vi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat di bidang industri hiburan dan pariwisata. Hal itu berdampak pula terhadap kebutuhan tempat parkir yang menyebabkan adanya peningkatan penerimaan pajak hiburan dan pajak parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh dari penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung serta efektivitas pemungutan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kausal eksplanatori melalui pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung untuk periode tahun 2010 sampai dengan 2014. Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi berganda yang terlebih dahulu diuji untuk memenuhi persyaratan asumsi klasik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pajak hiburan dan pajak parkir berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung namun secara parsial hanya pajak hiburan yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.
ABSTRACT
Bandung is one of the cities that experienced rapid development in the field of entertainment and tourism industry. It also has implications for the needs of the parking lot that led to an increase in tax revenues entertainment and parking taxes as a source of regional revenue Bandung. The aim of this study was to determine the influence of amusement tax receipts and parking tax to the regional revenue in Bandung as well as the effectiveness of the collection of amusement tax and parking tax.The study was conducted using a causal explanatory through the collection of secondary data obtained from the Department of Revenue Bandung for the period 2010 to 2014. Data were analyzed using multiple regression methods were first tested to meet the requirements of the classical assumptions Results from the study showed that simultaneous entertainment tax and parking tax effect on the original income Bandung but only partially influential entertainment tax on revenue.
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 7
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Dasar-Dasar Perpajakan ... 7
2.1.1.1 Definisi Pajak ... 7
2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 9
2.1.1.3 Pengelompokkan Pajak ... 9
2.1.2 Pajak Daerah ... 11
2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah ... 11
2.1.2.2 Jenis dan Tarif Pajak Daerah ... 12
2.1.2.3 KriteriaPajak Daerah ... 12
2.1.2.4 Dasar-Dasar Hukum Keuangan Daerah ... 13
2.1.2.5 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 13
2.1.3 Pajak Hiburan ... 14
2.1.3.1 Pengetian Pajak Hiburan ... 14
2.1.3.2 Subjek Pajak, Wajib Pajak Hiburan, dan Pajak Hiburan ... 15
2.1.3.3 Tata Cara Pemungutan dan Masa Pajak Hiburan ... 16
2.1.3.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hiburan... 17
2.1.4 Pajak Parkir ... 19
2.1.4.1 Pengertian Pajak Parkir ... 19
2.1.4.2 Subjek Pajak, Wajib Pajak , dan Objek Pajak Parkir .. 20
2.1.4.3 Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir ... 21
2.1.4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Parkir ... 21
2.1.5 Tata Cara Penetapan Pajak Daerah ... 22
2.1.6 Efektivitas ... 24
2.3 Pengembangan Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
3.1 Objek Penelitian ... 27
3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Bandung... 27
3.1.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Bandung ... 30
3.1.2.1 Visi Dinas Pendapatan Kota Bandung... 30
3.1.2.2 Misi Dinas Pendapatan Kota Bandung ... 31
3.1.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas ... 31
3.1.3.1 Kedudukan Dinas Pendapatan Kota Bandung ... 31
3.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Bandung ... 32
3.1.4 Tujuan dan Sasaran Dinas Pendapatan Kota Bandung ... 32
3.1.4.1 Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran ... 33
3.1.5 Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Kota Bandung... 35
3.2 Metode Penelitian... 38
3.2.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
3.3 Variabel Penelitian ... 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5 Teknik Analisis Data ... 40
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 40
3.5.1.1 Uji Normalitas ... 41
3.5.1.2 Uji Autokorelasi ... 41
3.5.1.3 Uji Multikolineritas ... 42
3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... 42
3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 43
3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 43
