• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

244

KARAKTERISTIK EKSTERIOR DAN UKURAN TUBUH INDUK KAMBING BLIGON DI DESA BANYUSOCO, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

EXTERIOR CHARACTERISTIC AND BODY MEASUREMENT OF EWE BLIGON GOAT IN BANYUSOCO VILLAGE, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

Latifah1, Dwi Ahmad Priyadi1, Dyah Maharani1, Kustantinah2, dan Tety Hartatik1* 1

Departemen Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

2

Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Kualitatif dan Kuantitatif induk kambing Bligon di Desa Banyusoco Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Sampel yang diamati

sebanyak 41 induk kambing Bligon. Induk kambing Bligon dikelompokkan berdasarkan umur I2

sebanyak 9 ekor, I3 sebanyak 16 ekor dan I4 sebanyak 16 ekor. Peubah yang diamati yaitu sifat

kualitatif (distribusi warna) dan sifat kuantitatif (berat badan, panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak). Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk kambing Bligon memiliki rata-rata berat badan 22,8 ± 5,9 kg ; panjang badan 52,9 ± 4,2 cm; lingkar dada 63,3 ± 8,4 cm; tinggi pundak 58,4 ± 5,5 cm pada I2 dengan distribusi warna tubuh coklat (44,4%), putih(33,3%) dan coklat putih (22,2%) ;

rata-rata berat badan 28,9 ± 8,2 kg ; panjang badan 54,5 ± 5,6 cm; lingkar dada 67,5 ±4,6 cm; tinggi pundak 59,9 ± 4,6 cm pada I3 dengan distribusi warna tubuh coklat (81,3%), putih(6,3%)

dan coklat putih (12,5%); rata-rata Berat badan 33,2 ± 8,7 kg; panjang badan 58,2 ± 5,4; lingkar dada 69 ±8,9 cm; tinggi pundak 60,3 ± 4,6 cm pada I4 dengan distribusi warna tubuh

coklat (68,8%), putih (12,5%) dan coklat putih (18,8%). Berdasarkan hasil deskriptif, berat badan dan ukuran tubuh induk kambing Bligon pada I4 lebih besar daripada I2 dan I3. Distribusi

warna pada ketiga kelompok umur didominasi dengan warna coklat.

Kata kunci: Induk Kambing Bligon, Karakteristik kualitatif, Karakteristik kuantitatif

ABSTRACT

The aim of this research was to characterize the qualitative and quantitative data of Bligon goat in Banyosoco village, Gunung Kidul, Yogyakarta. A total of 41 ewes of Bligon goats were obseved. The goats were divided in to 3 groups (I2= 9 heads, I3= 16 heads and I4= 16

heads). Variables observed were qualitative traits (color distribution) and quantitative traits (body weight, body length, chest circumference and height shoulder). The quantitative data was analysed using descriptive method. The result of this research showed that the average of

body weight, body length, chest circumference and height shoulder in I2 were 22,8 ± 5,9 kg ;

52,9 ± 4,2 cm; 63,3 ± 8,4 cm; 58,4 ± 5,5 cm, respectively while the colour variation in Bligon

goats were brown (44,4%), white(33,3%) dan brown white (22,2%). The average of body

weight, body length, chest circumference and height shoulder in I3were 28,9 ± 8,2 kg ; 54,5 ±

5,6 cm; 67,5 ±4,6 cm; 59,9 ± 4,6 cm, respectively while the colour variation were brown

(81,3%), white(6,3%) and brown white (12,5%). Furthermore, the average of body weight, body

length, chest circumference and height shoulder in I4 were 33,2 ± 8,7 kg; 58,2 ± 5,4; 69 ±8,9

cm; 60,3 ± 4,6 cm, respectively while the colour variation were brown (68,8%), white(12,5%)

* Korespondensi (corresponding author): E-mail: tety@ugm.ac.id

(2)

245

and brown white (18,8%). In conclusion, the body weight and body length of ewes Bligon goat in I4 was higher than I2 or I3. Color distribution whitin 3 groups of age were dominated in brown.

Keywords: Ewe Bligon goat, Qualitative characteristic, Quantitative characteristic

Pendahuluan

Indonesia memiliki sumber daya

genetik ternak yang beraneka ragam dan merupakan asset besar dalam usaha pengembangan ternak. Berbagai rumpun ternak lokal spesifik lokasi, baik yang sudah dikenal umum maupun yang belum dapat ditemukan di setiap propinsi dengan jumlah dan potensi yang belum diketahui. Rumpun

tersebut mempunyai keunggulan

komparatif dibanding ternak impor, antara lain daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis dengan sifat reproduksi yang baik sebagai akibat seleksi alam yang alami. Diantara berbagai jenis ternak lokal, kambing merupakan ternak yang banyak dipelihara (Murdjito, et al., 2011).

