• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Bimbingan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Bimbingan Konseling"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Bimbingan Konseling

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI-NILAI

ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN

KARIR SISWA

Hendrik, Mungin Eddy Wibowo, Imam Tadjri

Prodi Bimbingan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Abstrak

Kematangan karir merupakan gambaran sikap dan kompetensi yang dimiliki siswa dalam menentukan pilihan karirnya. Siswa yang memiliki kematangan karir yang tinggi akan mampu mengambil keputusan pilihan karirnya. Tujuan penelitian ini menghasilkan model layanan bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship yang efektif meningkatkan kematangan karir siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: (1) Tahap studi pendahuluan; (2) Perencanaan; (3) Tahap pengembangan model hipotetik; (4) penelaahan model hipotetik, (5) uji lapangan, (6) uji akhir produk. Sampel 10 orang siswa dipilih secara purposif sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata evaluasi awal 160,2 poin dan skor evaluasi akhir 217,7 poin atau meningkat sebesar 56,6 poin sama dengan 20,21%. Hal ini menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship yang di kembangkan terbukti efektif meningkatkan kematangan karir siswa. Saran: model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship dapat digunakan sebagai solusi memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kematangan karir siswa.

Abstract

Career maturity is an overview of attitude and competency of students in determining career choice. Students who have high career maturity will be able to take decision of their career choice. The purpose of this study is to create an effective group guidance service model through entrepreneurship values-based to improve the students’ career maturity. This study uses Research and Development method with the research steps as follows: (1) the preliminary study, (2) the planning, (3) the development of hypotheti-cal model, (4) the review of hypothetihypotheti-cal model, (5) the field test, (6) the final test of product. This study used 10 students as sample which were selected by purposive sampling. The result showed that there was an increase in the average score of initial evaluation. It was 160.2 points and the final evaluation score was 217.7 points. The increase was 56.6 points or equal to 20.21 %. It means that this entrepreneurship values-based group guidance model is effective to improve the students’ career maturity. The suggestion is this entrepreneurship values-based group guidance model can be used as a solution to solve the problems related to students’ career maturity.

© 2014 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6889 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Januari 2014 Disetujui Februari 2014 Dipublikasikan Juni 2014 Keywords:

Model group guidance Entrepreneurship values Career maturity

Alamat korespondensi:

Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 Email: pps@unnes.ac.id

(2)

Pendahuluan

Kematangan karir merupakan gambaran sikap dan kompetensi yang dimiliki siswa dalam menentukan pilihan karirnya. Siswa yang memi-liki kematangan karir yang tinggi akan mampu mengambil keputusan pilihan karirnya. Sedang-kan siswa yang tidak mempunyai kematangan karir akan mengalami kesulitan dalam menentu-kan pilihan karir kedepannya. Dengan kematan-gan karir siswa mampu merencanakan masa de-pannya dengan baik serta akan berdampak pada kebahagiaan hidup. Kenyataan di atas tentunya bisa dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan (khususnya sekolah menengah) untuk menjawab tuntutan kebutuhan di lapangan, dengan me-nyiapkan lulusan yang (1) mandiri, (2) kreatif, (3) berorientasi pada tindakan, (4) kepemimpinan, (5) berani mengambil resiko, dan (6) kerja keras (Wibowo, 2011:35). Sejalan dengan pendapat di atas berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Negara Koperasi dan UKM dan Mente-ri Pendidikan Nasional No. 02/SKB/MENEG/ VI/2000 dan No. 4/U/SKB/2000 tertanggal 29 Juni 2000 tentang Pendidikan Perkoperasian dan Kewirausahaan. Tujuan dari SKB adalah (a) me-masyarakatkan dan mengembangkan perkopera-sian dan kewirausahaan melalui pendidikan, (b) menyiapkan kader-kader koperasi dan wirausaha yang profesional, (c) menumbuh kembangkan koperasi, usaha kecil, dan menengah untuk men-jadi pelaku ekonomi yang tangguh dan profesio-nal dalam tatanan ekonomi kerakyatan.

Hal ini berarti bahwa lembaga pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar kepada siswanya. Kemendiknas (2010:12) mem-perkuat pendapat di atas dengan mengkonsepkan bahwa, “kewirausahaan adalah nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka mening-katkan pendapatan dalam kegiatan usahanya”. Oleh karena itu, pendidikan sudah semestinya menyentuh dunia kehidupan peserta didik secara individual, karena pada hakikatnya individu itu bersifat kompleks. Pendidikan tidak cukup hanya dilakukan oleh guru saja, tetapi juga oleh profesi pendidik lainnya yaitu guru bimbingan dan kon-seling, melalui strategi layanan bimbingan dan konseling yang mampu mensinergikan nilai-nilai

entrepreneurship tersebut ke dalam pengembangan

kurikulum di sekolah.

Bimbingan dan Konseling yang merupa-kan bagian integral dari sistem pendidimerupa-kan juga memiliki peran utama untuk meningkatkan

ke-matangan karir pada diri siswa. Dalam konteks ini, layanan bimbingan dan konseling yang tepat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok. Menurut Marsudi (2010:97) melalui layanan bimbingan kelompok siswa diharapkan mampu memantapkan kehidupan beragam dan hidup sehat, merencanakan masa depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mengatur penggunaan waktu secara efektif, pene-rimaan diri sendiri dan orang lain, menentukan pengambilan keputusan yang tepat serta pen-gembangan sikap dan kebiasaan belajar sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.

Bimbingan Kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesuli-tan pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan pen-dapat Sukardi (2008:67) menyatakan bahwa “lay-anan bimbingan kelompok mampu memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berpen-dapat dan membicarakan berbagai hal yang terja-di terja-di sekitarnya, memiliki pemahaman yang ob-jektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang sedang didiskusikan, menimbulkan sikap yang baik terhadap keadaan diri dan lingkungan, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung dalam rangka membuahkan hasil yang positif ”. Layanan bimbingan kelompok meru-pakan salah satu layanan yang dapat digunakan sebagai intervensi tindakan dalam meningkatkan kematangan karir siswa.

Secara umum layanan bimbingan dan kon-seling untuk jenjang Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pontianak masih didominasi pada layanan informasi dengan setting klasikal. Semen-tara layanan dalam setting perorangan dan kelom-pok dimaknai sebagai layanan yang khusus di berikan kepada siswa yang bermasalah. Layanan bimbingan kelompok lebih cenderung pada laya-nan insidental saja. Oleh karena itu menjadi hal yang wajar apabila mutu layanan bimbingan dan konseling di Kabupaten Pontianak tidak maksi-mal karena di dominasi oleh guru yang sebagi-an besar tidak berlatar belaksebagi-ang S1 bimbingsebagi-an dan konseling, sehingga berpengaruh terhadap efektivitas kinerja guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layananyang sudah di pro-gramkan (MGBK SMA Kabupaten Pontianak, 2012).

Keadaan serupa terjadi di Sekolah Menen-gah Atas Negeri 1 Mempawah yang merupakan salah satu sekolah unggulan yang menjadi tolok ukur kesuksesan siswa di Kabupaten Pontianak. Jumlah guru bimbingan dan konseling tidak pro-porsional, dari 558 siswa hanya ada dua orang guru bimbingan dan konseling, dengan latar be-lakang salah satunya merupakan guru mata

(3)

pe-lajaran yang di tunjuk menjadi guru bimbingan dan konseling. Materi layanan bimbingan dan konseling, khususnya dalam layanan bimbingan kelompok masih belum terfokus pada fungsi pen-gembangan terhadap potensi siswa termasuk di dalamnya adalah kematangan karir siswa. Lay-anan bimbingan kelompok yang sudah di laksa-nakan cenderung monoton dan kurang variatif, tidak mengarah pada pemberian pemahaman untuk menjawab tuntutan kebutuhan untuk me-rencanakan masa depan siswa. Hal ini diungkap-kan oleh guru bimbingan dan konseling SMAN 1 Mempawah selama ini layanan bimbingan ke-lompok sudah berdasarkan tahapan yang baku (tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran) namun setiap tahapannya belum dilakukan secara maksimal sehingga layanan menjadi tidak efektif. Selain itu penyusunan ma-teri layanan bimbingan kelompok belum berdas-arkan need assessment sehingga guru bimbingan dan konseling hanya mengulang materi yang di-gunakan pada materi layanan tahun sebelumnya.

Kondisi tersebut menjadi salah satu pe-nyebab rendahnya kematangan karir siswa yang ditunjukkan dengan (1) rendahnya siswa yang merencanakan karir, (2) rendahnya siswa yang mencari informasi karir, (3) kurangnya penge-tahuan tentang membuat keputusan karir, (4) kurangnya pengetahuan tentang dunia kerja, (5) kurangnya pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai, dan (6) rendahnya

realisasi keputusan karir siswa. Padahal kematan-gan karir merupakan kompetensi inti yang harus dimiliki oleh siswa. Richard (2007:171) menyata-kan “kematangan karir merupamenyata-kan refleksi dari proses perkembangan karir individu untuk me-ningkatkan kapasitas membuat keputusan karir”. Berdasarkan hasil penyebaran skala kema-tangan karir pada siswa kelas XC yang berjum-lah 37 siswa, diperoleh data sebagai berikut: 5 siswa (14.41%) dengan kematangan karir tinggi, 23 siswa (62.16%) dengan kematangan karir se-dang, 6 siswa (15.31%) dengan kematangan karir kurang, dan 3 siswa (8.10%) dengan kematangan karir rendah. Data tersebut sebagian besar siswa kelas XC SMAN 1 Mempawah berada dalam kategori sedang. Padahal SMAN 1 Mempawah merupakan sekolah yang dijadikan tolok ukur ke-suksesan siswa dalam prestasi dan karir. Apabila kondisi ini tidak segera diatasi,maka tidak menu-tup kemungkinan kepercayaan terhadap kualitas lulusan SMAN 1 Mempawah menjadi rendah sehingga animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Mempawah menjadi ber-kurang.

Melihat fenomena yang terjadi diatas

di-butuhkan suatu pengembangan model dalam layanan bimbingan dan konseling, khususnya la-yanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah, dengan basis yang digunakan nilai-nilai

entrepre-neurship yang terdiri dari nilai mandiri, kreatif,

be-rorientasi pada tindakan, kepemimpinan, berani mengambil resiko dan kerja keras. Pengintegrasi-an nilai-nilai entrepreneurship melalui pendidikPengintegrasi-an kewirausahaan dapat diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Dimana kegiatan ekstrakurikuler menekankan pada berkembangnya potensi bakat, minat, serta tumbuhnya kemandirian sedangkan pengemban-gan diri menekankan pada pengembanpengemban-gan karir dan kreativitas (Kemendiknas, 2010: 61).

Nilai-nilai entrepreneurship jika diintegra-sikan ke dalam layanan bimbingan kelompok dimungkinkan mampu mengakomodasi kema-tangan karir, diharapkan siswa mampu merenca-nakan pilihan karir, mengetahui tentang kelom-pok pekerjaan yang disukai dan keterampilan untuk menentukan pilihan karir dan mampu mengeksplorasi karir serta realisasi keputusan ka-rir. Salah satu upaya untuk meningkatkan kema-tangan karir di atas dapat dilakukan melalui in-tervensi layanan bimbingan kelompok. Pendapat ini diperkuat oleh Super (dalam Tapip, 2008:12) yang menyatakan bahwa, “kematangan karir me-rupakan gambaran tingkat kesesuaian individu dengan pilihan karir, sehingga individu mampu mengambil suatu keputusan tentang pilihan ka-rir, dalam artian memilih dari beberapa alternatif yang ada, karena pilihan tersebut membawa kon-sekuensi pada kebahagian hidup”.

Dari hasil data penelitian awal dan hasil kajian teoritis mendorong peneliti untuk mela-kukan pengembangan layanan bimbingan kelom-pok berbasis nilai-nilai entrepreneurship baik dari segi penyusunan materi maupun teknik yang di-gunakan. Melalui layanan bimbingan kelompok yang diberikan diharapkan kematangan karir sis-wa akan menjadi meningkat. Selain itu melalui layanan bimbingan kelompok yang mengintegra-sikan nilai-nilai entrepreneurship dapat digunakan sebagai salah satu intervensi langsung kepada sis-wa sebagai sarana memfasilitasi dan menstimu-lasi siswa untuk mengoptimalkan pemahaman konsep kematangan karir siswa. Dengan mening-katnya kematangan karir siswa, maka peluang setiap siswa untuk sukses menjadi terbuka luas serta pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan daerah.

(4)

Metode

Metode penelitian dan pengembangan (research and development) yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan langkah-langkah Borg dan Gall, dengan penyederhanaan langkah-langkah menjadi enam tahapan (Samsudi, 2009:92) yai-tu: 1) Tahap studi pendahuluan; 2) Perencanaan; 3) Tahap pengembangan model hipotetik; 4) pe-nelaahan model hipotetik, 5) uji lapangan, 6) uji akhir produk.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mempawah pada das-arnya sudah melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Namun didalam pelaksanaannya guru bimbingan dan konseling hanya melaksana-kan layanan bimbingan kelompok antara 2 sam-pai 4 kali dengan alokasi waktu yang di sediakan sangat terbatas. Guru bimbingan dan konseling (sebagai pemimpin kelompok) lebih aktif, lebih banyak memberikan intervensi yang bersifat me-Tabel 1.Tahapan penelitian Model Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai-Nilai Entrepreneurship

No Tahap Penelitian Tahap-Tahapan 1. Persiapan

Pengem-bangan Model Bimbingan Kelom-pok Berbasis Nilai-Nilai Entrepreneur-ship

Studi

Pendahu-luan 1. Mendeskripsikan temuan tentang kebutuhan aktual siswa SMA N 1 Mempawah dalam meningkatkan kematangan karir siswa. 2. Mendeskripsikan temuan tentang kondisi

objektif pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Mempawah.

3. Mendiskripsikan temuan tentang implemen-tasi aktual layanan bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan di SMA N 1 Mempawah. Kajian Teori 1. Mengkaji konsep teori layanan bimbingan

kelompok, nilai-nilai entrepreneurship dan kematangan karir.

2. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model layanan bimb-ingan kelompok berbasis nilai-nilai

entrepre-neurship untuk meningkatkan kematangan

karir siswa.

3. Mengkaji ketentuan formal pelaksanaan lay-anan bimbingan kelompok di SMA.

2. Merancang Model

Hipotetik Bimbin-gan Kelompok Ber-basis Nilai-Nilai

En-trepreneurship

Merancang Mod-el Hipotetik

Merancang model hipotetik bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk mening-katkan kematangan karir siswa yang dikembang-kan berdasardikembang-kan kajian teoritik, kondisi obyektif di SMA N 1 Mempawah, hasil kajian terdahulu yang relevan, dan ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok di SMA.

Analisis kesen-jangan

Analisis kesenjangan antara model hipotetik bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai

entrepre-neurship dengan kondisi aktual dilapangan.

Deskripsi kerang-ka kerja

Mendeskripsikan kerangka kerja kolaboratif dengan guru bimbingan dan konseling di SMA N 1 Mempawah.

(5)

3. Uji Kelayakan Mod-el Hipotetik Bimb-ingan Kelompok Berbasis Nilai-Nilai

E n t r e p r e n e u r s h i p

(Validasi Ahli dan Praktisi)

Uji Kelayakan oleh pakar bimbingan dan konseling

Uji kelayakan melalui 2 orang pakar bimbingan dan konseling, dengan aspek model hipotetik yang dinilai meliputi: rasional; tujuan; asumsi; target intervensi; konselor dan kompetensi pendu-kungnya; anggota kelompok; materi, perlakuan, dan teknik; tahapan pelaksanaan; sarana; evalu-asi dan indikator keberhevalu-asilan.

Uji Kelayakan oleh praktisi bimbingan dan konseling

Uji kelayakan model oleh 5 orang praktisi bimb-ingan dan konseling. Dengan aspek yang dinilai meliputi: kelayakan komponen model; kontribusi model terhadap pencapaian tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah; kemudahan model untuk dipahami; peluang keterlaksanaan model; kompetensi konselor untuk melaksanakan model; kesesuaian model dengan karakteristik anggota kelompok.

Deskripsi Mendeskripsikan hasil dari berbagai masukan dan saran untuk memperbaiki model hipotetik. 4. Perbaikan Model

Hipotetik (Teruji I)

Evaluasi Model

dan Perbaikan 1. Mengevaluasi hasil uji kelayakan model hipo-tetik 2. Memperbaiki model hipotetik secara

kolabo-ratif P e n y u s u n a n n

Model

Tersusun model hipotetik bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk menin-gkatkan kematangan karir siswa di SMA N 1 Mempawah (Model teruji I).

5. Uji Lapangan (Uji Empirik) Model Hi-potetik

Penyusunan dan pelaksanaan uji lapangan

1. Menyusun rencana kegiatan uji lapangan 2. Melaksanakan uji lapangan

Deskripsi uji la-pangan

Mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji lapangan

6. Merancang Model “Akhir” Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai-Nilai Entrepre-neurship Evaluasi Hasil Uji Lapangan

Mengevaluasi hasil uji lapangan model bimbin-gan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship (Teruji I).

Perbaikan Model Memperbaiki model bimbingan kelompok berba-sis nilai-nilai entrepreneurship secara kolaboratif. Lanjutan tabel 1.

merintah dari pada pemberian rangsangan untuk menumbuhkan inisiatif pada diri siswa, dan se-ringkali menjadi penentu dalam memutuskan ha-sil dari layanan yang diberikan.

Hal ini bearti bahwa layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan tidak terfokus pada siswa sebagai anggota kelompok karena peran

siswa dalam setiap tahapan cenderung terabai-kan. Oleh karena itu bisa dikatakan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMA N 1 Mem-pawah belum mengintegrasikan nilai-nilai

entrep-reneurship pada siswa sebagai anggota kelompok

secara optimal.

(6)

awal dengan pengembangan bimbingan kelom-pok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk me-ningkatkan kematangan karir siswa, dapat dilihat pada tabel 2.

Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif peningkatan kematangan karir siswa bisa dilihat

Tabel 2. Perbandingan Desain Model Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai-Nilai

Entrepre-neurship dengan Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Mempawah

Aspek Layanan Bimbingan Kelompok di SMA N

1 Mempawah

Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Kematangan Karir Siswa

Rasional Layanan bimbingan

kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam suasana kelompok, guru bimb-ingan dan konseling atau konselor disebut sebagai pemimpin ke-lompok, adapun lay-anan yang diberikan kebiasaannya masih bersifat insidental.

Layanan bimbingan kelompok yang diberikan kepada siswa dalam sua-sana kelompok yang mengintegrasi-kan nilai-nilai entrepreneurship (nilai kemandirian, kreativitas, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan dan kerja keras). Sehingga nantinya siswa memiliki kematangan karir dalam menghadapi kehidupan masa depan yang lebih baik.

Tujuan Masalah yang

ditan-gani terkait dengan pelanggaran tata tertib sekolah, (mencontek, membolos, perkela-hian, tidak membayar uang sekolah dan tidak rapi dalam ber-pakaian dsb.

Membantu siswa memiliki pema-haman tentang kematangan karir (perencanaan karir, eksplorasi karir,

pengetahuan tentang membuat keputu-san karir, pengetahuan tentang dunia kerja, pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai, realisasi keputusan karir) melalui proses

lay-anan bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Konselor

a. K u a l i f i k a s i

Pendidikan

b. Peran

Guru bimbingan dan konseling yang tidak semuanya berlatar belakang pendidikan S1 BK

Sebagai pemberi nasi-hat dan evaluator

Guru bimbingan dan konseling ber-latar belakang pendidikan S1 BK

Sebagai perencana, model motivator, fasilitator, dan evaluator.

dari perbandingan nilai evaluasi awal dan evalu-asi akhir yang diperoleh mevalu-asing-mevalu-asing anggota kelompok. Berikut rincian perolehan skor eva-luasi awal dan evaeva-luasi akhir anggota kelompok pada semua indikator

(7)

Anggota Kelom-pok a. Sifat kelom-pok b. Jumlah c. Peran Bersifat homogen, didominasi oleh siswa yang melanggar tata tertib sekolah, ma-salah yang terjadi bersifat insidental. Jumlah anggota kelompok tidak ter-lalu diperhatikan dan sering sekali lebih dari 10 siswa.

Menjadi pendengar yang baik, tetapi pasif dalam menyampaikan pendapat.

Bersifat heterogen sesuai dengan tingkat kematangan karirnya, berlaku untuk semua siswa yang bermasalah.

Jumlah anggota kelompok dibatasi hanya 10 siswa dengan rincian: 2 siswa dengan kematangan karir tinggi, 2 siswa dengan kematangan karir sedang, 3 siswa dengan ke-matangan karir kurang dan 3 siswa dengan kematangan karir rendah. Menjadi pendengar yang aktif dan aktif juga dalam menyampaikan pendapat.

Materi, per-lakuan dan teknik

Materi bahasan meru-pakan topik tugas dengan membahas permasalahan aktual yang dialami anggota kelompok, tidak mem-punyai metode khusus untuk menumbuhkan anggota kelompok, serta teknik yang digunakan hanya satu arah.

a. Materi yang dibahas disusun secara sistematis, merupakan topik tugas yaitu topik kematangan karir (perencanaan karir,

eksplorasi karir, pengetahuan tentang membuat keputusan karir, pengetahuan tentang dunia kerja, pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai, realisme keputusan karir).

b. Perlakuan disesuaikan dengan materi ba-hasan (permainan, simulasi/praktik). c. Teknik yang digunakan multi arah,

do-rongan minimal dan diskusi analisis.

Tahapan pelaksa-naan Melalui 4 tahapan, yakni pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran. Dengan masing-masing tahapan tidak semuanya dilak-sanakan.

