MANAJEMEN RISIKO
SESUAI PBI NOMOR 11/25/PBI/2009
PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI
ADI SUSTIKA
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
MANAJEMEN RISIKO
SESUAI PBI NOMOR 11/25/PBI/2009
PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI
ADI SUSTIKA NIM : 1090662003
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Udayana
ADI SUSTIKA NIM : 1090662003
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Prof. Dr. I.G.B Wiksuana,SE.MS Dr. I.B Anom Purbawangsa,SE.MM NIP. 19610827 198601 1 001 NIP. 19620922 198702 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Manajemen Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.Msi Prof.Dr.dr.A.A Raka Sudewi,SP.S(K) NIP 19590801 198601 2 001 NIP 19590215 198510 2 001
No : 4420/H14.4/HK/2014, Tanggal 20 Nopember 2014
Ketua : Prof. Dr. I.G.B Wiksuana,SE.MS Anggota :
1. Dr. I.B Anom Purbawangsa,SE.MM 2. Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini,SE.MSi 3. Dr. Luh Gede Sri Artini,SE.MSi 4. Dr. I.B Panji Sedana SE.MSi
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN KEUANGAN
JUDUL TESIS : STUDI PERBANDINGAN RENTABILITAS BANK SEBELUM DENGAN SETELAH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
SESUAI PBI NOMOR 11/25/PBI/2009 PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 25 April 2015
nugraha-Nya/kurnia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. I.G.B Wiksuana,SE.,MS sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. I.B Anom Purbawangsa,SE.,MM sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD, KMD., selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi,SP.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I.G.B Wiksuana,SE.,MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.MSi sebagai Ketua Program MM Unud. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini,SE.,MSi, Dr. Luh Gede Sri Artini,SE.,MSi dan Dr. I.B Panji Sedana SE.,MSi yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga Tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami tercinta serta anak tersayang yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 25 April 2015
SESUAI PBI NOMOR 11/25/PBI/2009 PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI
Manajemen Risiko merupakan serangkaian metode dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang muncul dari seluruh kegiatan usaha bank. Manajemen risiko pertama kali diterapkan di PT Bank Pembangunan Daerah Bali yaitu pada tahun 2011. Penerapan Manajemen Risiko disamping dapat mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang muncul dari seluruh kegiatan usaha bank, juga diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi dan meningkatkan rentabilitas bank itu sendiri.
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali, dimana rasio rentabilitas yang diteliti berupa rasio Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
pada periode sebelum penerapan manajemen risiko yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, dan periode setelah penerapan manajemen risiko tahun 2012 sampai dengan 2013 periode triwulanan.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode uji beda dua rata-rata, dimana jumlah sampel yang digunakan sebanyak 8 (delapan) data berpasangan. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan manajemen risiko pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Adanya perbedaan yang signifikan antara ROA sebelum dan setelah penerapan Manajemen Risiko. (2) Adanya perbedaan yang signifikan antara ROE sebelum dan setelah penerapan Manajemen Risiko. (3) Adanya perbedaan yang signifikan antara BOPO sebelum dan setelah penerapan Manajemen Risiko.
Disarankan pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali agar untuk kedepannya penerapan manajemen risiko terus dilakukan dan dibenahi menjadi lebih baik, karena hal tersebut berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas bank khususnya ROA, ROE, dan BOPO.
Kata Kunci : Manajemen Risiko, Rentabilitas, Return on Assets, Return on
BASE ON PBI NO. 11/25/PBI/2009 IN PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI
Risk management is a set of method and procedures used to identify, measure, monitor, and control risk arising in all business of the bank. Risk management was first time implemented in the Bank Pembangunan Daerah Bali, in 2011. The application of risk management is an addition to measure, monitor, and control risk arising from all the business of the banks, which is also expected to improve the performance of organizational and increase the profitability of the bank itself.
This research was conducted at the Bank Pembangunan Daerah Bali, which the ratio of profitability studied are Return on Assets Ratio (ROA), Return on Equity (ROE), and Operating Expenses to Operating Income (BOPO) in the period prior to the application of risk management i.e. 2009 to by the year 2010, and the period after the implementation of risk management in 2012 to 2013 quarterly period.
The methods of data analysis used are two different test methods on average, which the number of samples used as many as eight (8) pairs of data. The data of this study is a secondary data obtained from the financial statements and risk management at the Bank Pembangunan Daerah Bali. Results showed that: (1) There are significant differences relationship between ROA before and after the implementation of Risk Management. (2) There are significant differences between ROE before and after the implementation of Risk Management. (3) There are significant differences between BOPO before and after the implementation of Risk Management.
Suggested to PT. Bank Pembangunan Daerah Bali to keep the implementation of risk management and continuously fix it to be better, because it significantly take effect especially to ROA and ROE.
Keywords: Risk Management, Profitability, Return on Assets, Return on Equity, and Operating Expenses to Operating Income
SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian...
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 2.1 Tingkat Kesehatan Bank... 2.2 Manajemen Risiko... 2.2.1 Manajemen Risiko Kredit... 2.2.2 Manajemen Risiko Likuiditas... 2.2.3 Manajemen Risiko Pasar... 2.2.4 Manajemen Risiko Operasional... 2.2.5 Manajemen Risiko Hukum... 2.2.6 Manajemen Risiko Reputasi... 2.2.7 Manajemen Risiko Strategik... 2.2.8 Manajemen Risiko Kepatuhan...
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN...
3.1 Kerangka Berpikir dan Konseptual... 3.2 Hipotesis Penelitian... 3.2.1 ROA Bank Sebelum dengan Setelah Penerapan Manajemen Risiko…. 3.2.2 ROE Bank Sebelum dengan Setelah Penerapan Manajemen Risiko…. 3.2.3 BOPO Bank Sebelum dengan Setelah Penerapan Manajemen Risiko.. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii 1 1 9 9 10 11 11 15 19 23 27 32 34 36 38 40 42 42 45 45 46 47
4.4 Metode Analisis Data... BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 5.1 Hasil Penelitian... 5.1.1 Analisis Manajemen Risiko... 5.1.2 Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Rentabilitas ... 5.2 Pembahasan... 5.3 Implikasi Penelitian... BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 6.1 Simpulan... 6.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 53 55 55 55 57 64 66 68 68 69 70 75
5.1 Analisis Manajemen Risiko PT Bank Pembangunan Daerah Bali Maret 2011... 5.2 ROA Sebelum dan Setelah Penerapan Manajemen Risiko... 5.3 ROE Sebelum dan Setelah Penerapan Manajemen Risiko... 5.4 BOPO Sebelum dan Setelah Penerapan Manajemen Risiko... 5.5 Paired Samples Statistics ROA... 5.6 Paired Samples Test ROA... 5.7 Paired Samples Statistics ROE ... 5.8 Paired Samples Test ROE... 5.9 Paired Samples Statistics BOPO... 5.10 Paired Samples Test BOPO...