3.5.3.1 Uji Parsial (Uji t Statistik) ... 43
3.5.3.2 Analisis Efektivitas ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Hasil Penelitian ... 45
4.2 Pembahasan ... 48
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 48
4.2.1.1 Uji Normalitas ... 48
4.2.1.2 Uji Autokorelasi ... 49
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 50
4.2.1.4 Uji Multikolinearitas... 51
4.2.2 Persamaan Model Regresi ... 52
4.2.2.1 Persamaan Regresi Linier Berganda... 53
4.2.3 Analisis Korelasi Pearson Product Moment ... 54
4.2.4 Analisis Koefisien Determinasi ... 55
4.3 Pengujian Hipotesis ... 57
4.3.1 Uji Simultan (Uji t Statistik) ... 57
4.3.2 Uji Parsial (Uji F Statistik) ... 58
x Universitas Kristen Maranatha
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62
5.1 Simpulan ... 62
5.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ... 66
DAFTAR GAMBAR
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis dan Tarif Pajak Daerah untuk Tahun 2010 ... 12
Tabel 4.1 Pajak Hiburan, Pajak Parkir, dan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2010-2014 ... 45
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas ... 49
Tabel 4.3 Kriteria Pengujian Statistik Durbin-Watson ... 50
Tabel 4.4 Nilai Statistik Durbin-Watson ... 50
Tabel 4.5 Nilai VIF Uji Multikolinieritas ... 52
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Persamaan Regresi ... 53
Tabel 4.7 Nilai Koefisien Korelasi Pearson Product Moment ... 54
Tabel 4.8 Koefisien Korelasi dan Taksirannya ... 55
Tabel 4.9 Analisis Koefisien Determinasi ... 55
Tabel 4.10 Pengujian Koefisien Determinasi ... 56
Tabel 4.11 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji-F) ... 57
Tabel 4.12 Pengujian Hipotesis Parsial (Uji-t) ... 58
Tabel 4.13 Perhitungan Efektivitas Pajak Hiburan Tahun 2010-2014 ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep otonomi daerah, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang no 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada
daerah untuk secara otonom mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Senada
dengan hal tersebut, Ridwan Kamil (2014) selaku Wali Kota Bandung menyatakan bahwa
otonomi daerah menjadi pilihan yang paling benar untuk wilayah Indonesia dikarenakan
banyaknya pulau, budaya, dan majemuk sehingga konsep sentralisasi sudah tidak
memungkinkan lagi, otonomi daerah tentu saja masih perlu disempurnakan dan yang menjadi
salah satu kekuatan dalam otonomi daerah yaitu, keunikan daerahnya masing-masing dimana
pemerintah kota Bandung dapat melakukan inovasi bahkan terus menggali potensi yang ada
di daerah nya yang pastinya perlu dukungan dari pemerintah pusat sehingga harapan tersebut
menjadi sinergi otonomi daerah di Indonesia.
Kebijakan otonomi luas berkembang sejak tahun 1999, telah menempatkan daerah
(kab/kota) sebagai ujung tombak penyelenggaraan fungsi pelayanan umum dan
pembangunan. Selanjutnya Ahmad Heryawan (2014) selaku Gubernur Jawa Barat
menyatakan bahwa, kebijakan otonomi memberikan kewenangan kepada daerah secara luas
untuk menjalankan urusan-urusan pemerintahan, serta diberikan hak untuk menggali berbagai
potensi daerahnya tersebut sebagai sumber pendapatan guna mendukung pembangunan dan
salah satu sumber pendanaannya itu berasal dari pendapatan daerah.
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung memiliki daya tarik tersendiri
Bab I Pendahuluan 2
(2015) selaku wali Kota Bandung, jumlah wisatawan domestik dan mancanegara di Kota
Bandung setiap tahun meningkat. Kota Bandung sampai pada tahun 2015 sudah didatangi
oleh enam juta turis, dimana sebanyak 20 persen dari jumlah tersebut adalah turis asing.
Bandung sejauh ini menjadi destinasi wisata turis domestik dan mancanegara, selain Bali dan
Yogyakarta. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Arief Yahya (2015) selaku Menteri
Pariwisata, bahwa Kota Bandung memiliki potensi dan pertumbuhan jumlah wisatawan yang
cukup baik yaitu mencapai 80% setiap tahunnya, bahkan menurut Nunung Sobari (2015)
selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, saat ini Bandung menempati
urutan pertama sebagai kota favorit di ASEAN. Ini akan menjadi peluang besar bagi para
pengusaha untuk menambah tempat hiburan karena selain memberikan keuntungan juga
merupakan sumber Pendapatan Daerah Kota Bandung.
Selanjutnya Herlan Joeliawan (2014) selaku Kepala Dinas Pariwisata, menyatakan
bahwa jumlah tempat hiburan di Kota Bandung sampai dengan tahun 2014 berjumlah sekitar
300 tempat hiburan yang tersebar di kota Bandung. Demikian pula pernyataan dari Iwan
Rusmawan (2015) selaku Kepala Bidang Prasarana Pariwisata Dinas Budaya dan Pariwisata
(Disbudpar) Kota Bandung, bahwa potensi wisata yang ada di Kota Bandung salah satunya
tempat hiburan, merupakan sumber penghasilan besar bagi pemerintah Kota Bandung
khususnya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pengusaha tempat-tempat
hiburan tersebut.
Adanya peningkatan jumlah tempat hiburan dan jumlah wisatawan di Kota Bandung
akan meningkatkan penerimaan pajak hiburan, namun hal ini tidak didukung oleh realisasi
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha
pengunjungnya, namun pendapatan daerah dari tempat hiburan tersebut masih rendah.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Asep Gufron (2015) selaku Sekretaris Dinas
Pelayanan Pajak (Disyanjak) Kota Bandung, bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) hasil
pajak dari sektor hiburan pada semester dua tahun 2015 mencapai Rp 32,130 miliar dari
target Rp 60 miliar (53,55%).
Masalah belum optimalnya penerimaan pajak hiburan menurut Edward Parlindungan
(2014) selaku Kepala Seksi Pembinaan Obyek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Bandung, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung diakibatkan adanya
pembatasan jam operasional akibatnya beberapa tempat hiburan melakukan pengurangan
pegawai dan penurunan omset saat ini hampir dibawah 50%, antara lain tempat hiburan
semacam karaoke, klub malam, diskotek, hingga tempat pijat. Menurut Dandan Riza
Wardhana (2014) selaku Kepala Dinas Pelayanan Pajak kota Bandung, pembatasan jam
operasional tempat hiburan malam di Kota Bandung, akan mempengaruhi pajak hiburan,
walaupun penurunannya tidak terlalu besar. Pada tahun 2013, pajak hiburan yang berhasil
dikumpulkan sekitar Rp 37 miliar dari target penerimaan sebesar Rp 45 miliar.
Semakin banyaknya tempat hiburan yang dibuka, maka pungutan parkir pun akan
meningkat. Berdasarkan pernyataan dari Arif Waskito (2015) selaku Kepala Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung lahan parkir merupakan
salah satu penyumbang yang cukup besar dalam retribusi pendapatan asli daerah kota
Bandung namun masih terdapat masalah dalam penanganan parkir liar yang menyebabkan
pendapatan asli daerah Kota Bandung belum optimal.
Masalah dengan realisasi penerimaan pajak hiburan maupun pajak parkir yang belum
optimal menggambarkan masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak di Kota Bandung
dalam memenuhi kewajiban di bidang perpajakan. Dengan diterapkannya sistem pemungutan
Bab I Pendahuluan 4
memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemungutan pajak hiburan dan pajak parkir
menggunakan self assessment system dimana wajib pajak dengan kesadarannya sendiri untuk
menghitung, melaporkan, dan menyetor pajak yang terutang, dalam hal ini pengelola tempat
hiburan dan parkir.
Selain itu belum optimalnya Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung menurut Ridwan
Kamil (2015) selaku Wali Kota Bandung, disebabkan oleh banyaknya pengusaha-pengusaha
besar yang memanipulasi pajak yang akan berdampak pada penerimaan pajak daerah yang
kurang maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Kota Bandung akan membentuk
dan menyiapkan tim khusus untuk menangani segala kecurangan pajak.
Belum optimalnya pemungutan pajak hiburan dan pajak parkir didukung pula oleh
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Feilsh Kesek (2012) yang membuktikan
bahwa kontribusi pajak parkir terhadap PAD Kota Manado untuk periode tahun 2009-2012
masih rendah yaitu sebesar 1,65%. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Syarahman
(2012) yang menyatakan bahwa peran pajak parkir terhadap PDRB Kota Medan terbukti
masih rendah yaitu kontribusinya sebesar 0.01%. Demikian pula hasil penelitian Dara Rizky
Supriadi (2015) yang membuktikan bahwa penerimaan pajak hiburan berpengaruh terhadap
pendapatan daerah Kota Malang untuk tahun 2010 –2014 masih rendah, namun kontribusinya
yaitu sebesar 1,25%. Selanjutnya Cindy Wenda Rika Sinaga (2014) membuktikan bahwa
pengaruh Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Bandung yaitu sebesar
23,33%, sedangkan Pajak Parkir berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandung yaitu sebesar 2,1% .
