Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 1
GEOLOGI DAERAH CIKEUSAL KIDUL DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KETANGGUNGAN
KABUPATEN BREBES
PROPINSI JAWA TENGAH
DAN
ANALISIS ZONA HIDROKARBON BERDASARKAN DATA LOG PADA
KEDALAMAN 1700 – 2200 METER
Oleh :
Dian Rani, Mustafa Luthfi dan Nyoman Witasta
Abstrak
Daerah penelitian yaitu daerah Cikeual Kidul, kecamatan Ketanggungan, kabupaten Brebes, Jawa Tengah terletak lebih kurang 20 km di selatan kota Brebes dengan luas 70 km. Secara fisiografi masuk dalam zona Bogor - Serayu Utara – Kendeng atau tepatnya berada pada Pegunungan Serayu Utara. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan dan dataran aluvial. Pola aliran sungainya berpola radial,trellis dan rektangular dengan stadia sungai muda – dewasa dan jentera geomorfik dewasa.
Tatanan stratigrafi satuan batuan tertua hingga termuda adalah batulempung gampingan sisipan batupasir (Formasi Pemali), berumur Miosen Awal atau N6 - N8 yaitu dengan hadirnya fosil Globorotalia trillobus, Globorotalia archeominardii, Globigerinoides sacculiferus dan Globigerina praebulloides. Diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Satuan batupasir selang seling batulempung sisipan breksi (Formasi Halang) diendapkan diatas Formasi Pemali pada kala Miosen Akhir atau N14-N18 yaitu dengan hadirnya fosil Globigerina praebulloides, Globorotalia tumida, Orbulina universa, Globigerinoides immaturus dan Globigerina nepenthes. Diendapkan pada lingkungan laut dalam. Hubungan stratigrafi antara kedua formasi ini tidak selaras, karena tidak terjadi pengendapan pada N9 – N13. Aluvial sungai yang terdiri dari material lepas lempung hingga bongkah merupakan endapan termuda yang ada didaerah penelitian.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa kekar, lipatan dan patahan. Kekar yang dijumpai jenis kekar gerus, tension, dan release. Struktur perlipatan berupa struktur antiklin Buara, Cikeusal Lor dan Pamedaran, serta struktur-strukktur sinklin Limbangan, Pamedaran dan Belandongan. Struktur sesar yang dijumpai adalah sesar naik Karacak dan sesar-sesar mendatar Cikuya, Pamedaran dan Sindang Jaya. Keseluruhan struktur yang ada di daerah penelitian terjadi dalam satu perioda tektonik, yaitu pada kala Plio - Plistosen (N19 – N23) dengan arah gaya pembentuk sesar pada daerah penelitian yaitu baratdaya-timurlaut dengan arah sesar menganan.
Kata Kunci : Zona Hidrokarbon meliputi Gamma ray, Resistivitas, Neutro dan Densitas 1. UMUM
Daerah Cikeusal Kidul dan sekitarnya, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah merupakan wilayah yang terdiri
atas dataran hingga perbukitan, terletak pada Zona Antiklinorium Bogor, Serayu Utara, dan Gunung Api Kuarter. Bedasarkan kajian geomorfologi, terdapat beberapa bukit yang memanjang dari tenggara – barat laut. Secara
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 2
geologi daerah ini disusun oleh batuan sedimen Tersier yang terlipat dan tersesarkan.
Berdasarkan dari beberapa peneliti terdahulu, Cekungan Bogor-Serayu Utara-Kendeng, tersusun oleh batuan sedimen turbidit laut dalam. Batuan penyusun Cekungan Serayu Utara bagian barat berupa Formasi Pemali dan Halang, dengan urutan stratigrafi tidak selaras.
Pola struktur geologi Jawa Tengah Utara dipengaruhi oleh 3 pola struktur, yaitu; pola struktur arah timurlaut - baratdaya yang disebut pola Meratus, arah utara - selatan atau pola Sunda dan arah timur – barat atau pola Jawa. Adanya perubahan jalur penunjaman umur Kapur berarah timurlaut - baratdaya menjadikan pola Jawa berarah relatif timur – barat.
Daerah ini cukup baik dipetakan karena memiliki keadaan geologi dengan litologi bervariasi dari batuan-batuan berumur Tersier hingga Kuarter, selain itu juga daerah ini memiliki aspek geomorfologi cukup menarik.
2. KONDISI GEOLOGI
2.1. Geomorfologi
Dari kenampakan ciri-ciri fisik di lapangan, daerah penelitian secara umum mempunyai bentuk morfologi perbukitan, memanjang dari utara ke selatan, yang didominasi oleh batupasir dan batulempung. Perbukitan ini terbentuk oleh batuan sedimen, dikontrol secara aktif oleh struktur geologi yang berkembang dan juga oleh perbedaan litologi yang menempatinya. Sedangkan untuk bentuk morfologi dataran, hanya ditemukan pada kali Babakan di utara dari daerah penelitian.
Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan bentang alam di lapangan, geomorfologi daerah penelitian di bagi menjadi dua satuan geomorfologi yakni:
1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan ini dicirikan oleh bentuk morfologi perbukitan landai hingga terjal memanjang dari baratlaut ke tenggara. Menempati ± 85 % luas daerah penelitian dan pada peta geomorfologi Satuan ini memiliki kisaran kelerengan 20 – 350, di
kisaran elevasi 50 m.dpl s/d 337 m.dpl.
2) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial, menempati ± 15% luas daerah penelitian, Satuan ini menyebar sepanjang sungai utama yaitu Sungai Babakan dan Cisadap dimana material yang diendapkan berasal dari sungai dan anak sungai yang berada di hulu sungai tersebut pada kelerengan 00 -
20, dan kisaran ketinggian (25 – 40) mdpl,
di susun oleh material lepas berukuran lempung sampai bongkah.
Foto 2.1-1 Bentuk morfologi bukit sinklin
dari Gunung Gantungan sebagai bentuk topografi terbalik (reverse
topography). Difoto dari Desa
Pamedaran ke arah Baratdaya N 170o E.
Foto 2.1-2 Bentuk morfologi triangular faset
yang memperlihatkan pergeseran bukit-bukit (offset ridges). Difoto dari Desa Pamedaran kearah Selatan N 175o E.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 3 2.2. Stratigrafi
Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 3 (tiga) satuan batuan, dan diketahui urutan dari tua ke muda sebagai berikut :
1) Satuan Batulempung gampingan Sisipan Batupasir, Formasi Pemali, Satuan ini tersebar di bagian utara daerah penelitian, dengan luas +25% dari luas daerah penelitian. Satuan ini menempati topografi perbukitan. Kedudukan jurus batuan antara N 105˚E dengan kemiringan batuan antara 14˚ - 48˚. Kedudukan ini membentuk lipatan antiklin dan sinklin. Berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi ketebalan batuan ini > 749 m.
Secara umum Batulempung gampingan warna abu – abu, karbonatan mengandung
fosil dari kelompok Globigerina dan Globorotalia.
Batupasir dengan warna coklat kekuningan, ukuran butir pasir halus – pasir sedang, bentuk butir menyudut tanggung - membulat tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, bersifat karbonatan. Ketebalan 5-30cm.
2) Satuan Batupasir Selang – seling Batulempung Sisipan Breksi, Formasi halang, Satuan ini tersebar + 60% dari luas daerah penelitian menyebar utara dan selatan daerah penelitian. Kedudukan jurus batuan antara N 150˚ E dengan kemiringan batuan antara 15˚ - 80˚. Kedudukan ini membentuk lipatan antiklin dan sinklin. Memiliki ketebalan >870 m meter berdasarkan pengukuran penampang geologi, sedangkan secara regional tebalnya Formasi Halang adalah 2400 meter.
