaksanakan secara langsung di tempat pekerjaan yang akan diukur atau dijalankan.

Stopwatch

Stop-watch time study ini merupakan salah satu cara pengukuran kerja langsung. Stop-watch time study diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor.M etode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerja bagi semua pekerja yang akan melaksanaan pekerjaan yang sama seperti

(5)

itu.

Secara garis besar langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.

mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan dan lain-lain.

Bagi operasi kerja dalam elem-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.

mengamati, ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.

menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak?Tes pula keseragaman data yang diperoleh.

menetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of Performance ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance operator.Untuk

(6)

elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performance dianggap normal (100%).

menyesesuaikan waktu pengamatan berdasarkan peformanca yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehinggga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.

menetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi sepeti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain-lainnya.

menetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antar waktu normal dan waktu longgar.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian

Seperti juga metode-metode lain, Stop-watch time study juga memiliki keuntungan serta kerugian. Keuntungan metode ini adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja. Waktu yang dihasilkan pada stopwatch time study akan lebih akurat dan spesifik karena waktu diukur pada setiap elemen kerja terkecil. Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-masing eleman kerja yang ada, sehingga memberikan keuntungan pembacaan yang lebih mudah dan

(7)

lebih teliti.Kerugiannya membutuhkan waktu dan biaya yang mahal, pekerjaan yang melelahkan karena melakukan pengamatan secara keseluruhan, memerlukan alat ukur khusus seperti stopwatch, dan memerlukan ketelitian lebih saat pengamatan dilakukan.

2.2.3 Tahapan M elakukan Sebelum Pengukuran

Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan, banyak faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, banyaknya pengukuran dan sebagainya. Langkah tahapan yang dilakukan sebelum pengukuran antara lain :

a. Tujuan Pengukuran

Untuk apa hasil pengukuran ini dilkakukan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diingikan dari hasil pengukuran tersebut.

b. Penelitian Pendahuluan

Tujuan dari pengukuran waktu adalah mendapatkan waktu yang tepat yang diberikan seorang pekerja untuk menyeleasaikan suatu pekerjaan. Untuk mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat, maka perbaikan cara kerja harus dilakukan.Dalam penelitian pendahuluan ini mempelajari kondisi kerja dan cara kerja

(8)

kemudian diperbaiki. Hal ini dapat berlaku apabila pengukuran dilakukan atas pekerjaan yang telah ada.

c. Persiapan Alat Pengukuran

Alat-alat yang harus disiapkan untuk [engukuran adalah : 1. Jam Henti (stop watch)

Tiga metode umum dalam mengukur elemn kerja dengan menggunakan stop watch:

‐ Pengukuran terus menerus

Tombol stop watch akan ditekan saat elemen kerja pertama dimulai dan dibiarkan berjalan tersu menerus sampai periode kerja berakhir.

‐ Pengukuran waktu berulang

Angka penunjuk stop watch akan dikembalikan ke nol pada tiap akhir elemen kerja yang diukur.

‐ Pengukuran waktu secara terpisah

M enggunakan 2 atau lebih stop watch yang berfungsi bergantian.

2. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan digunakan untuk pencataan hasil pengukuran.

(9)

3. Pena

Digunakan untuk pencatatan data yang didapatkan pada lembar pengamatan.

4. Papan Pengamatan

Untuk mempermudah pengamatan sebagai alat lembar pengamatan.

5. Kalkulator

Untuk menghitung hasil waktu pengamatan.

2.3 Peta Proses Operasi

Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah - langkah operasi dan pemeriksaan yang bahan dalam urutannya sejak awal sampai menjadi produk jadi. Peta ini juga memuat informasi informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan,material yang digunakan dantempat atau alat mesin yang dipakai,sesuai dengan relevansinya pada akhir keseluruhan proses. M anfaat peta proses kerja diantaranya adalah bisa mengetahui kebutuhan mesin, memperkirakan kebutuhan bahan baku, sebagai alat menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai serta sebagai alat untuk pelatihan kerja.

2.4 Peta Aliran Proses

(10)

aktivitas, baik produktif maupun tidak produktif yang terlibat dalamproses pelakasanaan kerja.Peta aliran proses mnggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti transportasi delay dan penyimpanan.

2.4.1 M acam-M acam Peta Aliran Proses Peta aliran proses dibagi menjadi 3 : a. Peta Aliran Proses Tipe Bahan

M enggambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi. Dengan hanya menggambaran salah satu komponen produk jadi, peta ini menggambarkan salah satu bagian dari peta yang lebih kompleks. Biasanya analis akan sedapat mungkin menghindar dari masalah-masalah yang kompleks. Karena itu terutama untuk peta aliran proses tipe bahan, lebih disukai peta yang menggambarkan tiap komponen satu per satu. b. Peta Aliran Proses Tipe Orang

Pada tipe ini dibagi menjadi 2 yaitu, peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang operator dan peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran sekelompok manusia atau sering disebut peta proses kelompok kerja. Pada umumnya peta aliran proses tipe orang adalah suatu proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusianya.

(11)

metoda kerja yang dijalani seorang atau sekelompok pekerja ketika pekerjaannya membutuhkan dia untuk bergerak dari suatu tempat ketempat lainnya. Dalam praktiknya peta ini bias digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang terjadi di suatu restoran, dimana seorang juru masak bekerja mempersiapkan dantapan didapur restoran tersebut.

c. Peta Aliran ProsesTipe Kertas

Peta yang menggambarkan aliran dari kertas yang menjalani sekumpulan urutan proses mengikuti suatu prosedur tertentu secara bertahap. Serangkaian tahap yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proses permohonan izin adalah contohnya.