Melalui 4 tahapan, yakni pembentu-kan, peralihan, kegiatan dan pen-gakhiran. Masing-masing tahapan mengintegrasikan nilai-nilai

entrepre-neurship. Lanjutan tabel 2.

(8)

Evaluasi Evaluasi yang dilak-sanakan lebih cend-erung hanya terfokus pada evaluasi hasil dan proses namun be-lum dilakukan secara menyeluruh.

Evaluasi yang dilaksanakan ter-fokus pada evaluasi hasil dan proses dan dilakukan secara menyeluruh. Evaluasi hasil dilaksanakan melalui layanan segera, jangka pendek, dan jangka panjang. Sedangkan evaluasi prosesnya untuk melihat keefektifan layanan bimbingan kelompok.

Lanjutan tabel 2. Anggota Kelompok Frekuensi % Eval. Awal Kategori Eval. Akhir Kategori Peningkatan SN F % 241 86.07 T 255 91,07 T 14 5 AN F % 236 84.28 T 250 89,28 T 14 5 AWI F % 184 65.71 S 240 85,71 T 56 20 SMR F % 190 67.85 S 236 84,28 T 46 16,42 ESH F % 140 50 K 219 78,21 S 79 28,21 MSB F % 147 52.2 K 208 74,28 S 61 21,78 KP F % 156 55.71 K 200 71,42 S 44 15,71 MSI F % 109 38.92 R 193 68,92 S 84 30 IA F % 102 36.42 R 184 65,71 S 82 29,28 NAP F % 106 37.85 R 192 68,57 S 86 30,71 Rata-rata 160,2 S 217,7 S 56,6

(9)

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ter-dapat peningkatan skor rata-rata evaluasi awal 160,2 poin dan skor evaluasi akhir 217,7 poin atau meningkat sebesar 56,6 poin sama dengan 20,21%. Hal ini menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai

entrep-reneurship yang di kembangkan terbukti efektif

meningkatkan kematangan karir siswa. Saran: model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai

entrepreneurship dapat digunakan sebagai solusi

memecahkan permasalahan yang berkaitan den-gan kematanden-gan karir siswa.

Daftar Pustaka

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan

Kewi-rausahaan. Jakarta: Puskur Balitbang

Marsudi. S. dkk. 2010. Layanan Bimbingan dan

Konsel-ing di Sekolah. Surakarta: Muhammadiyah

Uni-versity Press

Nurihsan. A.J. 2011. Bimbingan dan Konseling: dalam

Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika

Aditama

Richard, Goerge, et.al. 2007. Career Maturity of

Stu-dents in Accelerated Versus Tradisional Programs.

The Career Development Quarterly Vol.56 Iss. 2 December 2007. p. 171. (diunduh September, 2013)

Sukardi, D.K. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program

Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta

Samsudi. 2009. Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Tapip. 2008. Program Bimbingan dan Konseling Ke-cakapan Hidup untuk Mengembangkan Kema-tangan Karir Siswa Sekolah Menengah Keju-ruan. Tesis. Bandung. Program Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI

Wibowo, A. 2011. Pendidikan Kewirausahaan: Konsep

dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gambar 1. Grafik Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Kematangan Karir Siswa 241 236 184 190 140 147 156 109 102 106 255 250 240 236 219 208 200 193 184 192 0 100 200 300

SN AN AWI SMR ESH MSB KP MSI IA NAP

Gambar

Tabel 2. Perbandingan Desain Model Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai-Nilai Entrepre- Entrepre-neurship dengan Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Mempawah
Tabel 3. Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Kematangan Karir Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan dunia teknologi kian hari semakin pesat sejak dimulainya era android sebagai platfom produk mobile.Perkembangan aplikasi mobile pun berkembang untuk

Sebagai Negara yang memiliki hutan hujan tropis yang sangat luas penelitian mengenai keanekaragaman, karakteristik populasi maupun pola distribusi Jamur kelas Basidiomycetes

Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut antara lain: kurangnya motivasi siswa pada

dalam website ini terdapat pemborosan yaitu ada banyak berita yang sama pada satu halaman website dan website inipun tidak konsisten dalam menggunakan

Planning: tahap pertama yaitu tahapan rencana, dalam tahap ini peneliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi peserta didik kemudian mencoba memikirkan strategi

1) Data yang dimaksud dalam penelitian ini berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Banjarmasin. 2)Penggunaan

Keuntungan bioteknologi di bidang peternakan secara umum diantaranya yaitu menghasilkan ternak dengan kualitas yang unggul, dengan teknik inseminasi buatan, dapat dihasilkan

Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Profesional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar