• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN No Media Bina Ilmiah 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

_____________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 4, Juni 2015

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP NEGERI 6 MATARAM

Oleh :

Ellysabeth Usmiatiningsih

Guru SMP Negeri 6 Mataram.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIIIC

dengan menggunakan model pembelajaran 5E. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan tiga siklus terdiri dari tahapan yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3). Observasi dan Evaluasi dan 4) Analisis dan Refleksi. Subjek penelitian terdiri dari 25 siswa kelas VIIIC. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah angket dan lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil tes keterampilan berpikir kritis (KBK) pada siklus I tidak tuntas sebesar 34,52 sedangkan pada siklus II dan III mengalami peningkatan dan nilai ketuntasan berturut-turut sebesar 82,12 dan 90,64. Indikator KBK rata-rata mengalami peningkatan. Struktur jawaban siswa menunjukkan jawaban tingkat tinggi. Pada siklus I jawaban siswa pada level yang paling banyak adalah prestructure sejumlah 184 sedangkan pada siklus II dan III pada level rational secara berturut-turut sebanyak 127 dan 149. Pada level extended abstrac setiap siklusnya mengalami peningkatan rata-rata skor sebesar 52. Bahasa Inggris siswa juga mengalami peningkatan sebesar 40,72%. Pada akhir penelitian hasil angket siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran 5E mendapatkan kriteria sangat baik, skor rata-rata yang diperoleh sebesar 39,60 dengan kriteria ideal > 30,00, sangat baik. Dengan demikian model pembelajaran 5E sangat efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Kata kunci : Model pembelajaran 5E dan Keterampilan berpikir kritis. PENDAHULUAN

Salah satu tujuan guru IPA di SMP menurut

BSNP, 2006 yaitu melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. Dalam hal ini kemampuan berpikir dapat dimiliki oleh siswa apabila guru menggunakan salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses berpikir melalui pendekatan inkuiri dalam proses belajar mengajar. Pendekatan inkuiri hendaknya dilakukan oleh guru untuk membantu siswa bukan saja menumbuhkan berpikir tetapi mengembangkan pola berpikir secara bertahap dari satu konsep ke konsep yang lain sehingga siswa tidak hanya dapat menjawab pertanyaan apa, dimana, kemana, kapan, dan siapa tetapi pertanyaan yang melibatkan proses dalam berpikir yaitu bagaimana, mengapa dan apa yang akan terjadi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan yang hendaknya dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) dan pembelajaran ini dilaksanakan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, sehingga siswa lebih kreatif dan inovatif.

Kondisi yang ada ternyata berbeda dengan tujuan yang diharapkan, sebagai seorang pendidik, guru jarang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, kenyataan ini dilakukan dengan pembelajaran yang masih berpusat pada guru

(teacher center) untuk materi-materi tertentu yang bersifat virtual, pemberian soal ulangan dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum mengembangkan keterampilan berpikir sehingga pembelajaran IPA (fisika) hanyalah secara matematis, hafalan hukum dan rumus sedangkan materi yang berupa konsep dan prinsip tidak diperoleh dari diskusi antar siswa melainkan doktrinasi dari guru agar konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika dihafalkan.

Hasil wawancara dengan salah satu guru SMPN 6 Mataram tentang materi cahaya di kelas VIII selama tiga tahun berturut-turut, dari tahun 2009 sampai 2011 di SMPN6 Mataram, diperoleh data yaitu pada tahun pelajaran 2009/2010, nilai KKM yang ditetapkan sekolah pada materi cahaya yaitu 75,00, nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh siswa 71,24. Pada tahun pelajaran 2010/2011, nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75,00, nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh siswa 71,41 dan pada tahun pelajaran 2011/2012 nilai KKM yang ditetapkan 76,00, nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh siswa yaitu 74,43. Data tersebut menunjukkan bahwa, nilai kognitif materi cahaya belum sesuai dengan ketuntasan minimal yang telah ditargetkan oleh sekolah.

Berdasarkan wawancara di atas beberapa masalah belajar tentang materi cahaya yang masih menjadi kendala adalah: (1) pada saat praktikum tentang cahaya, arah datangnya sinar kurang jelas

(2)

_____________________________________________

Volume 9, No. 4, Juni 2015 http://www.lpsdimataram.com sehingga perlu adanya pembelajaran teacher center

agar siswa memahami proses jalannya sinar dengan menghafal sinar-sinar istimewa. (2) kurangnya koordinasi waktu dalam menyelesaikan soal matematis pada materi tersebut. (3) takut materi tidak selesai sesuai program karena adanya ulangan umum bersama.

Ketidak tuntasan siswa juga disebabkan oleh media yang kurang tepat pada waktu mengajar materi fisika yang bersifat virtual. Eksperimen di dalam Laboratorium dapat dilakukan apabila mengajarkan materi riil, untuk materi yang bersifat virtual hal tersebut sulit dipahami.

Model pembelajaran yang kurang tepat dapat membatasi siswa untuk bereksplorasi, mereka menjadi takut bertanya, takut menjawab, dan hanya bersifat menerima sehingga belajar menjadi suatu beban yang kurang menyenangkan bagi siswa.

Dengan latar belakang diatas peneliti merujuk pada penelitian Wilke dan Straits (2005), yang mendukung penggunaan model pembelajaran 5E di dalam pembelajaran karena model tersebut sangat efektif. Salah satu keunggulan dari model 5E pada pembelajaran inkuiri adalah pada fase-fase berbeda dari lima model pertanyaan paralel inkuiri ditetapkan oleh National Science Education Standards (Bass et al., 2009). Kekurangan dari model belajar siklus ini yaitu efektifitas belajarnya rendah, apabila guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran. Penerapan model 5E memerlukan kesungguhan dan kreatifitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran (Bass et al., 2009). Untuk itulah maka Peneliti menggunakan model pembelajaran 5E untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan salah satu komponen kecakapan hidup yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran tersebut timbul alur berpikir ilmiah atau rasional sehingga setelah proses pembelajaran, siswa yang mampu berpikir kritis dapat dikatakan cakap secara akademik atau terampil dalam memperdayakan berpikir ilmiah atau rasionalnya (TIM,BEE, 2003; Sumiati dan Azra, 2007).

Seorang yang berpikir kritis mempunyai sikap terbuka dan menerima perbedaan pendapat orang lain, teliti dalam segala hal dan dalam memberikan argumen yang didasari oleh fakta-fakta yang akurat. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman tentang suatu konsep dalam mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian (Johnson, 2002). Menurut Sutrisno, 2010 dan Rusman, 2012 mengemukakan bahwa berpikir

kritis merupakan pola berpikir konvergen karena dalam melakukan kegiatan berpikir menuju suatu arah yang benar untuk menyelesaikan suatu masalah. sedangkan menurut Ennis (1996), berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menilai pernyataan dan membuat penilaian obyektif berdasarkan bukti, fakta, data, informasi yang benar, akurat, dan kuat. Berpikir kritis adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang dipercayai maupun yang dilakukan. Ennis (2000) mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 besar indikator yaitu: (1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) Membangun ketrampilan dasar (Basic support), (3) Menyimpulkan (Inference), (4) Memberikan penjelasan lanjut (Advance classificasion), (5) Mengatur strategi dan taktik (Strategy and tactic).

Struktur jawaban siswa terhadap permasalahan pembelajaran untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis, diukur dengan menggunakan taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes). Taksonomi tersebut terdiri dari 5 struktur yaitu prestructural, unistructural, multistructural, relational, dan extended abstract (Biggs dan Collis, 1982 dalam Susanto, 2004).

Salah satu pendekatan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah pendekatan inkuiri. Menurut Bass (2009) model pembelajaran dengan memproses informasi melalui pendekatan inkuiri adalah model pembelajaran 5E. Tahapan model pembelajaran 5E terdiri dari engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. Tahapan model 5E dengan pendekatan inkuiri diatas memberikan panduan secara bertahap mengoptimalkan proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Dengan memperhatikan latar belakang dan kajian teori diatas maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “ Penerapan model 5E dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pelajaran fisika materi cahaya, siswa kelas VIII C SMPN 6 Mataram tahun pelajaran 2012/2013”

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas

VIIIC yang berjumlah 25 siswa dengan jumlah laki-laki 13 siswa dan perempuan 12 siswa yang memiliki prestasi belajar rendah, jawaban setiap diskusi maupun ulangan hanya singkat dan kurang tepat.

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Mataram Jalan

(3)

_____________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 4, Juni 2015

Udayana Mataram Telpon (0370) 631529 pada tanggal 20 Pebruari 20013 sampai 16 Mei 20013 dalam 3 siklus. Siklus pertama dan kedua terdiri dari tiga kali pertemuan sedangkan siklus ketiga terdiri dari dua kali pertemuan.

Variabel harapan pada penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIIIC SMP Negeri 6 Mataram. Sedangkan variabel tidakannya yaitu untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui atau dengan menggunakan model pembelajaran 5E.

Penelitian dilaksanakan dengan prosedur yang diadopsi dari Sujana, 2010 sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan yang dipersiapkan adalah mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS, menyusun instrumen penilaian, menyusun lembar observasi, menyiapkan media animasi berbasis inkuiri, merancang alat, melakukan pengkajian terhadap alur proses belajar mengajar, rancangan metode pembelajaran, sarana yang diperlukan, alokasi waktu, keterampilan prasyarat pengetahuan, dan pengelolaan kelas.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan penerapan isi rencana sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang telah direncanakan pada tahap perancangan. 3. Observasi dan Evaluasi

Observasi dan evaluasi dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Analisis dan Refleksi

Pada tahapan refleksi dilakukan analisis data yang diperoleh dari dampak pelaksanaan pembelajaran dan hambatan hambatan yang mempengaruhi jalannya penelitian didiskusikan dan pada rencana berikutnya ada perbaikan dari hal-hal yang masih kurang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah interaksi siswa dalam pembelajaran, suasana kelas, hasil belajar kognitif, dan perangkat pembelajaran. Sumber data di peroleh dari hasil penilaian berpikir kritis siswa, aktivitas siswa, hasil diskusi siswa, tanggapan siswa, keterlaksanaan RPP model 5E dan aktivitas guru sebagai kontrol keterlaksanaan penelitian. Pencapaian pelaksanaan belajar mengajar dari observer dan dokumentasi. Pengumpulan data penelitian dengan cara mengadakan tes keterampilan berpikir kritis, melalui observasi, diskusi, dan dokumentasi. Instrumen – instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Lembar observasi guru. (2) Lembar aktivitas

siswa. (3) Lembar tes (3) Lembar diskusi siswa. (4) Angket untuk siswa.

Observasi aktivitas guru dilakukan sebanyak 3 siklus dengan 10 aspek yang diamati dan rentang skor 1 sampai 5, sedangkan keterlaksanaan RPP yang diamati yaitu 9 aspek dengan rentang skor 1 sampai 5. Aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan data kualitatif yang terdiri dari 6 pertanyaan. Tes dilaksanakan setiap berakhirnya siklus dengan 11 pertanyaan keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari 2 elemetary clarification, 3 Basic support, 3 inference, 1 advance Classification, 2 strategy and tactic. Skor tes 1 sampai 100. Struktur jawaban berpikir kritis siswa untuk butir soal pertama dengan struktur jawaban prestructural sampai extended abstrac, ketercapaian skor 0 sampai 8, butir soal kedua dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 13, butir soal ketiga dengan struktrur jawaban prestructural sampai extended abstrac ketercapaian skor 0 sampai 13, butir soal keempat dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 4, butir soal kelima dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 5, butir soal keenam dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 4, butir soal ketujuh dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 5, butir soal kedelapan dengan struktrur jawaban prestructural sampai extendend abstrac, ketercapaian skor 0 sampai 28, butir soal kesembilan dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 9. Butir soal kesepuluh dengan struktrur jawaban prestructural sampai multistructural, ketercapaian skor 0 sampai 2, dan butir soal kesebelas dengan struktrur jawaban prestructural sampai rational, ketercapaian skor 0 sampai 9.

Diskusi siswa dilaksanakan setiap pertemuan dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis flash tentang materi cahaya dengan skor 1 sampai 100.

Angket siswa berisi tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran 5E dalam proses pembelajaran, sebanyak 10 pernyataan dengan rentang skor 1-4.

Tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan dalam penelitian ini adalah perolehan KKM siswa lebih besar atau sama dengan 77.

HASIL PENELITIAN a. Hasil Penelitian Siklus I

Hasil tes kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa rata-rata skor masih rendah sebesar 34,52

(4)

_____________________________________________

Volume 9, No. 4, Juni 2015 http://www.lpsdimataram.com dengan rincian indikator KBK seperti pada gambar

dibawah ini.

Gambar 1. Rekapitulasi hasil tes KBK secara klasikal pada siklus I.

Keterampilan berpikir kritis pada setiap indikator pada gambar grafik diatas masih rendah, untuk memberikan penjelasan sederhana skor rata-rata 5,50, membangun keterampilan dasar skor rata-ratanya 0,64, menyimpulkan skor rata-ratanya 3,00, siswa belum mengembangkan indikator membuat penjelasan lanjut sehingga skor rata-ratanya masih 0,00 dan indikator mengatur strategi dan taktik siswa memperoleh skor rata-rata yaitu 3,00.

Skor rata-rata yang di peroleh secara klasikal masih rendah karena materi cahaya belum pernah diajarkan kepada siswa, hal ini sebagai dasar apakah setelah dilakukan perlakuan selama 3 siklus skor rata-rata secara klasikal meningkat. Untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dapat diperjelas pada tabel keterlaksanaan RPP sebagai berikut. Tabel 1. Data Keterlaksanaan RPP Model 5E

Setiap Pertemuan Pada Siklus I Pertemuan Skor Rata-rata

Keterlaksanaan RPP kriteria I 4,72 baik II 4,61 baik III 4,72 baik Jumlah 14,05 Rata-rata 4,68 baik Keterangan kriteria:

5= sangat baik; 4= baik; 3= cukup baik; 2= kurang baik; 1= tidak baik

Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa setiap pertemuan pada siklus I RPP model 5E terlaksana dengan baik.

• Untuk data hasil observasi guru pada siklus I rata-rata skor sebesar 4,67 dengan kriteria baik. Aktivitas siswa menunjukkan berkonsentrasi dilakukan sejak awal pembelajaran. Perilaku berkonsentrasi yang dilakukan siswa yaitu pada

saat memperhatikan guru, pada saat aktif berdiskusi, dan bekerja sama melakukan diskusi maupun menanggapi pendapat kelompok yang sedang melakukan presentasi.

Hasil diskusi pada siklus I rata-rata skor secara klasikal yaitu 75,52, maka secara klasikal pembelajaran pada siklus I belum tuntas karena kurang dari KKM (77).

Analisis dan Refleksi dilakukan bersama rekan peneliti sebagai observer. Pada siklus I hal-hal yang telah diperoleh yaitu RPP perlu diperbaiki, LKS, aktivitas siswa masih perlu diperhatikan khususnya siswa yang belum mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dan aktivitas guru pada saat proses belajar perlu ditingkatkan.

b. Hasil Penelitian Siklus II

Hasil tes kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa dengan rata-rata skor siswa pada siklus II adalah 82,12 > 77 dan indikator pada siklus II disajikan dengan gambar dibawah ini.

Gambar 2. Rekapitulasi hasil tes KBK secara klasikal pada siklus II.

Pada gambar 2 menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa sudah berkembang lebih baik di bandingkan dengan siklus II. Indikator KBK yang berkembang secara berturut-turut dari yang paling tinggi sampai ke yang rendah adalah menyimpulkan, memberikan penjelasan sederhana, membuat penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik, kemudian membangun keterampilan dasar.

Hasil Observasi keterlaksanaan RPP sebagai berikut:

Tabel 2. Data Keterlaksanaan RPP Model 5E Setiap Pertemuan Pada Siklus II Pertemuan Skor Rata-rata

Keterlaksanaan RPP

kriteria

I 4,89 baik

II 5,00 Sangat baik

III 5,00 Sangat baik

Jumlah 14,89 Rata-rata 4,96 baik 5.5 0.64 3 0 3 0 2 4 6 EC BS I AC ST Skor 9.18 4.63 10.3 8.8 5.08 0 10 20 EC BS I AC ST Skor

(5)

_____________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 4, Juni 2015

Keterangan kriteria:

5= sangat baik; 4= baik; 3= cukup baik; 2= kurang baik; 1= tidak baik

Dari data pada Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa RPP model pembelajaran 5E menunjukkan kriteria baik.

Hasil observasi aktivitas guru skor rata-rata sebesar 4,97 dan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan perilaku berkonsentrasi pada saat siswa memperhatikan penjelasan guru, menjawab umpan balik guru, aktif mengungkapkan pendapat, dan mengerjakan LKS dengan serius. Dalam kegiataan belajar guru memberikan motivasi, reward, dan persiapan yang maksimal, menjadikan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.

Hasil diskusi pada siklus I dengan 3 pertemuan rata-rata skor siswa secara klasikal yaitu 93,81 >77, maka secara klasikal pembelajaran pada siklus II tuntas karena lebih dari kriteria ketuntasan minimal. Analisis dan refleksi dilakukan bersama rekan peneliti sebagai observer. Pada siklus II hal-hal yang telah diperoleh yaitu RPP, LKS, aktivitas siswa dan guru pada saat proses belajar sudah baik dan masih perlu ditingkatkan.

c. Hasil Penelitian Siklus III

Hasil tes kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa dengan rata-rata skor siswa dalam satu kelas pada siklus III adalah 90,64 > 77, indikator pada siklus III disajikan pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Rekapitulasi hasil tes KBK secara klasikal pada siklus III.

Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa Indikator KBK yang berkembang secara berturut-turut dari yang paling tinggi sampai ke yang rendah adalah menyimpulkan, memberikan penjelasan sederhana, membuat penjelasan lanjut, membangun keterampilan dasar selanjutnya mengatur strategi dan taktik.

Hasil Observasi keterlaksanaan RPP pada siklus 3 seperti pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Data Keterlaksanaan RPP Model 5E Setiap Pertemuan Pada Siklus III

Pertemuan Skor Rata-rata Keterlaksanaan

RPP

kriteria

I 5,00 Sangat baik

II 5,00 Sangat baik

III 5,00 Sangat baik

Jumlah 15,00

Rata-rata 5,00 baik

Keterangan kriteria:

5= sangat baik; 4= baik; 3= cukup baik; 2= kurang baik; 1= tidak baik

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa RPP model 5E terlaksana dengan sangat baik. Hasil observasi aktivitas guru rata-rata skor sebesar 5,00 dengan kriteria sangat baik dan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan semua siswa berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar sehingga belajar lebih menyenangkan.

Hasil diskusi pada siklus III dengan 2 pertemuan rata-rata skor siswa secara klasikal yaitu 100 >77, maka secara klasikal pembelajaran pada siklus III tuntas karena lebih dari kriteria ketuntasan minimal. Hasil analisis dan refleksi Pada siklus III hal-hal yang telah diperoleh yaitu RPP, LKS, aktivitas siswa dan guru pada waktu proses belajar sangat baik sehingga perlu dipertahankan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian keterlaksanaan RPP model 5E setiap siklusnya menunjukkan kearah lebih baik seperti pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Rekapitulasi hasil observasi keterlaksanaan RPP model 5E.

Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa keterlaksanaan RPP model 5E mengalami peningkatan dari setiap siklus dan siklus III keterlaksanaan RPP paling baik dibandingkan siklus-siklus sebelumnya. Untuk mengetahui keterlaksanaan RPP model 5E dengan diskusi siswa dapat diperhatikan pada gambar grafik di bawah ini. 9.6 6.12 11.17 8.8 5.4 0 5 10 15 EC BS I AC ST Skor 4.68 4.96 5 4.4 4.6 4.8 5 5.2 1 2 3 Skor

(6)

_____________________________________________

Volume 9, No. 4, Juni 2015 http://www.lpsdimataram.com Gambar 5. Hubungan penerapan pembelajaran

dengan menggunakan model 5E terhadap Peningkatan KBK setiap siklus.

Pada gambar 5 menunjukkan bahwa ada peningkatan KBK setiap siklusnya hal tersebut mengartikan bahwa KBK dapat meningkat setiap siklusnya karena keefektifan penggunaan model pembelajaran 5E. Adapun keefektifan model 5E terhadap pelaksanaan diskusi dengan menggunakan LKS cahaya dengan menggunakan bertanyaan tingkat tinggi dapat disajikan pada gambar 6 seperti di bawah ini.

Gambar 6. Data diskusi siswa setiap siklus. Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa setiap siklus menunjukkan kenaikan nilai skor rata-rata pada diskusi kelompok siswa. hal ini menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa berkembang baik setiap siklusnya sampai pada kriteria sangat baik.

Untuk tanggapan siswa terhadap penerapan model 5E, sangat baik yaitu 39,60 penggunaan rentang skor 1 sampai 4 dengan penerapan model 5E selama proses pembelajaran. Komentar mengenai model tersebut yaitu, belajar dengan menerapkan model 5E sangat menyenangkan, siswa dapat mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, lebih aktif dan eksploratif.

Data hasil struktur jawaban siswa bertujuan untuk mengetahui peningkatan jawaban yang telah

menunjukkan perkembangan berpikir kritis siswa yang berjumlah 25 orang sesuai dengan soal yang dikembangkan. Jumlah soal yang dikembangkan dalam penelitian ini berjumlah 11 butir soal dengan harapan struktur jawaban soal terdiri dari Prestructural, Unistructural, Multistructural, Rational, dan Extended Abstrac yang disajikan pada Tabel 4 seperti di bawah ini:

Tabel 4 Data Hasil Struktur Jawaban Soal KBK Per Siklus

No Struktur Jawaban Siklus

I II III 1 Prestructural 184 36 0 2 Unistructural 41 16 24 3 Multistructural 12 54 44 4 Rational 32 127 149 5 Extended Abstrac 6 42 58 jumlah 275 275 275

Dari data yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jawaban siswa pada fase prestuctural dan multistructural semakin menurun, pada fase Rational untuk siklus II mengalami peningkatan begitu pula pada siklus III. Fase tertinggi yaitu extendend abstrac mengalami peningkatan skor sebesar 52 hal ini dikarenakan siswa telah beradaptasi atau mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan baik sehingga siswa dapat mencapai fase tertinggi dari struktur jawaban soal KBK yang dikembangkan.

Penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar di SMPN 6 Mataram dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis semakin baik, hal ini terbukti pada peningkatan setiap siklusnya seperti gambar dibawah ini:

Gambar .7 Data Bahasa Persiklus

Pada gambar 7 terlihat bahwa pada siklus I bahasa Inggris siswa kurang bagus, pada siklus II dan III, sangat baik dan mengalami peningkatan.

Keterlaksanaan RPP model 5E dan aktifitas guru sebagai kontrol pembelajaran setiap siklus menunjukkan peningkatan. Hubungan antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir 5.5 0.64 3 0 3 9.18 4.63 10.3 8.8 5.08 9.6 6.12 11.17 8.8 5.4 0 2 4 6 8 10 12 EC BS I AC ST

Siklus 1 siklus 2 siklus 3

75.52 93.81 100 0 50 100 150 1 2 3 Skor 58.18% 93.63% 98.90% 0.00% 50.00% 100.00% 150.00%

Siklus I Siklus II Siklus III

(7)

_____________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 4, Juni 2015

kritis menunjukkan peningkatan dari kriteria baik menjadi sangat baik. Keefektifan dari keterlaksanaan RPP dan aktivitas guru adalah nilai keterampilan berpikir kritis siswa setiap siklusnya meningkat. Indikator keterampilan berpikir kritis dari memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, membuat penjelasan lanjut, dan mengatur strategi dan taktik mengalami peningkatan sedangkan indikator menyimpulkan dari siklus I ke siklus II meningkat pada siklus III tetap. Secara keseluruan keterampilan berpikir kritis siswa telah meningkat.

Pada waktu diskusi siswa aktif dan berkonsentrasi sehingga setiap siklus terjadi peningkatan. Tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan model 5E sangat baik dengan skor 39,60 > 30,00 dan mendapat kriteria sangat baik. Dengan demikian berpikir kritis siswa terhadap materi cahaya yang bersifat virtual dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran 5E dengan penggunaan media sebagai pendukung keterampilan tersebut.

Untuk mengetahui jawaban siswa terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis digunakan alat untuk mengetahui level jawaban siswa yang berkembang dengan baik, alat tersebut adalah SOLO taksonomi. SOLO taksonomi terdiri dari 5 level jawaban yaitu jawaban Prestructural, Peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan (denial), jawaban diajukan tanpa melihat pertanyaan, jawaban merupakan ulangan dari pertanyaan (tautologi) atau jawabannya tidak logis (tranduksi). Unistructural, Hanya satu data pada jawaban yang relevan dengan pertanyaan, jawaban logis hanya ditinjau dari aspek tertentu. Multistructural, Data relevan dengan pertanyaan, tetapi data-data itu tidak dapat dihubungkan untuk membangun suatu generalisasi yang benar, jawabannya logis ditinjau dari satu aspek tertentu. Relational, Mengemukakan bermacam-macam data dalam satu jawaban relevan dengan pertanyaan, data-data itu dihubungkan untuk suatu konsep yang benar melalui alur berpikir induktif, konsep atau generalisasi dibangun terbatas pada hal-hal yang terjangkau pengalaman peserta didik. Fase jawaban tingkat tinggi yaitu level Extended Abstract, Jawaban mengandung banyak data yang tercakup dalam pertanyaan dan data lain yang tidak tercakup dalam pertanyaan, jawaban bersifat hipotik, siswa dapat menarik kesimpulan secara deduktif maupun induktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I jawaban yang terbanyak pada level prestructural dan paling sedikit adalah extended abstrac hal ini disebabkan siswa baru belajar mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Sedangkan persiklusnya, prestructural pada siklus

I lebih banyak dari pada siklus II dan III. Pada siklus II multistructural berkembang dengan baik, sedangkan persiklusnya siklus III lebih banyak multistructural dibandingkan dengan siklus I dan III. Pada siklus III multistructural berkembang dengan baik. Extended abstrac berkembang baik dibandingkan dengan siklus I dan II hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa berkembang dengan baik pada level jawaban yang menunjukkan peningkatan pada setiap siklus pada struktur jawaban yang tertinggi yaitu Extended abstrac.

Siswa menunjukkan peningkatan penggunaan bahasa inggris lebih baik sebesar 40,72%, dengan demikian sebenarnya materi cahaya yang bersifat virtual bukan materi yang sulit. Materi-materi yang lain tentu tidak sulit jika pada proses belajar mengajar menggunakan model, metode, media, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dengan baik. Untuk itu setelah proses belajar mengajar guru selalu melakukan refleksi dan evaluasi.

PENUTUP a. Simpulan

Dari hasil penelitian tindakan kelas tentang upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIIIC SMPN 6 Mataram pada materi cahaya tahun pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan inkuiri model pembelajaran 5E sehingga struktur jawaban siswa juga menujukkan bahwa siswa kelas VIIIC telah meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam proses belajar maupun pengetahuannya pada mata pelajaran Fisika materi cahaya.

b. Saran

Dari penelitian tindakan kelas ini, peneliti memberikan saran yaitu pada materi fisika yang bersifat virtual hendaknya menggunakan model pembelajaran 5E dengan media animasi yang menunjukkan model tersebut sehingga keterampilan berpikir kritis siswa meningkat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bass, J. E. Contant, T. L. dan Carin, A. A. (2009). Teaching Science as Inquiry. Boston: Pearson.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta:

(8)

_____________________________________________

Volume 9, No. 4, Juni 2015 http://www.lpsdimataram.com Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. University of

Illinois: Prentice-Hall, Inc.

Ennis, R. H. 2000. An Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment.University of Illinois. Johnson, B. E. 2002. C.T.L (Contextual Teaching

and Learning). Ibnu Setiawan (penerjemah). 2012. Bandung: Kaifa. Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran

Berbasis Komputer, Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Sujana, I Made. 2010. Workshop Penelitian Tindakan Kelas.Arga Puji Press. Mataram.

Sumiati dan Asra. 2007. Metode pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Susanto, P. 2004. Penilaian Belajar Berbasis Kelas Bidang Studi IPA. Malang: FPMIPA Universitas Negeri Malang. Sutrisno, J. 2010. Menggunakan Keterampilan

Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. (online):

(http://www.scribd.com/doc/5497780 5 /artikel-erlangga). diunduh 18 Mei 2011 pukul 22:19

TIM BBE. 2003. Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Lembaga Pengabdian Masyarakat UNESA- JATIM: SIC. Depdiknas

Usmiatiningsih, E. 2013. Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Flash Dan Implementasinya Melalui Model

5E Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Terhadap Sains. tesis pada Program Studi Magister Pendidikan IPA. Program Pascasarjana Universitas Mataram: tidak diterbitkan.

.Wilke, R. R. and Straits W. J. Practical Advice for Teaching Inquiry-Based Science Process Skills in the Biological Sciences. Journal The American Biology Teacher. Vol. 67, No.9 November/December 2005.

Gambar

Tabel 1.   Data  Keterlaksanaan  RPP    Model  5E   Setiap Pertemuan Pada Siklus I
Gambar 3. Rekapitulasi  hasil  tes  KBK  secara  klasikal pada siklus III.
Tabel  4  Data  Hasil  Struktur  Jawaban  Soal  KBK  Per Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)

[r]

Menurut salah satu mahasiswa yang saat ini mempunyai usaha jualan hijab secara online, peran pimpinan FEBI dalam meningkatkan motivasi berwirausaha bagi mahasiswa program studi

Hasil penulisan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan sistem pembayaran dana pensiun kepada peserta dan secara langsung akan

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Linggo Sari Baganti

Sedangkan yang dimaksud dengan interpersonal trust adalah kepercayaan terhadap seorang provider kesehatan, seperti terhadap seorang dokter yang dibangun melalui pengulangan

Kandungan IL-2 dapat dideteksi pada serum mencit hari ke-4 pascauji tantang dengan DENV, namun tidak dapat dideteksi pada serum mencit hari ke-21 pascauji

2004 Kata kunci : Aplikasi, Perhitungan Berat Badan Ideal, Microsoft Visual Basic 6.0 ( x + 41 + lampiran ) Pembuatan program aplikasi Perhitungan Berat Badan Ideal ini bertujuan