2.4.2 M anfaat Peta Aliran Proses

a. Bisa digunakan untuk mengetahui alitan bahan,aktivitas orang,aliran kertas dari awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.

b. Peta ini bias memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau procedure.

c. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan, orang, atau kertas selama proses atau prosedur berlangsung. d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses metode

(12)

kerja.

e. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap maka peta ini merupakan suatu alat yang memudahkan proses analisi untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi ketidaksempurnaan pekerjaaan. Dengan begitu dapat digunaka untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.

2.4.3 Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Aliran Proses

a Peta aliran proses mempunyai sebuah judul, dimana pada baris paling atas dari kertas ditulis “PETA ALIRAN PROSES” sebagai judulnya. Kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa identifikasi seperti nomor atau nama komponen yang dipetakan,nomor gambar, peta orang atau peta bahan, cara sekarang atau yang diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama pemuat peta. Semua informasi ini dicatat disebelah kanan atas kertas.

b. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi yang dicatat pada butir a diatas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat jumlah total dan waktu dari setiap kegiatan yang terjadi.

(13)

Begitu juga total jarak perpindahan yang dialami bahan,orang atau kertas selama proses berlangsung.

c. Dibagian “badan” diuraikan proses yang terjadi secara lengkap dengan lambing-lambang dan informassi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani. Waktu yang dibutuhkan dan kecepatan produksi.

d. Ada suatu cara sederhana yang cukup efektis untuk menganalisa Peta Aliran Proses, yaitu dengan mengajukan 5 buah pertanyaan pada setia kejadian dari suatu Peta Aliran Proses. Cara ini disebut “Dot & Check Technique” yang merupakan suatu jenis dari analisi 4W-1H yang umum dikenal, berikut ini adalah ringkasannya. No. Pertanyaan Berikutnya Tindakan yang M ungkin Dilakukan 1 Apa Tujuannya ? M engapa ? M enghilangkan aktivitas yang tidak perlu 2 Dimana Dikerjakan ? M engapa ? M enggabungkan tempat kerja

3 Kapan Dikerjakan ? M engapa ? M enggabungkan Proses 4 Siapa yang mengerjakan ? M engapa ? M engubah Jumlah Orang 5 Bagaimana M engerjakannya ? M engapa ? M enyederhanakan M etoda

2.4.4 Analisis Peta Aliran Proses

Dari Uraian diatas dengan menganalisis peta aliran proses dengan metode Dot & Check Technique akan muncul kemungkinan tindakan-tindakan yang dapat dilaksanakan untuk perbaikan, yaitu :

(14)

‐ M enggabungkan atau menghilangkan tempat kerja. ‐ M enggabungkan atau mengubah urutan kerja. ‐ M enggabungkan atau mengubah jumlah orang. ‐ M enyederhanakan M etode Kerja.

2.5 Diagram Pareto

Diagram Pareto digunakan untuk menemukan atau mengetahui problempenyebab utama yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhannya. Pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan sebagai alat interprestasi untuk :

1. M enunnjukkan persoalan utama.

2. M enyatakan perbandingan masing – masing persoalan terhadap keseluruhan.

3. M enunjukkan tingkat perbaikan setelah bisa membandingkan kondisi sebelumdan sesudah perbaikan.

4. M emfokuskan perhatian pada pont kritis tertentu dan pentingnyamelalui pembuatan ranking terhadap penyebab dari masalahnitu dalam bentuk signifikan.

Diagram Pareto adalah diagram batangyang disusun secara menurun atau dari bear ke kecil. Biasa digunakan untuk melihat atau mendefinisikan masalah, tipe cacat atau penyebab paling dominan sehingga kita dapat

(15)

memprioritaskan penyelesaian masalah. Langkah-langkah yang harus diperhatikan untuk pembuatan diagram pareto adalah :

1. Stratifikasi problem dan nyatakan dengan angka yang jelas.

2. Tentukan jangka waktu pengumpulan data yang akan dibahas untuk memudahkan melihat perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan.

3. Atur masing – masing penyebab berdasarkan stratifikasi,buat berurutan sesuai dengan besarnya nilai dan gambarkan dalam grafik kolom. Penyebab yang memiliki nilai terbesar diletakkan disebelah kiri.

4. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah persentase denganjumlah 100% pada bagian grafik kolom, dimulai dengan nilai yang terbesar dan dibagian bawah masing-masing kolom dituliskan nama atau keterangan kolom tersebut.

5. Pada bagian atas atau samping berikan keterangan atau nama diagram dan jumlah unit seluruhnya.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan konkuren bidang lingkungan hidup dan kehutanan yang meliputi tata lingkungan,

Hasil hafalan diperoleh 4-5 halaman dalam waktu 12 jam dalam satu bulan kemampuan menghafal Al-Quran peserta didik SMP Baitul Quran Sragen dengan menggunakan media

Komponen Penilaian bagi Peperiksaan Pertengahan Tahun / Akhir Tahun / Prelim.. bagi P5 &

pemasungan pada klien gangguan jiwa di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdasarkan karakteristik pekerjaan pada masyarakat yang tidak bekerja

Dilihat dari faktor sumber daya, Desa di Kecamatan Batang Alai Selatan mempunyai jumlah aparat yang cukup akan tetapi tidak memiliki mutu yang baik, sedangkan

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.233 atau 23.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, risiko bisnis,

Melalui hasil perhitungan laju korosi dengan metode Polarisasi Potensiodinamik (tafel) dapat diketahui bahwa komposit dengan konsentrasi 2,5%wt CaCO 3 memiliki

Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan Mengenai Pemanfaatan Informasi Laporan Realisasi Anggaran di Lingkungan Pemerintahan Studi kasus Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan