• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran

Menurut Peraturan Pemerintah RI No 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Mulyasa, 2014:204). Sedangkan menurut (Sani, 2014:40) pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Sagala (2011:62) menambahkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selain sumber belajar, pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan peserta didik agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sanjaya, 2008: 9). Jadi, dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan peserta didik secara terencana yang mengakibatkan aktivitas belajar untuk mencapai hasil kognitif, afektif dan psikomotor melalui cara mengajar yang kreatif dan inovatif sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan dapat dicapai atau dimiliki oleh peserta didik dengan melakukan aktivitas belajar yang direncanakan (Sani, 2014:51). Sedangkan Daryanto (2005: 58) menjelaskan tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki peserta didik sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat

(2)

7

diamati dan diukur. Guna mencapai tujuan pembelajaran, maka pembelajaran di dalam kelas seharusnya merupakan proses pembelajaran yang efektif. Seperti yang dijelaskan oleh (Sani, 2014:41) bahwa pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber atau lingkungan belajar yang mendukung. Selanjutnya (Sani, 2014:46) menjelaskan kegiatan pembelajaran yang efektif pada umumnya meliputi aspek kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, interksi edukatif antara guru dengan peserta didik, susasana demikratis, variasi model pembelajaran, bahan yang sesuai dan bermanfaat, lingkungan yang kondusif, dan sarana belajar yang menunjang. Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran merupakan harapan tentang ketercapaiannya pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap oleh peserta didik melalui kegiatan belajar yang efektif.

2.1.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. (Sani, R.A., 2014:89) menyebutkan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu Sani juga menambahkan bahwa model pembelajaran memiliki sintaks (fase pembelajaran), sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak. Menurut (Chatib M. 2013:128) model pembelajaran adalah sebuah sistem proses pembelajaran yang utuh, mulai dari awal hingga akhir. (Mulyasa, 2014:142) juga berpendapat bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran dari awal hingga akhir yang disajikan oleh guru secara khas.

(3)

8

Selain itu (Trianto, 2010:52) menambahkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesign pola mengajar tatap muka dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran seperti buku, film, tipe, program komputer dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Arends dalam (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa “the

term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goal, syntax, environtmen, and management system.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya,dan sistem pengelolaannya.

Model pembelajaran yang dimaksudkan adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:53).

Melalui penjelasan para ahli sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara atau bentuk pembelajaran serta pedoman yang disusun secara sistematis selama proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model pembelajaran yang tepat, diharapkan peserta didik dapat memahami pelajaran yang disampaikan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri

2.1.3.1 Pengertian model pembelajaran inkuiri

Inkuiri merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Suchman (1996) dalam Sani R.A. (2014:113) model pembelajaran inkuiri merupakan suatu pola pembelajaran

(4)

9

untuk membantu peserta didik dalam merumuskan dan menguji pendapatnya serta memiliki kesadaran akan kemampuannya. Di dalam model pembelajaran inkuiri, guru memegang peran sebagai fasilitator yang bertugas memfasilitasi peserta didik dalam usaha mencari tahu. Selain itu pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan semua kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Ahmadi K., dkk, 2011:25).

Menurut Oemar Hamalik (1999) dalam (Setyawati, 2016:1) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu yang berpusat pada peserta didik atau

(student-Centered-Strategy) dimana kelompok-kelompok peserta didik kedalam

suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Setyawati juga menyebutkan bahwa kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi peserta didik diantaranya adalah sebagai berikut.

a. aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang peserta didik berdiskusi;

b. inkuiri berfokus pada hipotesis; dan

c. penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran inkuri adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran di mana guru sebagai fasilitator yang membantu peserta didik dalam merumuskan maupun menguji permasalahan sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri kesimpulan pembelajaran.

(5)

10

2.1.3.2 Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri

Mulyasa H. E. (2014:143) menyatakan bahwa mlangkah-langkah yang digunakan dalam model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Mengobservasi berbagai fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta dan fenomena dalam mata pelajaran tertentu.

b. Menanyakan fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, dan sumber lain.

c. Mengajukan dugaan sementara atau kemungkinan jawaban. Pada tahap ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

d. Mengumpulkan data terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan.

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah dan dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

Ahmadi, dkk (2011:26) menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah dimana kemampuan yang dituntut adalah: 1. Kesadaran terhadap masalah

2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah

b. Mengembangkan hipotesis dimana kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah:

(6)

11

2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis, dan merumuskan hipotesis

c. Menguji jawaban tentatif di mana kemampuan yang dituntut adalah:

1. Merakit peristiwa terjadi dari: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data dan mengevaluasi data 2. Menyusun data terdiri dari: menranslasikan data,

menginterpretasikan data dan mengklasifikasikan data

3. Analisis data terdiri dari: melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan dan mengidentifikasikan trend, sekuensi dan keteraturan

d. Menarik kesimpulan di mana kemampuan yang dituntut adalah: 1. Mencari pola dan makna hubungan

2. Merumuskan kesimpulan

e. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Menurut (Hamruni, 2009:138) secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. b. Merumuskan masalah

(7)

12

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki karena masalah tersebut memiliki jawaban, dan peserta didik di dorong untuk mencari jawaban yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:

1. Masalahnya hendaknya dirumuskan sendiri oleh peserta didik.

2. Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.

3. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh peserta didik. Di mana peserta didik harus sudah mengenal permasalahan yang sama sebelumnya.

c. Mengajukan hipotesis

d. Mengumpulkan data di mana tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

f. Merumuskan kesimpulan

2.1.3.3 Kelebihan model pembelajaran inkuiri

Menurut Roestiyah di kutip dalam Sofiani (2011;18) kelebihan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada

peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

b. Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

(8)

13

c. Mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka. d. Mendorong peserta didik untuk berfikir intuitif dan

merumuskan hipotesisnya sendiri.

e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan peserta didik untuk belajar sendiri. i. Dapat menghindari peserta didik dari cara-cara belajar yang

tradisional.

(Dharma, 2008:40) menyebutkan bahwa model Pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena model ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

a. Model ini merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.

b. Model ini dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Model ini merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.

Menurut (Sanjaya, 2010:208) kelebihan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

(9)

14

a. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang serta dianggap lebih bermakna.

b. Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang, kepada peserta didik untuk belajar sesuai gaya belajar mereka.

c. Model pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.

2.1.3.4 Kelemahan model pembelajaran inkuiri

Di samping memiliki keunggulan, (Dharma, 2008:40) juga menjelaskan bahwa model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu:

a. Jika model ini digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

(10)

15

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka model ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Menurut (Sanjaya, 2010:208) model pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan. Diantaranya:

a. Jika menggunakan midel pembelajaran ini, akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan watu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2.1.4 Model Pembelajaran Discovery Learning

2.1.4.1 Pengertian model pembelajaran Discovery Learning

Seperti model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran

discovery learning merupakan model pembelajaran yang yang

menjadikan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran dan menuntut peserta didik untuk dapat mengembangkan potensinya.

Menurut Depdikbud (2014:14) juga menyebutkan bahwa

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri

(inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.

(11)

16

Perbedaannya discovery dengan inquiry ialah bahwa pada

discovery masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik

semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Seperti yang dijelaskan oleh Chatib M. (2013:130) discovery

learning adalah model pembelajaran yang cenderung meminta

peserta didik untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut. Hal ini jelas menunjukan bahwa model dicovery learning menuntut peserta didik memahami bahan ajar melalui percobaan yang dilakukan di dalam proses pembelajaran yang selanjutnya akan dimuat dalam sebuah kesimpulan. Hal serupa dijelaskan oleh Daryanto (2014:41) bahwa menurut Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Bruner memakai model yang disebutnya Discovery Learning, di mana peserta didik mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Pengertian yang lebih sederhana disampaikan oleh Mulyasa (2014:144) yang menjelaskan bahwa model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran untuk menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran.

Menurut Suryosubroto dalam Risqi&Samsul (2014:41) mengemukakan bahwa salah satu model pembelajaran yang sering digunakan sekolah yang sudah maju adalah model pembelajaran

discovery. Hal ini disebabkan karena:

a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar peserta didik menjadi aktif;

b. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan peserta didik;

(12)

17

c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;

d. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery peserta didik belajar menguasai salah satu model ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;

e. Dengan model ini juga, peserta belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Dari penjelasan yang dijabarkan oleh para ahli sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa discovery learning merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik dalam mencari tahu atau melakukan sebuah eksperimen mengenai pelajaran yang sampaikan secara mandiri sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.1.4.2 Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning

Menurut (Mulyasa, 2014:144) langkah-langkah di dalam model pembelajaran discovery learning sebagai berikut.

a. Stimulus (stimulation). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca, mengamati situasi, atau melihat gambar.

b. Identifikasi masalah (problem statement). Pada tahap ini, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan masalah.

c. Pengumpulan data (data collecting). Pada tahap ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan

(13)

18

data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

d. Pengolahan data (data processing). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

e. Verifikasi (verification). Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran dan keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskusi, dan mencari berbagai sumber yang relevan, serta mengasosiasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan.

f. Generalisasi (generalization). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

2.1.4.3 Kelebihan model pembelajaran discovery learning

(Suryosubroto, 2002:191) mengemukakan bahwa salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah model discovery. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran ini:

a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif.

b. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak.

c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.