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha
penelitian ini dengan mengambil studi kasus di Kota Bandung yang merupakan salah satu
kota tujuan wisata untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa
besar efektifitas dan pengaruh penerimaan pajak hiburan dan parkir terhadap PAD di Kota
Bandung untuk periode tahun 2010 – 2014.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ?
2. Bagaimana tingkat efektivitas penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
Bab I Pendahuluan 6
Hasil dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai sistem pemungutan pajak daerah khususnya pajak hiburan dan
pajak parkir dan efektivitas dari pemungutan pajak daerah berdasarkan self assessment
system
2. Bagi Dinas Pendapatan Daerah kota Bandung
Mengetahui apakah pemungutan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir telah d ilakukan secara
62 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penerimaan Pajak hiburan, Pajak Parkir, dan
Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari Dinas Pelayanan Daerah Kota Bandung tahun
2010 sampai 2014 dengan menggunakan program SPSS versi 19.0 yaitu dengan
menggunakan uji normalitas, uji otokorelasi, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan
regresi berganda dan hasil perhitungan dan analisis pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan :
1. Pengaruh penerimaan pajak hiburan dan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah kota
Bandung 2010-2014 secara parsial:
a. berdasarkan uji-t dapat disimpulkan bahwa Pajak Hiburan berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 2010-2014
b. berdasarkan uji-t dapat disimpulkan bahwa Pajak Parkir tidak berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 2010-2014
2. Pengaruh penerimaan Pajak Hiburan, dan Pajak Parkir, terhadap pendapatan asli daerah
secara simultan sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli
daerah
3. Penerimaan pajak hiburan dan pajak parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandung dari tahun 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan bahwa penerimaan pajak
daerah efektif yaitu penerimaannya diatas 100% namun pada tahun 2014 penerimaan
Bab V Simpulan dan Saran 63
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan ini, peneliti mencoba memberikan beberapa saran
antara lain :
1. Bagi Dinas Pendapatan Kota Bandung
Dengan adanya perkembangan yang pesat dari pajak hiburan, seharusnya ada
perkembangan pula dari pajak parkir, maka diperlukan upaya dari Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bandung untuk dapat terus meningkatkan pelayanannya dan terus menggali
potensi dan pengawasan penerimaan pajak hiburan dan pajak parkir untuk melakukan
optimalisasi dengan melakukan pendataan mengenai subjek dan objek pajak hiburan
maupun pajak parkir sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Bandung
untuk masa yang akan datang. Pemerintah pun dapat menyediakan lahan parkir dan
mendukung program wisata di Kota Bandung yang dianggap mempunyai peranan besar
dalam penerimaan pajak hiburan dan pajak parkir.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Dengan membandingkan objek penelitian seperti dipilih beberapa kota yang menjadi
tempat tujuan wisata lalu menghitung potensi bukan hanya penerimaan tapi potensi
64 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Abuyamin, Oyok.(2010). Perpajakan Pusat dan Daerah. Bandung:Humaniora.
Barata, Rahel Dewi. 2011. Pengaruh Penerimaan Pajak Parkir Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung). Karya tulis Skripsi, Bandung:Program Sarjana Strata-1 Universitas Kristen Maranatha (tidak dipublikasikan).
Bastian, Indra.(2002). Manual Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Dinas Pendapatan Kota Bandung Dispenda dalam Angka: Selayang Pandang Perkembangan Dinas Pendapatan. Bandung.
Ghozali,Imam.(2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program ibm SPSS 19. Cetakan Keempat.Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gufron,Asep.(2015).Pajak Hiburan Turun Menjadi 15 Persen.Diakses pada 2 September 2015,darihttp://www.jabarprov.go.id/index.php/news/13859/2015/09/02/PajakHiburan-Turun-Menjadi-15-Persen.
Gunawan,Tatang.(2015).Berbanding Terbalik Dengan Keramaian di Lokasi Wisata.Diakses pada 28 September 2015 dari http://bandungekspres.co.id/2015/pajak-hotel-dan-restoran-belum-optimal/
Halim, Abdul.(2004). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Hartono,Jogiyanto.(2013).Teori Portofolio dan Analisis Investasi edisi 10.Yogyakarta: BPFE
Heryawan,Ahmad.(2004).Otonomi Daerah Mendorong Iklim Dalam Pembangunan.Diakses pada 4 Mei 2014, dari http://perwakilan.jabarprov.go.id/warta/83/otonomi-daerah-mendorong-iklim-kompetisi-dalam-pembangunan.
Joeliawan,Herwan.(2014).300 Tempat Hiburan di Bandung Wajib Tutup Selama Ramadan. Diakses pada 28 juni 2014 dari http://news.detik.com/berita-jawa-barat/2621960/300-tempat-hiburan-di-bandung-wajib-tutup-selama-ramadan.
Kamil,Ridwan.(2015).Ridwan Kamil Sebut Banyak Pengusaha Bandung Manipulasi Pajak diakses pada 2 September 2015 dari http://jabar. metrotvnews. com/read/2015 /09 /02/ 427009/ridwan-kamil-sebut-banyak-pengusaha-bandung-manipulasi-pajak.
Mahmudi.(2010).Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.Yogyakarta:Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen.
Mardiasmo.(2013).Perpajakan Edisi Revisi.Yogyakarta:Andi offset.
Monica Agustine Leonardo.(2014).Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung). Karya tulis Skripsi,Bandung:Program Sarjana Strata-1 Universitas Kristen Maranatha,(tidak dipublikasikan).
Parlindungan,Edward.(2014). Pembatasan Jam Operasional Tempat Hiburan Malam di Kota Bandung Masih Berlaku. Diakses pada 4 November 2014 dari http://www. Sinar pagine ws.com/fullpost/bandung/1415113093/-pembatasan-jam-operasional-tempat-hiburan malam-di-kota-bandung-masih-tetap-berlaku.html.
Peraturan Daerah Nomor 20 tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Peraturan daerah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan walikota Nomor 388 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Hiburan
Peraturan walikota Nomor 391 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir
Resmi, Siti.(2014).Perpajakan Teori dan Kasus.Yogyakarta:Salemba Empat
Riza,Dandan.(2014).Moralitas Keamanan Lebih Penting dari Pendapatan Pajak diakses pada 2 januari 2014 dari http://news. okezone.com/read/2014/01/08/526/923412/ moralitas-keamanan-lebih-penting-dari-pendapatan-pajak.
Rusmawan,Iwan.(2015).Iwan Rusmawan:tahun 2015 Dispudbar Kota Bandung Punya Program Unggulan. Diakses dari 21 Maret 2015 dari http://www .hupakuan.com
/fullpost/budaya—amp--pariwisata/1426906314/iwan-rusmawan--tahun-2015disbudpar
-kota-bandung-punya-program-unggulan.html.
Sari,Diana.(2013).Konsep Dasar Perpajakan.Bandung:Refika Aditama.
Siahaan, M., Pahala. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi. Cetakan Kedua.Jakarta:Rajawali Pers.
Sobari, Nunung dkk.(2015).Survei Bandung Kota Terfavorit Wisatawan Se-Asean.Diakses 10 februari 2015, dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150210162426-269-31086/survei-bandung-kota-terfavorit-wisatawan-se-asean/
Sugiyono.2010.Statistika Penelitian.Bandung:Alfabeta.
Sunjoyo,dkk.(2013).Aplikasi SPSS untuk Smart Riset (program IBM 21.0)/ ABT.Bandung :Alfabeta.
66 Universitas Kristen Maranatha
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Waskito,Arif.(2015).Pemkot Bandung Wacanakan Kurangi Kantung Parkir.Diakses pada 22 Juli 2015 dari http://m.galamedianews.com/bandung-raya/32990/pemkot-bandung-wacanakan-kurangi-kantung-parkir.html
Wenda,Cindy.(2015).Pengaruh Pajak Hiburan dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung). Karya tulis Skripsi,Bandung:Program Sarjana Strata-1 Universitas Kristen Maranatha,(tidak dipublikasikan).