ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI
KAWASAN PERDAGANGAN
(STUDI KASUS DI PASARSURADADI,KABUPATEN
TEGAL)
Iqbal Maulana
Taruna DIV Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan- Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ, Tegal, 52125
Telp: 085651332030
iqbalmaulana127@gmail.com
Ade Firman Dutama
Taruna DIV Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan- Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ,
Tegal, 52125 Telp: 085700002641
duta004@gmail.com
Ade Riyanto
Taruna DIV Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan- Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ, Tegal, 52125
Telp: 081542091600
aderiyanto25@yahoo.com
Bambang Istiyanto
Dosen DIV Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan- Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ,
Tegal, 52125 Telp: 0818329107
bambangistiyanto@gmail.com
Abstract
Pedestrian facilities is a very important for pedestrians to improve the fluently, safety and comfort of pedestrian. Pedestrians are vulnerable road user to fatality accidents. This research will reviewing pedestrian facilities that should be used in Suradadi market considering to the flow of pedestrians and traffic conflicts.From the results explained that the flow of pedestrians in this area have PV2 value 3.364 x 108. While the majority of traffic conflict based on the type of movement is conflict between vehicles with pedestrians by 51% with a percentage of serious conflict is84% and the level of non serious conflict is 16%. Based on the calculation PV2 and the seriousness of the conflict can be concluded that the most appropriate treatment are crossing bridge (JPO).
Keywords: Pedestrians flow, traffic conflicts, pedestrian facilities. Abstrak
Fasilitas pejalan kaki merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pejalan kaki guna kelancaran, keselamatan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Pejalan kakimerupakan kelompok pengguna jalan yang rentan terhadap fatalitas kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini akan membahas tentang fasilitas pejalan kaki yang seharusnya digunakan pada Kawasan Pasar Suradadi Kabupaten Tegal dengan mempertimbangkan arus pejalan kaki dan konflik lalu lintas.Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa arus pejalan kaki pada kawasan ini memilki nilai PV2 sebesar 3,364 x 108. Sedangkan konflik lalu lintas yang terbanyak berdasarkan jenis pergerakan adalah konflik antara kendaraan dengan pejalan kaki sebesar 51% dengan persentase tingkat serius konflik 84% dan tingkat non-serius konflik 16%.Berdasarkan perhitungan PV2 dan tingkat keseriusan konflik dapat disimpulkan bahwa penanganan yang paling tepat pada kawasan tersebut adalah jembatan penyebrangan orang (JPO).
Kata Kunci: arus pejalan kaki, konflik lalu lintas, fasilitas pejalan kaki.
PENDAHULUAN
Fasilitas pejalan kaki merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keselamatan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Para pejalan kaki dan pesepeda merupakan kelompok pengguna jalan yang rentan terhadap fatalitas kecelakaan lalu lintas
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015
dibanding dengan kelompok pengguna jalan lain. Para pejalan kaki mudah terserang bahaya oleh karena itu, kelompok pengguna jalan yang rentan harus dilindungi.
Jalur PANTURA merupakan jalan arteri di pulau jawa, dengan karakteristik kendaraan berat yang melewati jalan tersebut. Jalur tersebut melewati Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal dimana pada kawasan tersebut terdapat pusat keramaian. Lokasi pada penelitian ini yaitu di Kawasan PasarSuradadi Kabupaten Tegal. Kawasan PasarSuradadi Kabupaten Tegalyang dipadati oleh arus pejalan kaki dan pesepeda baik yang menyusuri maupun yang menyebrang jalan sehingga pada kawasan tersebut terjadi mixtraffic. Ada banyak cara yang dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan pada kawasan tersebut salah satunya dengan membatasi pergerakan kendaraan dan mengurangi titik konflik lalu lintas.
LANDASAN TEORI
Fasilitas Pejalan Kaki
Perjalanan pejalan kaki dilakukan dipinggir jalan. Permasalahan utama ialah karena adanya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan, sehubungan permasalahan tersebut perlu kiranya untuk tidak beranggapan, bahwa para pejalan kaki itu diperlakukan sebagai penduduk kelas dua, dibandingkan dengan para pemilik kendaraan. Untuk mengurangi adanya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan maka dibangunlah fasilitas fasilitas untuk pejalan kaki.
Penyeberangan Sebidang:
a) Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar, maka fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan dan trotoar.
b) Untuk penyeberangan dengan Zebra cross dan Pelican cross sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.
c) Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.
Dasar-dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti terterapada tabel berikut:
Table 1 Fasilitas Penyebrangan Berdasarkan PV2
PV2 P V Rekomendasi
>102 50-1100 100-500 Zebra Cross
>2x102 50-1100 400-750 Zebra Cross Dengan Lapak Tunggu
>102 50-1100 >500 Pelican
>102 >1100 >300 Pelican
>2x102 50-1100 >750 Pelican Dengan Lapak Tunggu
>2x102 >1100 >400 Pelican Dengan Lapak Tunggu
Dimana :
P = Arus lalu lintas penyebrang jalan yang menyebrang jalur lalu lintas sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan pejalan kaki/jam
V = Arus lalu lintas dua arah per jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam
Sumber: Tata Cara Perencanaan Fasilitas
Gambar 1Grafik hubungan antara penyebrang jalan dengan arus lalu lintas dua arah Sumber: Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Departemen
Konflik lalu lintas
Studi konflik lalu lintas banyak dikembangkan sebagai indikator keselamatan jalan (Abihasan, 2001; Ho, 2004; Muhrald, 1993; Malkamah, 2002; Widiati, 2009). Konflik lalu lintas terjadi ketika dua atau lebih pengguna jalan pada suatu waktu menuju suatu titik yang sama dan akan berakibat pada kecelakaan apabila pengguna jalan yang bersangkutan tidak melakukan upaya penghindaran. Walaupun korelasi antara konflik lalu lintas dan kecelakaan masih banyak diperdebatkan, namun konflik lalu lintas terbukti efektif se usaha preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Ada banyak metode konflik lalu lintas diantaranya adalah Time to Zebra
Time (PET), Deceleration to Safety Time Conflict Techniques.
Pada penelitian ini metode penilaian studi konflik menggunakan
dengan lampu rem dan juga pergerakan kendaraan dalam menghindar sebagai tanda terjadinya konflik. Serta mencatat tingkatan keseriusan (
yang mempengaruhi masing
digambarkan sebagai peristiwa yang melibatkan beberapa tahap berikut : V = Arus lalu lintas dua arah per jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam
: Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Departemen Pekerjaan Umum
Grafik hubungan antara penyebrang jalan dengan arus lalu lintas dua arah : Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Departemen
Pekerjaan Umum
Studi konflik lalu lintas banyak dikembangkan sebagai indikator keselamatan jalan (Abihasan, 2001; Ho, 2004; Muhrald, 1993; Malkamah, 2002; Widiati, 2009). Konflik lalu lintas terjadi ketika dua atau lebih pengguna jalan pada suatu waktu menuju suatu titik yang sama dan akan berakibat pada kecelakaan apabila pengguna jalan yang bersangkutan tidak melakukan upaya penghindaran. Walaupun korelasi antara konflik lalu lintas dan kecelakaan masih banyak diperdebatkan, namun konflik lalu lintas terbukti efektif se
untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Ada banyak metode konflik lalu
Time to Zebra (TTZ), Time to Collision (TTC), Deceleration to Safety Time (DST) (Casifo, 2011) dan
etode penilaian studi konflik menggunakan Swedish Traffic Conflict lampu rem dan juga pergerakan kendaraan dalam menghindar sebagai tanda
mencatat tingkatan keseriusan (severity) berdasarkan empat faktor masing-masing konflik. Pada persimpangan, konflik lalu lintas digambarkan sebagai peristiwa yang melibatkan beberapa tahap berikut :
V = Arus lalu lintas dua arah per jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam
Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Departemen
Grafik hubungan antara penyebrang jalan dengan arus lalu lintas dua arah : Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Departemen
Studi konflik lalu lintas banyak dikembangkan sebagai indikator keselamatan jalan (Abihasan, 2001; Ho, 2004; Muhrald, 1993; Malkamah, 2002; Widiati, 2009). Konflik lalu lintas terjadi ketika dua atau lebih pengguna jalan pada suatu waktu menuju suatu titik yang sama dan akan berakibat pada kecelakaan apabila pengguna jalan yang bersangkutan tidak melakukan upaya penghindaran. Walaupun korelasi antara konflik lalu lintas dan kecelakaan masih banyak diperdebatkan, namun konflik lalu lintas terbukti efektif sebagai untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Ada banyak metode konflik lalu (TTC), Post Encroament (DST) (Casifo, 2011) dan Swedish Traffic
Swedish Traffic Conflict
lampu rem dan juga pergerakan kendaraan dalam menghindar sebagai tanda berdasarkan empat faktor Pada persimpangan, konflik lalu lintas digambarkan sebagai peristiwa yang melibatkan beberapa tahap berikut :
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015
1. Waktu dimulainya tindakan menghindar (evasive action) sebelum terjadi tabrakan yang
mungkin terjadi (possible collision).
2. Keseriusan tindakan menghindar yang dilakukan.
3. Tipe tindakan menghindar yang memerlukan satu tindakan atau lebih.
4. Kedekatan (proximity) atau jarak antar kendaraan yang terlibat, pada tindakan
menghindar yang cepat (instant evasive action).
Dalam Swedish Traffic Conflict Techniques konflik lalu lintas dibedakan menjadi dua, yaitu serious conflict and non serious conflict. Penentuannya berdasarkan Time to Accident (TA) yaitu waktu yang dihitung dari dilakukannya upaya pengelakan sampai dengan waktu akan terjadinya tabrakan jika tidak dilakukan upaya pengelakan atau upaya pengelakan gagal, jarak antara pengguna jalan (d), dan kecepatan kendaraan (v). (Departemen of Lund
University, 1970). Gambar 2 untuk menentukan nilai Time to Accident (TA) konflik lalu
lintas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2 Nilai Time to Accident
Sumber: Swedish Traffic Conflict Technique Observer’ Manual
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan banyak alternatif penanganan lalu lintas, salah satunya rekayasa lalu lintas sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan jalan. Dalam penelitian ini indikator keselamatan jalan adalah konflik lalu lintas. Dengan demikian rekayasa lalu lintas dengan menggunakan median jalan (U-turn) apakah dapat mengurangi tingkat resiko kecelakaan yang terjadi akibat konflik lalu lintas yang ditimbulkan.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur di lapangan yaitu volume pejalan kaki yang menyebrang dan konflik lalu lintas.Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kawasan Pasar Suradadi Kabupaten Tegal. Penelitian dilakukan pada jam sibuk yaitu pada jam 06.30-08.30 WIB.
Gambar 3 Bagan Alur
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Pejalan Kaki
Tabel 2Volume Pejalan Kaki Menyebrang
Waktu Sisi Kiri Arah Tegal -
Pemalang
Sisi Kanan Arah Pemalang - Tegal 07.00-07.15 10 31 07.15-07.30 13 43 07.30-07.45 64 56 07.45-08.00 18 30 Total 105 160
Dari tabel diatas menyatakan jumlah volume menyebrang pejalan kaki di Kawasan PasarSuradadi Kabupaten Tegalyang dibedakan menjadi 2 yaitu sisi kiri arah Tegal – Pemalang dan sisi kanan arah Pemalang – Tegal. Untuk sisi kiri arah Tegal - Pemalang memiliki jumlah volume menyebrang pejalan kaki (P) sebesar 105 konflik dengan hasil perhitungan PV2 sebesar 127050000 atau 1,2705 x 108 serta jumlah volume kendaraan yang melintas (V) sebesar 1100smp/jam dan untuk sisi kiri arah Pemalang - Tegal memiliki jumlah volume menyebrang pejalan kaki (P) sebesar 160 dengan hasil
perhitungan PV2 sebesar 336400000 atau 3,364 x 108 serta jumlah volume kendaraan yang
melintas (V) sebesar 1450 smp/jam. Terlihat dari data diatas bahwa pada Kawasan
Latar Belakang
Data Primer :
1. Kecepatan rata-rata 2. Vol. penyebrang pejalan
kaki
3. Inventarisasi jalan 4. Konflik lalu lintas
Analisis Kesimpulan dan Saran Data Sekunder : Studi literature Identifikasi Masalah Pengumpulan Data
Pejalan Kaki Menyeberang Arah Tegal-Pemalang <=> PV2 = 105x11002 = 127050000
Pejalan Kaki Menyeberang Arah Pemalang-Tegal <=> PV2 =160x14502 = 336400000
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015
PasarSuradadi Kabupaten Tegal diperlukan fasilitas penyebrangan pejalan kaki berupa
pelican dengan lapak tunggu karena dari data yang ada bahwa pada Kawasan
PasarSuradadi Kabupaten Tegal memiliki nilai PV2 sebesar 3,364 x 108 dengan jumlah volume menyebrang pejalan kaki (P) sebesar 160 dan jumlah volume kendaraan yang melintas (V) sebesar 1450 smp/jam. Hal tersebut telah memenuhi syarat untuk penentuan fasilitas menyebrang pejalan kaki menggunakan pelican dengan lapak tunggu (lihat tabel 1).Namun untuk kondisi di Kawasan PasarSuradadi Kabupaten Tegal yang merupakan jalur PANTURA dengan kecepatan tinggi, sulit untuk mengimplementasikan fasilitas pejalan kaki yang menggunakan pelican dengan lapak tunggu.Sebagai penggantinya direkomendasikan untuk menggunakan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO).
Konflik Lalu Lintas
Tabel 3 Konflik Lalu Lintas Per Jenis Pergerakan Arah Pemalang - Tegal
No Nama Jumlah Konflik % Konflik/1000 Kendaraan Peringkat 1 Mobil-Pejalan Kaki 88 44 % 60.69 2 2 Mobil- Pesepeda 6 3% 4.14 4 3 Mobil-Sepeda Motor 94 47 % 64.83 1 4 Mobil-Mobil 11 6% 7.59 3 Total Konflik 199 Volume Kendaraan 1450
Arah Tegal - Pemalang
No. Nama Jumlah
Konflik % Konflik/1000 Kendaraan Peringkat 1 Mobil-Pejalan Kaki 49 51% 44.55 1 2 Mobil- Pesepeda 5 5% 4.55 4 3 Mobil-Sepeda Motor 34 35% 30.91 2 4 Mobil-Mobil 8 8% 7.27 3 Total Konflik 96 Volume Kendaraan 1100
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan data konflik perjenis pergerakan di Kawasan PasarSuradadi Kabupaten Tegal yang dibedakan menjadi 2 yaitu arah Pemalang – Tegal dan arah Tegal – Pemalang. Untuk arah Pemalang – Tegal memiliki jumlah konflik sebesar 199 konflik dengan rincian konflik mobil – pejalan kaki sebanyak 88 konflik, mobil – pesepeda sebanyak 6 konflik, mobil – sepeda motor sebanyak 94 konflik, dan mobil – mobil sebanyak 11 konflik. Sedangkan untuk arah Tegal – Pemalang jumlah konflik yang
terjadi sebesar 96 konflik dengan rincian konflik mobil mobil – pesepeda sebanyak 5 konflik, mobil
mobil – mobil sebanyak 8 konflik. Untuk total
pejalan konflik antara pejalan kaki dengan mobil memiliki jumlah konflik yang tertinggi sebanyak 137 konflik dibandingkan dengan jenis pergerakan lainnya. Oleh karena itu perlu adanya penanganan konflik lalu lintas khususnya pejalan kaki di
Kabupaten Tegal sehingga konflik lalu lintas yang ada
Gambar 4
Tabel 4 Persentase Tingkat Keseriusan Konflik Lalu Lintas
Jumlah konflik Serius (%)
295 84
Pelaksanaan studi konflik lalu lintas berdasarkan keseriusa
lengan, menunjukkan bahwa penilaian konflik adopsi dari swedia. Hal tersebut terlihat dari pergerakan kendaraan pada persimpangan penyebab konflik telah dinilai berdasarkan faktor-faktor pengaruh keseriusan konflik tersebut yaitu: kecepatan kendaraan, jar kendaraan dari titik konflik, dan waktu terjadinya kecelakaan (
Tingkat keseriusan konflik lalu l
Serius Konflik.Sehingga tidak sekedar terjadi suatu konflik, namun identifikasi keseriusan konflik.Penilaian konflik lalu lintas dinilai berdasarkan tayangan video.Dari videotersebut terlihat kendaraan melakukan penghindaran dengan pengereman dan juga
berpindah lajur (maneuver
Gambar 4)titik tingkat keseriusan konflik banyak tersebar pada tingkat serius konflik dan sedikit pada tingkat
non-keseriusan konflik pada simpang
terjadi sebesar 96 konflik dengan rincian konflik mobil – pejalan kaki sebanyak 49 konflik, k 5 konflik, mobil – sepeda motor sebanyak 34 konflik, dan mobil sebanyak 8 konflik. Untuk total keseluruhan dari per jenis per
pejalan konflik antara pejalan kaki dengan mobil memiliki jumlah konflik yang tertinggi bandingkan dengan jenis pergerakan lainnya. Oleh karena itu perlu adanya penanganan konflik lalu lintas khususnya pejalan kaki di Kawasan Pasar
sehingga konflik lalu lintas yang ada dapat dikurangi atau diminimalisir.