Foto 2.2-1Singkapan batulempung gampingan
tebal, berwarna abu – abu. Foto diambil dari lokasi pengamatan DSTA. 40 di Sungai Babakan.
Foto 2.1-3 Memperlihatkan geomorfologi
dataran aluvial sungai yang berada di Sungai Babakan, foto diambil dari utara sungai Babakan ke arah N 143o E.
Foto 2.1-4 Memperlihatkan geomorfologi
dataran aluvial sungai yang disusun oleh material lepas ukuran lempung hingga bongkah tersebar di Sungai Cisadap. Foto diambil dari tenggara ke arah baratlaut.
Foto 2.2-2 Singkapan batulempung
gampingan sisipan batupasir. Foto diambil dari lokasi pengamatan DSTA. 120 di Sungai Cisadap.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 4
Secara umum Batupasir ini berwarna abu-abu kecoklatan, ukuran butir pasir halus hingga kasar, bentuk butir menyudut tanggung sampai membulat tanggung, pemilahan sedang, kemas tertutup, bersifat karbonatan. Tersusun oleh felspar dan kuarsa. Ketebalan lapisan berkisar 10 cm hingga 50 cm. Terdapat struktur Parallel Laminasi dan Gradded Bedding.
Batulempung berwarna abu-abu kecoklatan, butiran halus berukuran lanau-lempung, bersifat karbonatan. Ketebalan batulempung bervariasi mulai dari 10 - 50 cm.
Breksi merupakan sisipan dari batupasir selang – seling batulempung, terdiri dari massa dasar batupasir, warna abu-abu, ukuran pasir
kasar hingga kerakal, bentuk butir menyudut tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka kompak. Dengan ketebalan lapisan 100 cm - 200 cm dan ukuran fragmen mulai dari kerikil – kerakal. Fragmen: Andesit dan Batupasir.
3) Satuan Endapan Aluvial., menempati ± 15% luas daerah penelitian,
Satuan ini
menyebar sekitar hilir Sungai Babakan
dan hilir Sungai Cisadap dibagian Utara
daerah
penelitian.
Material yang diendapkan berasal dari sungai dan anak sungai yang berada di hulu sungai. Ketebalan satuan ini 0,5 m – 5 m.Foto 2.2-4
Singkapan batupasir selang – seling batulempung sisipan breksi pada DSTA.28, foto diambil di Sungai Cireundeuy ke arah timur.
Foto 2.2-6 Singkapan aluvial sungai di
lokasi pengamatan Sungai Cisadap.
Foto 2.2-5 Singkapan breksi pada
satuan batupasir selang-seling batulempung sisipan breksi pada DSTA 80. Foto diambil di Desa Pamedaran ke arah baratdaya.
. Foto 2.2-3 Struktur sedimen Gradded
Bedding pada DSTA 27 di
Sungai Babakan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 5
Tabel 2.2-1. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti sebelumnya.
2.3. Struktur Geologi
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di
daerah penelitian di jumpai struktur geologi
yang berupa kekar, lipatan dan sesar.
1) Struktur Kekar, berkembang di daerah penelitian dan dapat di bedakan menjadi :
(1). Shear joint atau “compression joint”, yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tekanan dan
(2). Tension joint, yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tarikan.
2) Struktur Lipatan, Struktur lipatan yang berkembang di daerah penelitian adalah antiklin dan sinklin, yang secara umum berarah Barat – Timur.
a) Sinklin Limbangan, Penamaan sinklin ini didasarkan pada sumbu sinklin yang melewati Desa Limbangan di bagian utara daerah penelitian, dengan sumbu sepanjang ± 6,8 km berarah relatif barat laut - tenggara. Kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara berkisar antara N110oE
– N140oE, dengan besar kemiringan lapisan
batuan berkisar 34° - 49°, sedangkan sayap bagian selatan memiliki kedudukan lapisan batuan berkisar antara N290oE – N310oE,
dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 22° - 50°. Sinklin ini melibatkan Satuan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 6
Batuan Batulempung gampingan Sisipan Batupasir Formasi Pemali (N6 – N8). Pada penampang peta geologi, sinklin ini terlihat asimetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin
asimetri.
b) Sinklin Cikeusal Kidul, Penamaan sinklin
ini didasarkan pada sumbu sinklin yang melewati Desa Cikeusal Kidul di bagian tengah daerah penelitian, dengan sumbu sepanjang ± 8 km berarah relatif baratlaut – tenggara daerah penelitian. Kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara berkisar antara N 120o E – N 135o E, dengan
besar kemiringan lapisan batuan berkisar 29° - 50°, sedangkan sayap bagian selatan
memiliki kedudukan lapisan batuan
berkisar antara N 280o E – N 295o E, dengan
kemiringan lapisan batuan sekitar 23° - 50°. Sinklin ini melibatkan Satuan Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung Sisipan Breksi Formasi Halang (N14 - N18). Pada penampang peta geologi, sinklin ini terlihat asimetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan
penampang maka sinklin ini
diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
c) Sinklin Belandongan, Penamaan sinklin
ini didasarkan pada sumbu sinklin yang melewati Daerah Belandongan di bagian tengah daerah penelitian, dengan sumbu sepanjang ± 4,4 km berarah relatif barat laut – tenggara daerah penelitian. Kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara berkisar antara N 110o E – N 130o E, dengan
besar kemiringan lapisan batuan berkisar 20° - 34°, sedangkan sayap bagian selatan
memiliki kedudukan lapisan batuan
berkisar antara N 290o E – N 300o E, dengan
kemiringan lapisan batuan sekitar 15° - 38°. Sinklin ini melibatkan Satuan Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung Sisipan Breksi Formasi Halang (N14 - N18). Pada penampang peta geologi, sinklin ini terlihat asimetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan
penampang maka sinklin ini
diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
d) Antiklin Buara, Penamaan antiklin ini didasarkan pada sumbu antiklin yang melewati Daerah Buara di bagian utara
daerah penelitian, dengan sumbu
sepanjang ± 5,2 km berarah relatif baratlaut – tenggara daerah penelitian. Kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara berkisar antara N 280o E – N 290o E,
dengan besar kemiringan lapisan batuan
berkisar 25° - 48°, sedangkan sayap bagian selatan memiliki kedudukan lapisan batuan berkisar antara N 100o E – N 140o E,
dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 13° - 49°. Antiklin ini melibatkan Satuan Batuan Batulempung gampingan Sisipan Batupasir Formasi Pemali (N6 - N8). Pada penampang peta geologi, antiklin ini terlihat asimetri. Berdasarkan besar
kemiringan pada kedua sayap dan
penampang maka sinklin ini
diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
e) Antiklin Cikeusal Lor, Penamaan antiklin
ini didasarkan pada sumbu antiklin yang melewati Daerah Cikeusal Lor di bagian tengah daerah penelitian, dengan sumbu sepanjang ± 9,5 km berarah relatif barat laut – tenggara daerah penelitian. Kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara berkisar antara N 290o E – N
310o E, dengan besar kemiringan lapisan
batuan berkisar 22° - 50°, sedangkan sayap bagian selatan memiliki kedudukan lapisan batuan berkisar antara N 120o E – N 135o E,
dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 29° - 50°. Antiklin ini melibatkan Satuan Batuan Batulempung gampingan Sisipan Batupasir Formasi Pemali (N6 - N8) dan Satuan Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung Sisipan Breksi Formasi Halang (N14 - N18). Pada penampang peta geologi, antiklin ini terlihat asimetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka antiklin ini diklasifikasikan sebagai antiklin asimetri.
f) Antiklin Pamedaran, Penamaan antiklin ini
didasarkan pada sumbu antiklin yang melewati Daerah Pamedaran di bagian selatan daerah penelitian, dengan sumbu sepanjang ± 10,5 km berarah relatif baratlaut – tenggara daerah penelitian. Kedudukan lapisan batuan pada sayap bagian utara berkisar antara N 280o E – N
295o E, dengan besar kemiringan lapisan
batuan berkisar 23° - 50°, sedangkan sayap bagian selatan memiliki kedudukan lapisan batuan berkisar antara N 110o E – N 130o E,
dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 20° - 34°. Antiklin ini melibatkan Satuan
Batuan Batupasir Selang-seling
Batulempung Sisipan Breksi Formasi Halang (N14 - N18). Pada penampang peta geologi, antiklin ini terlihat asimetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka antiklin ini diklasifikasikan sebagai antiklin asimetri.
3) Struktur Patahan (Sesar), Patahan atau sesar merupakan struktur rekahan yang telah
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 7
mengalami pergeseran. Sifat pergeserannya dapat bermacam – macam mulai dari mendatar, miring (oblique), naik maupun turun.
Adapun jenis sesar – sesar yang
berkembang di daerah penelitian adalah :
1). Sesar Naik Karacak, penamaan sesar ini dikarenakan sesar melewati Desa Karacak dan sekitarnya. Arah sesar ini memanjang dari baratlaut – tenggara daerah penilitian yang searah dengan pola lipatan di daerah penelitian. Adapun indikasi adanya sesar naik di daerah penelitian adalah :
a) Lapisan tegak pada batupasir selang-seling batulempung dengan kedudukan N165°E/76°, lokasi pengamatan DSTA-92 di Kali Cikabuyutan.(Foto 3-1). b) Lapisan tegak pada batupasir
selang-seling batulempung dengan kedudukan N 167° E / 77°, lokasi pengamatan DSTA-93 di Kali Cikabuyutan.
c) Lapisan tegak pada batupasir selang-seling batulempung dengan kedudukan N 170° E / 79°, lokasi pengamatan DSTA-94 di Kali Cikabuyutan.
d) Breksiasi yang dijumpai pada DSTA-45 di Kali Cikabuyutan dengan arah umum N335°E (Foto 3-2).
2). Sesar Mendatar Cikuya, penamaan sesar ini dikarenakan bukti-bukti sesar dijumpai di sekitar Desa Cikuya. Arah sesar ini memanjang dari baratdaya – timurlaut lokasi penelitian yang tegak lurus dengan pola lipatan yang ada. Adapun indikasi adanya sesar mendatar Cikuya di daerah penelitian adalah :
a) Adanya Milonit pada DSTA-78 di Kali Cikabuyutan dengan arah umum N48°E (Foto 3-3).
b) Bidang sesar pada batupasir,
kedudukan bidang sesar N43°E/63°, dengan gores garis 67°, N 120° E, pitch 23° di Kali Cikabuyutan Tengah DSTA-49 (Foto 3-5).
c) Adanya pergeseran (off-set) dengan arah N45°E pada batupasir selang-seling batulempung pada DSTA-83 di Kali Cikabuyutan. (Foto 3-4).
Foto 3-1 Lapisan tegak pada DSTA 93
Foto 3-2 Breksiasi pada DSTA 45
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 8
3). Sesar Mendatar Belandongan, penamaan sesar ini dikarenakan bukti-bukti sesar dijumpai di sekitar Desa Belandongan. Arah sesar ini memanjang dari baratdaya – timurlaut lokasi penelitian yang tegak lurus dengan pola lipatan yang ada. Adapun indikasi adanya sesar mendatar Belandongan di daerah penelitian adalah :
a) Adanya Milonit pada DSTA-124 di Kali Cikabuyutan dengan arah umum N220°E (Foto 3-6).
b) Perubahan kedudukan batuan (jurus)
yang tiba-tiba pada DSTA-22
(N190oE/35o) dan (N265oE/28o).
(Foto 3-7)
c) Bidang sesar pada batupasir,
kedudukan bidang sesar N198°E/63°, dengan gores garis 9°, N 75° E, pitch 49° di Sungai Cibelandongan DSTA-40. (Foto 3-8)
4). Sesar Mendatar Pamedaran, penamaan sesar ini dikarenakan bukti-bukti sesar dijumpai di sekitar Desa Pamedaran. Arah sesar ini memanjang dari baratdaya – timur laut lokasi penelitian yang tegak lurus dengan pola lipatan yang ada. Adapun indikasi adanya sesar mendatar Pamedaran di daerah penelitian adalah :
a) Adanya Milonit pada DSTA-40 di Kali
Cikabuyutan dengan arah umum
N38°E (Foto 3-9). Foto 3-4
Offset pada DSTA 83
Foto 3-5 Gores-garis pada DSTA 49
Foto 3-6 Milonit pada DSTA 124.
Foto 3-7 Perubahan kedudukan yang
ekstrim pada DSTA 22
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 9
b) Adanya pergeseran (off-set) dengan arah N40°E dan N230°E di Kali Cireundeuy DSTA-21 dan DSTA-26. (Gambar 2-1). (Foto 10 dan Foto 3-11)
3. ANALISIS ZONA HIDROKARBON BERDASARKAN DATA LOG PADA KEDALAMAN 1700 – 2200 METER 3.1 PENDAHULUAN
Log adalah gambaran kedalaman dari suatu perangkat kurva yang mewakili parameter-parameter yang diukur secara terus menerus didalam suatu sumur ( Schlumberger, 1986). Parameter yang biasa diukur adalah tahanan jenis batuan, daya hantar listrik, sifat keradioaktifan, dan sifat meneruskan gelombang suara. Kegiatan untuk mendapatkan data log disebut logging. Data logging digunakan untuk mengidentifikasi litologi, menentukan kandungan fluida dalam reservoar serta memperkirakan cadangan hidrokarbon. Pada log ini diketahui terdapat data-data wireline pada 4 komposite log yang meliputi kurva log Gamma ray, kurva log Caliper, kurva log Densitas, kurva log Neutron, serta kurva log Resistivitas.
Table 3.1-1. Hasil uji lab data MDT
Keda
lama
n
Keterangan
Nilai
Resistivitas
(ohm)
1650
,5
air
10
1696
air
3
1774
titik awal
intrepretasi data
MDT
38
1776
90%
hidrokarbon dan
10% air
38
1831
,5
air
22
1848
,6
air
24
1906
,5
air
32
2009
,5
75%
hidrokarbon dan
25% air
38
2208
air
10
Dalam studi ini penulis memberi batasan – batasan penelitian yang akan dilakukan pada analisis data log yaitu log gamma ray, log resistivitas, log neutron, log densitas dan MDT dengan menggunakan metode quik look.
Foto 3-9 Milonit pada DSTA 40
Foto 3-10 Offset pada DSTA 26
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 10 3.2 Langkah - langkah penentuan zona
hidrokarbon
Gambar 3.2-1. Bagan Alir Analisis Zona Hidrokarbon
3.2.1. Zona Prospek Minyak
Pada kurva Gamma ray terlihat bahwa sinar gammanya rendah,terlihat defleksi menjauhi shale base line. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum kemungkinan merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga sinar gamma ray yang menunjukkan kandungan serpih yang rendah.
Penentuan adanya kandungan minyak maupun gas ditentukan dengan pembacaan log resistivitas. Hadirnya kandungan hidrokarbon ditunjukkan oleh resistivitas tinggi dan kandungan air diindikasikan oleh resistivitas rendah, sedangkan penentuan porositas secara kwalitatif ditentukan oleh log neutron dan log densitas. Batuan porous mempunyai densitas rendah dan ditunjukkan oleh pembacaan log neutron tinggi. Pada prinsipnya analisa log dalam hal ini adalah secara kwalitatif menentukan zona reservoir yang porous dan memiliki permeabilitas cukup dan mempunyai resistivitas tinggi.
Kurva resistivitas menunjukkan nilai resistivitas yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada zona ini terdapat kandungan fluida hidrokarbon. Zona prospek minyak bumi memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Jika kurva resistivitas menunjukkan bentuk defleksi yang lebih besar dari pada kurva densitas, maka zona tersebut dianggap sebagai zona minyak bumi. 3.2.2. Zona Prospek Gas
Zona prospek gas memiliki ciri-ciri yang menyerupai minyak pada beberapa kurva log. Namun harus dibedakan secara lebih teliti lagi perbedaan dari keduanya di setiap kurva log. Di bawah ini penjelasan
dari zona prospek gas berdasarkan hasil interpretasi data wirelinelog.
Pada kurva Gamma ray terlihat bahwa sinar gammanya rendah, jauh dari shale base line. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum kemungkinan merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga sinar gamma ray yang menunjukkan kandungan serpih yang rendah.
Kurva resistivitas menunjukkan nilai resistivitas yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada zona ini terdapat kandungan fluida minyak maupun gas. Namun demikian harus dievaluasi porositasnya dari log densitas dan log neutron. Berdasarkan keempat kurva tersebut (Gamma ray dan Resistivitas) yang memperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan resistivitas bernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan batupasir pada formasi tersebut. Berdasarkan litologinya yaitu batupasir, dapat diketahui bahwa zona ini merupakan zona prospek hidrokarbon, sebab minyak dan gas terdapat di batupasir.
Kurva log porositas yaitu log densitas dan log neutron dengan harga resistivitas yang tinggi maka zona itu merupakan zona gas. Zona gas ditandai dengan harga porositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositas densitas, sehingga akan menunjukkan adanya separasi yang lebih besar.
3.2.3. Zona Air
Zona saline water pada data wireline log dapat dikenali dari log resistivitasnya. Log ini digunakan untuk mendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air. Zona air akan menunjukkan harga resistivitas lebih rendah dari pada zona minyak. Dari log resistivitas yang diberikan terlihat bahwa defleksinya melurus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa zona ini merupakan zona saline water. Bila defleksinya membelok (resistivitasnya semakin membesar) maka merupakan fresh water. Selain itu zona air juga dapat dikenali bila tidak menunjukkan adanya separasi yang kecil antara kurva log densitas dengan kurva log neutron. Kurva densitas lapisan tersebut berada disebelah kanan kurva neutron. Saline water menunjukkan harga kurva neutron besar dan densitas yang kecil.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 11 Tabel 3.2-1. Kisaran Nilai Resistivity Fluida Pada Blok x
Nilai resistivity
(ohm)
Keterangan
> 40
air
40-80
minyak
80 <
gas
3.3. Hasil AkhirPada gambar 3.3-1, zona prospek minyak berada pada lapisan batupasir dengan interval kedalaman 1773-1775 yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekitar 38 ohm, densitasnya tinggi dan nilai neutron yang rendah. Pada lapisan ini merupakan titik awal interpretasi dari data MDT.
Gambar 3.3-1. Log zona hidrokarbon
kedalaman 1770 m – 1775 m
Pada gambar 3.3-2, zona prospek gas berada pada lapisan batupasir dengan interval kedalaman 1866-1868, 1879-1882, yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada nilai tertinggi yaitu antara 160-200 ohm
(didapat dari hasil intrepretasi data MDT), densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang rendah. Zona prospek minyak berada pada lapisan batupasir dengan kedalaman 1868-1870, 1882-1883, 1886-1888 yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekitar 60-80 ohm, densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang rendah. Zona air berada pada lapisan batupasir dengan interval kedalaman 1870-1872 yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekita 22-27 ohm, densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang tinggi.
Pada interval 1866-1872 terdapat gas oil contact pada kedalaman 1868 dan oil water contact pada kedalaman 1870. Pada interval kedalaman 1879-1883 terdapat oil gas contact pada kedalaman 1882. Pada interval kedalaman 1886-1891 terdapat oil water contact pada kedalaman 1888.
Gambar 3.3-2. Log zona hidrokarbon
kedalaman 1865 m – 1893 m
Pada gambar 3.3-3, zona prospek minyak berada pada lapisan batupasir dengan kedalaman 2030-2032, 2036-2039, yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekitar 40-80 ohm, porositas densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang rendah. Zona air berada pada lapisan batupasir dengan interval kedalaman 2032 -2033 yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekita 20-36 ohm, densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang tinggi. Pada interval 1866-1872 terdapat oil water contact pada kedalaman 2032.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 12
Gambar 3.3-3. Log zona hidrokarbon kedalaman
2025 m – 2040 m
Pada gambar 3.3-4, zona prospek minyak berada pada lapisan batupasir dengan kedalaman 2088-2098, yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekitar 40-100 ohm, densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang rendah. Zona air berada pada lapisan batupasir dengan interval kedalaman 2098-2112, 2127-2136 yaitu dengan nilai gamma ray rendah, nilai resistivitas berada pada batas ambang bawah minyak sekita 2-36 ohm, densitasnya tinggi dan nilai porositas neutron yang tinggi. Pada interval 1866-1872 terdapat oil water contact pada kedalaman 2098.
Gambar 3.3-4. Log zona hidrokarbon kedalaman
2091 m – 2140 m
Zona yang dapat dilakukan perforasi
yaitu pada lapisan-lapisan yang mengandung
hidrokarbon. Akan tetapi kegiatan perforasi
ini dilakukan tergantung pada tujuan
perusahaan, apakah mereka meniginginkan
produksi minyak atau gas.
PUSTAKA
1) Asikin S., 1995, “Buku Pedoman Geologi Lapangan”, Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung.
2) Asikin S., 1982. “Geologi Struktur Indonesia”, Departemen Teknik Geologi, ITB, Bandung.
3) Bemmelen, R.W. van., 1949. “The Geology of Indonesia”, The Hague Martinus Nijhoff, vol IA, Netherlands. 4) Blow, W.H, 1969. Late Middle Eocen to
Recent Planktonic Foraminefera Biostratigrafy. Plantonic Microfossils 1st,
Geneva.
5) Bouma, A.H, 1962. Sedimentology of Some Flysh Deposit : A Graphic Approach to Facies Interpretation, Elsivier Pub. Co. Amsterdam.
6) Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Majenang Jawa, Skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral, Bandung.
7) Nugrahardi, Harris, 2011, Geologi dan Analisis Geomorfologi Daerah Desa Jemasih Dan Sekitarnya, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah: Aplikasinya Untuk Tata Guna Lahan Pemukiman, Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung.
8) Pheleger., F.B, 1951, Ecologi of Foraminifera, Nortwest Gulf of Mexico, GSA Memoir 46.
9) Sampurno., 1982, “Diktat Geomorfologi”, Jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
10) Setiawan, Afrizon, 2011, Geologi Dan Analisis Geomorfologi Daerah Kamal Dan Sekitarnya, Brebes, Jawa Tengah: Aplikasinya Untuk Pemanfaatan Tata Guna Lahan Perkebunan, Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 13
11) Sukamto, Denny Kadarisman., 2001. “ Pedoman Praktikum Petrografi” Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
12) Triandari, Risa, 2011, Geologi Dan Analisis Geomorfologi Daerah Kertasari Dan Sekitarnya Kabupaten Brebes Jawa Tengah: Aplikasinya Untuk Tata Guna Lahan Permukiman, Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung.
13) Walker, R.G., James, N.P, 1992, Facies Models Respons to Sea Level Change, Geological Association of Canada, Kanada. 14) Wiliams, H., Turner, F.J and Gilbert, Charles M., 1955, Petrography and Indroction to the Study of Rock in Thin Section, W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
PENULIS
1) Dian Rani, ST., Alumni (2014) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
2) Mustafa Luthfi, Ir., MT., Staf Pengajar di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.