(14)

19

d. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri.

e. Dengan metode ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

(Hosman, 2014:286) juga menjelaskan beberpa kelebihan model pembelajaran discovery learning, diantaranya:

a. Membantu siwa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

b. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah.

c. Pengetahuan yang diperoleh melalui model pembelajaran ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan trasfer.

d. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

e. Model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

f. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan bersama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

g. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

h. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

2.1.4.4 Kelemahan model pembelajaran discovery learning

Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan. Seperti yang dijelaskan oleh (Oemar, 1986:122) beberapa kelemahan model pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

(15)

20

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.

b. Model pembelajaran ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang ditulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Dari pihak lain justu menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.

c. Model pembelajaran ini tidak efisien untuk mengajar sejumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

d. Harapan-harapan yang terkandung dalam model pembelajaran ini dapat buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah terbiasa dengan cara belajar yang lama.

e. Pembelajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

f. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh peserta didik. g. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikit yang

akan ditemukan oleh peserta didik telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru. Suhana dalam (Hidayah, 2015: 17) juga menyebutkan beberapa kelemahan model pembelajaran discovery learning yang sama dengan pendapat ahli sebelumnya, yaitu:

a. Guru dan peserta didik yang sudah sangat terbiasa dengan PKM gaya lama maka discovery learning ini akan mengecewakan.

(16)

21

b. Model pembelajaran ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi peserta didik.

c. Keadaan kelas yang gemuk jumlah peserta didiknya maka model ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

Roestiyah dalam (Hidayah, 2015:17) juga menjelaskan mengenai kelemahan model pembelajaran discovery, diantaranya:

a. Pada peserta didik harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk model pembelajaran ini karena peserta didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

c. Bagi guru dan peserta didik yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

d. Dengan teknik mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir kreatif.

(17)

22

2.1.5 Perbedaan Model Pembelajaran Inkuiri dan Discovery Learning Tabel 2.1

Perbedaan model pembelajaran inkuiri dan discovery learning

No Model Pembelajaran

Inkuiri Model Pembelajaran Discovery Learning

1.

Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang harus di capai dari

pembelajaran.

Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang harus di capai dari

pembelajaran. 2.

Guru menjelaskan langkah-langkah

kegiatan inkuiri yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.

Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan

discovery learning yang harus dilakukan oleh

peserta didik untuk mencapai tujuan. 3.

Guru memberikan teka-teki yang akan membuat pesera didik menyimpulkan permasalahan yang harus diselesaikan.

Guru memberikan stimulus kepada peserta didik berupa cerita dan gambar mengenai materi yang diajarkan

4.

Peserta didik mengindentifikasi masalah berdasarkan teka-teki yang diberikan oleh guru.

Peserta didik mengindentifikasi masalah melalui bertanya, mengamati, mencari informasi dan merumuskan masalah. 5. Peserta didik mengajukan hipotesis untuk

menguji dan menggolongkan data.

Peserta didik mengumpulkan data.

6. Peserta didik mengumpulkan data terkait hipotesis yang ada.

Peserta didik melakukan pengolahan terhadap data yang sudah diperoleh.

7.

Peserta didik menguji hipotesis dan menganalisis.

Peserta didik melakukan verifikasi guna mengecek kebenaran dan keabsahan hasil data yang sudah diolah.

8. Peserta didik membuat kesimpulan yang berkaitan permasalahan.

Peserta didik melakukan generalisai permaslahan.

9. Pembelajaran inkuiri dilakukan secara berkelompok

Pembelajaran discovery learning dilakukan secara individual.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Supratiknya (2012:5) hasil belajar merupakan objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh murid sesudah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran tentang mata pelajaran tertentu. Sedangkan Mulyasa H.E. (2008:212) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar

(18)

23

dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Selanjutnya (Suprijono, 2013:5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. (Majid, 2014:28) menyatakan hasil belajar adalah suatu puncak dari proses belajar dan hasil belajar yang berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Menurut (Sudjana, 2009:3) hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mana dianggap sebagai hasil belajar di mana secara lebih luas mencangkup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagaimana di dalam kurikulum 2013 sendiri hasil belajar yang diharapkan bukan hanya menyasar bagian kognitif peserta didik. Seperti yang tercantum di dalam PP. 32 Tahun 2013 mengenai SKL atau standar kompetensi lulusan menyebutkan SKL yang digunakan di dalam kurikulum 2013 diantaranya adalah kompetensi untuk seluruh mata pelajaran yang mencangkup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik baik dalam bentuk perbuatan, pola pikir yang mencangkup kognitif, afektif maupun psikomor dan juga keterampilan.

2.1.7 Ekosistem

Ekosistem adalah interaksi antara makhluk hidup dan benda-benda tak hidup pada sebuah lingkungan dan tersusun atas individu, populasi, dan komunitas (Karitas, dkk; 2014:2). Mikrodo dkk (2007:37) juga menjelaskan pengertian yang sama yaitu ekosistem merupakan tempat terjadinya hubungan timbal balik antara makhluk hidup. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuhmenyeluruh dan saling

(19)

24

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. (Utomo, Sutriyono, & Rizal, 2014:5) juga menambahkan bahwa ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ekosistem merupakan sebuah lingkungan dengan benda hidup maupun tak hidup yang memiliki interaksi satu dengan yang lainnya.

Pada dasarnya ekosistem yang ada di dunia dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami, dan ekosistem buatan. Ekosistem alami terdiri dari ekosistem air dan ekosistem darat. Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem air asin. Ekosistem darat terdiri atas ekosistem hutan, padang rumput, padang pasir, tundra, dan taiga. Sedangkan ekosistem buatan, merupakan ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sawah dan bendungan, merupakan salah satu contoh ekosistem buatan. Ekosistem air tawar meliputi ekosistem danau, kolam, dan sungai. Ekosistem air tawar mendapatkan cukup sinar matahari. Tumbuhan yang paling banyak pada ekosistem ini adalah ganggang. Ekosistem air asin terdiri atas ekosistem terumbu karang, dan ekosistem laut dalam. Berbagai jenis ikan, kerang, koral dan mahluk laut lainnya, hidup pada ekosistem ini. Terdapat juga beberapa jenis hewan kecil dan tumbuhan alga yang dapat membuat sendiri makanannya. Ekosistem darat terdiri dari ekosistem hutan hujan tropis, sabana, padang rumput, gurun, taiga dan tundra. Ekosistem darat ini dibedakan oleh tingkat curah hujan dan iklimnya. Perbedaan tersebut menyebabkan jenis tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya juga berbeda. Tumbuhan seperti rotan dan anggrek, serta hewan seperti kera, burung, badak, harimau, berada pada ekosistem hutan hujan tropis. Ekosistem sabana memiliki curah hujan yang lebih rendah daripada ekosistem hutan hujan tropis. Hewan-hewan yang hidup di

(20)

25

sabana antara lain berbagai jenis serangga, dan mamalia seperti zebra dan singa. (Buku peserta didik SD/MI Kelas V Tema 8)

2.2 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang terdahulu yang menjadi acuan dalam pembuatan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Terdapat bukti empirik bahwa penerapan model pembelajaran inquiri maupun discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan penelitian oleh Eriyan dkk. (2013: 38) yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Model Discovery Dengan Model Inquiry Pada Pelajaran Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Di SMK N 2 Surabaya”, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara pembelajaran menggunakan model discovery, model inquiry dan model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung lebih besar dari pada F (8,99>3,11) serta rata rata nilai postes kelas inquiry sebesar 82,71, kelas discovery sebesar 79,67 dan kelas konvensional sebesar 77,7. Penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan discovery learning yang mendukung penelitian ini sehingga terdapat perbedaan hasil belajar dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variable bebas yang digunakan diantaranya adalah model pembelajaran discovery learning (X1), model pembelajaran inkuiri (X2) dan model pembelajaran konvensional (X3) dengan variable bebas yaitu hasil belajar (Y). Aktifitas peserta didik kelas yang mengunakan model inquiry lebih baik dibandingkan peserta didik yang menggunakan model discovery dan yang menggunakan model konvensional. Perbedaan hasil belajar peserta didik ini disebabkan pada kelas yang memperoleh pembelajaran memahami sifat dasar sisnyal audio dengan model inquiry, peserta didik diberikan kebebasan berpikir untuk mencari berbagai macam ide dalam menemukan konsep.

(21)

26

Sedangkan menurut Martisari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Strategi Pembelajaran

Inquiry dan Discovery dalam Mata Pelajaran IPA Biologi Kelas VIII di SMP

Penda Tawangmangu Tahun Ajaran 2013/2014 menunjukan bahwa terdapat perbedaan pada hasil belajar yang diperoleh peserta didik yaitu nilai rata-rata kognitif tertinggi diperoleh kelas discovery 74,81, kemudian diperoleh kelas kontrol 71,54 dan rata-rata terendah diperoleh kelas inquiry 70,49. Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai signifikansi yaitu 0,013 < 0,05, sehingga H0 ditolak maka ada perbedaan hasil belajar kognitif peserta didik menggunakan strategi pembelajaran inquiry dan discovery. Hasil belajar afektif mempunyai nilai signifikansi 0,147 > 0,05, sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada terdapat perbedaan nyata ada pada hasil kognitif menggunakan strategi pembelajaran discovery. Penelitian ini menunjukan model pembelajaran inkuiri dan discovery

learning dapat digunakan dalam mata pelajaran IPA dan menunjukan

perbedaan hasil belajar di antara kedua model pembelajaran. Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian yang sedang dilaksanakan, di mana di dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas (X) dan terikat (Y). Variabel bebas yang di gunakan merupakan 2 model pembelajaran yaitu model pembelajaran inkuiri (X1) dan model pembelajaran discovery

learning (X2) dengan variabel terikat yaitu hasil belajar (Y) sehingga

variabel yang digunakan sama dengan variabel yang ada di dalam penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran

discovery learning mendapat nilai rata-rata tertinggi karena dalam proses

(22)

27

2.3 Kerangka Pikir

Bagan I Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan peserta didik secara terencana yang mengakibatkan aktivitas belajar untuk mencapai hasil kognitif, afektif dan psikomotor melalui cara atau model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru guna menyampaikan materi yang dipelajari yang disusun secara sistematis selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

Proses pembelajaran

Model Pembelajaran Inquiri Model Pembelajaran discovery

learning

 Peserta didik belajar

menganalisis permasalahan sendiri dan menemukan solusi dari hasil analisis berdasarkan teka-teki yang diberikan oleh guru.

 Menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah.

 Peserta didik belajar secara berkelompok.

 Menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

 Peserta didik diberikan

stimululus berupa gambar dan bacaan.

 Permasalahan diberikan langsung oleh guru berupa pertanyaan yang harus diselesaikan

 Peserta didik melakukan proses pembelajaran secara individu.

Hasil belajar

(23)

28

dapat disesuaikan dengan matapelajaran ataupun tema yang sedang diajarkan. Model pembelajaran inkuiri dan discovery learning adalah model pembelajaran yang sesuai apabila digunakan dalam pembelajaran IPA maupn Matematika. Di dalam kedua model pembelajaran ini peserta didik menjadi aktif berperan dalam proses pembelajaran karena peserta didik merupkan pusat dari pembelajaran itu sendiri. Peserta didik dituntut untuk menemukan apa yang menjadi permasalahan, menganalisis dan membuat kesimpulan. Belajar melalui pengalaman adalah yang diharapkan melalui diterapkannya kedua model pembelajaran ini.

Di dalam model pembelajaran inkuiri, peserta didik akan berkerja bersama dalam sebuah kelompok untuk mencari jawaban dari sebuah permalahan yang di dapat melalui teka-teki yang diberikan oleh guru. Sedangkan di dalam model pembelajaran discovery learning peserta didik akan diberikan stimulus berupa cerita bergambar yang kemudian setiap peserta didik akan belajar secara mandiri untuk mendapatkan hasil dari permasalahan yang diberikan oleh guru secara langsung. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan dampak berbeda dan lebih baik daripada model pembelajaran discovery learning.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan pengaruh model pembelejaran inkuiri dan discovery learning terhadap hasil belajar peserta didik.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai state of the art, pada penelitian ini diusulkan sebuah rancangan broadband metamaterial BPF menggunakan bahan mikrostrip dengan menggunakan metode open split

Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si.. Wuryansari Muharini

Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data yang dapat dijadikan. sebagai sumber website

Telekomunikasi (Telkom) Akses Jambi dirasakan menyulitkan calon pelanggan baru dalam proses pelayanan untuk pemasangan telepon, dan modem speedy, selain itu informasi

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

[r]

Film PVDF yang ditempelkan pada pelat akan mengubah gaya ini menjadi muatan listrik yang oleh charge amplifier akan diubah menjadi tegangan sehingga dapat dideteksi oleh

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan/Joint Operation) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi