• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SANITASI LINGKUNGAN PADA BALITA PENDERITA DIARE DI KELURAHAN PONDANG KECAMATAN AMURANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN SANITASI LINGKUNGAN PADA BALITA PENDERITA DIARE DI KELURAHAN PONDANG KECAMATAN AMURANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

GAMBARAN SANITASI LINGKUNGAN PADA BALITA PENDERITA DIARE DI

KELURAHAN PONDANG KECAMATAN AMURANG TIMUR KABUPATEN

MINAHASA SELATAN TAHUN 2016.

Nasrani Sedua*, Odi R. Pinontoan*, Oksfriani Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Insiden diare balita tahun 2015 di Indonesia adalah 74,3% persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Lampung (179,2%), Kalimantan Utara (166,8%), Papua (166,6%), Sumatera Barat (163,8%), dan Nusa Tenggara Barat (163,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%). Di Sulawesi Utara indisen diare pada balita sebesar 55,9% (Kemenkes, 2015). Di kabupaten Minahasa Selatan jumlah penderita diare tahun 2015 sebanyak 1972 penderita, sedangkan di Puskesmas Amurang Timur jumlah penderita diare tahun 2015 sebanyak 319 penderita. Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kualitatif yang dilakukan pada bulan September-Oktober 2016. Informansi dikumpulkan dari 6 orang informan yang dapat memberikan informasi tentang gambaran sanitasi lingkungan dengan menggunakan metode Triangulasi. Instrument penelitian berupa pedoman wawancara dan alat perekam suara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan sangat di pengaruhi oleh sanitasi lingkungan yang masih kurang baik dikarenakan masih ada balita yang buang tinja sembarangan, sampah tidak di pisahkan, dan masih banyak masyarakat yang belum memiliki saluran pembuangan air limbah. Sanitasi lingkungan di Kelurahan Pondang masih kurang baik dikarenakan masyarakat belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci: Sanitasi Lingkungan, Balita, Diare

ABSTRACT

Incidence of infant diarrhea in 2015 in Indonesia is 74,3%. The 5 provinces with the highest incidence of diarrhea are Lampung (179,2%), Kalimantan Utara (166,8%), Papua (166,6%), Sumatera Barat (163,8%),and Nusa Tenggara Barat (163,8%). The highest characteristics of diarrhea amorg children under five years 12-23 month (7,6%), man (5,5%). In North Sulawesi the incidence of diarrhea in infants 55,9%(Kemenkes, 2015). In Minahasa Selatan the number of diarrhea sufferers in 2015 as many as 1972 patients, while in Puskesmas Amurang Timur number of patiens in 2015 is 319 patiens. The type of research used is a qualitative research design conducted in September to October 2016. Information was collected from 6 informationswho could provide information on the invironmental sanitation using the triangulation method. Research instruments is the form of interview and voice recorder. The result showed that the incidence of diarrhea in Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan is strongly influerced by poor environmental sanitation because there are still toddlers who throw stools indiscriminately until not separated and still many people who have not has a sewerage. Environmental sanitation in Kelurahan Pondang is still not good because the community has not applied clean and healthy life.

Keywords: environmental sanitation, toddler, diarrhea.

PENDAHULUAN

Menurut Word Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol

dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,

(2)

2 maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan. Sanitasi merupakan perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya. Tujuannya yaitu dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi air, pengolaan limbah, pengolaan sampah, vector kontrol, pencegahan dan

pengontrolan tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara (Mundiatun dan Daryanto, 2015).

Kondisi lingkungan yang buruk dapat menimbulkan penyakit-penyakat anataranya yaitu penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera, typhoid fever, dan paratyphoid fever, disentri, dan penyakit kulit. Penyebab diare pada balita tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap keluarga. Faktor tersebut meliputi hygiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua balita untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI, ketersedian air bersih, kebiasaan mencuci tangan, dan ketersedian jamban keluarga.

Badan Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, diare masih merupakan salah satu persoalan kesehatan dari berbagai persoalan kesehatan lainnya di dunia, derajat angka kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama negara berkembang. Diperkirakan 2 milyar kasus diare di dunia tiap tahunnya, ± 1,9 juta anak dibawah 5 tahun meninggal akibat diare tiap tahunnya terutama di Negara berkembang (WHO, 2013).

Menurut UNICEF (2013) jumlah kematian balita turun menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012 dibandingkan pada tahun 1990 yang mencapai angka

(3)

3 12,6 juta. Namun lebih dari 400 anak-anak meninggal setiap hari di Indonesia. Biasanya ini adalah anak-anak dari keluarga miskin dan paling terpinggirkan, dan banyak dari mereka menjadi korban penyakit yang mudah dicegah dan diobati seperti pneumonia dan diare.

Insiden diare balita tahun 2015 di Indonesia adalah 74,3% persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Lampung (179,2%), Kalimantan Utara (166,8%), Papua (166,6%), Sumatera Barat (163,8%), dan Nusa Tenggara Barat (163,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%). Di Sulawesi Utara indisen diare pada balita sebesar 55,9% (Kemenkes, 2015).

Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi di Sulawesi Utara. Kejadian diare juga tidak luput terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan. Data yang di peroleh peneliti dari Dinas Kesehatan Minahasa Selatan, pada tahun 2015 terdapat 1972 penderita diare. Data tersebut diperoleh dari puskesmas-puskesmas yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan, salah satunya Puskesmas Amurang Timur dengan jumlah penderita diare sebanyak 327 penderita dengan jumlah kasus terbanyak terdapat di kelurahan

Pondang, dengan jumlah kasus sebanyak 75 penderita.

Hasil penelitian Susanti (2015) yang dilakukan di desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar diperoleh hasil bahwa dengan sanitasi lingkungan yang buruk terjadi diare sebanyak 83,6%. Penelitian yang di lakukan Dini (2013) di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir diperoleh hasil bahwa pembungan tinja yang tidak sehat adalah 54%, sumber air tidak sehat 47,6%, SPAL RT yang buruk 63,5%, pengelolaan sampah yang buruk 57,1%. Hal ini menunjukkan bahwa rerata lebih 50% wilayah kerja Puskesmas Kambang masih mempunyai masalah terhadap lingkungan yang belum memenuhi syarat sanitasi lingkungan yang sehat. Penelitian yang dilakuakan oleh Sumampouw (2015) di Kota Manado, diperoleh hasil bahwa sumber air minum yang tidak sehat menyebabkan diare sebanyak 12,7% dan yang tidak memiliki jamban menyebabkan diare sebanyak 38,9% dari 247 sampel yang diteliti.

Dari data yang diperoleh peneliti dari berbgai sumber, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran sanitasi lingkungan pada balita penderita diare di Kelurahan Pondang Kecamatan

(4)

4 Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data in-depth interview (wawancara mendalam). Penelitian ini dilalukan di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan September - November tahun 2016.

Terdapat 6 informan dalam penelitian ini. Informan-informan tersebut terdiri dari Tenaga Kesehatan, Kepala Kelurahan, Kepala Lingkungan, dan 3 ibu yang memiliki anak balita penderita diare tiga bulan terakhir. Informan dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian dan jumlah informan yang tidak menjadi faktor penentu utama. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu Tenaga Kesehatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan September tahun 2016. Penelitian ini berorientasi pada sanitasi lingkungan yang meliputi penyediaan air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, dan pembuangan limbah cair rumah tangga.

Gambaran Penyediaan Air Bersih Sumber air bersih yang ada di kelurahan Pondang sampai saat ini tidak ada kendala dan masih tercukupi. Sumber air bersih yang paling banyak digunakan masyarakat kelurahan pondang berasal dari sumur, namun ada juga masyarakat yang menggunakan air dari Perusahaan Air Minum (PAM). Sumber air minum yang diperoleh masyarakat memiliki jarak sekitar 10 meter dari rumah. Hal ini dapat dikatakan telah memenuhi syarat kesehatan.

Hasil wawancara dengan semua informan di kelurahan Pondang, menyatakan bahwa untuk penyediaan air bersih di masyarakat sampai saat ini masih tercukupi dan belum ada keluhan dari masyarakat. Keenam informan yang ada, lima informan menyatakan bahwa masyarakat memperoleh air bersih dari sumur. Satu informan lagi menyatakan memperoleh sumber air bersih dari Perusahaan Air minum (PAM).

Dari hasil observasi lapangan peneliti menemukan bahwa, sebagian besar ibu dari balita penderita diare memperoleh air bersih dari sumur yang biasa digunakan bersama oleh warga setempat khususnya anak-anak yang mana di saat mandi atau melakukan pembersihan tubuh tidak menjaga jarak mandi dari mulut sumur serta tidak adanya pembatas, sehingga bakteri atau kuman penyakit yang sebelumnya

(5)

5 bersarang di dalam tubuh salah satu anak yang mandi masuk dan membuat air sumur terkontaminasi. Selanjutnya dari observasi tersebut peneliti juga melihat tersebarnya penyakit diare pada balita, karena sumur yang digunakan jarang dibersihkan sehingga terdapat lumut dan ketidakpekaan masyarakat akan kebersihan sumur namun tetap menggunakan air sumur yang terkontaminasi.

Penelitian yang dilakukan Mandasari (2014) di kelurahan Tuminting bahwa sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali. Sumur gali mudah terkontaminasi oleh bakteri dari sumber pencemaran. Air yang terkontaminasi merupakan penyebab penting diare.

Di kelurahan Pondang ternyata kebanyakan warga menggunakan air isi ulang dari depot untuk kebutuhan minum sehari-hari. Namun wawancara dengan salah satu informan yang memiliki balita ia lebih memilih menggunakan atau mengkonsumsi air minum hasil olahan air sumur yang dimasak dibandingkan memilih air isi ulang yang tidak dijamin tingkat kebersihannya, dengan kata lain menurut pendapat ibu balita lebih baik minum air yang sudah dimasak dari pada harus meminum air yang tidak dimasak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayadisastra (2013), di Puskesmas

Ciputat Tangerang Selatan menunjukan sebagian besar (85,3%) konsumen air minum isi ulang yang terkena diare tidak melakukan kebiasaan memasak air. Hasil uji statistik mengatakan bahwa ada hubungan antara memasak air dengan kejadian diare.

Gambaran Kepemilikan Jamban Jamban merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, sesuai hasil wawancara dari keenam informan mengatakan bahwa semua masyarakat telah memiliki jamban di rumahnya dan jenis jamban yang mereka gunakan yakni jamban leher angsa. Secara umum jarak jamban dengan sumber air bersih yaitu sekitar 10 meter.

Untuk jamban peneliti melakukan observasi pada enam informan dengan maksud ingin melihat langsung tingkat kebersihan jamban yang ada di masing-masing rumah, akan tetapi didapati bahwa jamban tersebut kotor. Peneliti menemukan salah satu informan yang memiliki balita sama sekali tidak memiliki jamban atau wc, tak jarang bahkan dikesehariannya ibu tersebut beserta keluarganya hanya menggunakan jamban milik saudaranya yang bersebelahan rumah.

Hasil wawancara dengan kedua informan yang memiliki balita untuk kebersihan jamban, bahwa ibu-ibu tersebut sangat jarang bahkan kurang

(6)

6 memperhatikan kebersihan jamban dengan kata lain pembersihan dilakukan jika jamban sudah terlihat sangat kotor baru kemudian dibersihkan. Setelah dilakukan observasi ternyata memang benar ibu-ibu balita tersebut kurang memperhatikan kebersihan jamban.

Adapun menurut informan kunci, sealaku tenaga kesehatan menyatakan bahwa masih ada yang buang air besar sembarangan di kelurahan Pondang terutama yang dilakukan oleh anak-anak balita di sekitar pekarangan rumah, namun sebelum buang air besar orang tua dari balita-balita tersebut sudah lebih dulu menggali lubang untuk menampung kotoran (tinja) sedalam ± 5cm. setelah selesai melakukan buang air besar, tinja tersebut diangkat lalu dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditimbun dengan tanah. Kepemilikkan jamban dapat mempengaruhi atau dapat menimbulkan penyakit seperti diare. penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajriana (2012) diketahui adanya hubungan yang signifikan antara kualitas jamban terhadap kepemilikan jamban, kepatuhan pemakaian , dengan kejadian diare pada balita desa Jatisobo kecamatan Polokarto kabupaten Sukoharjo.

Gambaran pengelolaan Sampah Di kelurahan pondang setiap rumah sudah memiliki tempat sampah namun mereka tidak memanfaatkannya, mereka lebih memilih membuang sampah pada tempat yang mereka anggap bisa dijadikan tempat sampah contohnya kantong plastik atau karung.

Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tidak dipisahkan antara sampah organik dan anorganik ketika dibuang. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan untuk mengetahui tempat pembuangan sampah di kelurahan Pondang, diketahui bahwa masyarakat secara keseluruhan mengatakan sampah organik dan anorganik di buang pada tempat yang sama dengan cara yang sama pula yaitu diisi dalam kantong plastik atau karung kemudian di bawah ke tempat pembuangan sampah yang telah di sediakan oleh pemerintah ataupun meletakkan di pinggir jalan kemudian truk sampah yang akan mengangkutnya. Kaitanya dengan penyakit diare yang dialami balita di kelurahan Pondang tersebut terindikasi dari bercampurnya sampah anorganik dan organic yang mengandung bakteri dan kuman penyebab penyakit diare yang akan dihinggapi lalat dan kemudian menularkannya lewat makanan.

Penelitian yang di lakukan oleh Aprina (2013) tentang hubungan

(7)

7 kualitas mikrobiologis air sumur dan pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan diketahui bahwa tidak ada keluarga yang melakukan pemisahan sampah, tidak ada keluarga yang menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, dan metode pemusnahan sampah secara baik yaitu dengan cara diangkut oleh petugas sebanyak 25 keluarga (83,30%) dan secara tidak baik yaitu dengan cara dibakar sebanyak 5 keluarga (16,70%).

Gambaran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara, para informan yang memiliki saluran pembuangan air limbah mengatakan bahwa untuk pembuangan air limbah seperti hasil sisa cucian, mandi dan buang air kecil tersebut dibuang ke saluran pembuangan air limbah dan bagi informan yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah mengatakan bahwa untuk pembungangan air limbah sisa cucian dibuang langsung begitu saja ke pekarangan rumah. Selanjutnya untuk observasi ternyata di lokasi ada juga masyarakat yang membuat saluran pembungan air limbah rumah tangga dengan cara menggali tanah untuk dijadikan saluran air darurat dan air

limbah rumah tangga yang dihasilkan tidak diolah terlebih sebelum dibuang ke saluran pembuangan air limbah atau pekarangan rumah. Sama halnya dengan ke 3 indikator sebelumnya tentang penyebab timbulnya penyakit diare, kesalahan dalam membuang air limbah dapat memicu timbulnya penyakit diare, dimanah menjadi tempat hinggap dari vector penularan penyakit diare terutama bagi masyarakat yang membuang limbahnya ke pekarangan rumah.

Penelitian dari Ikhwan (2013), tentang faktor invidu dan keadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga dengan kejadian diare di RT 01 RW 09 Kelurahan Seijang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang menunjukkan bahwa dari 35 orang yang pengelolaan saluran pembuangan air limbah buruk, terdapat 29 yang terkena diare dan 6 yang tidak terkena diare. Dari 45 orang yang termasuk Pada pengelolaan saluran pembungan air limbah baik, terdapat 15 yang terkena diare dan 30 yang tidak terkena diare.

KESIMPULAN

1. Penyediaan air bersih di kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur sudah baik hal tersebut terlihat dari hasil wawancara bahwa sebagian besar masyarakat menyatakan ketersediaan air bersih sudah memadai, tidak ada keluhan

(8)

8 tentang air bersih, dan untuk air minum yang dikonsumsi hampir semua masyarakat menggunakan air isi ulang.

2. Masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan jamban dan banyak orang tua yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, salah satunya dengan membiarkan para balita membuang kotoran di pekarangan rumah. 3. Kepedulian masyarakat pada

penanganan sampah maasih kurang, dimana masyarakat masih suka membuang sampah sembarangan dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sampah organik dan anorganik yang harus dibuang secara terpisah.

4. Masih banyak masyarakat yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbih dan membuang air limbah rumah tangga di pekarangan rumah.

SARAN

1. Masyarakat lebih meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti melakukan cuci tangan sebelum makan, setelah bermain maupun setelah keluar dari kamar kecil serta menjaga lingkupan tetap bersih sehingga dapat

meminimalisir terjadinya penyakit diare.

2. Petugas kesehatan melakukan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat dalam pengadaan dan penggunaan sumber air minum yang terlindungi, pemakaian jamban yang sehat, pengolahan tempat sampah dan pemanfaatan saluran pembuangan air limbah. Upaya penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas hendaknya dilakukan secara terus menerus sampai masyarakat mamahami akibat dari pemakaian sumber air yang tidak terlindung, pemakaian jamban yang tidak sehat, tidak mengolah sampah dengan baik dan pembuangan air limbah sembarangan.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refrensi dalam penelitian selanjutnya mengenai gambaran sanitasi lingkungan pada balita penderita diare dan perlu dikembangkan serta disempurnakan pada penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Aprina M. 2013. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Galian Dan Pengelolaan Sampah Di Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Keluarga Di Kelurahan

(9)

9 Terjun Kecamatan Medan Marelan. Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Dini, F. 2013. Hubungan Faktor

Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kambang

Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Kesehatan Andalas, (Online), Vol.4 No.2, 2015, hal 459.

Ikhwan Z. 2013. Faktor Invidu Dan Keadaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Rumah Tangga Dengan Kejadian Di RT 01 RW 09 Kelurahan Seijang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Jurnal Kesehatan, (Online), Vol.4 No.2, Oktober 2013.

Jayadisastra Y. H 2013. Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan Dan Keberadaan Bakteriologis E.Coli Dalam Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Konsumen Air Minum Isi Ulang Yang Berkunjung Ke Puskesmas Ciputat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nurzaini, H. 2012. Faktor-Faktor Penggunaan Pelayanan

Kesehatan Bagi Bayi Gejala Diare Di Kota Depok. E-Journal

WIDYA Kesehatan dan

Lingkungan. (Online) Vol.1 No.2, Juni 2015.

Mandasari K. E. 2014. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Dan Kejadian Diare Pada Keluarga Pengguna Di Kelurahan Tuminting LingkunganIV Kecamatan Tuminting Kota Manado. (Online),

(http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/, diakses 6 Oktober 2016).

Mudiatun dan Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gava Media.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan.

Sumampouw. O. J. 2015. Environment Risk Factors of Diarrhea Incidence in The Manado City. Public Health Research. (Online), Vol.5 No.5, tahun 2015: 139-143

Susanti, A. 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebak Kramat Kecamatan Kebak Kramat

(10)

10 Kabupaten Karanganyar. Surakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah. Undaung-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

WHO. 2013. Diarrhoeal Disease. (Online),

(http://www.who.int/mediacen tre/factsheets/fs330/en/inde).

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, ketika isu-isu etnisitas dan agama merebak sebagai sumber-sumber konflik kekerasan horizontal – yang kerap terjadi dengan hebat di antara mereka yang berasal dari

a. Menu aturan umum squash, dalam menu ini materi yang akan disampaikan yaitu aturan umum squash yang terdiri dari aturan cara bermain olahraga squash, standar lapangan yang

Berdasarkan hasil evaluasi proses bisnis pada penelitian ini terdapat ketidak sesuaian pada fungsi jabatan yaitu direktur sebagai pemimpin perusahaan ikut turun

technical specifications provided by JICA in 'Dhaka Urban Transport Network Development Study- Phase II' and was used as the main technical guideline for the MRT station Design

Terlebih dahulu bersihkan debu dan sisa – sisa kotoran yang ada pada ruang bakar dengan cara membuka semua pintu ruang bakar, atas dan bawah!. Setelah semua debu sisa pembakaran

Berdasarkan sifat istimewa yang ditawarkan superkonduktor, yaitu dapat menghantarkan arus tanpa kehilangan daya sedikitpun dan tidak adanya energi yang terbuang menjadi

Kaikissa keskusteluissa puhuttiin siitä, että hyvinvoinnin käsitys on muuttunut ikääntymisen myötä, ja hyvinvointiin kuuluu eri asioita kuin mitä kuului esimerkiksi 20-

Novel yang saya pelajari ialah Tirani , karya Beb Sabariah .Peristiwa pertama yang melibatkan watak utama pada perkembangan cerita ialah peristiwa Waheeda telah dicederakan