• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA RUPS YANG DILAKSANAKAN MELALUI TELEKONFERENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA RUPS YANG DILAKSANAKAN MELALUI TELEKONFERENSI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM

PEMBUATAN AKTA RUPS YANG DILAKSANAKAN

MELALUI TELEKONFERENSI

Oleh:

I Nyoman Agus Trisnadiasa1

Abstract

Development of Internet technology makes it easy for businesses to do any business activities like buying and selling, even holding meetings via teleconferencing media. The Act-No. 40 in 2007 allows RUPS agreement based media teleconference. On the one handthisphenomen on be overlapping when referring in the regulations of notary, in which the parties are required to be physically present in front of Notary. Given these problems, it can be formulated several problems including; First, Substance RUPS how that can be done via teleconference?; and Second, How is the legal protection of the parties in the RUPS agreement held via teleconference?; This research method using the kind of normative study. Technical approach of legislation and legal concept analysis approach using law books related to the problems.

Keywords: Legal Protection, RUPS agreement, and Teleconferencing

Abstrak

Perkembangan teknolog nternet memberkan kemudahan bag para pebsns melalukan setap kegatan bsns sepert jual bel, bahkan mengadakan rapatmelalu meda telekonferens.UU PT memungknkan pembuatan akta RUPS dbuat berdasarkan meda telekonferens.D satu ss fenomena n menjad tumpah tndh jka mengacu pada peraturan jabatan Notars, d mana para pihak diwajibkan untuk hadir secara fisik dihadapan pejabat umum pembuat akta dalam hal pembuatan akta perjanjan. Mengngat problematka tersebut, maka dapat drumuskan beberapa masalah dantaranya; 1) Substans RUPS bagamana yang dapat dlakukan melalu telekonferens?;2) Bagamana perlndungan hukum para phak dalam pembuatan akta RUPS yang dlaksanakan melalu telekonferens?; Metode peneltan n mempergunakan jens peneltan normatf.Teknk pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan analss konsep hukum dengan menggunakan lteratur – lteratur hukum yang terkat dengan permasalahan.

Kata Kunc: Akta RUPS, Perlndungan Hukum, dan Telekonferens I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknolog

berbass meda nternet, kn bukan

lag hal yang baru d era globalsas. D era globalsas, nternet bahkan telah dgunakan oleh berbaga kalangan pelajar, nstans, karyawan,

1 Mahasswa Magster Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal, Alamat: Jl. Imam Bonjol No.

(2)

bahkan dkalangan pebsns. Meda komunkas maya n mampu menghubungkan kalangan masyarakat secara mudah, cepat, dan tanpa mengenal batas wlayah negara.

Penggunaan teknolog

nformas meda nternet dalam sektor bsns ekonom telah melahrkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan hukum d Indonesa khususnya d bdang Cyber Notary. Cyber Notary merupakan konsep

pemanfaatan telekomunkas duna maya untuk membuat akta otentk oleh notars dalam melaksanakan tugas profesnya sepert,tandatangan akta elektrk, dgtalsas dokumen, pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) secara telekonferens. Adanya Cyber Notary menuntut profes notars tdak hanya menguasa lmunya d bdang kenotaratan namun juga fash menguasa teknolog dalam penerapan Cyber Notary.

Cyber Notary dbentuk untuk

mempermudah para phak bertransaks lntas wlayah, sehngga tdak ada masalah, apabla salah satu para phak tdak datang, berdasarkan konsep

Cyber Notary memberkan manfaat

efesen terhadap para phak. Msalnya, pemegang saham sedang berada d Australa, Cna ataupun Prancs, dapat melaksanakan RUPS dengan menggunakan meda telekonferens secara bersama – sama dengan para pemegang saham lannya, dsakskan langsung oleh Notars d Indonesa. Kehadiran fisik dari para pemegang saham dmungknkan untuk tdak

hadr namun dapat danggap mengkut RUPS dan hak suaranya tetap dhtung dalam quorum kehadran. Demkan pula pada saat penanda-tanganan akta RUPS para pemegang saham yang keberadaannya di luar kehadiran fisik RUPS tersebut dapat menanda-tangan dokumen rapat secara elektronk.

Ketentuan Pasal 77 ayat 1 UU 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya dsebut UUPT), pengaturan mengena pengadaan RUPS secara telekonferens dapat dselenggarakan melalu vdeo konferens, meda telekonferens, atau sarana meda elektronk lannya yang memungknkan semua peserta RUPS salng menyakskan dan mendengar secara langsung serta berpartspas dalam agenda rapat.

Kebutuhan ekonom

akanketepatan dan kecepatan pada zaman era globalsas menjad urgens yang harus dperhatkan. Namun hal n, tdak sertamerta menghlangkan sfat otentk dar akta notars. Konsep Cyber Notary

mash terjad permasalahan dalam pelaksanaannya. Persoalan normatif kewajban pembuat akta perjanjan yang mengharuskan hadir secara fisik dan menandatangan akta perjanjan dhadapan penghadap dan saks yang pada ntnya datur berdasarkan penjelasan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf m UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 tahun 2004 Jabatan Notars (selanjutnya dsebut UU JN) menyebabkan adanya norma hukum yang tumpang tndh dalam

(3)

pelaksanaan Cyber Notary terkat dengan penyelenggaraan RUPS yang datur dalam ketentuan Pasal 76, 77, 78, UUPT. Selan adanya persoalan kontradktf secara normatf datas, adanya kekosongan hukum berkatan dengan pelaksanaan substans RUPS yang yang dapat dlakukan secara telekonferens. Ketentuan Pasal 78 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham terdr atas RUPS tahunan dan RUPS lannya.Istlah “RUPS lannya” dalam praktk dsebut sebaga RUPS luar basa. Penjelasan Pasal 78 juga tdak menjelaskan secara spesifik substansi RUPS sepert apa yang dapat dlakukan secara telekonferens.

Berdasarkan uraan pemaparan latar belakang datas, penuls menark topk judul peneltan “Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam Pembuatan Akta RUPS Melalui Telekonferensi”

1.2. Perumusan Masalah.

Adapun rumusan masalah yang dapat penuls berkan terkat dengan peneltan n :

1. Substans RUPS bagamana yang dapat dlakukan melalu telekonferens ?

2. Bagamana perlndungan hukum para phak dalam pembuatan akta RUPS yang dlaksanakan melalu telekonferens?

1.3. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum

Tujuan penuls yakn mengem-bangkan khasanah lmu hukum terkat dengan perkembangan telekomunkas yang semakn pesat.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan penuls yakn terfokus mendeskrpskan dan analss secara komprehensf

tentang substans RUPS

yang dapat dlakukan melalu telekonferens dalam penerapan

Cyber Notary.

Untuk mengetahu perlndungan hukum para phak dalam

pembuatan akta RUPS

yang dlaksanakan melalu telekonferens

II. METODE PENELITIAN Peneltan merupakan suatu kegatan yang menghaslkan,

mengembangkan dan menguj

kelayakan suatu pengetahuan yang dlakukan secara berpola dengan sstem metodelog dan sstemats. Dsatu ss yang dmaksud dengan metodelog yakn penggunaan metode-metode yang sfatnya lmah, sedangkan peneltan yang sfatnyasstemats yakn sesua dengan arahan pedoman/ aturan peneltan yang berlaku untuk karya lmah.2 Peneltan karya lmah

n bagan dar peneltan hukum normatf. Peneltan n menggunakan tekns pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan

2 SutrsnoHad, 2002, Metodelogi Research,

(4)

analss konsep hukum. Peneltann menelt berbaga pengaturan hukum yang memfokuskan tema sentral suatu peneltan. Peneltharus melhat hukum sebaga sstem tertutup yang mempunya sfat-sfat sepert comprehensive, all-inclussive,

systematic.4 Sedangkan Pendekatan

analss konsep hukum adalah analss berbaga bahan hukum untuk mengetahu makna yang terkandung oleh stlah–stlah yang dgunakan dalam aturan perundang-undangan secara konsepsonal. Terdapat 2 teknk dalam melakukan pendekatan konseptual: Pertama, sang penuls berusaha memperoleh makna baru yang terkandung dalam aturan hukum yang bersangkutan. Kedua, menguj stlah–stlah hukum tersebut dalam praktk melalu analss terhadap putusan pengadlan.5

Lteratur hukum yang

dpergunakan sepert lteratur prmer yakn UU PT, dan UUJN beserta lteratur hukum sekunder sepert buku, jurnal, karya tuls atau pandangan ahl terkat dengan khasanah hukum yang juga termuat dalam meda masa, lteratur hukum terser berupa nternet.

Pada teknk pengumpulan bahan hukum dlaksanakan dengan menelt berbaga sumber bahan hukum yang ada katan dengan mater

dbahas penelt, selanjutnya akan danalss secara deskrptf analss.6

Pada tahap peneltan analss bahan hukum n menggunakan teknk deskrps dan teknk penemuan hukum (Rechtsvinding) ada tga yakn analog, Argumentum a contrario,

Rechtsverfijning atau penghalusan

hukum.7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Substansi RUPS

Yang Dilaksanakan Secara Telekonferensi

Berkembangnya teknolog

nfor-mas dan telekomunkas melalu nternet belakangan n menyebabkan banyak transaks yang dlakukan secara elektronk dengan menggunakan data dgtal sebaga penggant kertas. Sama dengan transaks pada umumnya yang menggunakan kertas, dokumen untuk bertransaks beserta dtandatangan oleh dan/atau untuk dan atas nama phak yang melakukan transaks dengan tujuan bahwa dokumen tersebut benar-benar berasal dar dan telah dsetuju oleh orang yang membubuhkan tandatangan tersebut. Dokumen elektronk nantnya pun akan dtandatangan secara elektronk.

Digital signature merupakan alat

untuk mengidentifikasikan suatu pesan yang dberkan. Digital signature dbutuhkan untuk:

6 H. Zanuddn Al, op.cit, hlm. 107

7 I Dewa Gede Atmadja, 2009, Pengantar Penalaran dan Argumentasi Hukum (Legal Reasoning And Legal Argumentation) An Introdutcion, Bal Aga, Denpasar, hlm. 48 3 H. Zanudn Al, 2010, Metode Penelitian

Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 24 4 Jhony Ibrahm, 2005, Teori & Metodelogi

Penelitian Hukum Normatif, Banyumeda, Surabaya, hlm. 302

(5)

8 Peter Mahmud Marzuk, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Meda Group, Jakarta, hlm.158

1. Menentukan denttass

pengrm;

2. Memastkan tdak ada perubahan s pesan pada saat proses transms;

3. Memberkan kepastan kepada pengrm agar tdak ada penyangkal dkemudan har. Pelaksanaan Cyber Notary dalam RUPS secara telekonferens dengan dberlakukannya UUPT mash terdapat persoalan hukum

dalam pelaksanaannya yakn

adanya kekosongan hukum terkat dengan substans RUPS yang dapat dlaksanakan secara telekonferens. Ketentuan UU PT pada Pasal 78 ayat (1) menyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham terdr atas RUPS tahunan dan RUPS lannya. Istlah “RUPS lannya” dalam praktk dsebut sebaga RUPS luarbasa.Penjelasan Pasal 78 juga tdak menjelaskan secara spesifik substansi RUPS seperti apa yang dapat dlakukan secara telekonferens dan bagamana akbat hukumnya apabla substans tersebut menmbulkan kerugan bag phak ke ketga. Adanya kekosongan hukum dalam hal substans RUPS yang dapat dlakukan secara telekonferens tentunya akan berdampak pada kepastan hukum.

Pengertan Teor Kepastan hukum mengurakan 2 (dua) art,

Pertama adanya norma – norma umum

yang membuat setap orang mengetahu perbuatan yang tdak dperbolehkan atau dperbolehkan, Kedua adanya

perlndungan hukum bag ndvdu dar

kesewenang-wenangan pemerntah. Kepastan hukum tdak hanya berupa peraturan konkrt melankan juga adanya konsstens putusan hakm terdahulu dengan putusan hakm yang berlaku saat n.8

Berdasarkan teor kepastan hukum dalam katannya dengan jens substans RUPS yang dapat dlaksanakan secara telekonferens UU PT hendaknya memberkan batasan yang tegas tentang substans RUPS yang dapat dlaksanakan melalu telekonferens. Dengan adanya penjelasan yang tegas tentang substans RUPS yang dapat dlaksanakan secara telekonferens memberkan ndvdu pengetahuantentang pelaksanaan perbuatanserta memberkan keamanan bag para phak dar kesewenangan pemerntah.

Akta yang dbuat oleh notars merupakan akta yang bersfat tndakan otentkbak dlhat ataupun dsakskan oleh notars sendr ddalam menjalankan jabatannya. Sebaga contohnya adalah Akta berta acara rapat sebuah PT, termasuk acara rapat secara Telekonferens

Berdasarkan golongan akta yang dbuat oleh notars, terdapat dua jens, yakn (1) akta relaas atau berta acara, (2) Akta Phak atau Akta Partj.

1. Akta Relaas dalam pembu-atannya karakterstknya adalah durakan sebaga berkut, yatu:

(6)

a. Sehubungan dengan notars sebaga pejabat umum, notars bertugas untuk memuat keterangan-keterangan yang dsakskan berdasarkan semua yang dalam dandlhatnya suatu perbuatan dar para phak dalam pembuatan akta; b. Apabla para phak tdak

menandatangan akta,

keaslan akta tdak akan hlang;

c. Tdak dapat dgugat, kecual s akta tersebut palsu.

2. Akta Partj dalam pembuatan karakterstknya durakan sebaga berkut :

a. Memuat keterangan para phak

b. Kewajban adanya tanda tangan para phak

c. Muatan s dalam akta dapat dgugat.

Permntaan kedua golongan akta datas, akan dproses oleh Notars apabla para phak/penghadap memohon untuk dbuatkan perjanjan yang memkat berupa akta.

Akta Relaas merupakan akta dbuat berdasarkan permntaan para phak yang dcatat dan dtuls oleh Notars berkatan dengan tndakan hukum ataupun tndakan lannya, kemudan dtuangkan dalam bentuk perjanjan otentk (akta Notars).9

Perhal Notars mencatat atau

menulskan semua ketentuan perstwa hukum dan/atau bukan perstwa hukum yang dsakskan dan ddengar sendr secara langsung atas permntaan kehendak para phak merupakan akta otentk yang menjelaskan suatu tndakan yang dlakukan atau suatu perstwa yang dsakskan dan ddengarkan oleh Notars

Berdasarkan jens-jens

akta tersebut, maka akta RUPS Telekonferens termasuk dalam jens akta relaas dan berdasarkan ketentuan akta relaas, maka keterangan Notars dalam bentuk akta RUPS yang dbuat secara telekonferens dapat dpastkan keabsahannya walaupun para phak tdak membubuhkan tandatangannya pada akta tetap Notars yang membuat berta acaranya menjad sebuah akta otentk dan memlk kekuatan pembuktan yang sempurna.

Akta Relaas memuat uraan perstwa yang dsakskan dan dlhatoleh Notars sendr (melalu meda video call) atas permntaan para phak yang bersangkutan dan dtulskandalam bentuk akta Notars.10

Hal n berbeda dengan Pernyataan Keputusan Rapat (PKR merupakan Partj Akta) sehngga akta tersebut dbuat dhadapan Notars, dan memerlukan tandatangan para phak untuk menuangkannya kedalam akta. (basanya dkuasakan kepada salah seorang peserta RUPS).

10 Habb Adje, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan tentang Notaris dan PPAT), Ctra Adtya Bakt, Bandung, (Selanjutnya dsebut Habb Adje II) hlm. 33.

9 Habb Adje, 2008, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik terhadap UU No. 30 Tahun 2004, Refika Aditama, Bandung, (selanjutnya dsebut Habb Adje I) hlm. 45.

(7)

RUPS yang menggunakan telekonferens adalah RUPS yang pada umumnya dhadr oleh Notars, sehngga dalam pelaksanaannya yang membuat Akta Berta Acara adalah Notars, sehngga tanda tangan para phak tdak wajb dsertakan. Dalam katannya dengan akta Relaas, yang bertanggung jawab atas dterbtkannya akta tersebut adalah Notars pembuat akta tersebut, sehngga syarat utamanya Notars yang bersangkutan harus menghadr RUPS dengan telekonferens tersebut, a menyakskan jalannya rapat, dan menuangkan jalannya rapat tersebut dalam sebuah Akta yang dkenal dengan berta acara RUPS.

Setap kemajuan lmu

pengetahuan dan teknolog

memungknkan dbuatnya akta elektronis. Ditinjau dari aspek efisiensi, transaks pernagaan elektronk yang menggunakan akta elektrons akan dapat mengurang baya secara substansal bag para phak.

RUPS Telekonferens adalah sah dengan akta elektronk atau berupa akta relaas tetap harus memenuh persyaratan sah sebuah RUPS yatu: 1. Kedudukan tempat Perseroan. 2. Pemangglan para pemegang

saham secara tertuls

3. Pemangglan RUPS palng lambat 14 (empat belas) har sebelum tanggal RUPS dadakan dengan tdak memperhtungkan tanggal pangglan dan tanggal RUPS dadakan.

4. Pemangglan RUPS tdak

dperlukan dalam hal semua pemegang saham hadr dan semua menyetuju agenda rapat dan keputusan dsetuju dengan suara bulat.

5. Drektur Utama memmpn RUPS.

6. Apabla Drektur Utama berhalangan hadr dalam RUPS dpmpn oleh salah satu anggota Dreks.

7. Apabla semua Drektur berhalangan hadr dan/atau tdak perlu dbuktkan kepada phak ketga, RUPS dpmpn oleh salah seorang anggota Dewan Komsars.

8. Apabla semua anggota Dewan Komsars berhalangan dan/atau tdak perlu dbuktkan kepada phak ketga, RUPS dpmpn oleh seorang yang dplh oleh dan d antara mereka yang hadr dalam RUPS.

Namun perlu dperhatkan dsnadalah bahwa Notars harus wajb menyakskan sendr jalannya RUPS secara telekonferens tersebut, bukan dengan membuat Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) atau Berta Acara RUPS berdasarkan RUPS dbawah tangan dengan tandatangan yang dscan. Selama tdak ada suatu program software yang dapat mengntegraskan audo, vsual dan dokumen yang dapat dtandatangan secara elektronk, maka sebelum dbuatkan Akta Pernyataan Keputusan RUPS harus dbuktkan lebh dahulu bahwa apa yang dbcarakan dalam

(8)

rapat adalah benar-benar sama dengan yang tercantum dalam Notulen Rapat. 3.2. Perlindungan Hukum Para

Pihak Dalam Pembuatan Akta RUPS yang Dilaksanakan Melalui Telekonferensi

RUPS dselenggarakan dengan melbatkan berbaga phak yang dantaranya melput Organ Perseroan dan Notars. Sehubungan dengan hal tersebut, maka wajar apabla perlndungan hukum bag para phak tersebut juga menjad fokus perhatan.

Dmens perlndungan terhadap ndvdu setap orang salah satunya berbentuk perlndungan hukum. Hukum mempunya fungs melndung hakekat dan martabat ndvdu setap orang.Adanya perlndungan hukum terhadap warga Indonesa datur dalam ketentuan peraturan hukum tertngg yakn Undang-undang Dasar NRI 1945 (UUD NRI 1945), sehngga setap produk peraturan yang dbuat oleh pemerntah wajb memberkan perlndungan hukum. Menurut pendapat Satpto Rahardjo, perlndungan hukum adalah segala upaya untuk melndung kepentngan

subyek hukum dengan cara

mengalokaskan suatu kekuasaan kepadanya untuk melaksanakan kepentngannya tersebut.11

Selanjutnya, Phlpus M. Hadjo memberkan pandangan bahwa makna perlndungan hukum merupakan

tndakan melndung subyek hukum dengan pranata-pranata hukum.12

Munculnya perlndungan hukum yang dberkan oleh negara terhadap masyarakat dbuat dalam bentuk ketentuan peraturan perundang-undangan sebaga bentuk jamnan kepastan hukum dar tndakan

kesewenang–wenangan pejabat

dalam menjalankan tugasnya yang menmbulkan kerugan bag para phak. Pejabat wajb memberkan tanggung jawab atas kelalaannya. Berdasarkan pendapat Kranenburg dan Vegtg, teor pertanggungjawaban dapat dbag menjad 2 (dua) persoalan pertanggungjawaban pejabat terhadap penyalahgunaan wewenang yatu:

a. Teor fautespersonalles

mengura-kan ketentuan bahwa pemberan gant rug terhadap phak ketga dbebankan kepada pejabat yang karena tndakannya tu telah menmbulkan kerugan. Dalam teor n beban tanggung jawab dtujukan pada manusa selaku prbad.13

b. Teor fautes de services, memuat ketentuan bahwa pemberan gant rug phak ketga dbebankan pada nstans dar pejabat yang bersangkutan. Penerapannya, kerugan yang tmbul dsesuakan dengan kesalahan bak kesalahan rngan atau kesalahan berat

11 Satjpto Rahardjo, 2003, Sisi-sisi lain dari hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, hlm. 121.

12 Phlpus M. Hadjon, dkk, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada Unversty Press, Yogyakarta, hlm.10

13 Rdwan H.R, 2008, Hukum Administrasi Negara, Rajawal Pers, Jakarta, hlm. 365

(9)

bermplkas pada tanggung jawab yang harus dtanggung.14

Notars dalam menjalankan jabatannya pada pelaksanaan RUPS

produk aktanya menmbulkan

kerugan berdasarkan teor

pertanggungjawaban hukum a dapat dmnta pertanggungjawaban atas perbuatannya yang menyebabkan kerugan yang dsebabkan oleh jabatannya atau secara prbad. Apabla Organ Perseroan Terbatas (PT) dalam pelaksanaan RUPS menyebabkan kerugan bag Notars dalam hal n Notars dapat mengajukan gugatan gant rug berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata pada ntnya adanya perbuatan melawan hukum, kesalahan para pelaku, kerugan phak korban, dan hubungan kausal perbuatan dengan kerugan.

Perlndungan hukum bag notars dalam pembuatan akta RUPS yang dlaksanakan melalu telekonferens pada hakekatnya sama dengan perlndungan hukum bag Notars yang melakukan kewenangannya secara umum. Perlndungan hukum bag Notars dtentukan berdasarkan Pasal 66 UUJN.

Perlndungan hukum bag organ perseroan sehubungan dengan pembuatan Akta RUPS yang dlaksanakan melalu telekonferens apabla kemudan har tmbul sengketa dapat melput dua hal, antara lan :

1. Melalu gugatan perdata yang dajukan ke pengadlan sesua dengan PT tersebut berdomsl/berkedudukan (dhubungkan dengan pasal 1365 KUHPerdata);

2. Melapor atau member

pengaduan ke Majels Pengawas Wlayah Notars sesua dengan kewenangan Majels Pengawas Wlayah pada Pasal 73 UUJN. IV. PENUTUP

4.1. Simpulan

1. Pengaturan substans RUPS berdasarkan ketentuan UU Perseroan Terbatas, tdak menjelaskan secara tegas tentang dlaksanakannya RUPS secara telekonferens. Pembuatan akta RUPS yang dlaksanakan melalu telekonferens oleh Notars adalah sah sepanjang memenuh persyaratan pelaksanaan RUPS. 2. Penyelenggaraan RUPS terdr

dar berbaga phak dantaranya melput Organ Perseroan dan Notars. Perlndungan hukum bag Notars datur berdasarkan ketentuan pasal 66 Undang-Undang No 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notars (UUJN).

Sedangkan Perlndungan

hukum bag organ perseroan sehubungan dengan pembuatan Akta RUPS yang dlaksanakan melalu telekonferens apabla kemudan har tmbul sengketa melput dua hal, antara lan :

(10)

a. Melalu gugatan perdata yang dajukan ke pengadlan sesua dengan dmana PT tu berdomsl/berkedudukan (pasal 1365 KUHPerdata);

b. Melapor atau member

pengaduan ke majels pengawas wlayah Notars sesua dengan pasal 73 UUJN.

4.2. Saran

1. Dsarankan kepada Pemern-tah untuk membentuk peraturan pelaksanaan UUPT terkat dengan pengaturan substans RUPS yang dapat dlaksanakan melalu telekonferens dalam

Cyber Notary guna menjamn

adanya kepastan hukum.

2. Dharapkan pemerntah

memformulaskan kebjakan tentang perlndungan hukum

terhadap Cyber Notary,

sehngga pemanfaatan teknolog nformas dalam tugas Notars sebaga pejabat umum memlk nla kepastan hukum yang keabsahannya dapat dpastkan. DAFTAR PUSTAKA

Habb Adje, 2008, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik terhadap UU No. 30 Tahun 2004,

Refika Aditama, Bandung. ___________, 2009, Meneropong

Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan tentang Notaris dan PPAT),

Ctra Adtya Bakt, Bandung.

H. Zanudn Al, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika,

Jakarta.

I Dewa Gede Atmadja, 2009,

Pengantar Penalaran dan Argumentasi Hukum (Legal Reasoning And Legal Argumentation) An Introdutcion,

Bal Aga, Denpasar.

Jhony Ibrahm, 2005, Teori & Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Banyumeda, Surabaya.

M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok

Materi Metode Penelitian Dan Aplikasinya, Cet. I, Ghala

Indonesa, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuk, 2008,

Pengantar Ilmu Hukum, Kencana

Pranada Meda Group, Jakarta. Phlpus M. Hadjon, dkk, 2011,

Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada Unversty Press, Yogyakarta.

Rdwan H.R, 2008, Hukum

Administrasi Negara, Rajawal

Pers, Jakarta.

SatjptoRahardjo, 2003, Sisi – sisi Lain Dari Hukum di Indonesia,

Kompas, Jakarta

Sutrsno Had, 2002, Metodologi Research, Sinar Grafika, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang diberikan untuk meningkatkan efektivitas sistem informasi akuntansi di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik yaitu: (1) meningkatkan soft skill SDM yaitu

Proto byl do procesu dolování asocia ních pravidel p idán parametr "CheckFreqSubSets", pomocí kterého se p epíná, jestli má být p ed samotným otestováním množiny na

Pembuatan etanol dari bahan baku limbah serat/empulur sagu akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka salah satu faktor

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN: Pada bab ini diuraikan perkembangan penggunaan uang elektronik di Provinsi Sumatera Utara serta usaha yang dapat dilakukan

Dikarenakan Honda menargetkan para pesertanya adalah remaja maka pihak Honda memutuskan acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2015 di mana tanggal

Kolom ini digunakan untuk menentukan tipe data dari variabel yang akan dimasukkan data dari variabel yang akan dimasukkan ke dalam program SPSS.. ke dalam

Sistem temu-kembali nama ilmiah dengan penambahan substitusi n-grams dan code shift ke dalam algoritma Soundex, dapat diterapkan di sistem pencarian perpustakaan Fakultas

288 PT PT ANUGERAH HUTAN LESTARI JAWA TIMUR SIDOARJO PT MUTUAGUNG LESTARI LVLK-003/MUTU/LK-371 02 OKTOBER 2015 01 Oktober 2021 AKTIF 289 PT PT PRIMA SEJAHTERA INTERNATIONAL JAWA