Sambutan Presiden RI pada Buka Puasa Bersama Prajurit TNI dan Masyarakat
Cipatat, 23 Agustus 2011
Selasa, 23 Agustus 2011
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA BUKA PUASA BERSAMA DAN SILATURAHMI
DENGAN PRAJURIT TNI DAN MASYARAKAT CIPATAT
DALAM RANGKAIAN SAFARI RAMADHAN
TANGGAL 23 AGUSTUS 2011
DI
PUSDIKIF, CIPATAT, JAWA BARAT
Â
Â
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Â
Salam sejahtera untuk kita semua,
Â
Yang saya
hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Â
Saudara
Gubernur Jawa Barat,
Â
Dan para
Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintahan yang bertugas di Jawa Barat,
Â
Yang saya
hormati Kepala Staf Angkatan Darat, Komandan Kodiklat, Komandan Pusenif, dan para Perwira, Bintara, Tamtama, dan Pegawai Negeri Sipil TNI,
Â
Yang saya
cintai para ulama, para tokoh masyarakat, dan saudara-saudara, bapak- ibu, masyarakat
Cipatat dan sekitarnya,
Â
Hadirin-Hadirat yang saya muliakan,
Â
Kita
sungguh bersyukur hari ini dapat ber-silaturrahim
dan beribadah bersama di tempat ini, dan semoga ibadah kita diterima serta mendapatkan rida Allah SWT.
Â
Kita sudah
mendengarkan sambutan Komandan Pusenif, Mayor Jenderal Wisnu yang mengingatkan kita pada tugas mulia seorang Prajurit, tugas mulia Tentara Nasional Indonesia
untuk bangsa dan negaranya. Kita juga mendengarkan hikmah Ramadhan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, semuanya itu semoga melengkapi ibadah kita dan silaturrahim kita
pada sore hari ini.
Â
Saya
sungguh berberbahagia, bersyukur, dan senang karena acara buka puasa bersama ini dihadiri bukan hanya prajurit TNI yang sedang berlatih di Pusat Pendidikan Infantri ini, juga dihadiri oleh bapak-ibu, saudara-saudara masyarakat di
sekitar Cipatat. Saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada masyarakat Cipatat dan sekitarnya atas kesabaran, atas pengertian, atas dukungan kepada
Tentara Nasional Indonesia, khususnya yang berlatih di Cipatat ini dari dulu hingga sekarang yang barangkali mengganggu, entah suara tembakan, entah gerakan-gerakan pasukan yang mungkin
mengganggu kenyamanan dan ketenteraman bapak-ibu sekalian. Tetapi, mohon diketahui bahwa mereka menjalankan tugas negara, mereka mengikuti pendidikan dan pelatihan di tempat ini karena juga untuk mempertahanan kedaulatan negara, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
di berbagai kesempatan, TNI, para prajurit juga tetap dekat dengan masyarakatnya, itulah kemanunggalan TNI dengan rakyat. Manakala masyarakat menghadapi bencana, menghadapi kesulitan, TNI datang untuk membantu mereka melaksanakan bakti TNI itulah kemanunggalan TNI dan rakyat. Dan, meskipun
ini semoga tidak terjadi, kalau negara kita dalam keadaan peperangan, tentara harus mengorbankan jiwa dan raganya untuk melindungi rakyatnya, menjaga keutuhan negerinya, itulah juga hakikat kemanunggalan
TNI dan rakyat. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih
kepada panitia yang menghadirkan masyarakat di sekitar Cipatat ini, pada acara buka puasa, silaturrahim, dan ibadah
bersama di antara kita semua.
Â
Saudara-saudara,
Â
Tempat ini
juga membawa kenangan bagi saya pribadi, ada nostalgia kami di tempat ini, disamping sangat sering mengikuti latihan di tempat ini, saya dan teman-teman dulu juga
pernah melatih para perwira, para prajurit TNI. Tempat
saya dulu ada di sebelah sana, berbulan-bulan ada di sini, ini lapangan tempat melatih perwira, mendidik, menguji, memberikan penghargaan bagi yang
berprestasi, menjatuhkan hukuman bagi yang lalai, termasuk saya harus menyatakan tidak lulus bagi mereka yang ternyata tidak memenuhi standar. Saya bilang tadi kepada Kasad dan para Petinggi TNI, dulu waktu saya sebagai pelatih, keras, saya tidak mengenal kompromi, tidak ada yang bisa melobi saya, kalau memang tidak lulus, tidak lulus. Mengapa? Pelatih tugasnya melatih prajurit, yang dilatih adalah prajurit
yang akan bertempur.
Kalau melatihnya benar, Insya Allah selamat dalam
pertempuran dan tidak gugur. Kalau melatihnya buruk karena pelatihnya tidak cakap, maka membahayakan nyawa prajurit itu. Oleh
karena itu,
bagi pelatih yang tidak cakap, tidak akan saya luluskan, tetapi yang bagus, lulus karena saya
percayakan untuk melatih, mendidik prajurit-prajurit kita sehingga kalau bertempur Insya Allah selamat, tugas
bisa dilaksanakan, dan negara kita aman. Saya berharap para pelatih tetap tegas seperti itu, jangan berkompromi pada aturan, kemudian laksanakan tugas dengan baik, tapi juga tekunlah melatih, kalau sekali dilatih
belum bisa, latih lagi, belum
bisa, latih lagi, sampai pelatihnya menyerah. Kalau
pelatihnya menyerah berarti tidak cocok yang dilatih itu untuk menjadi pelatih, cari tempat yang lain.
Hadirin-Hadirat
yang dimuliakan Allah SWT,
Â
Tugas
militer, tugas prajurit, adalah untuk menjaga kedaulatan negara kita,
jangan sampai diserang oleh musuh, jangan sampai diganggu oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab. Untuk bisa mengemban tugas negara, sebuah tentara harus rajin berlatih, termasuk berlatih di tempat latihan Cipatat ini. Berlatih
juga ibadah, oleh karena itu kepada para pelatih, kepada semua yang sedang berlatih, laksanakan tugas itu dengan baik, kalian semua beribadah, kalian semua mempersiapkan diri untuk bertempur, manakala semua tugas negara itu diberikan kepada kalian semua.
Â
Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai. Kita tidak suka berperang, tidak suka. Peperangan
itu mendatangkan kesengsaraan, korban jiwa dan harta benda, tidak suka itu.
Tetapi, meskipun
kita cinta damai, yang namanya kedaulatan negara, keutuhan wilayah itu adalah harga mati, dan tentara, prajurit dipersiapkan untuk menjaga kedaulatan negara dan
keutuhan wilayah kita. Tetapi, jangan
sedikit-sedikit perang, jangan menjadi bangsa yang gemar berperang. Perang itu adalah jalan terakhir, kalau tidak ada cara lain, kalau kita bisa menjalankan diplomasi, kita bisa menyelesaikan secara politik, kedaulatan kita tegak, tidak ada yang mengganggu keutuhan kita, mari kita pilih cara diplomasi dan politik ini, agar tidak menimbulkan kesengsaraan. Kalau tidak ada cara lain, sesuai dengan sumpah prajurit, maka prajurit harus siap bertempur perang untuk bangsa dan negaranya.
Â
Saya ingin
memberikan nasihat kepada para prajurit TNI, dan dalam
pendidikan dan pelatihan ini juga agar ditekankan. Meskipun tentara itu berperang, perang itu membunuh atau dibunuh, kill or to
pelatih, didik dan latihlah agar prajurit kita menghormati hukum perang. Dalam perang juga ada etika untuk tidak begitu saja menghancurkan hak-hak asasi manusia, hak kaum sipil yang tidak ikut berperang. Para pelatih didik dan latihlah prajurit kita, tetap menjalankan tugas, tetap memerangi musuh, tetapi tidak melanggar HAM sehingga orang yang tidak bersalahpun ikut menjadi korban. Ini namanya Hukum Humaniter, Konvensi Jenewa,
tolong diterapkan sehingga tentara kita, tentara yang menghormati hukum dan tidak mudah terlibat dalam pelanggaran hak asasi
manusia. Sangat mungkin tugas bisa dilaksanakan tanpa melanggar hak asasi
manusia. Sangat mungkin tugas bisa dilaksanakan seraya tetap menghormati hukum, dan etika, dan nilai-nilai moral-moral, serta keagamaan.
Â
Kaum
tentara yang profesional ada tiga prinsip, prinsip pertama, berperang pun ada yang disebut harus proporsional, the
Principle of Proportionality, jangan
melebihi kepatutannya, yang kedua, kalau melakukan sesuatu di daerah pertempuran ada yang disebut dengan military necessity, kalau memang
tidak diperlukan buat apa dilakukan, penduduk sipil dibikin sengsara, kemudian dikerjain, dan ini, dan itu padahal tidak diperlukan, ya jangan. Ada lagi prinsip yang ketiga yang disebut unnecessary
suffering, ada tawanan perang,
tawan dia, perlakukan sebagai tawanan perang, tidak harus disakiti, disiksa
sampai dia terbunuh, ada aturannya, dan tentara yang menghormati hukum perang, Konvensi Jenewa, itu Tuhan Yang Maha Kuasa akan menolong, perangnya akan berhasil,
pertempurannya akan bisa dilaksanakan tanpa mencenderai aspek kemanuasiaan,
itulah yang diperlukan pada diri seorang prajurit, yang sesungguhnya adalah mereka-mereka yang beriman, yang bertakwa, yang beragama, yang diajarkan nilai-nilai moral,
nilai spiritual, dan nilai-nilai etika. Tolong para pelatih, tolong para prajurit dipastikan semua mentaati, mengikuti dan
menjalankan ajaran itu.
Â
Yang
terakhir, saya tadi melihat pintu gerbang, saya sudah pangling, karena dulu waktu saya jadi pelatih disini berbulan-bulan, keadaannya belum baik begini, masih serba susah dulu.
Kalau mau cari kopi,
saya langsung ke Rajamandala, beli es jeruk, beli kopi dengan uang yang pas-pasan, beli lotek di bawah di situ, tapi ya indah, merasakan bahwa tidak punya uangpun, hati kita senang, bekerja ikhlas untuk negara, rasanya gembira selalu, apalagi sekarang gaji prajurit makin baik, bersyukurlah, dan
laksanakanlah tugas negara dengan baik. Kalau belanja, belanjalah di sekitar sini sehingga membawa keuntungan bagi masyarakat sekitar, ini penting.
Â
Yang ingin
saya ceritakan, saya masuk di situ tadi jadilah
prajurit yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Saya masih ingat, tahun 1995, saya berpangkat Kolonel masih aktif di TNI menjadi Komandan Korem di Yogyakarta. Suatu saat, saya diwawancarai oleh sebuah koran di Yogyakarta. Ingat saya, menjelang 5 Oktober, hari ABRI waktu itu. Saya
diwawancarai, ditanya, eh Danrem, Kolonel, menurut anda bagusnya bagaimana ABRI itu? Waktu itu masih ABRI.
Saya katakan dan itu menjadi judul wawancara
di koran, judulnya besar-besar, bunyinya begini: "Jadilah
prajurit TNI, waktu itu masih ABRI, yang ditakuti lawan, disegani kawan, dan dicintai rakyat". Itu masih saya simpan hasil wawancara itu, ternyata
sekarang masih relevan. Agar tidak ada musuh yang mencoba-coba mengganggu NKRI, marilah kita menjadi tentara yang handal, memiliki kemampuan yang tinggi,
jangan sampai mereka seenaknya mengganggu, menyerang, menduduki negara kita. Nah, dalam konteks itu, bikin musuh takut, gentar untuk menyerang Indonesia. Jadilah TNI yang ditakuti lawan, jadilah TNI yang disegani kawan. Kita punya sahabat,
negara-negara ASEAN, saudara-saudara kita, negara sahabat yang lain. Tentara Indonesia profesional, punya kemampuan yang baik, latihannya baik,
pendidikannya baik, menghormati hukum perang dan etika, segan mereka. Inilah tentara yang hebat, tentara yang maju, tentara yang dibanggakan, segan kawan kita. Kalau segan juga, tidak akan aneh-aneh. Nah yang terakhir adalah, kita bersama rakyat jadilah TNI yang dicintai rakyat, agar dicintai rakyat, tadi itu yang telah saya sampaikan.
Â
Itulah
saudara-saudara, teruslah berlatih, berlatih untuk bertempur, untuk negara
kita. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan rahmat dan rida-Nya kepada kita sekalian. Sekian. Terima kasih.
Â
Wassalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabakatuh.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI