• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri di Indonesia saat ini tumbuh dengan sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri di Indonesia saat ini tumbuh dengan sangat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan industri di Indonesia saat ini tumbuh dengan sangat pesat. Terutama perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor agrikultur. Hal tersebut dapat dibuktikan dari data Departemen Pertanian yang mengatakan bahwa pemanfaatan lahan agrikultur di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik untuk aktivitas pertanian maupun perkebunan. Tidak hanya itu, sektor agrikultur juga telah mampu menyerap 38% tenaga kerja dan menyumbang 13% dalam perekonomian Indonesia, bahkan sektor ini memiliki peranan dalam menjaga ketahanan pangan nasional (Sari, 2018). Sektor agrikultur mencakup 5 subsektor yaitu, tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Bagi entitas yang bergerak dalam sektor agrikultur, maka akan memiliki jenis aset khusus yang nantinya harus dilaporkan dalam laporan keuangan. Aset tersebut dinamakan aset biologis.

Aset biologis merupakan hewan atau tanaman hidup (PSAK 69). Sesuai dengan karakteristik aset, aset biologis juga merupakan hasil dari kegiatan ekonomi di masa lalu yang dikendalikan oleh entitas dan diharapkan mampu memberikan manfaat di masa yang akan datang. Hanya saja ada pembeda yaitu pada aset biologis terjadi transformasi

(2)

2 biologis sampai pada saatnya aset dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut oleh entitas.

Secara umum PSAK 69 mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan terkait dengan aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur merupakan manajemen transformasi biologis oleh entitas untuk dijual atau dikonversi menjadi produk agrikultur sehingga menjadi aset biologis tambahan. Pada saat pengungkapan aset biologis, entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian yang timbul selama periode berjalan pada saat pengakuan awal aset biologis dan perubahan nilai wajar yang dikurangi biaya pada saat menjual aset biologis tersebut. Entitas diminta untuk memberikan deskripsi kuantitatif pada setiap aset biologis, membedakan antara aset biologis yang dapat dikonsumsi dan aset biologis produktif (bearer biological) atau antara aset yang menghasilkan (mature) dan yang tidak menghasilkan (immature) sesuai dengan keadaan aset biologis.

Dengan adanya transformasi aset biologis, maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kesepakatan dan kontribusinya dalam menghasilkan keuntungan yang ekonomis bagi perusahaan. Perusahaan perlu melakukan pengungkapan informasi laporan keuangan melalui laporan tahunan (annual report). Menyikapi bahwa semakin pentingnya perlakuan akuntansi terhadap aset biologis dari kegiatan agrikultur, maka Dewan Standart Akuntansi Keuangan akhirnya mensahkan Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 69 tentang Agrikultur. PSAK ini

(3)

3 merupakan adopsi dari International Accounting Standard (IAS) Nomor 41. PSAK 69 mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan perusahaan pada tanggal 1 Januari 2018. Pengungkapan aset biologis menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap entitas yang bergerak pada sektor agrikultur, karena dengan pengungkapan yang baik investor akan mengetahui seberapa baik sebuah pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan. Ketersediaan informasi yang cukup baik merupakan bagian yang sangat penting dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pihak. Suatu keputusan dapat dikatakan baik apabila kualitas pengungkapan dari laporan keuanga sesuai dengan PSAK 69. Jika pengungkapan tidak diterapkan sesuai dengan standard yang berlaku, maka akan timbul informasi yang tidak relevan dan tidak reliable dalam laporan keuangan.

Kementrian Pertanian saat ini terus mendorong masuknya investasi dan berupaya meningkatkan ekspor. Salah satu yang menjadi andalan ekspor adalah komoditas perkebunan, bahkan komoditas ini menjadi penyumbang terbesar devisa negara di sektor non-migas. Data BPS menunjukan konstribusi perkebunan 97,4% terhadap volume ekspor sektor pertanian dan berkontribusi 96,9% terhadap nilai ekspor sektor pertanian. Tidak heran, subsektor perkebunan menjadi penyumbang devisa negara terbesar dari ranah pertanian. "Kalau berdasarkan data kami, untuk saat ini ada 514 calon investor yang tertarik berinvestasi di subsektor perkebunan. Itu nilainya cukup tinggi, yakni sekitar Rp 313 triliun,” kata Direktur

(4)

4 Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono saat acara Silaturahmi dan Konsolidasi Percepatan Investasi Sektor Perkebunan di Jakarta, Kamis (19/9). Kasdi juga mengungkapkan, dalam 5 tahun mendatang (2020-2024), pemerintah menargetkan investasi sektor pertanian mencapai Rp 2.231,5 triliun atau meningkat 83%, sedangkan tenaga kerja sektor pertanian ditargetkan meningkat 3,26 juta orang (naik sebesar 8,4%). (Sumber: www.tribunnews.com dengan judul Dorong Investasi Perkebunan ke Industri Hilir untuk Ekspor )

Setelah melihat fenomena yang terjadi, diketahui bahwa pertumbuhan perusahaan agrikultur dapat menunjang ekonomi nasional dan menyebabkan pentingnya suatu pengungkapan yang tepat terhadap aset biologis. Selain itu, ketepatan pengungkapan informasi dapat menarik perhatian banyak investor sehingga harapan pemerintah untuk memenuhi target naiknya jumlah investor pada perusahaan agrikultur dapat terealisasikan dengan baik.

Penelitian Frida (2017), Kurniawati (2019) dan Ika (2019) membuktikan bahwa Biological Asset Intensity berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis, namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Evi (2019) bahwa Biological Asset Intensity tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Penelitian selanjutnya dari Marselina dkk. (2018), Kurniawati (2019), dan Mulyadi (2019) yang menjelaskan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

(5)

5 oleh Monica dan Lolita (2019), Tiara dkk. (2019) memperoleh hasil bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Kemudian pengukuran ketiga dengan variabel independen yaitu Konsentrasi Kepemilikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Evi (2019), Tiara dkk (2019), dan Mulyadi (2019) membuktikan bahwa Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan aset biologis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marselina dkk. (2018), Kurniawati (2019) dan Ika (2019) memperoleh hasil bahwa Konsentrasi Kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Terakhir, penelitian yang dilakukan Tiara dkk. (2019) membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. akan tetapi penelitian yang dilakukan Marselina dkk (2018), Kurniawati (2019), Mulyadi (2019), dan Ika (2019) membuktikan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.

Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu dan masih terbatasnya penelitian yang menjadikan PSAK No.69 sebagai dasar perlakuan akuntansi untuk aset biologis karena baru berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2018, maka menjadi hal yang sangat menarik untuk melakukan penelitian kembali terkait pengaruh pengungkapan aset biologis terhadap varibel-variabel penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan agrikultur. Maka, melalui penelitian yang berjudul “ Pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran perusahaan, Konsentrasi

(6)

6 Kepemilikan dan Profitabilitas terhadap pengungkapan aset biologis berdasarkan PSAK No. 69 ( studi empiris pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI ) “ diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana penerapan PSAK 69 yang mulai berlaku efektif per 1 Januari 2018 dan perlakuan akuntansinya terkait pengungkapan aset biologis milik perusahaan, terutama pada perusahaan-perusahaan yang mayoritas asetnya merupakan aset biologis.

B. Perumusan Masalah

Setelah PSAK No. 69 mulai berlaku efektif per 1 Januari 2018, perusahaan-perusahaan Agrikultur diwajibkan melakukan pengungkapan informasi terkait aset biologisnya sesuai dengan indikator yang terdapat dalam PSAK No. 69.

Penjelasan diatas mendorong untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di BEI. Dengan demikian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Biological Asset Intensity berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis ?

2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis ?

3. Apakah Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis ?

(7)

7 4. Apakah Profitiabilitas Perusahaan berpengaruh terhadap

pengungkapan aset biologis ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Biological Asset intensity terhadap tingkat pengungkapan aset biologis.

2. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap tigkat pengungkapan aset biologis.

3. Untuk mengetahui pengaruh Konsentrasi kepemilikan terhadap tingkat pengungkapan aset biologis.

4. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap tingkat pengungkapan aset biologis.

Dengan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi literature akuntansi tentang baagaimana pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan, dan Profitabilitas terhadap pengungkapan Aset Biologis pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sektor Agrikultur. Selain itu, penelitian ini juga dapat mempertegas hasil

(8)

8 penelitian terdahulu dengan variabel yang sama namun menunjukkan hasil yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media utuk mengimplementasikan PSAK No. 69 sehingga perusahaan dapat memberikan informasi asetnya dengan tepat. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang spesifik terhadap pemangku kepentingan perusahaan agar lebih mudah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi aset biologis perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dipilih air laut sebagai koagulan alternatif pada pengolahan limbah cair pabrik tahu, karena air laut mudah didapat dalam jumlah yang cukup besar dan

Pancasila sebagai norma dasar grundnorm merupakan landasan atau dasar dari semua pengembangan hukum baik secara teoritikal maupun praktikal, Sebagai Grundnorm,

Bagian ini meliputi semua layar dan menu yang terkait dengan fitur-fitur Profil Pondok Mazmur (Layar Profil Pondok Mazmur), Testimoni, RSS, Newsletter, Kontak, Bantuan, dan

Perubahan Sosial, 2003), hal.. Upacara kematian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah keluarga untuk memberikan peringatan terakhir kepada orang yang dikasihinya

Berdasarkan uraian di atas baik dari aspek pemanfaatan untuk perairan Arafura yang terindikasi “over-fishing” maupun laju kenaikan produksi udang sebesar 92,51 %, maka dapat

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

Tetapi pada kultur antera lain ditemukan bahwa justru penurunan konsentrasi sukrosa yang meningkatkan keberhasilan regenerasi kalus, seperti yang dilaporkan oleh Tai dan Xiong