• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN METODE PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS “PADI MULYA”

DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN Rita Tutik W, Suwarto, Mei Tri Sundari

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 637457

Email: [email protected] Telp: 085725627118

Abstract: This research aims to study the socio-economic characteristics of organic rice

farmers, examining the influence of socioeconomic characteristics of organic rice farmers in partnership, and reviewing organic rice farming income was partnership grain farmers than for offenders for organic is not the perpetrator of the partnership. The basic method of research is explanatory research (research description). Research done in the Sragen district by taking the respondents in the village of Sambirejo Sub-district Sukorejo Sragen. Methods of data analysis used the logit regression analysis and analysis of farming. The results showed that the characteristics of the socio-economic impact of organic rice farmers decision in partnership with rice company “Padi Mulya”. Organic grain farmers income offender partnership proved to be higher than the income of rice farmers organic rather than perpetrators of the partnership.

Key Words: Organic Farming, Organic Rice, Partnership, Logit Regression

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik sosial ekonomi petani padi

organik, mengkaji pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan, dan mengkaji pendapatan usahatani padi organik pelaku kemitraan dibandingkan petani padi organik bukan pelaku kemitraan. Metode dasar penelitian adalah explanatory research (penelitian penjelasan). Penelitian dilakukan di Kabupaten Sragen dengan mengambil responden di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi logit dan analisis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sosial ekonomi berpengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan beras “Padi Mulya”. Pendapatan petani padi organik pelaku kemitraan lebih tinggi daripada pendapatan petani padi organik bukan pelaku kemitraan.

(2)

PENDAHULUAN

Pertanian mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Pangan merupakan komoditas penting dan strategis karena pengan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia sebagaimana dnyatakan dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Yusastiri, 2008). Pertambahan penduduk yang melaju cepat menuntut ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang memadai, dan cepat pula. Tututan ini mendorong munculnya sistem pertanian modern yang memiliki ciri-ciri ketergantungan yang tinggi pada pupuk sintesis dan bahan kimia sintetis untuk pengendalian hama, penyakit, dan gulma (Suhardianto et al; 2007).

Penggunaan input kimiawi akan menurunkan tingkat kesuburan tanah, merosotnya keragaman hayati dan meningkatnya serangan hama, penyakit dan gulma. Dampak negatif lain yaitu tercemarnya produk-produk pertanian oleh bahan kimia yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia (Lestari, 2009). Kesadaran masyarakat akan bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan menyebabkan terjadinya peralihan budidaya ke sistem organik. Menurut Chouichom dan Yamao (2010), pertanian organik sebagai bagian dari upaya terbaru untuk mendorong sistem pertanian yang baik secara sosial dan ekologis berkelanjutan.

Padi organik merupakan komoditi yang dibudidayakan di Kabupaten Sragen, meskipun sebagian besar wilayahnya masih

membudidayakan padi semi organik. Padi organik di Kabupaten Sragen telah dibudidayakan sejak tahun 2000 dan sampai saat ini terus mengalami perluasan wilayah. Salah satu kecamatan di Kabupaten Sragen yang berhasil mengembangkan sistem budidaya padi organik yaitu Kecamatan Sambirejo. Meskipun dalam budidaya padi organik mendapat dukungan oleh pemerintah Kabupaten Sragen, namun petani padi organik tetap mengalami kendala.

Strategi yang dapat dilakukan yaitu melalui pengembangan sistem kemitraan agribisnis. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan pendapatan dari suatu usaha pertanian maka dari itu petani padi organik di Kecamatan Sambirejo menjalin kemitraan dengan Perusahaan Beras “Padi Mulya”. Menurut Hidayah (2011), salah satu alasan yang mendasari pengusaha kecil memilih kemitraan dengan pola dagang umum adalah alasan kendala sosial ekonomi. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan dengan Perusahaan Beras “Padi Mulya” di Kecamatan Sambirejo.

METODE PENELITIAN

Metode dasar yang dipergunakan pada penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) dengan teknik survai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Sampel responden yang akan diamati dalam

(3)

penelitian ini sebanyak 30 petani pelaku kemitraan dan 30 petani bukan pelaku kemitraan. Pengambilan sampel responden dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling).

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan dengan Perusahaan Beras “Padi Mulya” di Kabupaten Sragen dipergunakan uji regresi logit yang didukung dengan program SPSS 16.0 for Windows. Menurut Nachrowi dan Usman (2005), rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

Y = α+ β1 X1 + β2X2 + β3 X3 + β4 X4 +

+ e...(1) Dimana, dummy Y bernilai 1 bila petani mengikuti program kemitraan; dummy Y bernilai 0 bila petani tidak mengikuti program kemitraan; α adalah intersep; β1 – β4 adalah

koefisien regresi; X1 adalah umur

(th); X2 adalahpendidikan (th); X3

adalah luas lahan (ha); X4 adalah

jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan (km); e adalah error.

Pengujian signifikansi model dilakukan dengan kesimpulan pengujian yaitu jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jadi dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel karakteristik sosial ekonomi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan

bahwa variabel-variabel karakteristik sosial ekonomi secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan.

Setelah dilakukan pengujian signifikansi model kemudian dilakukan pengujian signifikansi tiap-tiap variabel. Kesimpulan pengujian yaitu jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jadi dapat

disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α.

Untuk menghitung analisis usahatani petani padi organik, Menurut Soekartawi (2006) digunakan rumus penerimaa sebagai berikut:

TRi = Yi . Pyi...(2)

Dimana, TRi adalah total revenue

(total penerimaan); Yi adalah

produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i; Pyi adalah price (harga).

Selain menghitung penerimaan, dihitung biaya usahatani dengan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC...(3) Dimana, TC adalah total cost (total biaya); FC adalah fixed cost (biaya tetap); VC adalah variable cost (biaya tidak tetap). Setelah memperoleh perhitungan penerimaan dan biaya, diperoleh pendapatan usahatani dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC...(4) Dimana, Pd adalah pendapatan usahatani; TR adalah total revenue (total penerimaan); TC adalah total cost (total biaya).

Uji beda pendapatan usahatani dilakukan dengan uji t. Sebelum uji 2 beda rata-rata dilakukan, uji F (uji homogenitas) perlu dilakukan terlebih dahulu. Kesimpulan pengujian yaitu jika signifikansi ≥

(4)

0,05 maka H0 diterima. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa kelompok data pendapatan usahatani antara petani pelaku kemitraan dan bukan pelaku kemitraan memiliki varian yang sama. Oleh karena itu, uji t menggunakan Equal Variance Assumed. Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa kelompok data pendapatan usahatani antara petani pelaku kemitraan dan bukan pelaku kemitraan memiliki varian yang berbeda. Oleh karena itu, uji t menggunakan Equal Variance Not Assumed.

Setelah dilakukan uji F kemudian dilakukian uji t. Kesimpulan pengujian yaitu jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pendapatan usahatani antara petani pelaku kemitraan dan bukan pelaku kemitraan. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata pendapatan usahatani antara petani pelaku kemitraan dan bukan pelaku kemitraan (Priyatno, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial ekonomi yang pertama yaitu umur. Rata-rata umur petani padi organik pelaku kemitraan yaitu 44,5 tahun. Rata-rata umur petani padi organik bukan pelaku kemitraan yaitu 58 tahun. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya (Mardikanto, 2009).

Karakteristik sosial ekonomi yang kedua yaitu pendidikan. Rata-rata lama pendidikan yang ditempuh oleh petani padi organik pelaku kemitraan selama 9,6 tahun. Rata-rata lama pendidikan yang ditempuh oleh petani padi organik bukan pelaku kemitraan selama 7 tahun. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin mudah menerima informasi dan terbuka terhadap hal-hal baru.

Karakteristik sosial ekonomi yang ketiga yaitu luas lahan. Rata-rata luas lahan petani padi organik pelaku kemitraan yaitu 7.017 m2 dan rata-rata luas lahan petani padi organik bukan pelaku kemitraan yaitu 4.350 m2. Petani padi organik pelaku kemitraan memiliki lahan yang luas karena mereka telah memiliki jaminan pasar yang dapat menampung hasil produksinya. Berbeda dengan petani padi organik bukan pelaku kemitraan yang memiliki lahan lebih sempit, karena lahan yang sempit akan menghasilkan produksi yang sedikit sehingga apabila tidak laku dipasaran, resiko yang dialami tidak begitu besar.

Karakteristik sosial ekonomi yang keempat yaitu pendapatan usahatani. Rata-rata pendapatan petani padi organik pelaku kemitraan sebesar Rp 24.401.073,00/ha/musim tanam. Rata-rata pendapatan petani padi organik bukan pelaku kemitraan sebesar Rp 18.200.141,00/ha/musim tanam. Perbedaan harga jual hasil produksi menyebabkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh petani.

Karakteristik sosial ekonomi yang kelima yaitu jarak tempat tinggal petani dengan lokasi

(5)

penjualan. Rata-rata jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan untuk petani padi organik pelaku kemitraan yaitu 433 meter dan rata-rata jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan untuk petani padi organik bukan pelaku kemitraan yaitu 477 meter. Petani padi organik menjual hasil produksinya kepada ketua kelompok tani masing-masing yang lokasinya masih berada dalam satu desa, sehingga jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. Petani mendapat keuntungan dengan sistem penjualan yang demikian, karena pasar untuk padi organik di Kabupaten Sragen masih terbatas.

Tabel 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi Organik

Karakteristik Sosial Ekonomi

Petani Padi Organik Pelaku Kemitraan Bukan Pelaku Kemitraan Umur (th) 44,5 58 Pendidikan (th) 9,6 7 Luas lahan (m2) 7.017 4.350 Pendapatan (Rp/ha/MT) 24.401.073 18.200.141 Jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan (m) 433 477

Sumber: Analisis Data Primer (2013) Pengaruh Karakteristik Sosial

Ekonomi terhadap Keputusan

Kemitraan

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan model regresi logit. Berdasarkan hasil output SPSS pada Tabel Model Summary diketahui bahwa nilai Nagelkserke R Square sebesar 0.653. Hal ini berarti presentase sumbangan pengaruh

variabel bebas (umur, pendidikan, luas lahan, dan jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan) terhadap variabel terikat (keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan) sebesar 65,3 %, sedangkan sisanya sebesar 34,7 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

Uji signifikansi model dipergunakan untuk melihat pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan beras “Padi Mulya”. Nilai signifikansi model sebesar 0.000, nilai ini lebih kecil dari α = 5 % (0,05) maka model yang terdiri dari seluruh variabel tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5 %. Artinya, variabel karakteristik sosial ekonomi yang dipergunakan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan beras “Padi Mulya”.

Setelah dilakukan pengujian signifikansi model kemudian dilakukan signifikansi tiap-tiap variabel. Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Output SPSS untuk pengujian tiap-tiap parameter ditunjukkan pada tabel Variables in the Equation (Tabel 2).

(6)

Tabel 7. Hasil Pengujian Tiap-tiap Variabel

Variabel Koefisien Sig.

Umur (X1) -0,111 0,005 *

Pendidikan (X2) 0,431 0,019 *

Luas lahan (X3) 5,573 0,004

Jarak tempat tinggal petani dengan lokasi

penjualan (X5) -4,616 0,318

Constant 0,960 0,715

Sumber: Analisis Data Primer (2013)

Tingkat signifikansi 5 %

Variabel X1 berupa umur.

Variabel umur mempunyai pengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan. Koefisien variabel umur bernilai – 0,111 yang menunjukkan bahwa pengaruhnya negatif. Hal tersebut berarti apabila semakin tua umur petani maka semakin cenderung memutuskan untuk tidak menjalin kemitraan. Sebaliknya, apabila semakin muda umur petani maka semakin cenderung memutuskan untuk menjalin kemitraan. Menurut Soekartawi (1998), semakin muda umur petani, maka mereka mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui. Mereka akan berusaha untuk melakukan adopsi inovasi meskipun mereka masih belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut.

Variabel X2 berupa pendidikan.

Variabel pendidikan mempunyai pengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan. Koefisien variabel pendidikan bernilai 0,431 yang menunjukkan pengaruhnya positif. Hal ini menunjukkan apabila semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki petani maka semakin cenderung memutuskan untuk menjalin kemitraan. Sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki petani

maka semakin cenderung memutuskan untuk tidak menjalin kemitraan. Menurut Rijoly (2005), tingkat pendidikan relatif mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan. Dengan memiliki tingkat pendidikan yang cukup menyebabkan petani lebih mudah menerima dan menerapkan inovasi baru dan teknologi produksi serta kemampuan dalam menerapkan dan mengaplikasikannya dalam pengembangan usahanya.

Variabel X3 berupa luas lahan.

Variabel luas lahan mempunyai pengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan. Koefisien variabel luas lahan bernilai 5,573 yang menunjukkan pengaruhnya positif. Hal ini menunjukkan apabila semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin cenderung memutuskan untuk menjalin kemitraan. Petani padi organik pelaku kemitraan memiliki lahan yang luas karena mereka telah memiliki jaminan pasar sehingga petani tidak perlu merasa khawatir akan kerugian yang harus ditanggung apabila hasil produksinya tidak laku dipasaran. Sebaliknya, apabila semakin sempit lahan yang dimiliki petani maka semakin cenderung memutuskan untuk tidak menjalin kemitraan. Mengingat, petani padi organik bukan pelaku kemitraan

(7)

tidak memiliki jaminan pasar karena menjual hasil produksi kepada tengkulak yang datang pada saat panen.

Variabel X4 berupa jarak

tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan. Variabel jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan. Pengaruh yang tidak signifikan tersebut dikarenakan petani padi organik baik pelaku kemitraan maupun bukan pelaku kemitraan menjual hasil produksinya ke ketua kelompok tani masing-masing yang lokasinya masih berada dalam satu desa.

Analisis Usahatani Padi Organik Petani Pelaku Kemitraan dan Bukan Pelaku Kemitraan

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Konsep biaya yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan berdasarkan upah tenaga kerja luar.

Rata-rata biaya usahatani pada petani padi organik pelaku kemitraan lebih kecil daripada petani bukan pelaku kemitraan. Pengeluaran terbesar dari total biaya usahatani, baik pelaku kemitraan maupun bukan pelaku kemitraan, terdapat pada penggunaan biaya tenaga kerja. Komponen pengeluaran terbesar kedua dari total biaya usahatani petani padi organik, baik pelaku kemitraan maupun bukan pelaku kemitraan, terdapat pada penggunaan biaya sarana produksi. Komponen biaya selanjutnya yaitu biaya lain-lain yang terdiri dari biaya penyusutan, biaya pengangkutan dan biaya pajak tanah.

Rata-rata biaya usahatani padi organik di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen (Tabel 3).

Tabel 8. Rata-rata Biaya Usahatani Padi Organik di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Musim Tanam I Tahun 2013

No Jenis Biaya Pelaku Kemitraan Bukan Pelaku Kemitraan

Per-UT Per-ha % Per-UT Per-ha %

1. Biaya Saprodi 610.167 862.566 16,82 471.083 1.132.336 19,35 a. Benih 196.083 279.387 5,45 90.500 217.263 3,71 b. Pupuk 380.000 528.687 10,31 339.583 810.390 13,85 c. Pestisida 34.083 54.492 1,06 41.000 104.684 1,79 2. Biaya TK 2.929.067 4.165.673 81,22 1.792.000 4.264.643 72,88 a. TK Dalam 144.333 252.817 4,93 163.833 492.629 8,42 b. TK Luar 2.275.900 3.228.675 62,95 1.395.667 3.218.374 55,00 c. TK Mesin 508.833 684.182 13,34 232.500 553.639 9,46 3. Biaya Lain-lain 65.433 100.850 1,97 184.466 454.482 7,77 a. Penyusutan 42.266 67.067 1,31 35.933 105.189 1,80 b. Pengangkutan 0 0 0,00 132.833 310.403 5,31 c. Pajak Tanah 23.167 33.783 0,66 15.700 38.889 0,66 Jumlah 3.604.666 5.129.089 100,00 2.447.550 5.851.461 100,00

(8)

Penerimaan petani padi organik pelaku kemitraan lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan petani padi organik bukan pelaku kemitraan. Hal tersebut dipengaruhi oleh harga jual hasil produksi. Jika dibandingkan, harga gabah yang diterima oleh petani padi organik pelaku kemitraan lebih tinggi daripada harga gabah yang diterima petani padi organik bukan pelaku kemitraan.

Harga gabah yang lebih tinggi merupakan manfaat yang diperoleh dari kemitraan. Harga tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan antara petani padi organik pelaku kemitraan dengan Perusahaan Beras “Padi Mulya” untuk menghindari harga jual yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

Berbeda dengan petani padi organik bukan pelaku kemitraan, mereka menerima harga jual yang lebih rendah karena tidak adanya jaminan pasar. Petani padi organik bukan pelaku kemitraan menjual hasil panennya kepada tengkulak yang datang pada saat masa panen. Harga yang terjadi berdasarkan ketetapan dari tengkulak tersebut.

Pendapatan petani padi organik pelaku kemitraan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani padi organik bukan pelaku kemitraan. Perbedaan harga jual antara petani padi organik pelaku kemitraan dengan petani padi organik bukan pelaku kemitraan menyebabkan perbedaan rata-rata penerimaan yang diperoleh sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima. Meskipun petani padi organik pelaku kemitraan dan bukan pelaku kemitraan sama-sama menjual hasil produksi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP), namun harga yang diterima berbeda karena tempat penjualan yang berbeda.

Selain itu, perbedaan biaya produksi antara petani padi organik pelaku kemitraan dengan petani padi organik bukan pelaku kemitraan juga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima. Rata-rata penerimaan dan pendapatan usahatani padi organik di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo (Tabel 4).

Tabel 9. Rata-rata Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi Organik di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo MT I Tahun 2013

No Uraian Pelaku Kemitraan Bukan Pelaku Kemitraan

Per-UT Per-ha Per-UT Per-ha

1. Produksi (Kg) 4.243 6.016 2.617 6.013 2. 3. Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp) 4.900 20.792.333 4.900 29.479.051 4.000 10.466.667 4.000 24.051.602 4. Biaya (Rp) 3.604.666 5.129.089 2.447.550 5.851.451 5. Pendapatan (Rp) 17.129.00 24.401.073 8.019.117 18.200.141

(9)

Uji beda pendapatan usahatani padi organik antara pelaku kemitraan dengan petani bukan pelaku kemitraan di Desa Sukorejo didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata pendapatan usahatani antara petani pelaku kemitraan dan bukan pelaku kemitraan. Rata-rata pendapatan usahatani petani padi organik pelaku kemitraan lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani petani padi organik bukan pelaku kemitraan. Perbedaan pendapatan usahatani petani padi organik pelaku kemitraan dengan bukan pelaku kemitraan disebabkan oleh perbedaan harga jual GKP dan biaya usahatani.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu rata-rata umur petani padi organik pelaku kemitraan yaitu 44,5 tahun dan rata-rata umur petani padi organik bukan pelaku kemitraan yaitu 58 tahun. Rata-rata pendidikan petani padi organik pelaku kemitraan yaitu 9,6 tahun dan rata-rata pendidikan petani padi organik bukan pelaku kemitraan yaitu 7 tahun. Rata-rata luas lahan petani padi organik pelaku kemitraan yaitu 7.017 m2 dan rata-rata luas lahan petani padi organik bukan pelaku kemitraan yaitu 4350 m2. Rata-rata pendapatan petani padi organik pelaku kemitraan sebesar Rp 24.401.073,00/ha/musim tanam dan rata-rata pendapatan petani padi organik bukan pelaku kemitraan

sebesar Rp 18.200.141,00/ha/musim tanam. Rata-rata jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan petani padi organik pelaku pelaku kemitraan yaitu 433 m dan rata-rata jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan petani padi organik bukan pelaku pelaku kemitraan yaitu 477 m.

Karakteristik sosial ekonomi berpengaruh terhadap keputusan petani padi organik dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan beras “Padi Mulya”. Karakteristik sosial ekonomi yang signifikan yaitu umur, pendidikan, dan luas lahan. Karakteristik sosial ekonomi yang tidak signifikan yaitu jarak tempat tinggal petani dengan lokasi penjualan.

Pendapatan usahatani antara petani padi organik pelakuk kemitraan dengan bukan pelaku kemitraan terdapat perbedaan. Pendapatan usahatani petani padi organik pelaku kemitraan (Rp 24.401.073,00/ha/musim tanam). Pendapatan usahatani petani padi organik bukan pelaku kemitraan (Rp 18.200.141,00/ha/musim tanam).

Saran

Sebaiknya Kelompok Tani Sri Rejeki menjalin kemitraan dengan badan usaha yang sejenis. Badan Pelaksana Penyuluh memberikan pemahaman tentang kemitraan kepada petani, melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani terkait dengan kemitraan. Perusahaan Beras “Padi Mulya” sebaiknya membuat perjanjian kontrak kemitraan secara jelas dan tertulis.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Chouichom S, Yamao M. 2010. Comparing Opinions and Attitudes of Organic and Non-Organic Farmers Towards Organic Rice Farming System in North-Eastern Thailand. Journal of Organic Systems. 5(1) : 25-35.

Hidayah, LN. 2011. Pelaksanaan Kemitraan Pola Dagang Umum di Bidang Kerajinan Keramik di Kabupaten Bantul Yogyakarta. J. Ilmu Hukum. 2(2) : 78-92.

Lestari, AP. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan melalui Subtitusi Pupuk anorganik dengan Pupuk Organik. J. Agronomi. 13(1) : 38-44.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press. Surakarta.

Nachrowi ND, Usman H. 2005.

Penggunaan Teknik

Ekonometri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Priyatno, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. CV Andi Offset. Yogyakarta. Rijoly, OC. 2005. Analisis Usahatani

Padi Sawah melalui Penggunaan Benih Bersertifikat di Kabupaten Pinrang (Studi Kasus Desa Leppangang Kecamatan Patampanua). J. Adiwidia. 1 : 42-51.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta. _________. 2006. Analisis

Usahatani. UI Press. Jakarta. Suhardianto A, Baliwati YF,

Sukandar D. 2007. Ketahanan Pangan Rumah tangga Petani Penghasil Beras Organik. J. Gizi dan Pangan. 2(3): 1-12. Yusastiri, NM. 2008. Diversifikasi

Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumahtanga Pedesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. J. Ekonomi Pembangunan. 13(1): 51-60.

Referensi

Dokumen terkait

menjadi sumber inefisiensi teknis usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya adalah umur petani, pengalaman berusahatani organik, jumlah anggota keluarga, dan jarak

Variabel terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

Kelompok Petani padi di Kabupaten Kediri yang telah menerapkan tanam padi organik , pada umumnya petani yang cukup memiliki modal dan lahan cukup luasDengan lahan yang luas petani

Variabel yang digunakan adalah rasio ketersediaan beras sebagai variabel terikat, sementara variabel bebasnya adalah stok beras, luas areal panen padi, produktivitas lahan,

Analisis yang memuat distribusi frekuensi untuk mendeskripsikan masa kerja dan lama kerja sebagai variabel bebas, kejadian Carpal Tunnel Syndrome sebagai variabel terikat serta

Hipotesis yang ingin diuji adalah kemampuan variabel bebas menjelaskan tingkah laku variabel terikat, apabila variabel bebas tidak dapat mempengaruhi, variabel

Predictors: (Constant), X1 (produktifitas padi), X2 (umur petani), X3 (luas lahan sawah yang dikuasai), X4 (umur saat menjadi petani mandiri), X5 (luas lahan milik), DSPGR

penerapan teknologi usahatani padi sawah adalah umur petani, tingkat pendidikan, status pengusaan lahan, luas lahan garapan, pendapatan dan keikutsertaan petani