• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 9. Analisis Debit Sesaat Sungai Ponggutamba Sebagai Bahan Kajian Perencanaan Sumber Energi Listrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 9. Analisis Debit Sesaat Sungai Ponggutamba Sebagai Bahan Kajian Perencanaan Sumber Energi Listrik"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 99

BAB 9.

Analisis Debit Sesaat Sungai Ponggutamba Sebagai Bahan

Kajian Perencanaan Sumber Energi Listrik

Teguh Prayogo

1*

, Muhammad Hanif

2

1

Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM),

2

Pusat Teknologi Lingkungan (PTL), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Puspiptek Area, Gedung 820 Geostek, Tangerang Selatan, Banten 15314 Telp. 021-75791381 Fax. 021-75791403

*e-mail : yogosig@gmail.com

PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 mendefinisikan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak., bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air ini harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan mempertimbangkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Namun pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misalnya pada kondisi geologi tertentu di mana proses perjalanan air tanah membutuhkan waktu ribuan tahun, sehingga bilamana pengambilan air tanah secara berlebihan, air akan habis (Kodoatie, RJ., dan Sjarief R, 2010).

Salah satu sumber utama air yang ada di permukaan adalah sungai. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan, yaitu garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai).

Salah satu manfaat yang dapat digunakan dari air sungai adalah sumber pembangkit listrik. Kemampuannya untuk memutar turbin yang mengalirkan sumber listrik sudah banyak di gunakan. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan alternatif sumber energi listrik bagi masyarakat, PLTMH memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat pedalaman di seluruh Indonesia. Pada saat sumber energi lain mulai menipis dan memberikan dampak negatif, maka air menjadi sumber energi yang sangat penting karena dapat dijadikan

(2)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 100

sumber energi pembangkit listrik yang murah dan tidak menimbulkan polusi. Selain itu, Indonesia kaya akan sumber daya air sehingga sangat potensial untuk memproduksi energi listrik yang banyak.

Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka data debit aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelolaan sumberdaya air, sehingga perlu dikaji untuk mendapatkan gambaran kondisi sumberdaya air sungai tersebut.

TUJUAN

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengkaji debit air sungai Ponggutamba, Kabupaten Sumba Tengah.

METODOLOGI

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Debit sesaat adalah debit yang diukur pada saat tertentu, yaitu pada bulan Mei yang merupakan masa peralihan dari keadaan relatif basah (Januari – April) ke keadaan tergolong kering (BPS Sumba Tengah, 2015).

Lokasi kegiatan penelitian potensi debit air ini dilakukan di sungai Ponggutamba bagian selatan, Kabupaten Sumba Tengah bagian tengah, sedangkan kabupaten Sumba Tengah ini terletak pada Pulau Sumba dan termasuk bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan total luas wilayah 187,87 km². Secara astronomis kabupaten Sumba Tengah terletak di antara 9º20’ sampai dengan 9º50’ Lintang Selatan dan 119º22’ sampai dengan 119º55’ Bujur Timur (BPS Sumba Tengah, 2015).

Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Sumba Tengah memiliki batas-batas : Sebelah Utara - Selat Sumba, Sebelah Selatan - Samudera Indonesia, Sebelah Barat - Kabupaten Sumba Barat, dan Sebelah Timur - Kabupaten Sumba Timur, seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kabupaten Sumba Tengah (warna hijau).

Sedangkan lokasi penelitian merupakan bagian dari sungai Ponggutamba yang termasuk dalam salah satu daerah di Kabupaten Sumba Tengah yang terletak relatif di bagian tengah atas, dan berjarak sekitar 27 km dari pusat kota Waibakul, Ibukota Kabupaten Sumba Tengah, serta sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit di mana hampir 50 persen luas wilayahnya memiliki kemiringan 14o – 40o (BPS Sumba Tengah, 2015).

