• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Densitas Larva Aedes aegypti di Kelurahan Liliba Kota Kupang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Densitas Larva Aedes aegypti di Kelurahan Liliba Kota Kupang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Densitas Larva Aedes aegypti di Kelurahan Liliba

Kota Kupang

Ragu Theodolfi

a

*, Gabriel Umar

b Prodi Sanitasi – Poltekkes Kemenkes Kupang

*Email: ragutheodolfi@gmail.com Abstrak

Penyebaran kasus DBD di Kota Kupang cenderung meluas. Kasus DBD tertinggi padatahun 2019 yaitu Kelurahan Oesapa (19 kasus), Kelurahan Lasiana (8 kasus), Kelurahan Kayu Putih (10 kasus), Kelurahan Liliba (7 kasus) dan Kelurahan Kelapa Lima (7 kasus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes sp berdasarkan house

index (HI), breteau index (BI), container index (CI) dan angka bebas jentik (ABJ). Penelitian

observasional ini dilakukan dengan cara pengamatan jentik menggunakan metode visual. Variabel penelitian adalah HI, CI, BI dan ABJ, dengan sampel adalah 100 rumah yang berada pada jarak radius 100 meter dari rumah kasus. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HI 18% dengan density

figure/DF 4, CI 5% dengan nilai DF2; BI 5% dengan nilai DF 4 dan Angka bebas jentik (ABJ)

82%. Disimpulkan bahwa HI, BI, CI termasuk kategori kepadatan sedang; nilai ABJ dinyatakan masih di bawah standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu ABJ >95%, sehingga dikategorikan sebagai daerah sensitif atau rawan terjadinya DBD. Disarankan kepada pihak terkait termasuk Puskesmas dan Dinas Kesehatan agar lebih meningkatkan upaya penyuluhan secara berkala dan rutin serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian jentik Aedes sp.

Kata kunci: Densitas, Aedes aegypti

Abstract

The spread of dengue cases in Kupang City tends to be widespread. The highest dengue cases in 2019 are Oesapa Village (19 cases), Lasiana Village (8 cases), Kayu Putih Village (10 cases), Liliba Village (7 cases) and Kelapa Lima Village (7 cases). This study aims to determine the density of Aedes sp larvae based on house index (HI), breteau index (BI), container index (CI) and larval free numbers (ABJ). This observational study was conducted by larva observation using visual methods. The research variables are HI, CI, BI and ABJ, with a sample of 100 houses which are within a radius of 100 meters from the case house. Data is presented in tabular form and analyzed descriptively. The results showed that HI 18% with density figure / DF 4, CI 5% with DF2 value; BI 5% with DF value 4 and larval free rate (ABJ) 82%. It was concluded that HI, BI, CI were included in the moderate density category; ABJ value is stated still below the standard set by WHO, namely ABJ> 95%, so it is categorized as a sensitive or vulnerable area for DHF. It is recommended to related parties including Puskesmas and Health Services to further increase the efforts of regular and routine counseling as well as increase community participation in efforts to control larvae of Aedes sp.

Keywords: Density, Aedes aegypti

(2)

Pendahuluan

Penyakit demam berdarah (dengue haemorrhagic fever/DHF) ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit DBD pada golongan umur kurang dari 15 tahun dan juga orang dewasa (Depkes RI, 2007). Kasus DBD di wilayah NTT terutama di Kota Kupang makin meluas penyebarannya. Data kasus DBD di Kota Kupang dari tahun 2016 hingga 2018 fluktuatif, berturut-turut 381 kasus, 132 kasus dan 234 kasus pada tahun 2018 (Dinkes Kota Kupang, 2018). Data kasus DBD hingga bulan Juni 2019 untuk 6 (enam) wilayah kecamatan di Kota Kupang diantaranya yaitu Kecamatan Kelapa Lima (36 kasus), Kecamatan Kota Lama (12 kasus), Kecamatan Maulafa (21 kasus), Kecamatan Oebobo (34 kasus), Kecamatan Kota Raja 10 Kasus, dan Kecamatan Alak 14 kasus. Kelurahan Liliba, merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Oepoi termasuk dalam wilayah dengan kasus DBD tertinggi (7 kasus).

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD di Puskesmas Oepoi Kota Kupang sampai saat ini meliputi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, penyelidikan epidemilogi (PE), abatesasi, fogging dan penyuluhan (Dinkes Provinsi NTT, 2019). Tempat perkembang biakkan utama Aedes aegypti adalah tempat tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dan TPA alamiah (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil survei di Kelurahan Liliba, terdapat TPA untuk keperluan sehari-hari (drum, ember, tempayan, gentong) yang tidak tertutup sehingga berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.

Kasus DBD di Kota Kupang dapat dicegah apabila kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilaksanakan secara intensif. Upaya PSN dapat dilakukan berdasarkan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp, diukur dengan berbagai index yaitu house index (HI),

container index (CI) dan breteau index (BI). Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini

bertujuan untuk untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes sp berdasarkan house index (HI),

breteau index (BI), container index (CI) dan angka bebas jentik (ABJ).

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Variabel penelitian adalah HI, CI, BI dan ABJ. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah yang ada di Kelurahan Liliba Kota Kupang yang berada dalam radius 100meter dari rumah kasus dengan tehnik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan cara pengamatan jentik pada TPA secara visual tanpa mengambil jentiknya, dengan menggunakan senter, format survey jentik dan alat tulis. Data yang sudah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara deskriptif.

(3)

Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 1. House Index dan Angka Bebas Jentik di Kelurahan Liliba Kota Kupang Tahun 2019

Rumah disurvei Jumlah %

Positif jentik 18 18 Negatif jentik 82 82 Jumlah rumah 100 100 House index (%) 18 DF 4 ABJ (%) 82

Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan rumah yang positif jentik terhadap rumah disurvei dikategorikan dalam kepadatan (DF) sedang dan angka bebas jentik (ABJ) sebesar 82%.

Tabel 2. Container Index di Kelurahan Liliba Kota Kupang Tahun 2019

Kontainer disurvei Jumlah %

Positif jentik 32 5

Negatif jentik 625 95

Jumlah kontainer 657 100

Container index (%) 5

DF 2

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan kontainer yang positif jentik terhadap kontainer diperiksa dikategorikan dalam kepadatan (DF) sedang.

Tabel 3. Breteau Index di Kelurahan Liliba Kota Kupang Tahun 2019 Kontainer disurvei Dalam rumah Luar rumah Jumlah %

Positif jentik 6 26 32 5

Negatif jentik 348 272 620 95

Rumah disurvei 100

Breteau index (%) 32

DF 4

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan rumah yang positif jentik terhadap kontainer diperiksa dikategorikan dalam kepadatan (DF) sedang.

Pembahasan

House Indeks (HI) lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah

tertentu. Nilai HI di Kelurahan Liliba tergolong sedang karena di daerah tersebut masih terdapat beberapa rumah warga dengan kontainer yang mereka gunakan untuk menampung air (drum, gentong, tempayan) dalam keadaan terbuka dan jarang dikuras atau dibersihkan, sehingga masih terdapat jentik yang berkembang biak dalam kontainer tersebut. Distribusi

(4)

air PDAM yang kurang memadai juga berperan dalam pemanfaatan kontainer oleh masyarakat untuk mengatasi permasalahan air bersih di wilayah tersebut. Jarak antar rumah yang berdekatan, memungkinkan perpindahan nyamuk yang cepat. Hasil penelitian Yotopranoto (1998), menemukan bahwa tempat perindukan yang paling potensial adalah kontainer yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, tangki dalam tanah. Keberadaan jentik nyamuk Aedes sp disuatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk Aedes sp di daerah tersebut.

Kepadatan jentik berdasarkan container index tidak selalu diikuti oleh tingginya kasus DBD. Data Dinkes Propinsi NTT (2019) menunjukkan bahwa kasus DBD di Kelurahan Liliba tahun 2019 sebanyak 7 kasus. Hal ini menunjukkan kemungkinan jentik yang ada tersebut bukan Aedes aegypti sebagai vektor primer DBD. Kemungkinan yang banyak ditemukan adalah Aedes albopictus; hal ini dibuktikan dengan 26 dari 32 TPA yang positif jentik ditemukan di luar rumah, dan ini sesuai dengan kesukaan Aedes albopictus yaitu tinggal diluar rumah daripada di dalam rumah. Kemungkinan banyaknya Aedes albopictus yang ditemukan tidak berpengaruh langsung terhadap tingginya DBD di Kelurahan Liliba karena

susceptibility Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Kota Kupang dalam menularkan virus dengue berbeda. Hasil Penelitian Wanti dan Darman (2014) menemukan bahwa CI pada

daerah endemis adalah 20,1% hal ini juga terjadi di daerah endemis di Jawa Tengah dimana tidak semua daerah endemis mempunyai CI tinggi, terbukti ditemukan CI berkisar 4,92% - 58%.

Selain itu letak kontainer juga mempengaruhi tingginya angka container indeks, letak kontainer berada di dalam dan di luar rumah yang terlindung dari cahaya matahari. Hal tersebut sesuai pernyataan Nadifah, et al (2016), bahwa jentik Aedes aegypti dapat ditemukan pada genangan air bersih dan tidak mengalir, terbuka serta terlindung dari cahaya matahari. Hasil penelitian di Kelurahan Liliba bahwa pada daerah tersebut ditemukan banyak kotainer berwarna gelap yang menjadi kesukaan nyamuk Aedes sp untuk berkembang biak, kontainer terbuka dan jarang dikuras. Selain itu pada beberapa rumah juga ditemukan banyak pakaian yang bergantungan di dinding rumah.

Breteau Index merupakan persentase kontainer positif jentik berbanding dengan

jumlah rumah yang diperiksa. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 32 kontainer yang positif jentik Aedes sp pada 100 rumah yang diperiksa. Jenis TPA yang lebih banyak ditemukan jentik yaitu drum berjumlah 22 Buah dan berlokasi di luar rumah. Breteau Index (BI) merupakan indeks yang paling baik untuk memperkirakan kepadatan vektor karena BI mengkombinasikan baik rumah maupun kontainer (Ma’mun, 2007). Nilai BI di Kelurahan Liliba, dari 100 rumah yang diperiksa didapat kategori rendah (<50). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kontainer yang berfungsi sebagai sumber jentik per rumah yang diperiksa

(5)

tergolong bervariasi setiap rumahnya sehingga ada rumah yang sama sekali tidak ditemukan jentik pada TPA miliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Sayono (2016) bahwa keberadaan jentik Aedes sp di suatu daerah merupakan indikator terjadinya populasi nyamuk Aedes sp di daerah tersebut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kasus DBD oleh sebab itu perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk Aedes sp terutama pada jentiknya.

Angka bebas jentik di Kelurahan Liliba 82%; jika dikaitkan dengan standar angka bebas jentik nyamuk Aedes sp menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 adalah 95%, maka di wilayah ini dinyatakan berpotensi untuk terjadinya persebaran vektor penyakit DBD, karena vektor nyamuk menjadi besar sehingga ada kemungkinan akan timbulnya penyakit DBD.

Menurut WHO (1994), suatu wilayah dengan BI = 2 atau kurang termasuk wilayah yang aman DBD, sedangkan untuk wilayah dengan BI = 5 atau lebih termasuk potensial (berisiko), dan akan berisiko terjadi penularan DBD. Dengan demikian, kalau distratifikasikan berdasarkan BI-nya, maka BI = 5-20 termasuk risiko rendah, BI =20-35 termasuk risiko sedang, sedangkan BI = 35-50 termasuk risiko tinggi. Dengan menggunakan density figure (DF) dan house index (HI) menurut Brown (1977), potensi penularan dapat diprediksi. Menurut Brown, penularan DBD efektif terjadi apabila HI>5 dan CI>3.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menekan perkembangbiakan jentik Aedes sp antara lain melakukan kegiatan pembersihan lingkungan dan PSN secara teratur. Waktu pembersihan dapat dilakukan minimal 1 kali seminggu, mengacu pada lamanya siklus hidup nyamuk dari telur menjadi dewasa. Oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat agar selalu menutup kontainer yang ada di rumah maupun di luar rumah, selain itu pemberian abate pada setiap kontainer juga sangat membantu untuk mengurangi kepadatan jentik pada kontainer. Melakukan penaburan abate di semua tempat penampungan air di rumah dan pada bangunan yang terdapat jentik Aedes sp sesuai dengan dosis dan lama waktu aktif abate yaitu10 gram/100liter air selama 3 bulan.

Kesimpulan dan Saran

Dapat disimpulkan bahwa kepadatan jentik di Kelurahan Liliba termasuk dalam kepadatan sedang. Nilai HI =18 dan CI = 5 menggambarkan bahwa wilayah tersebut efektif dalam penularan penyakit DBD. Nilai BI=32 menunjukkan bahwa wilayah Kelurahan Liliba berisiko tinggi dalam penularan penyakit DBD. Angka bebas jentik (ABJ) sebesar 82% mengindikasikan potensi wilayah tersebut dalam penularan penyakit DBD.

(6)

Pengendalian lingkungan secara fisik seperti gerakan PSN, pengendalian biologi seperti menyediakan ikan pengendalian kimia menggunakan bubuk abate disarankan bagi masyarakat setempat untuk menelan perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.

Daftar Pustaka

Depkes, 2005, Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue DiIndonesia, Penerbit Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

Dinkes Kota Kupang, 2017, Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2017. Ma’mun, 2007, Demam Berdarah Dengue: (naskah lengkap).

Nadifah, et. al. 2016. Identifikasi Larva Nyamuk Pada Tempat Penampungan Air

Permenkes RI Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor, Penerbit Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta Permenkes RI Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pengendalian Vektor.

Wanti dan Darman, 2014. Tempat Penampungan Air dan Kepadatan Jentik Aedes sp. di Daerah Endemis dan Bebas Demam Berdarah Dengue.Jurnal Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 9 (2): 171-178.

Yotopranoto 1998.Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  berdasarkan  rumah  yang  positif  jentik  terhadap  rumah  disurvei dikategorikan dalam kepadatan (DF) sedang dan angka bebas jentik (ABJ) sebesar  82%

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini yaitu dapat mengetahui permasalahan usability apa saja yang terdapat di dalam aplikasi UBER, dan melakukan

Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa eksistensi yang dimiliki oleh praktisi public relations pada PT PLN dan PT POS (Persero) Area Malang kuat, hal tersebut terbukti dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ekuitas merek yang terdiri dari Asosiasi merek X1, Persepsi Kualitas X2, Kesadaran Merek X3, dan Loyalitas Merek X3 secara simultan

R encana P rogram I nvestasi J angka M enengah (RPIJM) Kabupaten Garut Tahun 2015-2019 No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan yang Dihadapi. - Kampanye/Penyuluhan -

Harner (2002) menunjukkan bahwa kinerja inovasi sebenarnya adalah gabungan dari semua hasil inovasi. Hal ini mencakup kualitas layanan, kualiatas operasi yang sebenarnya,

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Pelaksanaan kegiatan wajib magang ke industri bagi pegawai baru di lingkungan Departemen Perindustrian tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor

Perhatikan pula Gambar 1.5 (b). Diketahui terdapat dua susun buah apel yang masing- masing susunnya terdiri atas tiga apel yang saling sejajar. Pada dasarnya, operasi perkalian