56 58 59 60 61 61 62 62 63 63
1.1 Perkembangan Tingkat ROA PT Bank Pembangunan Daerah
Bali Periode Tahun 2009-2013... 1.2 Perkembangan Tingkat ROE PT Bank Pembangunan Daerah
Bali Periode Tahun 2009-2013... 1.3 Perkembangan Tingkat BOPO PT Bank Pembangunan Daerah
Bali Periode Tahun 2009-2013...
4
5 6
1 Istilah... 2 Analisis Manajemen Risiko PT Bank Pembangunan Daerah Bali…… 3 ROA Sebelum dan Setelah Penerapan Manajemen Risiko………….. 4 ROE Sebelum dan Setelah Penerapan Manajemen Risiko………….. 5 BOPO Sebelum dan Setelah Penerapan Manajemen Risiko……….. 6 Paired Samples Statistics ROA……… 7 Paired Samples Test ROA……….. 8 Paired Samples Statistics ROE……… 9 Paired Samples Test ROE……….………. 10 Paired Samples Statistics BOPO………. 11 Paired Samples Test BOPO……….
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank sebagai lembaga yang mendapat kepercayaan untuk mengelola dana masyarakat, harus memiliki kondisi yang sehat sehingga mampu menjalankan tugas sebagai pengelola dana masyarakat dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat di sektor keuangan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian.
Peraturan Gubernur Bank Indonesia nomor 6/10/2004 Tahun 2004 menyatakan bahwa tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilaian kualitatif atas beberapa aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif terhadap faktor penilaian tingkat kesehatan bank.
Perkembangan metode penilaian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank harus diatur kembali agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menerapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan faktor-faktor yang disebut CAMELS yang terdiri dari modal (capital), kualitas asset (asset
quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity),
dan sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk). Rentabilitas menjadi hal yang paling diperhatikan karena bank sebagai lembaga keuangan yang berorientasi terhadap laba, dimana rentabilitas tersebut merupakan rasio yang menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba (Munawir, 2002:68).
Sukartini (2005) menyatakan bahwa rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang dihasilkan. Semakin besar modal pinjaman maka akan semakin berpengaruh terhadap rentabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas bank adalah ROA
(Return On Asset), ROE (Return On Equity) dan BOPO (Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional).
Perhitungan ROA, ROE, dan BOPO penting bagi bank karena bank perlu senantiasa menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat rentabilitas. ROA yang diteliti oleh Suhardito, et al. (1999) menunjukkan hasil yang signifikan terhadap perubahan laba, sementara menurut Zainudin dan Jogiyanto (1999) variabel ROA hanya mampu memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang, sementara pada perubahan laba dua tahun mendatang tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Peneliti lain yang meneliti mengenai rasio ROE adalah Lesser et al. (1993), Lesser menyatakan bahwa ROE sangat sulit diramalkan, sehingga seorang investor memerlukan bantuan analis untuk meramalkan ROE dimasa yang akan
datang dengan mempelajari riwayat laba yang dihasilkan sebelumnya. Bagi bank milik pemerintah hal ini perlu diperhatikan karena modal yang dimiliki bank merupakan milik masyarakat luas, sehingga rasio ROE akan selalu menjadi perhatian tersendiri bagi pemilik modal.
Rasio Rentabilitas lain yang banyak diteliti yaitu BOPO. BOPO yang diteliti oleh Afanasief et al. (2004) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara BOPO dan perubahan laba. Penelitian Bahtiar (2003) dan Sudarini (2005) menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara BOPO terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Bank swasta maupun bank milik pemerintah memiliki tujuan yang sama dalam menghasilkan rentabilitas yang sesuai dengan harapan. Salah satu bank milik pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Bali, adalah PT Bank Pembangunan Daerah Bali, juga memiliki kewajiban untuk menjaga kinerja keuangannya dan kesehatannya khususnya tingkat ROA, ROE dan BOPO agar dapat dipertanggungjawabkan di depan pemilik modal dalam hal ini masyarakat Bali dengan baik.
Penerapan manajemen risiko mengacu pada ketentuan Bank Indonesia PBI No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya PBI No. 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum, dimana terdapat 8 (delapan) risiko yang harus dikelola bank. Kedelapan jenis risiko tersebut adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko strategis.
Manajemen risiko pada hakekatnya merupakan serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Risiko adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bisnis, risiko bukan merupakan sesuatu yang buruk karena semakin banyak risiko semakin banyak risiko yang ada (Feig, 2006). Risiko juga dapat diartikan sebagai akibat yang terjadi jika bank gagal menepati komitmennya (Well, 1997).
Penerapan manajemen risiko diharapkan akan memperbaiki kinerja atau kesehatan bank karena semua risiko usaha bank sudah diidentifikasi dan dimitigasi dari awal. Handorf, et al. (2005) menyatakan bahwa sangat penting bagi semua bank untuk memilki cadangan dana untuk mengantisipasi kerugian atau risiko kredit.
Berdasarkan laporan keuangan triwulanan PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 PT Bank Pembangunan Daerah Bali memiliki rasio ROA seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.1
Perkembangan Tingkat ROA PT Bank Pembangunan Daerah Bali Periode Tahun 2009-2013
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa ROA PT Bank Pembangunan Daerah Bali di tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 yaitu periode sebelum penerapan manajemen risiko dibandingkan dengan periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 yaitu periode tahun setelah penerapan manajemen risiko, ROA terlihat berfluktuasi. ROA di akhir Desember 2010 jika dibandingkan dengan Desember 2013 maka ROA mengalami peningkatan.
0.895% 1.748% 2.344% 2.879% 0.869% 1.779% 2.391% 2.536% 1.042% 1.806% 2.561% 3.097% 0.954% 1.879% 2.552% 2.893% 0.000% 0.500% 1.000% 1.500% 2.000% 2.500% 3.000% 3.500%
ROA
ROAGambar 1.2
Perkembangan Tingkat ROE PT Bank Pembangunan Daerah Bali Periode Tahun 2009-2013
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 setelah penerapan manajemen risiko ROE relatif mengalami penurunan dibandingkan periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah penurunan rasio ROE pada periode tersebut disebabkan karena diterapkannya manajemen risiko di tahun 2011.
4.296% 8.984% 11.856% 13.731% 4.318% 9.678% 13.893% 2.536% 1.042% 1.706% 2.561% 3.097% 0.758% 1.487% 2.377% 2.893% 0.000% 2.000% 4.000% 6.000% 8.000% 10.000% 12.000% 14.000% 16.000%
ROE
ROEGambar 1.3
Perkembangan Tingkat BOPO PT Bank Pembangunan Daerah Bali Periode Tahun 2009-2013
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa BOPO periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 relatif mengalami penurunan dibandingkan dengan BOPO tahun 2009 sampai dengan tahun 2010.
Penelitian mengenai rentabilitas khususnya ROA, ROE dan BOPO dikaitkan dengan diterapkannya manajemen risiko akan dilakukan di PT Bank Pembangunan Daerah Bali karena PT Bank Pembangunan Daerah Bali disamping sebagai bank milik masyarakat Bali, PT Bank Pembangunan Daerah Bali juga harus bisa bersaing dan menjadi regional champion di wilayah sendiri, sehingga harus terus memperbaiki diri baik kinerja keuangan, kesehatan bank secara umum, dan dari segala sektor sehingga menjadi bank terkemuka di Bali khususnya dan di Indonesia umumnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti rentabilitas
59.044% 62.114% 65.753% 66.723% 72.865% 61.423% 63.498% 68.969% 53.729% 60.307% 59.185% 62.823% 60.830% 61.187% 0.000% 10.000% 20.000% 30.000% 40.000% 50.000% 60.000% 70.000% 80.000%
BOPO
BOPOdan manajemen risiko diantaranya Edmister et al. (1993) dimana diteliti mengenai pengendalian manajemen atas risiko perbankan merupakan asumsi penting dalam penilaian operasional dalam hal ini penilaian terhadap moral hazard. Riyadi (2007) meneliti faktor yang mempengaruhi rentabilitas seperti perputaran total aktiva, perputaran persediaan, dan perputaran piutang.
Penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang mengaitkan variabel rentabilitas dan manajemen risiko. Mengingat penerapan manajemen risiko pada bank adalah merupakan hal yang relatif baru, sehingga perlu diteliti kaitannya dengan rentabilitas bank itu sendiri, dimana tingkat rentabilitas merupakan faktor penting dalam mengukur tingkat kesehatan bank.
Permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah mengenai Studi Perbandingan Rentabilitas Bank Sebelum dengan Setelah Penerapan Manajemen Risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Rentabilitas yang dimaksud mencakup rasio ROA, ROE, dan BOPO. Penelitian dilakukan pada periode sebelum diterapkannya manajemen risiko yaitu periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2010 dan setelah diterapkan manajemen risiko yaitu periode Januari Tahun 2011 sampai dengan Desember 2012 dimana laporan yang diteliti adalah laporan tiap triwulanan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA bank sebelum dengan setelah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali?
2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara ROE bank sebelum dengan setelah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO bank sebelum dengan setelah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mengetahui signifikansi perbedaan ROA bank sebelum dengan setelah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali.
2) Mengetahui signifikansi perbedaan ROE bank sebelum dengan setelah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali.
3) Mengetahui signifikansi perbedaan BOPO bank sebelum dengan setelah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009 pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali.
1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang perbedaan rentabilitas bank sebelum dengan sesudah penerapan manajemen risiko sesuai PBI No. 11/25/PBI/2009.
2) Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Bali sebagai dasar penerapan manajemen risiko untuk meningkatkan rentabilitas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Kesehatan Bank
Bank diwajibkan melakukan penilaian tingkat kesehatan bank umum secara individual dan konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko
(Risk-Based Bank Rating). Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor
13/1/PBI/2011, penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan risiko mencakup penilaian atas faktor-faktor seperti profil risiko, Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earning), dan permodalan (capital). Penilaian profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren, kualitas penerapan manajemen risiko, dan tingkat risiko dalam operasional bank. Jenis risiko yang wajib dinilai terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko hukum, dan risiko reputasi (PBI nomor 5/8/PBI/2003).
Penilaian risiko inhern merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan oleh faktor eksternal maupun internal, antara lain kondisi makro ekonomi, industri dimana bank melakukan aktivitas usaha, strategi bisnis, dan kompleksitas produk dan aktivitas bank. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter atau indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren dari masing-masing jenis risiko
mengacu pada prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank umum yang dikategorikan menjadi peringkat 1 (low), peringkat 2 (low to moderate), peringkat 3 (moderate), peringkat 4 (moderate to high), dan peringkat 5 (high).
Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko mencerminkan penilaian kecukupan sistem pengendalian risiko yang meliputi seluruh cakupan penerapan manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia (PBI nomor 5/8/PBI/2001). Penilaian kualitas manajemen risiko merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek yang saling terkait yaitu tata kelola risiko, kerangka manajemen risiko, proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan kecukupan sistem informasi manajemen, dan kecukupan sistem pengendalian risiko dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Tata kelola risiko terkait dengan evaluasi terhadap risk appetite, risk tolerance, dan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi (PBI nomor 1/6/PBI/1999).
Kerangka manajemen risiko mencakup evaluasi terhadap kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko secara efektif termasuk kejelasan wewenang dan tanggung jawab, dan kecukupan kebijakan manajemen risiko, prosedur dan penetapan limit risiko terkait dengan strategi manajemen risiko yang searah dengan risk appetite dan risk tolerance.
Penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG) merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG (PBI nomor 8/4/PBI/2006). Prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip GCG mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai GCG bagi bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas bank. Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis yang komperhensif dan terstruktur terhadap hasil penilaian prinsip-prinsip GCG bank dan informasi lain yang terkait. Peringkat faktor GCG dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yaitu: Peringkat 1 (satu), peringkat 2 (dua), peringkat 3 (tiga), peringkat 4 (empat), dan peringkat 5 (lima). Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG bank yang lebih baik.
Penilaian tingkat kesehatan bank ditentukan salah satunya dari faktor rentabilitas meliputi evaluasi kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas,
sustainability rentabilitas bank dengan mempertimbangkan aspek tingkat,
struktur, dan stabilitas dengan memperhatikan kinerja serta manajemen rentabilitas bank, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik dan kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki (BPP Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BPD Bali, 2012).
Rentabilitas diartikan oleh Munawir (2004:86) sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Martono (2001:18) menjelaskan bahwa rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan membandingkan antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba tersebut.
Rentabilitas dalam pengertian maksimalisasi tingkat laba (profit
akhirnya meningkatkan kekayaan pemilik (wealth maximation). Keuangan perusahaan (corporate financial) menjadi salah satu sumber daya perusahaan yang dapat diusahakan memaksimalkan tingkat laba. Keuangan perusahaan wajib dirancang, diarahkan, dikendalikan dan dievaluasi menurut fungsi keuangan sebagai kegiatan penggunaan dana (allocation of funds) maupun pendanaan (raising of funds). Kedua fungsi keuangan ini harus dikelola secara efektif dan efisien (Suad Husnan, 2004:4).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas bank adalah ROA, ROE, dan BOPO.
Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Lestari dan Sugiharto (2007:196) menyatakan bahwa ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
Menurut Harahap (2004:305), ROE adalah rasio rentabilitas yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari pemilik modal. Sutrisno (2005:239) menyatakan bahwa ROE adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal sendiri yang dimiliki. Sawir
(2005:20) menyatakan ROE adalah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Tambun (2007:146) menyatakan ROE digunakan untuk mengukur Rate of Return atau tingkat imbal hasil ekuitas, semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, semakin tinggi harganya.
BOPO merupakan salah satu rasio rentabilitas. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Kuncoro dan Suhardjono, 2002:67-68). Menurut Dendawijaya (2005:118) rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
2.2 Manajemen Risiko
Manajemen risiko menurut Djohanputro (2008) diartikan sebagai proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor serta mengendalikan penanganan risiko. Dorfman (1998:9) menyatakan bahwa
manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Bank Indonesia menyatakan bahwa risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (event) tertentu. Risiko dalam kontek perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko juga dapat dianggap sebagai kendala atau penghambat pencapaian suatu tujuan. Dengan kata lain, risiko adalah kemungkinan yang berpotensi memberikan dampak negatif kepada sasaran yang ingin dicapai. Penerapan proses manajemen risiko dilakukan dengan pertama bank harus dapat mengidentifikasi risiko dan memahami seluruh risiko yang sudah ada
(inherent risks), termasuk risiko yang bersumber dari cabang-cabang dan
perusahaan anak (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Mengacu pada ketentuan Bank Indonesia PBI No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya PBI No. 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum, terdapat 8 (delapan) risiko yang harus dikelola bank. Kedelapan jenis risiko tersebut adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko strategis. Manajemen risiko pada hakekatnya merupakan serangkaian metode dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.
Manajemen risiko merupakan upaya untuk mengelola risiko agar peluang mendapatkan keuntungan dapat diwujudkan secara berkelanjutan. Bank Indonesia menyatakan bahwa esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metode pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank. Setiap bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko bank (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Implementasi manajemen risiko pada dunia perbankan diarahkan sejalan dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlements melalui Basel Committee on Banking Supervision sebagaimana diwajibkan oleh Bank Indonesia tentang penerapan manajemen risiko. Rekomendasi tersebut merupakan standar bagi dunia perbankan untuk beroperasi secara lebih berhati-hati dan implementasinya disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur pendukung maupun sumber daya manusia. Esensi penerapan sistem manajemen risiko tersebut adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali pada batas atau limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Mengacu kepada hal dimaksud bank menyusun Risk Management
Framework yang mencakup kebijakan, organisasi, proses dan infrastruktur.
Penyusunan kebijakan manajemen risiko harus selaras dengan visi dan misi, risk appetite, kemampuan permodalan, sember daya manusia, dan kapasitas pendanaan. Organisasi mencakup desain struktur organisasi yang berfokus kepada efektifitas pelaksanaan prisip four eyes principles dan reporting, penetapan wewenang dan tanggung jawab yang jelas setiap unit kerja dan karyawan dalam setiap aktivitas. Proses manajemen risiko harus dilaksanakan dengan efektif, bank juga membentuk grup manajemen risiko dan komite-komite manajemen risiko dan komite pemantau di tingkat Dewan Komisaris (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Proses identifikasi risiko dilakukan terhadap seluruh kegiatan termasuk identifikasi produk dan aktivitas baru. Proses pengukuran dimaksudkan agar bank mampu mengkalkulasi eksposur risiko yang melekat dan memperkirakan dampak permodalan yang seharusnya dipelihara. Metode pengukuran permodalan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia. Proses pengendalian risiko dilakukan dengan cara antara lain penambahan modal lindung nilai dan teknis mitigasi risiko lainnya. Penggunaan teknologi informasi yang mendukung proses dan metode manajemen risiko merupakan upaya pemenuhan standar penerapan tersebut yang dilakukan secara bertahap dengan tetap berpedoman kepada
roadmap penerapan Basel yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BPP
Penetapan peringkat faktor profil risiko berdasarkan BPP Manajemen Risiko PT Bank Pembangunan Daerah Bali tahun 2011 dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Penetapan tingkat risiko dari masing-masing risiko.
2) Penetapan tingkat risiko inheren komposit dan tingkat kualitas penerapan manajemen risiko komposit, dengan memperhatikan signifikansi masing-masing risiko terhadap profil risiko secara keseluruhan.
3) Penetapan peringkat faktor profil risiko atas hasil penetapan tingkat rsiko dan tingkat tingkat risiko inheren komposit dan tingkat kualitas penerapan manajemen risiko komposit berdasarkan hasil analisis secara komprehensif dan terstruktur, dengan memperhatikan signifikansi masing-masing risiko terhadap profil risiko secara keseluruhan.
2.2.1 Manajemen Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Penerapan manajemen risiko kredit mengacu pada Risk Manajemen Framework, dimana Risk Based Audit untuk pengujian model manajemen resiko kredit oleh tim audit intern yang secara berkala dievaluasi oleh komite audit di level Dewan Komisaris. Penyusunan dan penyempurnaan kebijakan dan SOP perkreditan yang terdokumentasi dengan baik yang disosialisasikan kepada seluruh unit kerja (termasuk penetapan rasio agunan dan penetapan standar proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko kredit.
Penerapan Manajemen Risiko Kredit pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali didasarkan pada Inherent risk dari risiko kredit dimana hasil analisis komposisi portofolio asset dan tingkat konsentrasi bank memiliki predikat
lowmod, hal ini disebabkan karena rasio asset per akun terhadap total asset di PT
Bank Pembangunan Daerah Bali pada periode Maret 2012 adalah sebesar 64,51% artinya asset sebagian besar berupa kredit yang diberikan sehingga sumber daya yang lebih banyak difokuskan pada asset kredit yang memberikan laba paling tinggi.