(3)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 101 Gambar 2. Lokasi penelitian (kotak merah)

Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian kajian kualitas sumberdaya air tanah dangkal ini terdiri dari Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi pengukuran debit, Kompas Geologi untuk mengetahui arah aliran sungai, dan Current Meter untuk mengukur kecepatan aliran sungai, serta peralatan penunjang lainnya.

Gambar 3. Peralatan survei berupa GPS

(4)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 102 Metodologi

Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari studi pendahuluan, survei lapangan, dan analisis (pengolahan data dan interpretasi).

Gambar 5. Diagram alir metodologi penelitian Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh peneliti untuk mengumnpulkan sejumlah informasi tentang obyek dan subyek penelitian sebelum melakukan penelitian. Studi Pendahuluan ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran awal berkenaan dengan kondisi yang ada di lapangan dan dilaksanakan dengan melakukan kegiatan tinjauan pustaka dan inventarisasi data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan yang telah ada, baik itu diperoleh dari instansi-instansi yang terkait maupun lainnya, seperti data administrasi, data topografi, data geologi dan lainnya.

Survei Lapangan

Survei lapangan merupakan kegiatan pencarian data dan informasi primer yang dilakukan secara langsung di lapangan. Hal ini mutlak dilakukan agar dapat diketahui kondisi yang sesungguhnya, sehingga diharapkan tidak terjadinya kesalahan dalam analisis. Pekerjaan ini dapat berupa wawancara dan observasi.

Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bagian penting dari setiap survei, sedangkan wawancara sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara langsung, sistematis, telah terencana, dan berlandaskan tujuan penelitian yang dilakukan kepada penduduk sekitar, sedangkan pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan.

Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi melalui pengamatan langsung ke sumur gali penduduk pada daerah penelitian dan melalukan pengeplotan lokasi pengamatan dengan menggunakan peralatan GPS serta melakukan pengukuran guna mendapatkan data obyektif dan dapat dipertanggungjawakan mengenai kecepatan aliran sungai dengan menggunakan peralatan Current Meter dan pengukuran tinggi muka air dengan peralatan meteran atau tongkat meteran.

(5)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 103 Analisis

Pekerjaan analisis ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dan kualitas air tanah dangkal (akuifer) pada daerah penelitian dengan melakukan pekerjaan pengolahan dan interpretasi hasil survei lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Daerah Survei

Berdasarkan hasil analisis topografi dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) terhadap data Digital Elevation Model (DEM) yang diperoleh dengan cara men-download dari internet (http://www.cgiar-csi.org/ data/srtm-90m-digital-elevation-database-v4-1) pada daerah Sumba Tengah, maka daerah survei mempunyai bentang alam berupa morfologi perbuktan dengan ketinggian berkisar antara 0 – 500 meter di atas permukaan laut seperti disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7 di bawah ini. Warna biru mengindikasikan elevasi atau ketinggian tempat yang paling rendah, sedangkan warna merah mewakili elevasi yang paling tinggi, dan sekaligus menunjukkan adanya pola sebaran ketinggian yang relative utara – selatan.

Gambar 6. Kenampakan Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan secara 3 Dimensi

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penetapan lokasi pengukuran debit sesaat, adalah sebagai berikut:

 Pengamatan pada peta topografi untuk melihat gambaran secara umum dan kemungkinan lokasi yang dipilih.

 Peninjauan lapangan untuk melihat situasi setempat serta sifat aliran sungai.

 Apabila diperlukan dilakukan pengamatan sepanjang sungai untuk mencari lokasi terbaik.

Sri Harto, 1993, memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pengukuran debit adalah sebagai berikut:

 Kemudahan dalam pencapaian

 Di bagian sungai yang lurus, dan mempunyai aliran yang sejajar  Penampang sungai yang relative teratur dan stabil

 Tidak terdapat kemungkinan aliran di bantaran sungai  Kepekaan terhadap perubahan tinggi muka air  Tidak terdapat gangguan tanaman atau pepohonan  Tidak terdapat pengaruh “back water”.

 Di tempat terjadinya perubahan lereng yang besar  Di tempat pengambilan air untuk berbagai keperluan

(6)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 104

Adapun bahan pertimbangan tambahan untuk penetapan lokasi pengukuran debit sesaat pada aliran sungai Ponggutamba yang dijadikan sebagai bahan kajian perencanaan sumber energy listrik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Lokasi survei tidak berada pada area hutan lindung

 Lokasi survei terletak di bagian hulu dari rencana lokasi kegiatan sumber energy listrik. Penentuan posisi geografis dari lokasi survei atau penelitian untuk pengukuran debit sesaat dilakukan dengan menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS) yang dapat dinyatakan dalam dimensi satuan derajat (degree/geografis) atau meter (UTM) seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Topografi daerah penelitian

Parameter-parameter yang diukur di lapangan pada analisis debit sesaat adalah meliputi luas penampang sungai yang terdiri dari lebar sungai, tinggi muka air, dan kecepatan aliran. Pengukuran parameter-parameter tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan perahu, jembatan atau kotak yang digantungkan pada kabel yang melintasi sungai. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara masuk ke dalam sungai.

Luas Penampang Sungai

Untuk menghitung debit sungai, baik pengukuran dengan pelampung maupun dengan alat ukur arus, diperlukan luas penampang melintang sungai.

Pengukuran Lebar Sungai

Pengukuran Lebar sungai dalam kegiatan pengukuran debit sesaat sungai dilakukan setelah lokasi pengukuran telah ditetapkan. Pengukuran lebar sungai dilakukan dengan membentangkan alat ukur yang berupa meteran atau tali yang telah diberi batas-batas atau simpul-simpul ukuran (1 meter) dari ujung atau tepi sisi sungai bagian yang satu (sisi timur) sampai ke ujung atau tepi sisi sungai bagian yang lainnya (sisi barat), sedangkan bentangan meteran atau tali tersebut harus tegak lurus dengan aliran sungai. Pengukuran lebar sungai ini

(7)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 105

dinyatakan dalam dimensi satuan meter (m) seperti terlihat pada Gambar 8. Berdasarkan hasil pengukuran lebar sungai Ponggutamba di lokasi pengukuran, maka lebar sungainya sekitar 19.2 meter, seperti dilihat pada Tabel 1.

Gambar 8. Pengukuran lebar sungai (pita merah) Pengukuran Tinggi Muka Air Sungai

Pengukuran tinggi muka air atau kedalaman sungai dapat dilakukan dengan membenamkan alat ukur berupa tongkat yang sudah ada ukurannya atau tongkat yang belum ada ukurannya lalu diukur dengan meteran sampai ke dasar sungai. Pengukuran atau pembenaman alat ukur kedalaman ini harus secara vertical atau tegak lurus dengan dasar sungai atau muka air sungai. Adapun pembacaan atau pengukurannya dari dasar sungai sampai ke batas muka air sunga, seperti terlihat pada Gambar 9. Hasil Pengukuran kedalaman sungai ini dinyatakan dalam dimensi satuan meter (m) dan dapat dilhat pada Suyono dan Takeda, 2006 memberikan standar interval garis pengukuran, seperti dalam tabel di bawah ini.

Gambar 9. Pengukuran Tinggi Muka Air Sungai dengan Tongkat Meter Tabel 1. Standar interval Garis Pengukuran Sungai (Suyono & Takeda, 2006)

Lebar Sungai B (m) Interval Pengukuran Kedalaman (m) < 10 0.1 B – 0.15B 10 – 20 1 20 – 40 2 40 – 60 3 60 – 80 4 80 – 100 5 100 – 150 6 150 – 200 10 200 15

(8)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 106

Makin dekat interval garis pengukuran kedalaman dan kecepatan, maka makin tinggi ketelitian yang didapat. Pada penelitian ini, interval pengukurannya berjarak 1 meter.

Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai

Kecepatan aliran sungai merupakan komponen aliran yang sangat penting, karena pengukuran debit secara langsung di suatu penampang sungai tidak dapat dilakukan dengan cara konvensional. Kecepatan aliran ini diukur dalam dimensi satuan panjang setiap satuan waktu, umumnya dinyatakan dalam satuan meter/detik (m/dt) (Sri Harto, 1993).

Tergantung dari tingkat ketelitian yang dikehendaki dan cara yang akan digunakan dalam pengukuran kecepatan aliran sungai dapat dilakukan dengan berbagai cara (Sri Harto, 1993), diantaranya:

 Pengukuran dengan pelampung

Pengukuran dengan “Velocity Head Rod”, yaitu berdasarkan perbedaan pembacaan papan pengukur saat melintang dan sejajar aliran

Pengukuran dengan “Trupp”s Ripple Meter” yaitu berdasarkan pembacaan sudut diantara 2 papan pengukur.

Dan Pengukuran dengan “Current Meter”

Ketiga metoda pengukuran yang disebut pertama akan menghasilkan kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang kecil atau rendah. Oleh karena itu, pengukuran kecepatan aliran pada penelitian ini menggunakan peralatan Cuurent Meter. Alat ini merupakan alat pengukur kecepatan yang paling banyak digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliran yang diukur adalah kecepatan aliran titik dalam satu penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan adalah adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan kecepatan putaran baling-baling Current Meter. Pemeriksaan bagian yang berputar itu dilakukan dengan menggerakan bagian ini dengan kecepatan yang tetap dalam air yang statis. Dengan pemeriksaan ini, maka koefisien-koefisiennya dapat ditentukan sehingga kecepatannya dapat diperoleh dari jumlah putaran itu. Dalam praktek, hubungan antara jumlah putaran dan kecepatan aliran adalah tidak linier.

Hubungan tersebut terlihat dalam persamaan (Sri Harto, 1993) berikut ini :

Sedangkan V = kecepatan aliran (m/detik), n = jumlah putaran dalam waktu tertentu, dan a,b = tetapan (nilai ini ditetapkan dalam kalibrasi di laboratorium secara periodik).

Pengukuran kecepatan pada umumnya dilakukan tidak hanya untuk memperoleh kecepatan titik dalam satu penampang, akan tetapi umumnya dilakukan untuk memperoleh kecepatan rata-rata dalam satu vertical dalam satu penampang aliran tertentu. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara memperhatikan pengertian hidraulik bahwa distribusi kecepatan seacra vertical dalam satu penampang adalah berbentuk parabola (Sri Harto, 1993). Adapun langkah-langkah dalam pengukuran kecepatan aliran sungai dengan menggunakan alat Curent Meter pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Membagi sungai menjadi beberapa segmen penampang vertikal, sedangkan jarak antar titik pengukuran sekitar 1 meter dengan memanfaatkan alat ukur tali dan meteran. Jumlahnya tergantung pada lebar sungai.

(9)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 107

 Memasukkan alat Current Meter ke dalam sungai pada titik-titik pengukuran pada kedalaman sekitar 0,8D, 0,6D, dan 0,2D, sedangkan D adalah kedalaman sungai dari muka air sungai.

Melakukan pembacaan nilai kecepatan aliran pada Current Meter.

 Kegiatan tersebut dilakukan terus menerus sampai titik pengukuran terakhir.

Pengukuran kecepatan arus sungai Ponggutamba dan pembacaan kecepatan arus sungai pada alat Current Meter yang digunakan masing-masing dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10. Pembacaan nilai kecepatan arus sungai pada alat Current Meter

Untuk pengukuran dengan tiga titik kedalaman tersebut di atas yang dilakukan secara berturut-turut, maka hasil kecepatan alirannya merupakan rata-rata dari ketiganya (Sri Harto, 1993), yaitu:

Hasil pengukuran parameter kecepatan aliran sungai di lokasi survei disajikan pada

, dan data pada tabel tersebut mengindikasikan bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam sungai tidak sama, baik itu arah horizontal maupun arah vertikal. Atau dengan kata lain kecepatan aliran pada bagian tepi sungai tidak sama dengan bagian tengah sungai, dan kecepatan aliran dekat permukaan air sungai tidak sama dengan kecepatan pada dasar sungai.

Perhitungan Debit

Debit (Discharge) dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik (Hefni, 2003). Atau debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 2003). Sementra itu Mulyana (2007) mendefinisikan debit air sungai sebagai tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Sedangkan Dumiary (1992) mengartikan debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan.

Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara (Arsyad, 2006), yaitu:  Pengukuran volume air sungai

 Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai

 Pengukuran dengan menggunakan bahan kimia yang dialirkan dalam sungai  Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit.

(10)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 108

Pada penelitian ini, yang dipilih adalah metode kedua dan sering disebut dengan pendekatan “Velocity Method”. Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode Current Meter.

Perhitungan debit ditentukan dengan persamaan (Jeffries dan Mills, 1996), yaitu:

Dengan: Q = debit air (m3/detik), V = kecepatan arus (m/detik), dan A = luas penampang (m2).

Gambar 11. Perhitungan debit dengan cara “Mean area Methode”

Untuk menghitung debit aliran pada penampang tersebut, dilakukan dengan cara “Mean area Methode”, yaitu dilakukan dengan menghitung debit di masing-masing bagian yang diarsir dengan persamaan (Sri Harto, 1993) sebagai berikut:

sedangkan Q = debit air (m3/detik), V = kecepatan arus (m/detik), dan H = kedalaman (m) dan B = lebar segmen (m).

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan terhadap parameter-parameter sungai yang ada, maka debit sesaat sungai pada daerah penelitian adalah sekitar 8.156 m3/detik seperti ditunjukkan pada di bawah ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, perhitungan dan analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Daerah penelitian mempunyai morfologi perbukitan dengan ketinggian 0 – 500 meter.  Waktu pengukuran debit sesaat adalah bulan Mei, sebagai bulan peralihan dari kondisi

ystem basah ke kering,

 Lebar sungai pada lokasi ystem berjarak sekitar 19.2 meter

 Kedalaman atau tinggi muka air sungai rata-rata pada daerah survei sekitar 0.87 meter.  Distribusi kecepatan aliran di dalam sungai tidak sama baik itu arah horizontal maupun

arah ystem. Atau dengan kata lain kecepatan aliran pada bagian tepi sungai tidak sama dengan bagian tengah sungai, dan kecepatan aliran dekat permukaan air sungai tidak sama dengan kecepatan pada dasar sungai.

(11)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 109

 Kecepatan aliran sungai rata-rata pada daerah ystem sekitar 4.2 m/detik  Debit aliran sungai pada daerah ystem adalah sekitar 8.156 m3/detik.

Tabel 2. Parameter-parameter sungai hasil survei lapangan V_ukur V_Segmen (m) (m) (m2) (m/dt) (m/dt) (m3/dt) 0,00 0,00 0,00 0,38 0,46 0,36 0,42 0,60 0,56 0,49 0,65 0,52 0,43 0,78 0,75 0,51 0,63 0,68 0,54 0,53 0,58 0,49 0,55 0,51 0,53 0,55 0,66 0,48 0,66 0,63 0,37 0,53 0,67 0,40 0,65 0,63 0,41 0,48 0,44 0,27 0,39 0,47 0,24 0,46 0,36 0,24 0,41 0,45 0,12 0,35 0,32 0,11 0,18 0,12 0,24 0,27 0,18 0,20 0,11 0,16 0,00 0,00 0,00 Luas Penampa ng 18,065 Debit 8,156 Total 0,004 0,53 20 Segmen 20 0,2 0,053 0,078 0,126 0,00 0,77 19 Segmen 19 1 0,650 0,193 0,156 0,850 0,183 0,201 1,08 17 Segmen 17 1 1,005 0,200 0,337 0,93 18 Segmen 18 1 1,06 16 Segmen 16 1 1,070 0,315 0,380 1,055 0,360 0,376 1,01 14 Segmen 14 1 1,030 0,365 0,402 1,05 15 Segmen 15 1 0,95 13 Segmen 13 1 0,980 0,410 0,477 0,950 0,502 0,515 0,95 11 Segmen 11 1 0,950 0,542 0,523 0,95 12 Segmen 12 1 0,93 10 Segmen 10 1 0,940 0,557 0,544 0,930 0,585 0,543 1,05 8 Segmen 8 1 0,990 0,548 0,552 0,93 9 Segmen 9 1 1,02 7 Segmen 7 1 1,035 0,533 0,627 1,085 0,578 0,699 1,07 5 Segmen 5 1 1,110 0,630 0,640 1,15 6 Segmen 6 1 1,05 4 Segmen 4 1 1,060 0,603 0,535 0,990 0,540 0,429 0,92 2 Segmen 2 1 0,925 0,463 0,092 0,93 3 Segmen 3 1 1 0,460 0,200

No Pengukuran D_dalam L_lebar A_luas Debit

Kecepatan (V)

0,00 1 Segmen 1

(12)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 110 DAFTAR PUSTAKA

_______, http://www.cgiar-csi.org/ data/srtm-90m-digital-elevation-database-v 4-1

_______, 2004, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air”.

_______, 2011, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai”.

_______, 2014, “Kabupaten Sumba Tengah Dalam Angka 2015”, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Tengah.

Arsyad S., 2006. “Konservasi Tanah dan Air”. IPB Press, Bogor

Asdak C. 2003. “Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”, Gajah Mada University Press Yogyakarta.

Dumiary, 1992, “Ekonomika Sumber Daya Air”, BPFE, Yogyakarta.

Hefni E, 2003, ”Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan”, Pustaka Kanisius, ISBN 978-979-21-0613-8.

Jeffries dan Mills, 1996, ”Freshwater Ecology, Principles, and Application”, John Wiley and Sons, Chichester, UK.

Kodoatie, RJ., dan Sjarief R, 2010, ”Tata ruang Air”, Penerbit Andi Yogyakarta. Mulyana D, 2007, “Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar”, Remaja Rosdakarya, Bandung Sri Harto, 1993; “Analisis Hidrologi”, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suyono S & Takeda K, 2006; “Hidrologi Untuk Pengairan”, Cetakan Kesepuluh, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

(13)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 111

BAB 10.

PENUTUP

Titin Handayani*

Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah

Gedung Geostech 820, Puspiptek Serpong 15314, Indonesia *titin.handayani@bppt.go.id

KESIMPULAN

Pada umumnya aplikasi teknologi pengelolaan sumberdaya air berangkat hanya dari satu sisi saja yaitu bagaimana memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari adanya air. Hal yang tidak dapat dilupakan bahwa jika adanya keuntungan pasti ada kerugian. Tiga aspek dalam pengelolaan air yang tidak boleh dilupakan yaitu aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan aspek pengendalian.

1. Aspek Pemanfaatan

Hal ini biasanya terlintas dalam pikiran manusia jika berhubungan dengan air. Baru setelah terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan air yang tersedia, maka manusia mulai sadar atas aspek yang lain.

2. Aspek Pelestarian

Agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan, maka air perlu dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah tangkapan hujan dihulu maupun daerah pengambilan merupakan salah satu bagian pengelolaan. Sehingga perbedaan debit air musim kemarau dan musim hujan tidak besar. Demikian pula menjaga air dari pencemaran limbah.

3. Aspek Pengendalian

Perlu disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki daya rusak fisik maupun kimiawi akibat ulah manusia. Oleh karena itu dalam pengelolaan air tidak boleh dilupakan adalah pengendalian terhadap daya rusak yang berupa pencemaran air tanah. Dalam pengelolaan air tanah, ketiga aspek penting tesebut, harus menjadi satu kesatuan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Salah satu aspek saja terlupakan akan mengakibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan membawa akibat buruk. Jika semua pihak kurang benar dalam mengelola sumberdaya air, tidak hanya saat ini kita akan menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang. Teknologi pengelolaan sumberdaya air dimasa mendatang adalah meliputi sistem informasi sumberdaya air dan system melingkar (Circular System):

(14)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 112

1. Sistem Informasi Sumberdaya Air

Aspek pengelolaan ini berarti penggunaan teknologi dan sistem yang selalu siap bekerja dengan sumber-sumber daya yang dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat yang dilayani, tanpa ketergantungan yang berlebih pada masukan dari luar. Hal ini meliputi tidak saja keuangan, melainkan juga mengelola sistem dan ketrampilan yang diperlukan untuk merawat dan memperbaiki peralatan yang telah dipasang dan juga peduli terhadap partisipasi masyarakat (dalam memilih teknologi yang akan diterapkan dan dalam menentukan cara mengelolanya, demikian juga dalam perencanaan, konstruksi, manajemen, dan operasi dan pemeliharaan yang tepat). Sistem yang tidak mampu berjalan atau yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat yang seharusnya dilayani merupakan penyia-nyiaan investasi sumberdaya. 2. Sistem Melingkar (Circular System)

Dengan meningkatnya tekanan jumlah penduduk terhadap sumber-sumber daya yang terbatas, maka kita perlu memikirkan sistem melingkar, bukan garis lurus. Kota yang membuang polusinya ke saluran air dan menyebabkan masalah bagi orang lain tidak bisa diterima lagi. Sebaliknya, air limbah yang telah diolah seharusnya dianggap sebagai suatu sumber bernilai yang dapat dipakai.

SARAN-SARAN

Dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air. pemerintah daerah tidak boleh memandang air hanya sebagai komoditas ekonomi, tetapi perlu mempertimbangkan fungsi sosialnya. Pemakai air perlu memberikan kontribusi biaya pengelolaan air, dengan prinsip pembayaran pengguna dan pembayaran polusi serta adanya subsidi silang.

Gambar

Gambar 4. Peralatan Current Meter
Gambar 5. Diagram alir metodologi penelitian  Studi Pendahuluan
Gambar 6. Kenampakan Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan secara 3 Dimensi  Langkah-langkah yang ditempuh dalam penetapan lokasi pengukuran debit sesaat, adalah  sebagai berikut:
Gambar 7. Topografi daerah penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi antara jenis material dan teknik pemrosesan yang dilakukan, dapat menghasilkan filter dengan kekuatan yang relatif tinggi, memiliki ketahanan yang tinggi terhadap

setelah dilakukan penialaian validasi oleh validator maka Perangkat eksperimen induksi elektromagnetik yang dibuat dinyatakan valid dengan rata-rata skor validitas

Masalah yang dikomunikasikan adalah bagaimana cara merancang suatu komunikasi visual yang baik dalam bentuk iklan layanan masyarakat tentang dampak positif dan negatif dunia

Mampu ;langkah yang dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaiakn atau membantu untuk

Contextual Teaching Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Kompetensi Menulis Kebahasaan”.. Orang tua dan keluarga besarku yang telah dengan tulus

Sebagaimana yang dikemukakan Irham (2015: 95) bahwa jika pemahaman keagamaan sempit dan eksklusif tidak menutup kemungkinan akan cenderung lebih tertutup dan tidak

tabel database pegawai, penginputan yang kedua adalah input kegiatan,pada penginputan ini dimana datanya diambil dari database data pegawai dan database

Levi (2002) menjelaskan bahwa panjang karapas genus Agalenatea rasio dua kali lebih panjang dibandingkan lebar karapasnya dan bagian ujung abdomen terdapat