• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi kekuasaan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami: perspektif Pierre Bourdieu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi kekuasaan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami: perspektif Pierre Bourdieu"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. STRA ATEGI KE EKUASAAN N N PE ENGAKUAN EKS PAR RASIT LAJJANG DALAM NOVEL K KARYA AY YU UTAMII: PERSPE EKTIF PIERRE BOU URDIEU. Skripsi. Diajukan untuuk Memenu uhi Salah Saatu Syarat Memperoleh M Gelar Sarjaana Sastra In ndonesia Program m Studi Sasstra Indonessia. Oleh h Friska Sib barani NIM: 164114063. PR ROGRAM S STUDI SAS STRA IND DONESIA FA AKULTAS SASTRA UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA JANUARII 2020.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERYATA AAN KEASLIAN KA ARYA. Saya mennyatakan dengan sesunngguhnya bahwa tugass skripsi yanng saya tullis ini tidak mem muat karya atau bagiann karya orang lain, keccuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daaftar pustakaa sebagaimaana layakny ya karya ilm miah.. Yogyakartaa, 3 Januari 2020 Peenulis. Friska Sib barani. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Peryata aan dan Peersetujuan Publikasi Karya K Ilmiiah untuk K mis Kepentingan Akadem. Yang bertanda tangan n di bawah iini, saya maahasisiwa Universitas U SSanata Dharrma: Naama: Friska Sibarani Nim: 1641140 063 Demi penngembangan n ilmu penggetahuan, saya membeerikan kepaada perpustaakaan Universitaas Sanata Dh harma karyya ilmiah say ya yang berj rjudul: “STRA ATEGI KE EKUASAA AN D DALAM NOVEL N PEN NGAKUAN N EKS PAR RASIT LA AJANG KA ARYA AYU UTAMI : PERSPEK KTIF PIER RRE BOUR RDIEU” Dengan Demikian, D saya membberikan kep pada Univeersitas Sanaata Dharma hal untuk mennyimpan, mengalihkan m n dalam ben ntuk lain, mengelolahny m ya dalam bentuk pangkalann data, mend distribusikaannya secara terbatas dan d mempub ublikasikann nya di internet attau media yang y lain uuntuk kepen ntingan akd demis tanpaa perlu mem minta izin dari saya ataaupun mem mberikan royality r keepada sayaa selama tetap mencantum mkan namaa saya sebaggai penulis. Demikian peryataan ini i saya buaat dengan seebenarnya.. Dibuuat di Yogyaakarta Pada P tanggaal 3 Januari 2020. Yaang menyattakan,. Friska Sib barani. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembakan untuk mereka yang selalu mendoakan, menyemangati, mendampingi dan menjaga saya:. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua orang tua saya yang saya cintai Ketiga saudara saya yang terkasih Dan sahabat-sahabat saya yang selalu menemani saya.. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Cukup berikan yang terbaik dan biarkan hal baik mengikutinya” ‐Friska Sibarani‐. “Janganlah menjadi seseorang yang dihormati hanya karena jabatan yang dimilikinya, tetapi jadilah seseorang yang disegani oleh orang lain dikarenakan kamu benar‐benar layak mendapatkanya dengan segala kemampuan dan juga sifat yang dimiliki” ‐Ferdinand Sibarani (Bapak)‐. “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan jadilah padaku menurut perkataanmu” ‐Lukas. 1: 38‐. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Kekuasaan dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Perspektif Pierre Bourdieu” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah menerima, mendukung dan membantu penulis dari awal memasuki Program Studi Sastra Indoensia hingga proses penyusunan skripsi ini selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu. Pertama, penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Ferdianand Sibarani dan Mama Painu Simaremare, serta kedua kakak penulis yaitu Agustinus Sibarani dan Faisal Sibarani yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi serta semua yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kedua, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S. S., M. Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sabar selalu membimbing, mengarahkan, menyemangati penulis dari awal penulisan proposal hingga skripsi ini selesai. Penulis sadar betul segala bantuan dan masukan yang diberikan oleh kedua dosen pembimbing sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir penulis. Ketiga, penulis juga menggucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, yakni Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S. S., M. Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Indoensia USD, Bapak Sony Christian Sudarsono, S. S., M. Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD Sekaligus sebagai dosen. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. pembimbing akademik mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2016, Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum , M. Hum., Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S. S., M. A., serta semua dosen yang mengampu mata kuliah di Program Studi Sastra Indonesia yang telah berdinamika dan memberikan banyak pembelajaran selama menempuh pendidikan di Program Studi Sastra Indonesia USD. Keempat, penulis menggucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si, Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S. S., H. Hum, Bapak Sony Christian Sudarsono, S. S., H. Hum, Antonius Hery Antono, M. Hum (alm), Bapak Dr Paulus Ari Subagyo, M. Hum (alm), yang dengan senang hati menerima, membantu,. mendukung, dan membimbing penulis saat menjadi. mahasiswa pindahan dari program studi sebelumnya. Kelima, penulis menggucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2016, terima kasih atas segala dinamika dan bantuan selama menempuh pendidikan bersama kurang lebih tiga setengah tahun. Keenam penulis juga berterimakasih kepada ketiga sahabat yang sudah penulis anggap seperti saudara sendiri dan setia menemani penulis selama menempuh pendidikan yakni Margreth Jannafla Estellavanja Sara Denisha, Agustinus Iriance M. Ola, dan Agustina Alomang. Ketujuh penulis ingin berterima kasih kepada teman-teman dekat yakni, Baselisa Fikaria Rosario Labobar, Juwita Purba, Stefania Haban, Katarina Wibi Alen Bahagia, dan Theresia Alexa Guru yang telah memberikan semangat, perhatian dan dukungan kepada penulis selama menempuh pendidikan bersama. Kedelapan terima kasih kepada teman lama penulis Stela Paskalina S. Letsoin yang setia mendukung dan memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik lagi. Terakhir Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, saran dan motivasi, serta bantuan dalam bentuk apa pun kepada penulis.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penulis meny yadari bahw wa skripsi in ni masih memiliki m ban anyak kelem mahan dan kekuurangan yaang menjaddi tanggun ng jawab penulis. p Seehingga peenulis mengharappkan saran n dan kritiik yang beerguna men nyempurnakkan skripsi ini. Semoga skkripsi ini daapat bergunaa bagi pemb baca dan sem mua pihak.. Yogyakar arta, Januari 2020. Penuliis Friskaa Sibarani. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Sibarani, Friska.2020. “Strategi Kekuasaan dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Perspektif Pierre Bourdieu”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji strategi kekuasaan perspektif Pierre Bourdieu dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis habitus, modal, arena, dan kelas dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, sebagai unsur untuk mengungkap strategi kekuasaan yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan diskursif. Pendekatan diskursif merupakan paradigma M. H. Abrams yang kemudian direposisi oleh Taum. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis data berupa teks-teks dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang sehingga memperoleh hasil terkait strategi kekuasaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Hasil penelitian akan dideskripsikan secara kualitatif, yaitu peneliti mendeskripsikan jenis-jenis habitus, modal, arena, dan kelas. Hasil penelitian ini berupa hasil analisis dari habitus, modal, arena, dan kelas. Ditemukan tiga jenis habitus hasil keterampilan, yaitu habitus yang bersifat diturunkan (generateur), habitus bersifat transfomatif (transformatible), dan habitus sulit diubah dan bertahan lama (hysetersus) dalam diri tokoh “A”. Hasil kajian modal dalam penelitian ini, ditemukan berupa empat modal yang dimiliki oleh tokoh “A”, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal budaya Jawa, dan modal simbolik. Hasil kajian arena dalam penelitian ini, ditemukan berupa empat arena perjuangan perempuan, yaitu arena agama, arena sosial, arena hukum Indonesia, dan arena budaya. Dalam penelitian ini juga ditemukan dua kelas yaitu laki-laki dan kelas perempuan. Hasil kajian habitus, modal, arena dan kelas dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang menunjukkan adanya sebuah strategi kekuasaan yakni superioritas perempuan. Superioritas perempuan merupakan perjuangan kelas perempuan untuk memperoleh posisi yang setara atau sederajat dengan kelas laki-laki.. Kata Kunci: habitus, modal, arena, kelas, superioritas perempuan.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Sibarani, Friska.2020. "The Power Strategy in the Recognition of the Novel Single Parasite by Ayu Utami: Pierre Bourdieu Perspective". Thesis (S-1). Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of Literature. Sanata Dharma University. This study examines the power perspective strategy of Pierre Bourdieu in the Novel Recognition of the Ex-Single Parasite by Ayu Utami. The purpose of this study is to describe and analyze habitus, capital, arena, and class in the Recognition of the Ex-Single Parasite Recognition, as an element to uncover the power strategies contained in the Recognition of the Ex-Single Parasite Recognition. In this study, the authors used a discursive approach. The discursive approach is the paradigm of M. H. Abrams which was then repositioned by Taum. This approach is used to analyze data in the form of texts in the Recognition of ExSingle Parasites to obtain results related to power strategies. The data collection method used is the literature study. The results of the study will be described qualitatively, the researchers describe the types of habitus, capital, arena, and class. The results of this study are the results of the analysis of habitus, capital, arena, and class. Found three types of habitus results of skills, namely habitus which is inherited (generator), habitus is transformative (transformative), and habitus is difficult to change and last long (hysteresis) in the person of the character "A". The results of the capital study in this study were found in the form of four capital possessed by the figure "A", namely economic capital, social capital, Javanese cultural capital, and symbolic capital. The results of the arena study in this study were found in the form of four areas of women's struggle, namely the arena of religion, the social arena, the arena of Indonesian law, and the cultural arena. This study also found two classes, namely male and female classes. The results of the study of habitus, capital, arenas, and classes in the Novel Recognition of the Ex-Single Parasite indicate a power superiority strategy for women. Women's superiority is the struggle of the women's class to obtain a position that is equal or equal to the male class. Keywords: habitus, capital, arena, class, female superiority.. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii PERYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... iv Peryataan dan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ................................................ v PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi MOTTO ................................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................. xi ABSTRACT ............................................................................................................ xii DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii. BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1. 1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 5. 1.3. Tujuan penelitian ...................................................................................... 6. 1.4. Manfaat hasil penelitian ........................................................................... 6. 1.4.1. Manfaat teoretis................................................................................. 6. 1.4.2. Manfaat praktis ................................................................................. 7. 1.5. Tinjauan pustaka....................................................................................... 7. 1.6. Landasan teori ........................................................................................ 11. 1.6.1. Strategi kekuasaan........................................................................... 11. 1.6.2. Habitus ............................................................................................ 11. 1.6.3. Modal .............................................................................................. 12. 1.6.4. Arena ............................................................................................... 15. 1.6.5. Kelas................................................................................................ 16. 1.7. Metode penelitian ................................................................................... 17. 1.7.1. Paradigma dan Pendekatan ............................................................ 17. 1.7.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 18 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.7.3. Metode Analisi Data ....................................................................... 19. 1.7.4. Metode Penyajian Analisis Data ..................................................... 19. 1.8. Sumber Data ........................................................................................... 19. 1.9. Sistematis Penyajian ............................................................................... 20. BAB II ................................................................................................................... 21 2.1. Pengantar ................................................................................................ 21. 2.2. Habitus.................................................................................................... 21. 2.2.1. Habitus Bersifat Diturunkan ........................................................... 22. 2.2.1.1 Habitus Agama Katolik ............................................................... 22 2.2.1.2 Habitus Kepercayaan Dosa Asal ................................................. 23 2.2.1.3 Habitus Sifat Monster ................................................................. 24 2.2.1.4 Habitus Bakat Mengarang ........................................................... 25 2.2.2. Habitus Bersifat Transformatif ....................................................... 26. 2.2.2.1 Habitus Transformatif Agama Katolik ....................................... 26 2.2.2.2 Habitus Transformatif Sifat Tomboy .......................................... 28 2.2.2.3 Habitus Transformatif Bakat mengarang .................................... 29 2.2.3. Habitus Sulit Diubah dan Bertahan Lama ....................................... 31. 2.2.3.1 Habitus Agama Katolik ............................................................... 31 2.2.3.2 Habitus Berdoa dan Pengakuan Dosa ......................................... 32 2.2.3.3 Habitus Taman Firdaus................................................................ 33 2.3. Modal...................................................................................................... 35. 2.3.1. Modal Ekonomi............................................................................... 35. 2.3.1.1 Modal Ekonomi Tokoh “A” pada Masa Kecil ............................ 36 2.3.1.2 Modal Ekonomi Tokoh “A” pada Masa Dewasa ........................ 36 2.3.2. Modal Sosial ................................................................................... 37. 2.3.2.1 Rezim Militer: Modal Sosial dan Mengaitkan ............................ 38 2.3.2.2 Profesi Wartawan: Modal Sosial Menjembatani ......................... 39 2.3.3. Modal Budaya ................................................................................. 40. 2.3.3.1 Modal Budaya Feodalisme Jawa ................................................. 40. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.3.3.2 Modal Budaya Agama Katolik .................................................... 42 2.3.4. Modal Simbolik............................................................................... 43. 2.3.4.1 Modal Simbolik Pendidikan Tinggi ............................................ 44 2.4. Rangkuman ............................................................................................. 45. BAB III ARENA DAN KELAS ......................................................................... 49 3.1. Pengantar ................................................................................................ 49. 3.2. Arena ...................................................................................................... 49. 3.2.1. Arena Agama .................................................................................. 50. 3.2.1.1 Agama Katolik............................................................................. 51 3.2.1.1.1 Zinah ........................................................................................ 51 3.2.1.1.2 Teks Kitab Suci Adam dan Hawa ........................................... 52 3.2.1.1.3 Patriarki Gereja Katolik........................................................... 53 3.2.1.1.4 Sakramen Pernikahan .............................................................. 55 3.2.1.2 Agama Islam .................................................................................. 56 3.2.1.2.1 Suami Menangung Dosa Istri .................................................. 57 3.2.1.2.2 Akad Nikah.............................................................................. 57 3.2.1.3 Agama Hindu ................................................................................. 58 3.2.2. Arena Sosial .................................................................................... 59. 3.2.2.1 Konsep Keperawanan dan Perkawinan .......................................... 59 3.2.3. Arena Hukum Negara Indonesia ..................................................... 63. 3.2.4. Arena Budaya Jawa ......................................................................... 64. 3.3. Kelas ....................................................................................................... 65. 3.3.1. Kelas Perempuan dan Kelas Laki-laki ............................................ 65. 3.3.1.1 Kelas Perempuan ......................................................................... 66 3.3.1.1.1 Kelas Perempuan dalam Agama .............................................. 67 3.3.1.1.2 Kelas Perempuan Belum Menikah (Perawan Tua) ................. 68 3.3.1.1.3 Kelas Perempuan Telah Menikah (Istri).................................. 69 3.3.1.2 Kelas Laki-laki .............................................................................. 69 3.3.1.2.1 Kelas Laki-laki dalam Agama ................................................. 69. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3.3.1.2.2 Kelas Laki-laki Belum Menikah ............................................. 70 3.3.1.2.3 Kelas Laki-laki Telah Menikah (Suami) ................................. 71 3.4. Rangkuman ............................................................................................. 71. BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 78 4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 78 4.2 Saran ............................................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82 LAMPIRAN ......................................................................................................... 84 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 87. DAFTAR TABEL Tabel 1................................................................................................................... 46 Tabel 2................................................................................................................... 47 Tabel 3................................................................................................................... 75 Tabel 4................................................................................................................... 76. DAFTAR GAMBAR Gambar 1 ............................................................................................................... 78. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sederetan karya seni (Wallek dan Warren: 1993). Karya sastra adalah sebuah seni yang banyak menggunakan unsur kemanusian secara emosional, sosial, dan fisik. Karya sastra juga merupakan ungkapan dari kerangka berfikir, perasaan, dan ide yang ingin disampaikan oleh penulis. Novel adalah salah satu karya sastra berbentuk prosa naratif yang panjang serta memiliki isi cerita kompleks terhadap suatu permasalahan yang dialami tokoh dalam isi cerita. Novel juga merupakan karya sastra yang mengandung norma-norma sosial budaya, moral dan pendidikan. Novel merupakan salah satu karya sastra yang paling populer di tengah masyarakat. Salah satu novel yang cukup diminati adalah Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami. Ayu Utami adalah seorang novelis yang dikenal mendobrak kemapanan khususnya dalam persoalan seks dan agama. Pada tahun 1991, Ayu Utami aktif menulis kolom mingguan “Sketsa” di harian Berita Buana. Dia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi, sebagai kurator.. Ayu Utami juga merupakan seorang. anggota redaktur Jurnal Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi. Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami, terbit pada tahun 2013, sepuluh tahun setelah terbitnya Novel karya Ayu Utami yang berjudul Si. 1.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Parasit Lajang. Novel Si Parasit Lajang, berisi tentang peryataan dan alasanalasan mengapa toko “A” memilih untuk tidak menikah. Kemudian dia kembali menerbitkan novelnya yang berjudul Pengakuan Eks Parasit Lajang yang berisi petualangan panjang hingga akhirnya dia memutuskan untuk menikah. Novel ini terdiri dari tiga bab yaitu, (I) seorang gadis yang melepas keperawananya dan menjadi peselingkuh, (II) bocah yang kehilangan imannya, dan (III) seorang wanita di jalan pulang. Berikut akan dipaparkan secara singkat mengenai tiga bab dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang sebagai berikut. Bab I seorang gadis yang melepas keperawananya dan menjadi peselingkuh, hal ini dimulai saat tokoh “A” memasuki dunia perkuliahan. Ia bertemu dua orang pria yang akhirnya menjadi kekasihnya. Hal ini adalah pembuktian tokoh “A” bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama dengan pria untuk memilih. Pada umur dua puluh tahun tokoh “A” merasa siap untuk menutup masa perawannya. Dia memutuskan untuk melakukan hal ini dengan kekasihnya Nik. Tokoh “A” melakukan hal tersebut sebagai bentuk perlawanan pada konsep keperawanan. “A” tidak menerima pandangan masyarakat terkait selaput dara sebagai segel yang berharga. “A” menolak paham masyarakat yang menganggap perempuan sebagai sebuah produk untuk dikonsumsi oleh laki-laki. Pada babak berikutnya “A” memutuskan untuk menjadi seorang peselingkuh. Saat itu hubungannya dengan Nik masih baik-baik saja. Namun, pekerjaannya sebagai wartawan membuat dirinya merasa membutuhkan seseorang dengan pandangan yang sejajar dengannya. Kemudian, dia bertemu dengan seorang rekannya di tempat kerja. Menurut “A” sosok laki-laki itu mampu mengimbangi.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. jalan pikirannya. Pria tersebut telah memiliki istri dan anak di daerah lain. “A” dan pria beristri tersebut jatuh cinta dan akhirnya berhubungan seks. Bab II, bocah yang kehilangan imannya. Menceritakan “A” kembali ke masa kecilnya, saat itu ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Kota Hujan. Dia membagi keluarganya menjadi dua golongan manusia. Ibunya adalah keturunan bidadari yang selalu mengajarkan kelembutan dan cinta kasih, sedangkan keluarga ayahnya yang adalah keturunan monster yang bersifat kasar. “A” membuat Taman Firdaus miliknya sendiri yang mengingatkan kembali pembaca pada kisah Adam dan Hawa. Lewat bayangan taman yang ia bangun sendiri, ia melewati spritualisme yang panjang. Kisah Adam dan Hawa menimbulkan perdebatan pada sistem berfikir “A” yang mengacu pada pertanyaan besar yaitu apakah perempuan dan laki-laki memiliki tempat yang adil. Bab III, seorang wanita di jalan pulang. Menceritakan ketika “A” beranjak dewasa dan menulis kitabnya sendiri tentang alasannya untuk tidak menikah. Pada bab ini pula sistem “A” mulai mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini bermunculan pada sistem miliknya. Saat usianya sudah lewat empat puluh tahun ia memutuskan untuk mengingkari kitab 10+1 yang dia buat sendiri. “A” menikah dengan Rik. Meski memilih untuk menikah “A” tetap berpegang teguh pada sistemnya. Ia menolak patriarki dalam rumah tangga. Ia menerima sakramen perkawian, tetapi tidak menikah secara negara. “A” menolak aturan negara yang mempatkan pria sebagai pemimpin keluarga. Bagi “A” sebuah hubungan pria dan wanita seharusnya berjalan sejajar..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Dari paparan isi cerita di atas, ditemukan bahwa Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang terdapat persoalan gender berkaitan dengan posisi perempuan terkait hubungan sosial dan religi. Persoalan gender menjadi pusat refleksi pada tokoh A dalam novel. Novel ini mengemas pemikiran-pemikiran dan pengalaman tokoh “A” dalam isi cerita sebagai sarana penyampaian kritik-kritik feminisme radikal terhadap norma-norma adat, agama, hukum, dan budaya yang mengandung kekuasaan patriarki. Novel ini dengan tegas mengkritik normanorma yang dianggap menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Tindakan perlawanan perempuan terhadap kekuasaan patriarki juga ditunjukkan dengan perombakan konsep keperawanan, hierarki dalam gereja Katolik, dan menolak peraturan hukum di Negara Indonesia terkait pernikahan yang diungkap dalam novel melalui tokoh “A”. Novel karya Ayu Utami yang berjudul Pengakuan Eks Parasit Lajang merupakan sebuah karya sastra yang mengkritiki dengan serius norma dan konsep yang berkaitan dengan kekuasaan patriarki. Hal tersebut membuat peneliti merasa novel ini sangat tepat untuk dikaji menggunakan strategi kekuasaan perspektif Pierre Bourdieu. Pierre Felix Bourdieu lahir pada 1 Agustus 1930 di Denguin, Perancis. Bourdieu merupakan seseorang yang berpengaruh dalam kajian filsafat, sosiologi, antropologi, sejarah, ilmu politik, ekonomi politik, teori feminisme, dan teori sastra. Pierre Bourdieu berpendapat dominasi adalah suatu kerja kolektif sosialisasi yang menyebar dan kontinu hingga terjadi indentitas-identitas distingsi. Distingsi. ini. kemudian. membentuk. kelompok. arbiter. kultural. yang.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. mengakibatkan pembagian kekuasaan dan membuat beberapa kelompok kultural terpaksa menerima prinsip kekuasaan tersebut (Jenkins, 2016: 12). Pierre Bourdieu menciptakan teori strukturasi atau strategi untuk membahas kondisi yang mengarahkan perubahan-perubahan struktur untuk menjadikan syarat reproduksi sistem-sistem sosial yang terdiri dari empat konsep utama, yaitu habitus, modal, arena, dan kelas. Studi ini akan menggunakan keempat konsep tersebut. untuk mengkaji strategi kekuasaan dalam Novel. Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami. Topik skripsi tentang “strategi kekuasan” dipilh untuk mengkaji Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang dikarenakan, (i) peneliti belum menemukan adanya kajian yang dilakukan pada Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang menggunakan perspektif Pierre Bourdieu. (ii) ditemukan banyak persoalan gender dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. (iii) Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang merepresentasikan posisi perempuan dalam ajaran agama dan norma-norma di tengah masyarakat Indoenesia.. 1.2 Rumusan masalah Sesuai dengan permasalahan di atas, maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.. Bagaimana habitus yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami?. 2. Bagaimana modal yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami?.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. 3. Bagaimana arena yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami? 4.. Bagaimana kelas yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami?. 1.3 Tujuan penelitian 1.. Mendeskripsikan habitus dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan perspektif Pierre Bourdieu. Hal ini akan dibahas pada Bab II.. 2.. Mendeskripsikan modal dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan perspektif Pierre Bourdieu. Hal ini akan dibahas pada Bab II.. 3. Mendeskripsikan arena dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan perspektif Pierre Bourdieu. Hal ini akan dibahas pada Bab III. 4.. Mendeskripsikan kelas dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan perspektif Pierre Bourdieu. Hal ini akan dibahas pada Bab III.. 1.4 Manfaat hasil penelitian 1.4.1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan dan menjelaskan. dengan baik konsep strategi kekuasaan dalam kelas sosial khususnya antara kelas.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami. Dengan demikian hasil penelitian ini memperkaya wawasan tentang penerapan teori strategi kekuasaan menurut perspektif Pierre Bourdieu.. 1.4.2. Manfaat praktis Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menjadi referensi terhadap. (i) Studi gender terhadap karya sastra di Indonesia yang berkaitan dengan feminisme radikal dan (ii) Studi agama Katolik dalam merepresentasikan posisi perempuan di dalam ajaran gereja Katolik. Representasi perempuan dalam gereja Katolik tersebut berkaitan dengan hirarki gereja, perkawianan, dan lain-lain.. 1.5 Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk melihat posisi penelitian yang dilakukan apakah memiliki kebaruan atau tidak. Dalam tinjauan pustaka ditemukan penelitian-penelitan yang membahas tentang perspektif Pierre Bourdieu dan Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang antara lain, Ambon (2014), Putri (2016), Barata (2017), Melisa (2018), Ginting (2019), Noven (2019) Berikut adalah tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Ambon, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta. melakukan. penelitian. dalam. bentuk. skripsi. dengan. judul. “Marjinalisasi Perempuan Dan Dominasi Laki-Laki terhadap Perempuan Dalam Drama Faust I Karya Johann Wolfgang von Goethe: Kritik Karya Sastra.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Feminis”. Penelitian tersebut memfokuskan permasalahan dan mendeskripsikan bentuk-bentuk marjinalisasi perempuan dan bentuk-bentuk dominasi laki-laki menggunakan teori Bourdieu. Penelitian tersebut adalah penelitian dengan teknik deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan objektif. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian tersebut adalah identifikasi, Klasifikasi, dan iferensi. Putri, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung melakukan penelitian terhadap Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami dalam bentuk skripsi dengan judul “Representasi Feminisme Radikal dalam Karya Sastra: Analisis Semiotika Pada Pengakuan Eks Parasit Lajang”. Penelitian tersebut berfokus pada persoalan representasi feminisme radikal yang terdapat di dalam Novel Pengakuan Eks Parasil Lajang. Penelitian merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode penelitian semiotik Roland Barthes untuk menemukan makna denotasi dan konotasi dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami Barata,. mahasiswa. Sastra. Indonesia. Universitas. Sanata. Dharma. Yogyakarta melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Strukturalisasi Kekuasaan Dan Kekerasan Simbolik Dalam Cerpen “Ayam”, “Suatu malam Suatu Warung”, Dan “Tahi” Dalam Kumpulan Cerpen Hujan Menulis Ayam Karya Sutardji Calzoum Bachri: Sebuah Perspektif Pierre Boudieu. Penelitian tersebut berfokus pada deskripsi dan analisis modal, kelas, habitus, arena, kekerasaan dan kekuasaan dalam kumpulan cerpen Hujan Menulis Ayam Karya Sutardji Calzoum Bachri. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan teori kekerasan simbolik. Metode dan teknik pengumpulan.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. data dalam penelitian tersebut adalah metode studi pustaka. Metode dan teknik penyajian dan analisis data dalam penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif. Melisah, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Kekerasan Simbolik Orde Baru Dalam Novel Pulang Karya Leila S. Chudori: Perspektif Pierre Bourdieu”. Penelitian tersebut berfokus pada permasalahan dan mendeskripsikan struktur Novel Pulang yang meliputi tokoh dan penokohan, alur dan latar. Serta mendeskripsikan jenis-jenis kekerasan simbolik. Penelitian tersebut menggunakan paradigma Abrams dengan pendekatan diskursif. Penelitian tersebut merupakan penelitian postruktural menggunakan teori kekerasam simbolik perspektif Pierre Bourdieu Ginting, mahasiswa Sastra Indoneia. Universitas. Sanata. Dharma. Yogyakarta melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Novel Sang Pemimpin Karya Andrea Hirata: Analisis Habitus Dan Modal dalam Arena Pendidikan Menurut Perspektif: Pierre Bourdieu”. Penelitian tersebut mengkaji habitus dan modal menggunakan teori Pierre Bourdieu yang terfokus pada dua persoalan yakni, (i) mendeskripsikan struktur prosa yang terbatas latar dan tokoh, dan (ii) mendeskripsikan modal dan habitus dalam Novel Sang pemimpin. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Abrams objektif dan diskurtif. Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan metode studi pustaka. Metode analisi data dalam penelitian tersebut menggunakan dua metode yakni metode formal dan metode analisis ini..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. Novenia, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Strategi Dominasi dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari: Perspektif. Pierre. Bourdieu”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pola jaring dan alur, serta mengidentifikasi strategi dominasi yang terdapat dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari. penelitian ini menggunakaan pendekatan objektif dan pendekatan diskursif yang merupakan pendekatan dari paradigma M. H. Abrams. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisi jejaring dan alur menurut Franco Moretti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ditemukan bahwa sebelumnya Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang pernah diteliti menggunakan analisis semiotika Roland Barhtes. Dari tinjauan pustaka di atas ditemukan juga penelitian yang menggunakan perspektif Pierre Bourdieu, analisis kekerasan simbolik, dominasi, habitus, arena, dan modal. Namun, Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dilakukan tidak ditemukan adanya penelitian analisis struktural dan strategi kekuasaan terhadap Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dengan perspektif Peirre Bourdieu, sehingga peneliti tertarik untuk menggunakan objek penelitian tersebut dalam penelitian ini..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. 1.6 Landasan teori 1.6.1. Strategi kekuasaan Menurut Bourdieu ilmu sosial harus mampu menganalisis mekanisme. dominasi agar bisa menjadi sebuah instrumen pembebasan bagi kelompok yang didominasi. Interaksi sosial merupakan mekanisme reproduksi hubunganhubungan dominasi antara individu dan kelompok. Salah satu mekanisme tersebut adalah budaya. Pierre Bourdieu menciptakan sebuah teori strategi kekuasaan atau yang sering disebut juga strukturalisasi yang digunakan untuk membahas perubahan struktur yang kuat dan mampu mempengaruhi tindakan masyarakat dan menjadi syarat reproduksi sistem-sistem sosial. Konsep utama yang diciptakan oleh Bourdieu untuk menjembatani teori dan tindakan adalah habitus, modal, arena, kelas (Haryatmoko, 2016: 35).. 1.6.2. Habitus Secara literer, habitus adalah bahasa latin yang mengacu kepada. penampakan atau situasi habitual, khususnya tubuh. Bourdieu mempertahankan beberapa makna asli konsep ini dalam hubungan antara tubuh dan manusia. Menurut Bourdieu habitus adalah suatu sistem skema generatif yang didapatkan dan disesuaikan secara objektif dengan kondisi di mana dia dibangun. Habitus disimbolkan dalam hakikat manusia sejati. Perwujudan ini memiliki tiga makna yaitu, (i) dalam nalar sederhana habitus diartikan sebagai bagian dari tubuh, (ii) habitus dianggap merupakan interanalisasi dari pengaruh lingkugan dan dapat.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. diwariskan menjadi pengatur tindakan praktis, (iii) ‘taksonomi praktis’ pada intinya skema generatif habitus berakar dari dalam diri (Jenkis, 2016: 107-108). Habitus menjadi sebuah kemampuan hasil keterampilan alami yang berkembang dalam lingkungan masyarakat dan menjadi bagian dasar kepribadian seseorang. Dengan demikian, dapat dikatakan lingkungan dapat mempengaruhi perkembagan habitus. Habitus adalah kerangka penafsiran untuk memahami, menilai realita, dan sekaligus menghasilkan praktik-parkatik kehidupan yang sesuai dengan struktur-struktur obyektif. Habitus sangat memperhitungkan hasil dari keteraturan perilaku dan modalis praktiknya mengandalkan improvisasi dan bukan pada kepatuhan pada aturan-aturan (Haryatmoko, 2016: 41). Habitus merupakan hasil keterampilan dan juga sebagai sumber kreativitas. Ada 3 jenis sifat habitus, yakni (I) sulit diubah dan bertahan lama (hysetersus), (II) bersifat transfomatif (transformatible), dan (III) bersifat diturunkan (generateur) (Taum, 2019). Dengan demikian habitus menjadi etos, prinsip atau nilai yang dipraktikkan dalam bentuk moral yang dibatinkan. Dalam studi ini, persoalan habitus akan difokuskan pada tiga jenis habiutus hasil keterampilan, yaitu habitus sulit diubah dan bertahan lama (hysetersus), habitus bersifat transfomatif (transformatible), dan habitus bersifat diturunkan (generateur) pada tokoh “A”.. 1.6.3. Modal Dalam masyarakat, selalu ada yang menguasai dan dikuasai. Hubungan. dominasi ini tergantung pada sumber daya atau kapital dan strategi pelaku..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. Menurut Bourdieau pemetaan hubungan kekuasaan didasari oleh kepemilikan modal dan komposisi modal tersebut. Posisi pelaku dalam lingkup kelas-kelas sosial tergantung pada modal kepemilikian dan struktur modal. Menurut bidangnya, bentuk khas sistem kepemilikan yang melekat pada kelas terkontruksi, faktor yang bekerja dalam bidang praktik, besarnya modal dan struktur modal dalam kurung waktu perkembanganya, umur, tempat tinggal, jenis kelamin, dan status keluarga (Haryatmoko, 2016: 45). Dalam ranah sosial modal terakumulasi melalui investasi, modal dapat memberikan keuntungan sesuai dengan kesempatan yang dimiliki oleh pemiliknya untuk mengoperasikan penempatannya. Modal sebagai relasi sosial yang berada dalam suatu sistem pertukaran berupa material maupun simbol secara kultural. Bourdieu membedakan modal menjadi empat jenis, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, dan modal simbolik (Dermartoto dkk, 2014: 31). Modal ekonomi merupakan sumber daya produksi dan sarana fasilitas (Haryatmoko, 2016: 45). Modal ekonomi adalah segala modal material yang dimiliki seperti uang, emas, mobil, tanah, dll. Secara sempit modal ekonomi adalah alat-alat produksi, dalam arti luas modal berarti pula penambahan dalam pengetahuan yang menyebabkan prestasi ekonomi terus bertambah. Winardi, 1995 melalui (Demartoto dkk, 2014). Modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi seperti kepercayaan, norma jaringan, atau relasi yang dapat meningkatkan efiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkordinasi. Selain itu modal sosial dapat.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. didefinisikan sebagai kapital yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat (Demartoto dkk, 2014). Modal sosial memiliki tiga dimensi yaitu, (i) modal sosisal yang mengikat. Modal sosial bersifat mengikat merujuk pada hubungan antara individu yang berada dalam kelompok primer atau dalam lingkungan ketetanggaan yang berdekatan; (ii) Modal sosial yang menjembatani. Modal sosial bersifat menjembatani adalah hubungan yang terjalin termasuk orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda; (iii) Modal sosial yang mengaitkan. Modal sosial bersifat mengaitkan adalah kemungkinan individu untuk menggali dan mengelola sumber daya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal (Dermartoto dkk, 2014:32). Modal budaya adalah semua bentuk kekayaan simbolis yang mengacu pada pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh menjadi suatu disposisi. Modal budaya adalah hasil dari kebudayaan, pengolahan, proses batin, inkorporasi yang membutuhkan waktu yang panjang (Haryatmoko, 2016: 45). Bourdieu merinci lebih jauh tentang modal budaya yang merujuk pada suatu keadaan yang memiliki tiga dimensi, yakni (i) dimensi manusia yang wujudnya adalah badan, (ii) dimensi objek dalam bentuk apa saja yang pernah dihasilkan oleh manusia, (iii) dimensi intitusional Lawang, 2005 melalui (Demartoto dkk, 2014). Modal simbolik adalah kapital yang paling banyak pengaruhnya. Modal ini mencangkup semua bentuk pengakuan sosial baik institusional maupun noninstitusional seperti jabatan publik (Haryatmoko, 2016: 45). Bourdieu.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. menjelaskan bahwa modal simbolik menunjuk kepada modal yang secara simbolik dimengerti dalam hubungannya dengan pengetahuan, atau lebih tepat hubungan penolakan dan penerimaan Lawang, 2005 melalui (Demartoto dkk, 2014). Studi ini akan mengkaji keempat jenis modal di atas untuk melihat modalmodal yang terdapat dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami.. 1.6.4. Arena Menurut model teoritis Bourdieu, pembentukan sosial apapun distrukturkan. melalui serangkaian arena yang terorganisasi secara hirarki seperti arena ekonomi, pendidikan, politik, dan arena kultural lainnya. Arena didefenisikan sebagai ruang yang terstruktur dengan kaidah-kaidah fungsinya sendiri, dengan relasi-relasi kekuasaan sendiri, yang terlepas dari kaidah politik dan kaidah ekonomi. Strukturnya momen apapun ditentukan oleh relasi-relasi di antar posisi yang ditempati oleh agen-agen arena tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan arena adalah konsep dinamis di mana perubahan posisi-posisi agen tak mau menyebabkan perubahan struktur arena (Pierre Bourdieu, 1993: xvii) Maka dapat dikatakan arena adalah wilayah di mana subyek-subyek bersaing. Di sinilah masyarakat hadir menguasai dan dikuasai. Habitus dan arena tidak dapat dipisahkan kerena dua konsep ini sangat dasariah karena saling mengandaikan, hubungan dua arah: Struktur-struktur obyektif atau struktur sosial dan struktur-struktur yang telah terintegerasi pada pelaku atau struktur habitus (Haryatmoko, 2016: 43). Arena merupakan tempat di mana habitus mengalami.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. evolusi konstan arena menjadi wilayah aktor-aktor sosial membangun kekuasaan kolektif dan habitus kolektif. Dalam Studi ini penelitian akan difokuskan untuk mengungkap posisi tokoh “A” sebagai agen dalam arena agama, hukum, sosial, dan budaya.. 1.6.5. Kelas Dalam kelas, Bourdieu memperlihatkan mekanisme dominasi dalam. praktik. selera dan gaya hidup tiap kelas sosial memiliki kecenderungan. (disposisi). dalam menilai dan mengklasifikasi kelompok sosial di luar dari. kelasnya. Semakin besar kepemilikan sosial suatu kelompok, maka semakin besar juga kesempatan untuk merebut suatu kehormatan dan kekuasaan dari kelompok kelas yang lain. Hal ini sama halnya dengan semakin kecil askes suatu kelompok terhadap objek budaya, maka semakin kecil kesempatan untuk menempati posisi strategis. Dengan demikian, muncul distribusi kepemilikan yang tidak merata yang menyebabkan adanya ketidakadilan sosial. Selera pada akhirnya memproduksi klasifikasi ‘kelas populer’ atau ‘kelas pekerja’, baik atau buruk (Fashri, 2007: 59). Pola perilaku kelas dominasi biasanya membedakan diri dari kelas borjuis kecil. Dalama kelas dominan terdapat pula perbedaan antara bos industri, dokter, dan dosen. Model pembagian kelas tersebut mendefenisikan ruang atau jarak yang dapat diramalkan dan memungkinkan perjumpaan hubungan, simpati, dan hasrat. (Haryatmoko, 2016: 43). Studi ini akan meneliti perbedaan antara kelas dominan, yakni kelas laki-laki dengan kelas perempuan..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. 1.7 Metode penelitian 1.7.1. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu metode ini melakukan. analisis isi keseluruhan dengan cara memanfaatkan penafsiran yang disajikan dalam bentuk deskripsi (Ratna, 2004: 46). Penelitian ini menggunakan paradigma M. H. Abrams. Paradigma Abrams adalah paradigma yang memiliki empat pendekatan utama untuk melihat karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan tersebut terdiri dari pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, dan pendekatan pragmatik. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memperhatikan aspek karya sastra itu sendiri. Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menerangkan titik hubungan karya sastra dan pengarangnya. Pendekatan mimetik adalah aspek yang mengutamakan aspek semesta. Sedangkan pendekatan pragmatik adalah aspek yang mengutamakan penafsiran pembaca terhadap karya sastra (Taum, 1997:17). Kemudian Taum melakukan reposisi terhadap pendekatan M. H. Abrams sehingga menghasilkan dua penambahan pendekatan, yaitu pendekatan eklektik dan pendekatan diskursif. Pendekatan eklektik adalah gabungan dari beberapa pendekatan Abrams untuk memahami fenomena kesastraan (Taum, 2017: 5). Pendekatan diskursif digunakan untuk menganalisis data berupa teks-teks sastra dan teks-teks nonsastra. Pendekatan ini menggunakan pendekatan arkeologis dan metode negosiasi yang bertujuan membongkar pratik-praktik diskursif yang menjadi bagian dari representasi sastra. Representasi tersebut membangun kesadaran akan proses diskursivitas kebudayaan (Taum, 2017: 6)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. Contoh praktik diskursif adalah tubuh perempuan ideal, kegilaan, homoseksualitas, dll. Jika dicermati dengan penuh, akan terlihat bahwa permainan kekuasaan terbentuk oleh adanya normalisasi dan peraturan. Kondisi ini menciptakan mekanisme yang menstandarisasi sebuah pemaknaan menjadi kebiasaan atau konvensasi. (Taum, 2017: 5). Penelitian ini akan menggunakan pendekatan diskursif yang merupakan hasil pengembakan Taum dari paradigma Abrams. Hal ini dikarenakan diskursif merupakaan pendekatan yang menitikberatkan pada diskursus (wacana). Sama seperti yang dimaksud dalam teori-teori pascastrukturalisme. Salah satu teori pascastrukturalisme adalah strategi kekuasaan yang dikemukan oleh Pierre Bourdieu. Berdasarkan paparan diatas, Peneliti merasa pendekatan diskursif tepat digunakan untuk penelitian ini.. 1.7.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian ini adalah. studi pustaka. Metode studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang ada dari Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang dan buku-buku yang berkaitan dengan objek dan buku referensi. Teknik catat dilakukan untuk mencatat data-data yang dibutuhkan dalam penelitian Sudaryanto melalui (Melisah, 2018)..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 1.7.3. Metode Analisi Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis. isi. Metode analisis isi adalah penafsiran pada isi pesan dalam cerita. Proses analisis dilakukan terhadap data-data yang telah dikumpulkan dari objek yang diteliti. Penelitian difokuskan pada pemaknaan isi komunikasi, pemaknaan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2004: 48).. 1.7.4. Metode Penyajian Analisis Data Penetiliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menyajikan. analisi data. Metode kualitatif adalah metode yang secara keseluruhan memanfaatkan cara penafsiran kemudian menyajikannya dalam bentuk deskripsi yang dikaitkan dengan hakikat penafsiran. Metode ini memberi perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaanya. Cara-cara inilah yang dianggap sebagai multi metode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar masalah sosial yang relevan. Penelitian karya sastra, akan dilibatkan keberadaan pengarang, termaksud unsur-unsur kebudayaan pada umumnya (Ratna, 2004: 46).. 1.8 Sumber Data Penulis Novel. : Ayu Utami. Judul Novel. : Pengakuan Eks Parasit Lajang. Ukuran Novel. : 13,5 × 20cm.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. Tebal Novel. : 307 halaman. Penerbit. : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Tahun Terbit. : Februari 2013. 1.9 Sistematis Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II berisi tentang deskripsi habitus dan modal dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Bab III berisi tentang deskripsi arena dan kelas dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Bab IV berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data dan saran dari peneliti terhadap penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang belum dikaji..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II HABITUS DAN MODAL DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI. 2.1. Pengantar Terdapat beberapa konsep penting untuk membahas dan mengkaji strategi. kekuasaan dalam perspektif Pierre Bourdieu. Bab ini akan membahas mengenai habitus dan modal yang dimiliki oleh tokoh utama, yaitu tokoh “A” dalam perjuangannya meraih kesuksesan di dalam arena perjuangan perempuan. Bab ini juga akan mendeskripsikan modal apa saja yang dimiliki oleh tokoh utama, yaitu tokoh “A”. Pembahasaan mengenai habitus dan modal dilakukan lebih dulu karena pada prinsip dasar pengorganisasian sosial, kekuasaan sangat tergantung pada situasi sumber daya dan strategi oleh pelaku atau agen sosial.. 2.2. Habitus Habitus merupakan seperangkat pengetahuan yang dimiliki oleh agen.. Dalam hal ini pengetahuan tersebut digunakan oleh agen untuk memahami dunia, kepercayaan, dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Habitus yang dimiliki oleh agen mempengaruhi kondisi objektif kulturalnya dan segala hal tersebut melekat pada diri agen dalam melakukan tindakan. Habitus dengan sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan keseluruhan. Habitus menyatu dalam nilai-nilai yang dianut oleh agen yaitu, sistem, aturan, hukum, struktur, pemaknaan, dalam kehidupan sehari-hari dan juga persepsi agen (Dermartoto dkk, 2014: 29-30). 21.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. 2.2.1. Habitus Bersifat Diturunkan Habitus yang bersifat diturunkan adalah habitus yang berasal dari genetik. ataupun ajaran terkait nilai-nilai yang diajarkan di dalam keluarga. Berikut adalah habitus bersifat diturunkan pada tokoh “A” yang ditemukan dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.. 2.2.1.1 Habitus Agama Katolik Habitus agama Katolik yang dimilikih oleh tokoh “A” merupakan habitus yang diturunkan oleh Ibu. Tokoh ibu merupakan seorang misionaris bagi keluarganya sendiri. Habitus tersebut memiliki pengaruh besar terhadap cara berfikir tokoh “A” dalam menyingkapi persoalan cinta serta relasi posisi perempuan dan laki-laki di arena agama. Hal ini ditunjukan melalui kutipan berikut. (1) Aku datang dari keluarga Katolik yang taat. Kakakku punya pacar seorang Muslim dan itu sedikit menimbulkan persoalan juga. Aku akan lebih senang punya pacar seagama (Utami, 2013: 13-14). (2) Nik beragama Islam. Aku keluarga Katolik. Tapi profil beragama keluarga kami mirip. Ibu sesungguhnya adalah imam religius dalam keluarga. Ibulah yang memimpin, bukan lelaki. Ayahku masuk Katolik karena ibu. Ayahnya masuk Islam karena ibunya. (Seharusnya agama menyadari ini dan mengakui bahwa perempuan bisa menjadi imam) (Utami, 2013: 30). Kutipan diatas menjelaskan bahwa habitus agama Katolik melekat pada diri “A” sejak ia kecil. Sejak Kecil Ibu “A” telah mengajari anak-anaknya untuk rajin berdoa dan berbuat baik sesuai dengan ajaran gereja Katolik..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. 2.2.1.2 Habitus Kepercayaan Dosa Asal Habitus yang diturunkan berikutnya ditemukan dalam diri kotoh “A” adalah Pemahaman tokoh “A” terhadap dosa asal yang ia peroleh dari ayahnya. Habitus ini muncul atas kesadaran “A” terhadap keuntungan rezim militer yang didapatkan oleh ayahnya pada masa permulaan orde baru. (3) Tapi sial, Teryata mereka punya dosa asal. Setidaknya aku, dan seluruh anak yang diuntungkan rezim militer, punya dosa asal (Utami, 2013: 88). Ketika itu ayah “A” memiliki kedudukan sebagai seorang jaksa yang setia terhadap presiden kedua yang berhasil menggulingkan presiden terdahulu. Dosa asal yang dimaksud “A” berawal dari rumah yang diperoleh sang ayah. Berikut pada kutipan (4) akan dijelaskan mengapa “A” menganggap rumah masa kecilnya merupakan dosa asal. (4) Tapi rumah itu juga dosa asalku. Rumah itu didapat sang jaksa mudah setelah kasus penyitaan. Ada seorang tuake yang terkena khasus perdata sehingga bangunannya disita. Sebuah praktik yang lazim di era rezim militer, barang sitaan bisa menjadi milik petugas yang menyitanya. Sesungguhnya rezim militer lahir bersamaan dengan kelahiranku (Utami, 2013: 89). Kesadaran akan dosa asal yang dia miliki membuat tokoh “A” melakukan pemeriksaan batin. Pemeriksaaan batin tersebut membentuk denah dunia pertama yang memisahkan adanya terang dan gelap. Wilayah terang merupakan dunia yang baik dan pada sisi lain terdapat wilayah gelap dimana segala misteri dan ketakutan berasal. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini. (5) Rumah yang adalah dosa asalku. Denahnya membentuk peta dunia pertamaku. Darinya aku tahu bahwa dunia ini memiliki tempat yang terang dan tempat yang gelap (Utami, 2013: 93)..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. (6) Demikian aku mulai memahami peta dunia pertamaku, yang mengajari aku tentang wilayah terang di mana Tuhan dan pengetahuan semayan, yaitu rumah utama; serta wilayah gelap di mana setan dan hantu mengintai, yaitu paviliun yang lembab dan dingin (Utami, 2013: 96). Dari kutipan di atas, terlihat bahwah tokoh “A” membagi denah dunia pertamanya berdasarkan bagian dari rumah masa kecilnya sendiri. Bagian rumah utama ditempati oleh tokoh “A”, ibu, ayah, dan saudara-saudarinya. Bagian inilah yang menjadi bagian terang, sebab ibu merupakan sosok yang baik dan selalu mengajarkan agama pada anak-anaknya. Sementara itu, wilayah gelap berada pada bagian pavilion yang ditempati oleh kedua bibinya. Di wilayah gelap kedua bibinya memelihara segala cerita hantu dan sifat buruk seperti berdusta.. 2.2.1.3 Habitus Sifat Monster Istilah Monster sendiri diambil dari representai “A” terhadap tabiat dan kepribadian ayah dan keluarga ayah. Sifat ini sangat berbeda dengan sang ibu yang memiliki perilaku yang lembut dan teduh. Sifat ayah dan ibu terbagi menjadi dua bagian yang akan dijelaskan dalam kutipan berikut. (7) Ayahku ibarat Kitab Perjanjian Lama. Ibuku Perjanjian Baru. Ayahku hukum, ibuku kasih. Ayahku formula, ibuku narasi, ibuku keturunan peri, ayahku keturunan monster (Utami, 2013: 122). Habitus sifat monster yang diturunkan oleh keluarga ayah ditunjukkan ketika “A” mulai terbuka pada masyarakat mengenai ketidakpusannya terhadap struktur pernikahan yang dianggap tidak adil. Berkat sikap “A” hubungannya.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. dengan ayah yang sebelumnya renggang kembali menjadi baik. Habitus tersebut terlihat pada kutipan berikut. (8). Hubungan A dengan ayah membaik, yang dulu mengatai dia sundal, kini justru membaik. Ia menulis buku dan terangterangan bicara dalam wawancara televisi, koran maupun majalah, bahwa ia tak mau menikah dan ia juga tidak berpantang seks” (Utami, 2013: 225). (9) Jadi dulu ayah mau menguji apakah kamu monster atau bidadari. Sekarang ayahnya tau bahwa A memang bangsa monster. Anak itu akan baik-baik dalam pilihan hidupnya sendiri. A ingin menitikkan air mata, tapi monster tidak menangis terharu. Mereka hanya menangis kalau marah atau frustasi. Hubungan A dan ayahnya kembali seperti relasi dua ekor moster (Utami, 2013: 226).. Kemudian, selama bertahun-tahun “A” hidup dengan habitus sifat monster yang diturunkan oleh ayah. Habitus ini, digunakan oleh tokoh “A” untuk menyikapi dan melakukan perlawanan terhadap persoalan kesetaraan gender.. 2.2.1.4 Habitus Bakat Mengarang Keterampilan “A” dalam tulis menulis juga merupakan turunan dari kedua bibinya yang gemar menulis. Kutipan berikut akan menjelaskan mengenai habitus penulis yang diturunkan kepada diri “A”. (10) Bibi Gemuk senang bahwa keponakannya kini jadi penulis juga dan bukunya diterbitkan dalam bahasa Belanda. (Dulu Bibi Gemuk juga menulis cerita anak yang bagi A adalah plagiat. Sedangkan bibi tua, Bude yang dulu membawa jerangkong suaminya dalam koper, juga menulis novel-novel dalam berbahasa Jawa. Karya keduanya diterbitkan Balai Pustaka. Ada bakat mengarang dalam keluarga itu, sebagian dari talenta monsteriah, yang jika dilokalisir bisa berbahaya” (Utami, 2013: 265)..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Dengan Habitus bakat mengarang tersebut “A” dapat bekerja sebagai seorang jurnalis dan seorang pengarang buku yang aktif membicarakan dan menentang kekuasan laki-laki.. 2.2.2. Habitus Bersifat Transformatif Habitus Bersifat Transformatif adalah sebuah habitus yang dapat berubah. sesuai dengan kondisi interaksi sosial yang dihadapi oleh agen. Kondisi sosial tersebut memungkinkan adanya perubahan sikap dan pemikiran agen dalam menyikapi sesuatu.. 2.2.2.1 Habitus Transformatif Agama Katolik Terjadi transformatif habitus yang dimiliki oleh tokoh “A” pada sistem kepercayaan agama yang dianut. Ketika tokoh “A” masih kanak-kanak dia adalah seseorang yang sangat patuh dan tertarik pada ajaran agama Katolik. Menjelang usianya yang kedua puluh tahun transformatif habitus dalam diri “A” terjadi. Tokoh “A” mengambil jarak antara dirinya dan agama. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut. (11) Nik maupun aku adalah anak yang religius di masa bocah. Kami masing-masing punya ketertarikan pada agama lebih dibanding saudara-saudara kandung kami. Aku suka membaca Alkitab sejak kecil (Utami, 2013: 30). (12) Maka, pada usia dua puluh tahun itu aku telah melepas kalung salibku. aku mengambil jarak dengan agama. Segala agama. Sikap tidak adil yang kuperbuat masih terus menghantuiku, tapi dosa tidak lagi membuat aku takut. “zinah” tidak relevan lagi dalam hidupku (Utami, 2013: 31)..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Habitus transformatif yang dimiliki tokoh “A” memunculkan sebuah sistem baru dalam diri tokoh “A” yang didasari oleh bentuk protes terhadap ketidaksetaraan gender dalam ajaran agama Katolik dan agama lainya. Menurut “A” agama meletakkan posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki. Dalam kutipan ke (13) dan (14) akan dijelaskan alasan tranformasi tokoh “A” meninggalkan agama. (13) Agama membangun nilai-nilai tidak adil terhadap perempuan secara umum. Melarang perempuan menjadi imam. Menjadikan laki-laki pemimpin atas perempuan (Utami, 2013: 36). “Tokoh “A” juga Meninggalkan agama Katolik disebabkan ketidak setujuannya terhadap teks kitab suci Adam dan Hawa yang menurutya sangat tidak adil karena menyalahkan Hawa sebagai penyebab kemunculan dosa. “A” juga menolak konsep Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam sebab baginya hal ini memunculkan penafsiran bahwa perempuan sangat tergantung pada laki-laki” (Utami, 2013: 42). Kutipan (14) berikut ini akan menjelaskan dirinya mencoba membebaskan diri dari tafsir misoginis tentang tulang rusuk yang membuat transpormatif semakin kuat dalam diri “A”. (14) Tafsir yang sama persis pernah aku baca dikatakan oleh para Bapa Gereja dari abad-abad awal. Jauh sebelum abad keenam. persis itulah yang aku benci dari agama: sikap pemukanya yang merendahkan perempuan. Perempuan dianggap makluk kedua dibandingkan lelaki. Itulah salah satu penyebab utama aku meninggalkan agama (Utami, 2013: 42). Dijelaskan pada kutipan (13) dan (14) bahwa tokoh “A” tidak lagi sepaham dengan ajaran agama yang menerapkan sebuah sisitem perempuan lebih.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. rendah dari laki-laki. Kemudian “A” membangun sistem-sistem dalam dirinya sendiri seperti dalam kutipan (15) berikut. (15) Sekarang aku telah memiliki tata moralku yang mandiri, kubangun ulang dari sistem-sistem yang diperkenalkan kepadaku tapi dengan rasa keadilanku yang spesifik (Utami, 2013: 37). Sistem yang dibangun oleh tokoh “A” adalah sebuah sitem mandiri yang tidak terikat oleh agama maupun norma-norma yang dipegang oleh masyarakat.. 2.2.2.2 Habitus Transformatif Sifat Tomboy Transformatif Habitus Habitus Sifat Tomboy Juga terjadi pada diri “A”. Transformatif ini terjadi Saat tokoh “A” mulai menginjak usia duapuluh tahun. Transformatif tersebut ditunjukkan pada kutipan berikut. (16) Aku bukan lagi si tomboy yang dulu lebih cocok bernama B; si Bagus. Kini namaku A (Utami, 2013: 7). Habitus tomboy yang dimiliki oleh “A” mengalami transformatif ketika ia sedang memandang cermin dan mulai menyadari keindahan lekuk tubuhnya yang menawan. Ia mulai mencintai tubuhnya sendiri dengan segala keindahan lekuk tubuh miliknya, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini. (17) Aku mulai memperhatikan kelebihan dan kekurangan wajahku. Aku mulai menggambar takjub. Baru sekarang aku menyukai lekuk pinggangku, atau menyenangi buah dadaku sambil berharap bahwa keduanya masih tumbuh lebih besar (Utami, 2013: 7). Perasaan takjub “A” pada tubuhnya sendiri juga diperlihatkan pada kutipan berikut. Pada kutipan ini pula ditunjukan muncul sebuah kesadaran “A” bahwa ia memiliki tubuh yang dapat memikat hasrat lelaki..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. (18) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki meyenangi tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar, ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang kesuburan yang menyihir mereka dalam pengalaman indah menghisap di masa kanak. Aku tahu. Tapi, pengetahuan bahwa kini aku memiliki tubuh itu menciptakan rasa ganjil. Ya, kini; se-belum demikian. Tubuh yang baru ada padamu kini membangkitkan hasrat lelaki. Mengetahui itu sungguh aneh. Sekaligus menyenangkan. Semakin kau memikirkanya, Semakin kau tak faham (Utami, 2013: 8). Transformatif sifat tomboy “A” terjadi saat tokoh “A” berubah menjadi seorang perempuan yang memerhatikan kecantikan dan keunikan tubuhnya. Perubahan fisik tersebut membuat tokoh “A” menjadi seorang model di salah satu majalah saat itu. Hal ini ditunjukan pada kutipan berikut. (19) Nik bangga sekali melihat wajahku muncul disampul Femina. Ia sedang naik bis kota dan melihat yayangnya ada di setiap halte. Katanya, ia ingin bilang kepada orang-orang yang duduk di sebelahnya bahwa itu adalah pacarnya. Susumu Saru juga membeli majalah itu. Ia berkata bahwa kau lebih cantik dalam kenyataan (Utami, 2013: 59).. 2.2.2.3 Habitus Transformatif Bakat mengarang Habitus bakat mengarang yang diturunkan oleh bibi gemuk dan bibi tua mengalami transformatif. Transformatif pada habitus ini adalah habitus bakat mengarang yang berkembang dengan baik. Hal tersebut dibuktikan pada kutipan berikut. (20). Aku menemukan bakatku. Semua yang kutulis nyaris tidak membutuhkan penyuntingan oleh editor. Strukturku baik. Logikaku lurus. Bahasaku cermat. Humorku ada. Metaforaku kaya. Seorang redaktur berkata, Ia seperti menemukan permata pada diriku. Batu yang hanya sedikit sekali membutuhkan penatahan. Aku Senang Sekali (Utami, 2013: 65)..