Rasio kredit pada debitur inti dibandingkan dengan total kredit di PT Bank Pembangunan Daerah Bali adalah 2,69% artinya pemberian kredit kepada debitur inti tidak signifikan dibandingkan dengan total kredit. Rasio kredit per sektor ekonomi dibandingkan dengan total kredit sebesar 67,81% artinya kredit didominasi dengan kredit konsumsi. Rasio kredit per katagori portofolio sebesar 58,77% hal ini disebabkan oleh bank sebagai pemegang kas daerah. Bank memiliki risiko low berdasarkan analisis kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan. Rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kredit bermasalah sebesar 0,25% hal ini disebabkan rasio kredit bermasalah di Bank BPD Bali sangat kecil.
Strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana adalah
low, hal ini disebabkan oleh karena bank telah melakukan manajemen portofolio
penyediaan dana yang relative tidak berpengaruh dengan perubahan faktor eksternal, melakukan manajemen asset untuk mendukung operasional dan
Hasil analisis faktor eksternal bank memiliki predikat low. Dalam menghadapi risiko faktor eksternal, bank mengambil langkah-langkah memperkuat posisi segmen pasar, menetapkan rasio NPL (Non Performing Loan) debitur yang sangat rendah, melakukan evaluasi secara periodik terhadap teknologi dan kebijakan pemberian kredit.
Kualitas penerapan manajemen risiko dinilai berdasarkan beberapa faktor yaitu tata kelola risiko yang terdiri dari strategi manajemen risiko, kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi, berdasarkan kerangka manajemen risiko yang terdiri dari pengembangan sistem administrasi kredit, kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko, dan kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit, dimana bank memiliki predikat fair.
Proses manajemen risiko, sistem informasi dan sumber daya manusia, sistem pengendalian risiko memiliki predikat fair. Kecukupan sistem pengendalian intern berpredikat fair dan kecukupan kaji ulang oleh pihak independen berpredikat satisfactory. Kualitas penerapan manajemen kredit cukup memadai. Meskipun persyaratan minimum terpenuhi terdapat beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manajemen.
Kualitas penerapan manajemen risiko kredit cukup memadai. Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manajemen. Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain :
1) Perumusan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko kredit cukup memadai dan telah sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.
2) Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman yang cukup baik mengenai manajemen risiko kredit.
3) Budaya manajemen risiko kredit cukup kuat dan telah diinternalisasikan dengan cukup baik pada seluruh level organisasi.
4) Pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup memadai.
5) Fungsi manajemen risiko kredit independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang memadai, dan telah berjalan dengan baik.
6) Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan telah berjalan dengan cukup baik.
7) Strategi perkreditan memadai dan sejalan dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko kredit.
8) Kebijakan, prosedur, dan limit risiko kredit cukup memadai dan tersedia untuk seluruh area manajemen risiko kredit, sejalan dengan penerapan dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
9) Proses manajemen risiko kredit memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko kredit.
10) Proses penyediaan dana secara umum memadai mulai dari proses
11) Sistem pemeringkatan risiko kredit cukup baik, diterapkan secara konsisten dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
12) Sistem informasi manajemen risiko kredit memadai sehingga menghasilkan pelaporan risiko kredit yang komprehensif dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
13) Secara umum sumber daya manusia memadai, baik dari sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen risiko kredit.
14) Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen risiko kredit.
15) Pelaksanaan kaji ulang independen oleh satuan kerja audit internal.
16) Secara umum terdapat kelemahan yang tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen.
17) Tindak lanjut atas kaji ulang independen dilaksanakan dengan cukup memadai.
2.2.2 Manajemen Risiko Likuiditas
Bank menjaga likuiditas dengan mempertahankan jumlah aktiva likuid yang cukup untuk membayar simpanan para nasabah, dan menjaga agar jumlah aktiva yang jatuh tempo pada setiap periode dapat menutupi jumlah kewajiban yang jatuh tempo. Hal utama yang dilakukan bank dalam mengelola risiko likuiditas adalah dengan melakukan identifikasi seluruh sumber risiko likuiditas baik langsung maupun tidak langsung pada neraca maupun off balance sheet. Atas
hasil identifikasi, bank melakukan pengukuran proyeksi arus kas, maturity profile,
stress testing dan rasio likuiditas.
Pemetaan profil maturitas dilakukan dengan mengklasifikasikan asset dan liabilitas berdasarkan jatuh tempo kontraktual dan asumsi behavior guna mengetahui kebutuhan arus kas. Pola kontraktual dan asumsi behavior liability akan membentuk core fun yang sifatnya stabil dan dapat digunakan untuk pembiayaan kredit berdurasi panjang (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Analisis risiko likuiditas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali terdiri dari inherent risk dan kualitas penerapan manajemen risik. Inherent risk dilihat dari komposisi asset, kewajiban dan transaksi rekening administratif bank berpredikat low, hal ini disebabkan oleh asset likuid primer dan asset likuid sekunder dibagi total asset sebesar 17,54%. Asset likuid primer dan asset likuid sekunder dibagi pendanaan jangka pendek di Bank BPD Bali adalah sebesar 20,53%. Hal ini menggambarkan kredit yang diberikan dengan jangka panjang, sedangkan sumber dana lebih banyak berasal dari jangka dibawah satu tahun. Pendanaan non inti dikurangi asset likuid primer dan sekunder dibagi total aktiva produktif dikurangi asset likuid primer dan sekunder sebesar 25,10% hal ini menggambarkan bahwa asset likuid primer dan sekunder cukup memadai terhadap total aktiva produktif dalam mengcover likuiditas bank.
Konsentrasi asset dan kewajiban bank memiliki predikat low, hal ini disebabkan bank melakukan analisis manajemen asset yang dikonsentrasikan pada asset produktif yaitu kredit dan bank telah melakukan penyiapan dana yang
memadai, penyedia dana memiliki sensitivitas kecil terhadap peringkat kredit dan suku bunga dan melakukan penyiapan dana yang memadai untuk mengantisipasi penarikan dalam jumlah besar.
Kerentanan pada kebutuhan pendanaan bank memiliki predikat lowmod, hal ini disebabkan oleh ketentuan pendanaan dibuat secara rinci, dan dengan cara memasuki pasar yang menjanjikan. Bank melakukan kerjasama dengan bank lain sebagai sumber pendanaan dengan melakukan transaksi money market dalam bentuk penempatan uang antar bank maupun investasi, surat-surat berharga dengan limit sesuai dengan credit line masing-masing koresponden.
Akses pada sumber-sumber pendanaan berpredikat low, hal ini disebabkan oleh bank telah melakukan langkah-langkah untuk menjaga reputasi, bekerja sama dengan bank lain sebagai sumber pendanaan, bank menjual likuidnya dengan janji suatu saat akan dibeli kembali. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko likuiditas tergolong rendah selama periode waktu mendatang.
1) Bank memiliki asset likuid berkualitas tinggi yang memadai untuk menutup kewajiban jatuh waktu.
2) Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil kurang signifikan. 3) Volume transaksi rekening administrative dan/atau komitmen pendanaan
intra group kurang signifikan.
5) Bank mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas pada kondisi normal maupun skenario krisis.
6) Arus kas yang berasal dari asset dan kewajiban dapat saling tutup dengan baik.
7) Akses pada sumber pendanaan memadai dibuktikan oleh reputasi bank yang baik.
Risiko likuiditas dilihat dari kualitas penerapan manajemen risiko, berdasarkan strategi manajemen risiko bank berpredikat fair, dari kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi berpredikat satisfactory. Hasil analisis tata kelola risiko bank berpredikat fair, hal ini disebabkan oleh adanya strategi manajemen risiko yang cukup memadai, pengawasan aktif dari Dewan Komisaris dan Direksi yang cukup memadai.
Hasil analisis kerangka manajemen risiko, bank memiliki predikat
satisfactory. Terdiri dari 3 (tiga) indikator yaitu strategi manajemen risiko
berpredikat fair, kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko berpredikat strong, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit berpredikat fair. Hal ini disebabkan oleh strategi manajemen, risiko likuiditas yang cukup memadai, kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko, cukup memadainya kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
Hasil analisis proses manajemen risiko, sistem informasi, dan SDM, yang terdiri dari proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
dan kecukupan sistem informasi manajemen risiko serta kecukupan kuantitas dan kualitas SDM dalam mendukung efektivitas proses manajemen risiko, bank memiliki predikat bank memiliki predikat fair, hal ini disebabkan oleh cukup memadainya proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko cukup memadai. Hasil analisis sistem pengendalian risiko, bank berpredikat fair, hal ini disebabkan oleh adanya sistem intern yang cukup memadai dan memadainya kaji ulang oleh pihak independen.
Analisis sistem pengendalian risiko yang terdiri dari kecukupan sistem pengendalian intern dan kecukupan kaji ulang oleh pihak independen bank berpredikat fair, hal ini disebabkan oleh adanya sistem pengendalian intern yang cukup memadai dan cukup memadainya kaji ulang oleh pihak independen.
2.2.3 Manajemen Risiko Pasar
Risiko pasar ini terekspos ketika variabel pasar (kurs dan suku bunga) bergerak kearah yang berlawanan dengan instrumen bank. Sesuai peraturan Bank Indonesia tentang penerapan manajemen risiko, bank diwajibkan untuk mengalokasikan modal (capital changer) dalam perhitungan CAR atau KPMM karena antara lain memiliki asset di atas Rp. 10 Triliun. Bank juga wajib mengelola risiko pasar terhadap eksposur banking book yang sensitif terhadap fluktuasi suku bunga. Dalam mengelola dampak potensial loss terhadap pendapatan dan ekses modal.
Analisis risiko pasar didasarkan pada Inherent risk yang terdiri dari analisis volume dan komposisi portofolio, bank memiliki predikat lowmod. Hal ini
disebabkan oleh rasio asset trading, derivatif, adalah sebesar 19,13% artinya posisi FVO (Fair Value Option) cukup tinggi terutama dari kredit yang diberikan, repo dan surat berharga. Rasio kewajiban trading, Derivatif, dan FVO (Fair Value
Option) terhadap total kewajiban bi Bank BPD Bali pada periode Maret 2012
adalah sebesar 20,72% artinya FVO (Fair Value Option) cukup besar, walaupun pergerakan perubahan suku bunga yang fluktuatif.
Rasio total struktur produk terhadap total aset sebesar 28,92%. Hal ini disebabkan karena DPK (dana pihak ketiga) cukup besar dan pergerakannya cukup stabil. Rasio PDN (posisi devisa neto) terhadap total modal sebesar 0,78%. Asset keuangan dengan sisa jatuh tempo diatas satu tahun sebesar 786,24%. Hal ini disebabkan karena terjadinya missmatch antara asset dan kewajiban bank dengan jatuh tempo diatas satu tahun, berupa kredit PNS yang mempunyai tenor waktu lebih 5 tahun sampai dengan 10 tahun.
Berdasarkan strategi dan kebijakan bisnis terkait karakteristika trading bank memiliki predikat lowmod, hal ini disebabkan oleh posisi bank dalam industritier atau niche player menduduki posisi niche player namun perlu dilakukan analisis. Memposisikan diri dalam industri tier sangat penting untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan. Mempertahankan posisi dalam industri dilakukan dengan pengembangan dari posisi sebelumnya. Strategi dan kebijakan bisnis terkait karakteristik bisnis terkait risiko bunga dan banking book dan kerugian potensial bank dalam predikat lowmod.
Risiko Pasar berdasarkan kualitas penerapan manajemen risiko terdiri dari analisis tata kelola risiko bank memiliki predikat fair, analisis kerangka manajemen risiko berpredikat fair, analisis proses manajemen risiko, sistem informasi dan sumber daya manusia, bank memiliki predikat fair, dan sistem pengendalian risiko berpredikat fair.
Tata kelola risiko terdiri dari strategi manajemen risiko yang berpredikat
fair dan kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi
berpredikat Satisfactory. Hal ini disebabkan oleh strategi manajemen risiko yang cukup memadai dan adanya pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi yang cukup memadai.
Hasil analisis kerangka manajemen risiko, bank memiliki predikat fair, hal ini disebabkan oleh adanya cukup memadainya strategi manajemen risiko pasar, cukup memadainya kebijakan, prosedur dan penetapan limit. Analisis proses manajemen risiko, sistem informasi dan sumber daya manusia, bank berpredikat
fair, hal ini disebabkan oleh belum optimalnya dilakukan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, cukup memadainya sistem informasi manajemen risiko pasar, kuantitas, dan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung efektivitas proses manajemen risiko. Analisis sistem pengendalian risiko bank memiliki predikat fair.
Hasil analisis sistem pengendalian risiko yang terdiri dari kecukupan sistem pengendalian intern dan kecukupan kaji ulang oleh pihak independen, bank
berpredikat fair, hal ini disebabkan oleh cukup memadainya sistem pengendalian intern dan cukup memadainya kaji ulang oleh pihak independen.
Kualitas penerapan manajemen risiko pasar cukup memadai. Meskipun peryaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manajemen. Contoh karakteristik bank yang termasuk peringkat ini antara lain sebagai berikut :
1) Perumusan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko kredit cukup memadai dan telah sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.
2) Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman yang cukup baik mengenai manajemen risiko kredit.
3) Budaya manajemen risiko kredit cukup kuat dan telah diinternalisasikan dengan cukup baik pada seluruh level organisasi.
4) Pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup memadai.
5) Fungsi manajemen risiko kredit independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang memadai, dan telah berjalan dengan baik.
6) Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan telah berjalan dengan cukup baik.
7) Strategi perkreditan memadai dan sejalan dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko kredit.
8) Kebijakan, prosedur, dan limit risiko kredit cukup memadai dan tersedia untuk seluruh area manajemen risiko kredit, sejalan dengan penerapan dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
9) Proses manajemen risiko kredit memadai dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko kredit.
10) Proses penyediaan dana secara umum memadai mulai dari proses underwriting hingga penanganan asset bermasalah.
11) Sistem pemeringkatan risiko kredit cukup baik, diterapkan secara konsisten dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
12) Sistem informasi manajemen risiko kredit memadai sehingga menghasilkan pelaporan risiko kredit yang komprehensif dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
13) Secara umum sumber daya manusia memadai, baik dari sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen risiko kredit.
14) Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung pelaksanaan manajemen risiko kredit.
15) Pelaksanaan kaji ulang independen oleh satuan kerja audit internal.
16) Secara umum terdapat kelemahan yang tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang independen.
17) Tindak lanjut atas kaji ulang independen dilaksanakan dengan cukup memadai.
2.2.4 Manajemen Risiko Operasional
Dewan Direksi dan senior manajemen harus mengembangkan keseluruhan kebijakan dan strategi untuk mengelola risiko operasional. Sementara risiko operasional bisa muncul akibat kegagalan faktor manusia, proses, dan teknologi, manajemen atas risiko ini lebih komplek lagi. Senior manajemen perlu menetapkan standar manajemen risiko dan pedoman pelaksanaan yang jelas, yang dapat mereduksi risiko operasional ini. Perhatian juga perlu ditekankan pada risiko aspek manusia, proses, dan teknologi yang bisa muncul dalam lembaga.
Tetap memperhatikan sumber-sumber munculnya risiko operasional, standar identifikasi dan manajemen yang dibutuhkan juga perlu dikembangkan. Ketelitian juga perlu ditekankan untuk mengatasi risiko operasional yang muncul dari departemen atau unit organisasi akibat faktor manusia, proses, dan teknologi. Pedoman dan aturan juga harus dirinci dengan jelas. Pihak manajemen juga perlu mengembangkan katalog risiko operasional dimana peta dari proses bisnis dari tiap departemen dalam lembaga terinci dengan jelas. Misalnya proses bisnis yang berhubungan dengan nasabah dan investor perlu disusun. Katalog ini tidak saja dapat mengidentifikasi dan menilai risiko operasional, tetapi juga dapat dipakai sebagai bukti transparansi oleh pihak manajemen dan auditor. Risiko operasional ini memang cukup komplek sehingga sulit untuk mengukurnya. Sebagian besar teknik pengukuran risiko operasional yang ada masih sangat sederhana dan bersifat eksperimental. Namun demikian, bank dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai jenis laporan dan rencana yang dipublikasikan dalam lembaga.
Analisis risiko operasional pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali, didasarkan pada inherent risk yaitu karakteristik dan kompleksitas bisnis, bank memiliki predikat lowmod, dilihat dari sumber daya manusia, teknologi informasi dan infrastruktur pendukung bank berpredikat moderate, fraud dan kejadian eksternal bank berpredikat moderate. Hal ini disebabkan karena kompleksitas sistem teknologi informatika bank, perubahan, Maturity sistem teknologi informatika, kegagalan sistem teknologi informatika, dan keandalan infrastruktur pendukung.
Hasil analisis kualitas penerapan manajemen risiko yang terdiri dari tata kelola risiko, bank memiliki predikat fair, hal ini disebabkan oleh strategi manajemen risiko berupa toleransi risiko yang diambil sebagian sudah mempertimbangkan strategi dan tujuan bisnis bank. Hal ini berarti tingkat risiko yang diambil tercermin dalam strategi dan sasaran bisnis bank dan sebagian sudah ditetapkan oleh bank sesuai arahan yang jelas dari direksi pada kebijakan manajemen risiko, dan pengawasan aktif dari Dewan Komisaris dan Direksi terhadap risiko operasional cukup memadai, dengan memperhitungkan dampak risiko operasional terhadap permodalan.
Analisis kerangka manajemen risiko bank memiliki predikat fair. Hal ini disebabkan oleh strategi manajemen risiko searah dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko cukup memadai, dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko, cukup optimalnya kebijakan, prosedur dan penetapan limit. Berdasarkan hasil analisis proses manajemen risiko, sistem informasi dan SDM,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko cukup memadai, sistem informasi manajemen risiko yang cukup memadai, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung efektivitas proses manajemen risiko. Analisis sistem pengendalian risiko bank berpredikat fair, disebabkan karena cukup memadainya sistem pengendalian intern dan cukup memadainya kaji ulang oleh pihak independen.
Hasil analisis dari inherent risk yang terdiri dari komposisi aset, kewajiban dan transaksi rekening administratif, berdasarkan konsentrasi aset dan kewajiban, kerentanan pada kebutuhan pendanaan, dan akses pada sumber pendanaan bank berpredikat low. Hasil dari kualitas manajemen risiko yang terdiri dari strategi manajemen risiko, kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi bank memiliki predikat fair. Berdasarkan analisi kerangka manajemen risiko bank memiliki predikat satisfactory.
Risiko Operasional dari inherent risk yang terdiri dari analisis tata kelola risiko bank memiliki predikst fair. Analisis kerangka manajemen risiko, bank memiliki predikat fair. Hasil analisis proses manajemen risiko, sistem informasi dan sumber daya manusia, bank memiliki predikat fair. Analisis sistem pengendalian risiko,bank memiliki predikat fair.
2.2.5 Manajemen Risiko Hukum
Manajemen risiko hukum bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko hukum. Dalam rangka memitigasi risiko hukum divisi kepatuhan memiliki fungsi dan tugas utama untuk memantau
pelaksanaan komitmen bank dengan Bank Indonesia guna memastikan komitmen tersebut telah dijalankan oleh bank, melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan unit kerja pengenalan nasabah, menginventarisir dan memastikan seluruh aktifitas bank didukung oleh sistem dan prosedur pelaksanaan, mengawasi, mengarahkan dan memastikan kebijakan, sistem dan prosedur bank telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik intern maupun ekstern, divisi kepatuhan juga mengevaluasi dan mengkaji perjanjian atau kontrak antara bank dengan pihak lainnya dan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi bank, melakukan pembahasan, penilaian dan memberikan saran atau pertimbangan kepada direksi serta unit kerja lain mengenai masalah hukum yang dihadapi oleh bank, dan melakukan sosialisasi kepada seluruh unit kerja kantor pusat dan kantor cabang terhadap ketentuan, peraturan, dan perundang-undangan (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Risiko hukum dari inherent risk yang didasarkan pada faktor litigasi bank berpredikat lowmod, dari faktor kelemahan perikatan bank berpredikat low, dari faktor ketiadaan atau perubahan perundang-undangan bank berpredikat low. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank kemungkinan kerugian yang dihadapi bank tergolong sangat rendah.
Analisis risiko hukum berdasarkan kualitas penerapan manajemen risiko yang terdiri dari tata kelola risiko bank dan berpredikat fair. Tata kelola risiko terdiri dari strategi manajemen risiko searah dengan tingkat risiko yang diambil dan toleransi risiko, kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Kerangka manajemen risiko terdiri dari strategi manajemen risiko searah
dengan tingkat risiko yang akan diambil, kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko, dan kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit. Berdasarkan proses manajemen risiko, sistem informasi dan SDM yang terdiri dari proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, kecukupan sistem informasi manajemen risik, dan kecukupan kualitas dan kuantitas SDM dalam mendukung efektivitas proses manajemen risiko, bank berpredikat marginal.
Hasil analisis sistem pengendalian risiko yang terdiri dari kecukupan pengendalian risiko, dan kecukupan kaji ulang oleh pihak independen bank berpredikat fair. Hal ini disebabkan karena sistem pengendalian intern yang memadai namun kecukupan kaji ulang oleh pihak independen masih perlu disempurnakan terutama dalam proses pelaksanaan di masing-masing unit kerja.
2.2.6 Manajemen Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif terhadap bank. Penilaian atas risiko reputasi dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter antara lain frekuensi keluhan dan publikasi negatif serta pencapaian penyelesaian keluhan. Organisasi pendukung yang secara khusus menangani risiko reputasi terdiri dari Departemen Sekretariat dan Humas di Grup Sekretariat dan Umum, unit kerja kantor cabang. Disamping itu, bank juga telah menetapkan Pedoman Penyelesaian Pengaduan Nasabah (P3N).
etika bisnis, kompleksitas produk dan kerja sama bisnis bank, frekuensi, materialitas dan eksposur pemberitaan negatif bank, dan frekuensi, materialitas keluhan nasabah, bank berpredikat lowmod. Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain:
1) Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik bank dan perusahaan terkait namun skala pengaruhnya kecil dan dapat dimitigasi dengan baik.
2) Pelanggaran atau potensi pelanggaran etika bisnis minimal dan bank memiliki reputasi sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi etika bisnis.
3) Produk bank sederhana sehingga relatif tidak memerlukan pemahaman khusus dari nasabah.
4) Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis yang jumlahnya minimal.
5) Frekuensi pemberitaan negatif terhadap bank minimal, pemberitaan negatif sifatnya tidak material, ruang lingkup pemberitaan yang kecil relative terhadap skala bank.
6) Frekuensi penyampaian keluhan yang minimal dan tidak material.
Hasil analisis kualitas penerapan manajemen risiko berdasarkan tata kelola risiko yang terdiri dari strategi manajemen risiko searah dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko, dan kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi, bank berpredikat fair.
Analisis kerangka manajemen risiko yang terdiri dari strategi manajemen risiko searah dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko, kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen risiko, dan kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit, bank berpredikat
fair. Analisis tentang kerangka manajemen risiko bank berpredikat sehat. Hasil
analisis proses manajemen risiko, kecukupan sistem.
2.2.7 Manajemen Risiko Strategik
Sebagai upaya terhadap kemungkinan timbulnya risiko strategik, maka pada tahapan perencanaan penerbitan produk dan aktivitas baru terlebih dahulu dituangkan atau dicantumkan dalam rencana bisnis bank. Dengan mencantumkan setiap rencana aktivitas dan produk baru dalam rencana bisnis bank akan memudahkan bank untuk melakukan monitoring atas implementasi. Hal tersebut dibarengi dengan upaya monitoring untuk memperoleh feedback guna penyempurnaan dan identifikasi kelemahan secara dini (BPP Manajemen Risiko BPD Bali, 2011).
Yunfeng (2008) menyatakan bahwa manajemen risiko bank umum merupakan bagian penting dari kegiatan operasi bank umum. Pengembangan manajemen risiko bank umum di dunia adalah proses dari manajemen risiko tunggal untuk manajemen risiko terintergrasi, sedangkan teknologi manajemen risiko telah dikembangkan dari analisis kualitatif untuk pengukuran yang komprehensif dan analisis dengan berbagai metode kuantitatif. Bank komersial di
dunia telah mengembangkan sistem yang matang mengenai manajemen risiko, sedangkan di Indonesia hal ini masih terus dikembangkan.
Analisis risiko strategik berdasarkan inherent risk yang didasarkan pada kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan bisnis, strategi berisiko tinggi dan strategi beresiko rendah, posisi bisnis bank, dan pencapaian rencana bisnis bank, bank berpredikat lowmod. Mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa yang akan datang, bank berpredikat lowmod. Contoh karekteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain:
1) Strategi bank beresiko rendah namun dengan tren meningkat.
2) Produk/kegiatan usaha bank tergolong tidak kompleks dan terdiversifikasi.
3) Bank melanjutkan strategi yang sama atau memiliki beberapa strategi baru namun masih dalam core bisnis dan kompetensi bank.
4) Bank memiliki keunggulan kompetitif dan ancaman kompetititor tergolong minor.
5) Pencapian rencana bisnis bank memadai.
Berdasarkan hasil analisis tata kelola risiko, bank memiliki predikat fair dimana penilaian didasarkan pada strategi manajemen searah dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko, dan kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan komisaris dan Direksi.