Populasi kambing di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2015 berturut-turut adalah 16.946, 17.906, 18.500, 18.640 dan 18.880 ekor. Melihat dinamika populasi kambing di Indonesia dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, sehingga

berpotensi sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan daging nasional Menurut data statistik 2015 daging kambing telah mampu memenuhi kebutuhan daging dari tahun 2011 sampai 2015 sebesar 66,3; 65,2; 65,2; 65,142 dan 65,9 ton. (Dirjennak, 2015). Bangsa kambing yang ada di Indonesia meliputi kambing Kacang, Peranakan Etawa (PE), Bligon, Kejobong, Gembrong, Marica, Samosir, Muara, dan Benggala (Hartatik, 2014). Jenis kambing yang saat ini

banyak mendapat perhatian adalah

kambing Bligon. Kambing Bligon merupakan kambing persilangan kambing lokal Kacang dengan Perananakan Etawah, dan kambing Bligon memiliki profil darah lebih dari 50% kambing Kacang (Budisatria, et al., 2012).

Karakteristik eksterior dan ukuran-ukuran tubuh pada kambing Bligon berperan penting dalam pemilihan ternak. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang kambing Bligon maka yang pertama dilihat

adalah bagian eksteriornya. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakteristik eksterior baik secara kualitatif (distribusi warna) maupun secara kuantitatif (berat badan, panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak) pada kambing Bligon di desa

Banyusoco kabupaten Gunung Kidul

Yogyakarta. Penelitian ini dapat dijadikan

referensi dan informasi tentang

karakteristik fenotip khas induk kambing Bligon di Desa Banyusoco Kabupaten Gunung kidul Yogyakarta.

Materi dan Metode

Penelitian ini dilakukan di desa Banyusoco kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Materi penelitian yang digunakan adalah 41 ekor induk kambing Bligon dengan 3 kelompok umur yaitu poel 2 (I2) sebanyak 9 ekor, poel 3 (I3) sebanyak

16 ekor dan poel (I4) sebanyak 16 ekor.

Karakteristik kuantitatif yang diukur meliputi berat badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak). Peninmbangan berat badan induk kambing Bligon menggunakan timbangan dengan ketelitian 100 gram. Tinggi Pundak (TP) merupakan jarak tertinggi pundak sampai ke tanah, diukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm. Panjang Badan (PB) adalah jarak garis lurus dari tulang pocessus spinosus dari vertebrae thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk), diukur dengan menggunakan pita ukur dalam satuan cm. Lingkar Dada (LD), diukur melingkari rongga dada melalui os scapula.

Karakteristik kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah distribusi warna

pada induk kambing Bligon yang

dikelompokkan dalam 5 warna yaitu coklat, putih, hitam, coklat putih dan coklat hitam. Bagian tubuh yang diamati yaitu bagian badan, kepala leher, kaki dan ekor.

(3)

246 Data kuantitatif yang meliputi berat badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak) dianalisis

menggunakan metode deskriptif

berdasarkan kelompok umur (I2, I3 dan I4). Hasil dan Pembahasan

Rerata berat badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak) di desa Banyusoco kecamatan

Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta

berdasarkan kelompok umur ditunjukkan pada Tabel 1.

Secara deskriptif, rerata berat badan dan ukuran tubuh kambing Bligon pada kelompok umur I4 lebih besar dibandingkan

dengan kelompoj I2 dan I3. Hal ini

menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap berat badan dan ukuran tubuh. Menurut Basuki (1998), faktor umur sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak.

Berat badan

Rata-rata berat badan hasil penelitian dari ketiga kelompok induk kambing berdasarkan kelompok umur untuk induk kambing Bligon I2 22,8 ± 5,9 kg; I3 28,9 ± 8,2

kg dan I4 33,2 ± 8,7 kg. Komariyah et.al.

(2015), melaporkan bahwa berat badan kambing Jawarandu untuk kurban 27,4 ± 4,8 kg. Berat badan pada kambing PE pada umur 0,5 – 1 tahun; > 1 – 2 tahun dan > 2 – 4 tahun berturut-turut adalah 22 ± 5 kg; 34 ± 6 kg dan 41 ± 7 kg (Anonimus, 2008).

Ukuran tubuh

Rerata panjang badan 52,9 ± 4,2 cm; lingkar dada 63,3 ± 8,4 cm; tinggi pundak 58,4 ± 5,5 cm pada I2; rerata panjang badan

54,5 ± 5,6 cm; lingkar dada 67,5 ±4,6 cm; tinggi pundak 59,9 ± 4,6 cm pada I3 ; rerata

panjang badan 58,2 ± 5,4; lingkar dada 69

±8,9 cm; tinggi pundak 60,3 ± 4,6 cm pada I3. Rerata panjang badan dan lingkar dada

pada kambing Jawarandu untuk kurban berturut-turut adalah 53, 2 ± 6,2 dan 63 ± 6,3 (Komariah, et.al., 2015). Hasil penelitian Sutiyono et.al. (2006) menunjukkan bahwa induk kambing beranak tunggal memiliki panjang badan ± 65,07 cm dan tinggi pundak ± 64,78 cm; induk beranak kembar dua memiliki panjang badan ± 67,75 cm dan tinggi pundak ± 69,77 cm; dan induk beranak kembar lebih dari dua memiliki panjang badan ± 69,69 cm dan tinggi pundak ± 66,46 cm.

Distribusi warna

Distribusi warna tubuh induk kambing Bligon di desa Banyusoco kecamatan

Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta

berdasarkan kelompok umur ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi warna pada induk kambing Bligon didominasi warna coklat (44,4% pada I2; 81,3% pada I3 dan 68,8% pada I4).

Menurut Komariah, et al. (2015), Kambing Jawarandu dengan warna dominan (C)

tampak lebih beragam dibandingkan

dengan kelompok (H) dan (P), yaitu coklat tua polos, coklat muda polos, coklat dengan belang besar, belang kecil hitam maupun putih, coklat dengan garis punggung hitam. Pola warna pada kambing Jawarandu coklat yang diamati ada tiga macam, yaitu: coklat polos atau coklat dengan hitam, coklat dengan putih atau kombinasi tiga warna tersebut.

Secara deskriptif, rerata berat badan dan ukuran tubuh kambing Bligon pada kelompok umur I4 lebih besar dibandingkan

dengan kelompoj I2 dan I3. Hal ini

menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap berat badan dan ukuran tubuh. Menurut Basuki (1998), faktor umur Tabel 1. Rerata hasil pengukuran berat badan dan ukuran tubuh

Umur Berat Badan Ukuran Tubuh

PB LD TP

I2 22,8 ± 5,9 kg 52,9 ± 4,2 cm 63,3 ± 8,4 cm 58,4 ± 5,5 cm

I3 28,9 ± 8,2 kg 54,5 ± 5,6 cm 67,5 ± 4,6 cm 59,9 ± 4,6 cm

(4)

247

sangat berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan ternak.

Berat badan

Rata-rata berat badan hasil penelitian dari ketiga kelompok induk kambing berdasarkan kelompok umur untuk induk kambing Bligon I2 22,8 ± 5,9 kg; I3 28,9 ± 8,2

kg dan I4 33,2 ± 8,7 kg. Komariyah et.al.

(2015), melaporkan bahwa berat badan kambing Jawarandu untuk kurban 27,4 ± 4,8 kg. Berat badan pada kambing PE pada umur 0,5 – 1 tahun; > 1 – 2 tahun dan > 2 – 4 tahun berturut-turut adalah 22 ± 5 kg; 34 ± 6 kg dan 41 ± 7 kg (Anonimus, 2008).

Ukuran tubuh

Rerata panjang badan 52,9 ± 4,2 cm; lingkar dada 63,3 ± 8,4 cm; tinggi pundak 58,4 ± 5,5 cm pada I2; rerata panjang badan

54,5 ± 5,6 cm; lingkar dada 67,5 ±4,6 cm; tinggi pundak 59,9 ± 4,6 cm pada I3 ; rerata

panjang badan 58,2 ± 5,4; lingkar dada 69 ±8,9 cm; tinggi pundak 60,3 ± 4,6 cm pada I3. Rerata panjang badan dan lingkar dada

pada kambing Jawarandu untuk kurban berturut-turut adalah 53, 2 ± 6,2 dan 63 ± 6,3 (Komariah, et.al., 2015). Hasil penelitian

Sutiyono et.al. (2006) menunjukkan bahwa induk kambing beranak tunggal memiliki panjang badan ± 65,07 cm dan tinggi pundak ± 64,78 cm; induk beranak kembar dua memiliki panjang badan ± 67,75 cm dan tinggi pundak ± 69,77 cm; dan induk beranak kembar lebih dari dua memiliki panjang badan ± 69,69 cm dan tinggi pundak ± 66,46 cm.

Distribusi warna

Distribusi warna tubuh induk kambing Bligon di desa Banyusoco kecamatan

Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta

berdasarkan kelompok umur ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi warna pada induk kambing Bligon didominasi warna coklat (44,4% pada I2; 81,3% pada I3 dan 68,8% pada I4).

Menurut Komariah, et al. (2015), Kambing Jawarandu dengan warna dominan (C)

tampak lebih beragam dibandingkan

dengan kelompok (H) dan (P), yaitu coklat tua polos, coklat muda polos, coklat dengan belang besar, belang kecil hitam maupun putih, coklat dengan garis punggung hitam. Pola warna pada kambing Jawarandu Tabel 2. Distribusi warna induk kambing Bligon

Umur Bagian tubuh

Distribusi Warna

Coklat Putih Hitam Coklat putih Coklat hitam

N % N % N % N % N % I2 Badan 4 44,4 3 33,3 0 0,0 2 22,2 0 0,0 Leher 5 55,6 4 44,4 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Kepala 3 33,3 1 11,1 0 0,0 4 44,4 1 11,1 Kaki 3 33,3 1 11,1 0 0,0 4 44,4 1 11,1 Ekor 1 11,1 3 33,3 4 44,4 1 11,1 0 0,0 I3 Badan 13 81,3 1 6,3 0 0,0 2 12,5 0 0,0 Leher 15 93,8 1 6,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Kepala 10 62,5 1 6,3 0 0,0 2 12,5 3 18,8 Kaki 9 56,3 1 6,3 4 44,4 1 6,3 1 6,3 Ekor 2 12,5 0 0,0 0 0,0 0 0,0 14 87,5 I4 Badan 11 68,8 2 12,5 0 0,0 3 18,8 0 0,0 Leher 12 75,0 2 12,5 0 0,0 2 12,5 0 0,0 Kepala 8 50,0 2 12,5 0 0,0 0 0,0 6 37,5 Kaki 6 37,5 4 25,0 3 33,3 2 12,5 1 6,3 Ekor 2 12,5 2 12,5 12 75,0 0 0,0 0 0,0

(5)

248 coklat yang diamati ada tiga macam, yaitu: coklat polos atau coklat dengan hitam, coklat dengan putih atau kombinasi tiga warna tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil deskriptif, berat badan dan ukuran tubuh induk kambing Bligon pada I4 lebih besar daripada I2 dan I3.

Distribusi warna pada ketiga kelompok umur didominasi dengan warna coklat.

Daftar Pustaka

Anonimus. 2008. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE). Badan Standardisasi Nasional. SNI: 7325.

Basuki, P., Nono, N. dan Gatot, M., 1998. Dasar Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Hand Out. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Budisatria I. G. S., Panjono, A. Agus1and H. M. J. Udo. 2012. The Productivity of Kejobong and Bligon Goats, a Local Indonesian Goats Kept by Farmers. Proceedings of the 15th AAAP Animal

Science Congress.Thammasat

University. Rangsit Campus. Thailand.

Dirjennak. 2015. Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan

Hwan Kementrian Pertanian RI.

Avaliabel at

http://ditjennak.pertanian.go.id/. Diakses pada senin, 14 Desember 2015 pukul 13.45 wib.

Hartatik, T., 2014. Analisis Genetik Ternak Lokal. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 75-88.

Komariah, Dwi Joko Setyono, dan Aslimah. 2015. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing Dan Domba Sebagai Hewan Qurban Di Mitra Tani Farm. Buletin Peternakan Vol. 39 (2): 84-91. Murdjito, G., I Gede Suparta Budisatria,

Panjono, Nono Ngadiyono, dan Endang Baliarti.2011. Kinerja Kambing Bligon gang Dipelihara Peternak Di Desa Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul. Buletin Peternakan. 35(2): 86-95.

Sutiyono B. N. J. widyani dan E. Purbowat. 2006. Studi Performans Induk Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Jumlah Anak Sekelahiran Di Desa Banyuringin

Kecamatan Singorojo Kabupaten

Kendal. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 537-544.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis terhadap sebaran daerah perikanan lampu di perairan Pandeglang dari Bulan Agustus hingga November 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas penangkapan

Pada gambar 3 diatas merupakan diagram alir perancangan perangkat lunak dari sistem deteksi perpindahan kendaraan bermotor berdasarkan data GPS dan sensor IMU

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelas- kan bahwa nilai praktikalitas handout yang dilengkapi peta konsep oleh guru adalah 85,93% dengan kriteria praktis. Hal ini

Dari hasil observasi di SD Negeri Pakem 1 terhadap pembelajaran di kelas yang telah kami laksanakan selama kurang lebih 7 hari mayoritas guru dalam mengajar

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa indikator yang perlu diperbaiki yaitu: (1) optimalisasi guru dalam menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk

Dari data Tabel 3 tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan deflasi (kecenderungan harga bahan baku/pembelian barang dagangan menurun), jika perusahaan menggunakan

Pribadi konselor efektif bisa ditunujukkan dari seberapa ketahan ujian seorang konselor dalam menghadapi masalah baik masalah yang dihadapinya sendiri maupun oleh

tida 3erlu dilauan 3erhitun.an leih lanut9 teta3i untu nilai atriut rain5 -asih 3erlu dilauan 3erhitun.an la.i.. Pohon