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. Kemudian, bakat ini terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan “A” di dalam dunia kerja. “A” lebih tertarik pada bidang tulis menulis sebagai pekerjaan dibanding pekerjaan sebelumnya sebagai model. hal ini di temukan pada Kutipan berikut. (21) Aku hanya berkecimpung sebentar saja di dunia Model. Aku merasa tidak cocok dengan pergaulan di sana. Tak lama setelah itu, aku menjadi wartawan. Pekerjaan ini lebih mendekatkan aku pada dunia pemikiran (Utami, 2013: 62). Kutipan (21) berada pada kurum waktu ketika “A” masih menjadi seorang mahasiswi di Universitas Indonesia. Kemudian Setelah “A” menyelesaikan pendidikannya, Ia masih tetap bekerja dibidang tulis menulis hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan (8) sebelumnya. Pada Usia yang lebih tua terjadi tranformatif lagi pada bakat menulis pada diri “A” ia memilih berhenti menjadi wartawan dan menjadi pekerja seni. Transformatif ini di pengaruhi oleh hak pers pada masa itu. (22) Pada masa itu A telah bekerja di sebuah tempat kebudayaan, Teater Utan Kayu. Dulu ia memang wartawan. Lalu ia dipecat karena ikut, bersama dengan wartawan lain, memperjuangkan kemerdekaan pers. Mereka mendirikan Aliansi Jurnalis Independen. Semua anggota organisasi ini dilarang bekerja sebagai wartawan. Tiga temannya ditangkap dan dipenjarakan. Kini, rezim sudah berganti. Soeharto sang jendral telah turun dari kursi kekuasaan. Tapi A tidak ingin lagi jadi wartawan. Ia senang bekerja lebih dekat pada kesenian (Utami, 2013: 233-234). Tokoh “A’ memilih untuk tidak menjadi seorang wartawan, setelah dia di pecat saat memperjuangankan kemerdekan pers. Kemudian dia memutuskan untuk bekerja di bidang seni. Hal tersebut membuktikan terjadi transformatif sifat habitus dalam diri “A”..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. 2.2.3. Habitus Sulit Diubah dan Bertahan Lama Habitus sulit diubah dan bertahan lama adalah suatu kemampuan dan. norma-norma terhadap nilai yang dianggap benar dalam diri seseorang. Nilai-nilai tersebut mempengaruhi seorang tersebut dalam menyikapi berbagai persoalan. Kemampuan dan nilai tersebut bertahan lama dalam jangka waktu tertentu semasa hidup.. 2.2.3.1 Habitus Agama Katolik Habitus agama Katolik adalah habitus yang sangat mempengaruhi batin dan pola fikir tokoh “A”. Hal ini terlihat dengan jelas lewat perjalanan hidup dan spiritual “A”. Habitus agama Katolik adalah habitus yang diturunkan oleh sang ibu. Pada masa Kanak-kanak “A” memiliki ketertarikan yang besar pada ajaran agama Katolik. Namun, pada usia dewasa “A” membangun sistemnya sendiri dan memilih mengambil jarak dari agama Katolik. Meski demikian, habitus agama Katolik tetap melekat pada diri “A”. Hal ini dapat dibuktikan oleh pada akhir cerita “A” memutuskan untuk menikah dalam ajaran Katolik. (23) Ia kini seorang wanita dewasa. Usianya sudah lewat empat puluh ketika memutuskan untuk menjalin sakramen perkawinan (Utami, 2013: 293). Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat dibuktikan bahwa habitus ajaran agama Katolik tidak dengan mudah hilang dari diri “A” walaupun telah mengalami trasnformatif pada usia dewasa..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. 2.2.3.2 Habitus Berdoa dan Pengakuan Dosa Habitus berdoa dan pengakuan dosa merupakan habitus yang paling sulit hilang dari diri toko “A”. Habitus berdoa sendiri ia dapatkan dari sang ibu yang baik hati dan patuh terhadap ajaran agama Katolik. Hal ini ditunjukan pada kutipan berikut. (24). (25). Ibuku selalu mengajarku berdoa. Aku berdoa sebelum tidur dan setelah bangun. Seperti sikat gigi. Ia menaruh salib dan lilin di meja kecil di samping ranjang. pada bulan Mei dan Oktober, setiap malam ia mengajak kelima anaknya berdoa rosario bersama (Utami, 2013: 94). Aku menerima Maria sebagai ibuku, dan melihat ibuku mirip dengan bunda maria. Aku senang pada Maria. Aku rajin berdoa agar Maria mendoakan aku, seperti dalam doa Salam Maria. Ibuku baik. Demikian juga Bunda Maria (Utami, 2013: 127).. Kemudian, habitus pengakuan dosa yang dimiliki oleh “A” dia dapatkan saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika itu “A” hendak menerima sakramen pengakuan dosa. Sakramen pengakuan dosa yang pertamanya, tak berjalan dengan baik. “Pada saat “A” melakukan pengakuan dosanya yang pertama ia salah mengartikan berkata kotor sebagai perbuatan cabul. Kesalahan tokoh “A” dalam menafsirkan perbuatan cabul membuatnya terpaksa dihukum berat oleh Pastor “A” dengan tiga kali doa rosario. Akibat kejadian tersebut ia tidak bisa melupakan caranya mengakui kesalahan. Dia terbiasa selalu melakukan pengakuan dosa” (Utami, 2013: 131-132). Habitus ini bertahan sangat lama dalam periode kehidupan tokoh “A”. Meskipun pada usia dewasa ia memutuskan untuk meninggalkan agama Katolik, habitus ini tetap bertahan lama dalam diri tokoh “A” sebagai sebuah kebiasaan. Namun, meski begitu pada habitus pengakuan dosa, ada yang sedikit berbeda dia.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. tidak lagi mengakui dosa-dosanya di depan pastor.. Dia memilih melakukan. pengakuan pada dirinya sendiri sebagai pemeriksaan batin. Hal tersebut dijelaskan pada kutipan berikut. (26) Dulu ia meninggalkan agama bukan karena mau bebas dari aturan, tetapi karena agama menyalahi aturan ketidak adilannya sendiri perihal perempuan. Ia tidak lagi mengaku dosa pada pastor. Tapi sakramen masa kanak itu melatih ia terus mengaku dosa pada diri sendiri (Utami, 2013: 260). Kutipan di atas menujukan bahwa, trasformatif pada habitus kepercayaan tokoh “A” tidak mampu menghilangkan kebisaan tokoh “A” untuk melakukan pengakuan dosa. Meski demikian, Pengakuan dosa yang dilakukan oleh tokoh “A” tidak lagi merupakan sakramen dalam ajaran Katolik melainkan sebuah kebiasan dalam sistemnya sendiri yang mandiri tanpa membutukan seorang pastor.. 2.2.3.3 Habitus Taman Firdaus Habitus Taman Firdaus adalah sebuah pengambaran atau pola dari cara berfikir “A” dalam menyikapai persoalan internal dalam dirinya. Dia membentuk sebuah sistem yang dia yakni sebagai sistem yang mandiri tanpa terikat pada sistem-sistem dari agama dan hukum. Tokoh “A” Sejak kecil hingga dewasa telah memperumpamakan Taman Firdaus miliknya sendiri. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut, “A”. memperumpamakan lingkungan rumah masa kecilnya. sebagai Taman Firdaus ciptaanya. (27) Berbatasan dengan taman istana adalah hutan nan jinak yang dinamakan Kebun Raya, Dibangun mengikuti pola taman Firdaus. Kabut yang sering menenggelamkan kota berasal dari sini. Ada satu sungai, Sebagaimana diciptakan oleh kitab kejadian,.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. meskipun sungai ini tidak bercabang ke empat penjuru sebagai Pison, Gibon, Efrat, dan Tigris. Pohon-pohon tumbuh rimbun, yang berbuah baik, maupun jenis rotan dan pandan. Tapi, memang kita tidak pernah tau mana yang merupakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. kita tidak tau (Utami, 2013: 88). Tokoh “A” memperumpakan proses hidupnya dalam sebuah refleksi batin berbentuk game. Game ini ia mulai dari gerbang Taman Firdaus miliknya. Kemudian, “A” berpetualang jauh meninggalkan taman. Secara singkat hal ini akan ditunjukan pada kutipan berikut. (28) Taman Fridaus. Itulah Pembuka game. Level 0. Taman luas dengan hutan jurasik di sekelilingnya, pakis-pakis raksasa dan tetumbuhan bersulur (Utami, 2013: 74). (29) Sebuah gerbang membukakan diri. diatasnya menyala-nyala tulisan: Level 1. Kau agak cemas melihat cela menganga menampakkan hitam. tapi waktu menendangmu ke dalamnya. Paradiso lenyap. Alaram senyap. Kau pun berapada di Level 1 permainan (Utami, 2013: 75). Tokoh “A” memiliki perjalanan yang sangat panjang saat meninggalkan Taman Firdaus. Namun, perjalanan panjang tersebut menuntun dia kembali menuju Taman Firdaus miliknya sendiri. Hal ini akan ditunjukan pada kutipan berikut. (30) Ia merasa ada yang kembali dalam hidupnya. Ada yang berputar. Seperti perjalanan dalam game yang ternyata telah berbalik arah menuju titik awalnya (Utami, 2013: 240). (31) Seperti kitab suci yang membentuk dongeng pertamanya: bermula dari taman eden. Hidupnya seolah berputar kembali ke pusat. Taman menjadi pengingat, bahwa dahulu kala ada sebuah muasal yang murni. Suatu keadaan ketika manusia utuh dan tak terbelah, bahkan tak terbelah oleh pengetahuan. Seperti bayi berada dalam rahim. Pengetahuan adalah keterbelahan pertama. Bukan dosa melainkan kesedihan (Utami, 2013: 262)..

Referensi

Dokumen terkait

Stoga, kreatori politika nisu imali kao racionalnu mogućnost zabranu upotrebe, kao što je to bio slučaj sa nekim drugim adiktivnim supstancama, već se mere kontrole

Masyarakat berharap sistem penjaminan mutu pada produk hasil perairan ini tidak hanya dilakukan sosialisasi, tetapi dilakukan pelatihan dan pendampingan pada unit pengolahan

Hasil pengamatan menujukkan bahwa semua sampel yang diambil dari pengolah pindang tongkol daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, mengandung mikroba ( Table 1 ).. Prinsip pengawetan

Sebelum adanya kegiatan pelatihan ini masyarakat Desa Sumberjaya belum mengetahui macam olahan bahan baku terutama dari hasil perikanan, namun setelah dilakukan

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang (kreditur) disatu pihak

13 Saya tidak suka dengan Bahasa Arab karena kaidahnya yang rumit. 14 Guru saya memotivasi saya agar belajar Bahasa Arab

jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah. 3) Sulit bersosialisasi. Anak-anak dari ibu

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah sakit adalah bangunan air yang berfungsi untuk mengolah air buangan yang berasal dari kegiatan yang ada di fasilitas pelayanan