Gambar 4Grafik Tingkat Keseriusan Konflik Lalu Lintas Persentase Tingkat Keseriusan Konflik Lalu Lintas
Serius (%) Non serius (%)
16
Pelaksanaan studi konflik lalu lintas berdasarkan keseriusan konflik di simpang prioritas 3 lengan, menunjukkan bahwa penilaian konflik adopsi dari swedia. Hal tersebut terlihat dari pergerakan kendaraan pada persimpangan penyebab konflik telah dinilai berdasarkan
faktor pengaruh keseriusan konflik tersebut yaitu: kecepatan kendaraan, jar kendaraan dari titik konflik, dan waktu terjadinya kecelakaan (Time To Accident Tingkat keseriusan konflik lalu lintas dibagi menjadi dua, yaitu Serius Konflik dan Serius Konflik.Sehingga tidak sekedar terjadi suatu konflik, namun identifikasi keseriusan konflik.Penilaian konflik lalu lintas dinilai berdasarkan tayangan video.Dari videotersebut terlihat kendaraan melakukan penghindaran dengan pengereman dan juga
maneuver).Pada simpang tersebut, terlihat pada grafik diatas (lihat
titik tingkat keseriusan konflik banyak tersebar pada tingkat serius konflik dan serius konflik.Sedangkan pada tabel 4 menunjukkan
pada simpang sebanyak 295 konflik denganPersentase tingkat serius pejalan kaki sebanyak 49 konflik, sepeda motor sebanyak 34 konflik, dan
keseluruhan dari per jenis pergerakan, pejalan konflik antara pejalan kaki dengan mobil memiliki jumlah konflik yang tertinggi
bandingkan dengan jenis pergerakan lainnya. Oleh karena itu perlu Kawasan PasarSuradadi dapat dikurangi atau diminimalisir.
Grafik Tingkat Keseriusan Konflik Lalu Lintas
n konflik di simpang prioritas 3 lengan, menunjukkan bahwa penilaian konflik adopsi dari swedia. Hal tersebut terlihat dari pergerakan kendaraan pada persimpangan penyebab konflik telah dinilai berdasarkan faktor pengaruh keseriusan konflik tersebut yaitu: kecepatan kendaraan, jarak
Time To Accident/ TTA).
Serius Konflik dan Non Serius Konflik.Sehingga tidak sekedar terjadi suatu konflik, namun identifikasi keseriusan konflik.Penilaian konflik lalu lintas dinilai berdasarkan tayangan video.Dari videotersebut terlihat kendaraan melakukan penghindaran dengan pengereman dan juga melakukan impang tersebut, terlihat pada grafik diatas (lihat titik tingkat keseriusan konflik banyak tersebar pada tingkat serius konflik dan menunjukkan tingkat konflik denganPersentase tingkat serius
The 18th FSTPT International Symposium,
konflik 84% dan tingkat non terjadi tingkat keseriusan konflik
Gambar 5
Gambar 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada PasarSuradadi Kabupaten Tegal
volume menyebrang pejalan kaki (P) sebesar 160 dan jumlah volume kendaraan yang melintas (V) sebesar 1450 smp/jam. Hal tersebut telah memenuhi syarat untuk penentuan fasilitas menyebrang pejalan kaki menggunakan
1).Namun untuk kondisi di
jalur PANTURA dengan kecepatan tinggi, sulit untuk mengimplementasikan fasilitas pejalan kaki yang menggunakan
direkomendasikan untuk menggunakan Je
mengurangi konflik pejalan kaki dengan kendaraan. kendaraan dengan kendaraan
serius konflik 16%, direkomendasikan agar bukaan U
FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015
konflik 84% dan tingkat non-serius konflik 16%. Dari keadaan tersebut dapat dilihat terjadi tingkat keseriusan konflik yang terjadi pada simpang tersebut.
Gambar 5 Bentuk Konflik Di Lapangan
Gambar 6Bentuk Konflik Setelah Diberi Rekomendasi
KESIMPULAN DAN SARAN
analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada
Suradadi Kabupaten Tegalmemiliki nilai PV2 sebesar 3,364 x 10
volume menyebrang pejalan kaki (P) sebesar 160 dan jumlah volume kendaraan yang melintas (V) sebesar 1450 smp/jam. Hal tersebut telah memenuhi syarat untuk penentuan
yebrang pejalan kaki menggunakan pelican dengan lapak tunggu (lihat Namun untuk kondisi di Kawasan PasarSuradadi Kabupaten Tegal
jalur PANTURA dengan kecepatan tinggi, sulit untuk mengimplementasikan fasilitas pejalan kaki yang menggunakan pelican dengan lapak tunggu.Sebagai penggantinya direkomendasikan untuk menggunakan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO)
angi konflik pejalan kaki dengan kendaraan.Sedangkan untuk mengurangi konflik kendaraan dengan kendaraan yang Persentase tingkat serius konflik 84% dan tingkat non
, direkomendasikan agar bukaan U-Turn yang ada di depan
August 28, 2015
serius konflik 16%. Dari keadaan tersebut dapat dilihat
Bentuk Konflik Setelah Diberi Rekomendasi
analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada Kawasan sebesar 3,364 x 108 dengan jumlah volume menyebrang pejalan kaki (P) sebesar 160 dan jumlah volume kendaraan yang melintas (V) sebesar 1450 smp/jam. Hal tersebut telah memenuhi syarat untuk penentuan dengan lapak tunggu (lihat Tabel Suradadi Kabupaten Tegal yang merupakan jalur PANTURA dengan kecepatan tinggi, sulit untuk mengimplementasikan fasilitas dengan lapak tunggu.Sebagai penggantinya mbatan Penyebrangan Orang (JPO) guna Sedangkan untuk mengurangi konflik Persentase tingkat serius konflik 84% dan tingkat
PasarSuradadi Kabupaten Tegal ditutup seperti gambar diatas (lihat Gambar 6). Hal tersebut dapat mengurangi konflik yang terjadi seperti yang telah disimulasikan melalui gambar (lihat Gambar 6).
Saran
Kami menyarankan agar rekomendasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta diimplementasikan guna perbaikan keselamatan lalu lintas terkait dengan konflik lalu lintas terutama di Kawasan Pasar Suradadi Kabupaten Tegal.Selain itu juga pada Kawasan Pasar Suradadi Kabupaten Tegal ditambahkan bollard sebagai pengaman bagi pejalan kaki dari bahaya yang dapat disebabkan dari aktivitas lalu lintas kendaraan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan paper ini, UPTD Kawasan Pasar Suradadi Kabupaten Tegal yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini, kepada Bapak Bambang Istiyanto yang selalu membimbing dalam penelitian kami, kepada Unit P3M PKTJ yang telah memberi semangat dan memberi informasi adanya lomba ini, dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Taruna PKTJ yang telah membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Bina Marga. 2004. “Perencanaan Median Jalan”. Jakarta,.
Departemen Pekerjaan Umum. 1995. “Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan”. Jakarta,.
Baguley.C.J..The British Traffic Conflict Technique. 1984. Transport and Road Research Laboratory.NATO ASI Series. Vol F5.”International Calibration Study of Traffic Conflict Techniques.Berkshire”.TRRL.
Department of Lund University. 1970. “Swedish Traffic Conflict Technique Observer’ Manual”.
Lawalata, Greece Maria. 2008. “Studi Konflik Lalu Lintas sebagai Alat Mengevaluasi Pengaturan Lalu Lintas (Studi Kasus satu simpang-T di kota bandung)”. Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Tanan, Natalia. 2008. “Penanganan Konflik Lalu Lintas di Persimpangan Gatot Subroto-Gedung Empat Cimahi”. Puslitbang Jalan dan Jembatan.
HariyantoHarianto,J. 2004. “Perencanaan simpang tak sebidang pada jalan raya”. Jurnal Teknik Sipil, USU digital library,.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015
LAMPIRAN
Gambar 8Kondisi Eksisting