• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan tentang orang lain. Dalam hal ini orang yang berasa dari etnis yang berbeda. Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa pengetahuan merupakan bagian yang penting dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang baik tentang lawan bicara membuat seseorang lebih sadar tentang apa saja yang dibutuhkan agar dapat berkomunikasi dengan efektif.

Efektif atau tidaknya percakapan yang dilakukan oleh seseorang, tidak lepas dari pengetahuannya tentang lawan bicara. Dimulai dari pengetahuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicara. Berbagai informasi mengenai lawan bicara dapat diperoleh dengan cara pasif melalui membaca buku dan internet, sedangkan cara aktif dapat dilakukan dengan cara mengamati bagaimana orang lain berkomunikasi atau dengan berinteraksi langsung dengan orang tersebut. Kemampuan lain yang diperlukan adalah pengetahuan tentang perbedaan etnis antara orang Arab dan orang Sunda. Hal ini diperlukan agar komunikator atau komunikan tidak merasa canggung atau terganggu dengan perbedaan etnis yang ada. Perbedaan yang diidentifikasi adalah perbedaan gaya bicara dan jarak interpersonal. Kemampuan lainnya yaitu pengetahuan tentang persamaan individu seperti warna kulit dan postur badan serta pengetahuan untuk membuat interpretasi alternatif terhadap perilaku lawan bicara.

Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel yang akan diuji hubungan kausalnya. Deskripsi variabel faktor pengetahuan dan perilaku tersinggung serta canggung bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peilaku pasangan teman pada lokasi penelitian. Setelah setiap variabel yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antara faktor pengetahuan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam

(2)

mengenai hubungan antara faktor pengetahuan dengan perilaku tersinggung maupun canggung ketika berinteraksi.

6.1 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Secara umum pengetahuan ketika berinteraksi yang dimiliki oleh orang Arab dan orang Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 11). Hal ini menunjukkan, baik individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki pengetahuan yang tinggi ketika berinteraksi. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicaranya, mengetahui perbedaan antara dirinya dengan orang lain, mengetahui ciri-ciri fisik yang membuat mereka sama, dan memiliki interpretasi alternatif tentang perilaku lawan bicara.

Tabel 11. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Rendah 6 20,0

Sedang 8 26,7

Tinggi 16 53,3

Total 30 100,0

Sebesar 66,7 persen pasangan orang Arab dan Sunda memiliki perilaku tersinggung yang rendah (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tersinggung antara individu dari etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi dapat dihindari. Dua individu yang sedang berkomunikasi secara umum mampu menghindari topik yang bisa menimbulkan perasaan tersinggung dan mampu menjaga perasaan lawan bicaranya agar tidak tersinggung terhadap isi pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan.

Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis

Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.),

jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.

(3)

Tabel 12. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Tersinggung

Tingkat Perilaku Tersinggung

Tingkat Pengetahuan (%)

Rendah Sedang Tinggi

Rendah 0,0 50,0 100,0

Sedang 0,0 37,5 0,0

Tinggi 100,0 12,5 0,0

Total (%) 100,0 100,0 100,0

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang tinggi. Sebesar 37,5 persen memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku tersinggung yang sedang. Untuk tingkat pengetahuan yang tinggi, sebesar 100 persen pasangan memiliki tingkat perilaku tersinggung yang rendah. Persentase hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku tersinggung menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku tersinggung ketika berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tentang lawan bicara membuat dua orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi mampu menghindarkan lawan bicaranya merasa tersinggung terhadap tingkah laku ataupun topik yang sedang dibicarakan. Topik yang dapat menimbulkan perilaku tersinggung adalah topik yang menyangkut ciri fisik seseorang baik dari etnis Arab maupun Sunda.

Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku tersinggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung dari etnis Arab maupun etnis Sunda ketika berinteraksi.

Hubungan yang signifikan dapat terjadi karena orang Arab dan Sunda sama-sama memiliki pengetahuan yang baik tentang lawan bicaranya.

(4)

Pengetahuan yang dimiliki juga dimanfaatkan dengan baik ketika berinteraksi sehingga dua individu tidak merasa tersinggung satu sama lain. Kemampuan pertama yang dimiliki adalah pengetahuan untuk mengumpulkan atau mendapatkan informasi. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda memiliki pengetahuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicaranya. Kedua etnis memiliki pengetahuan yang baik tentang cara berkomunikasi lawan bicaranya dengan cara memperhatikan dan berinteraksi langsung. Dengan cara tersebut, individu dari etnis Arab maupun Sunda dapat mengenali gaya bicara dari lawan bicaranya, orang Arab dengan nada bicaranya yang keras dan tegas, sedangkan orang Sunda dengan nada yang halus. Hal ini dapat menghindarkan kedua individu dari perasaan tersinggung yang membuat proses interaksi menjadi tidak efektif. Kemampuan mengenali cara-cara berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Arab maupun Sunda, bisa dikatakan sudah sangat baik. Hal ini dikarenakan orang Arab dan Sunda menganggap bahwa cara berkomunikasi mereka tidak jauh berbeda. Orang Arab terbiasa berbicara dengan bahasa Sunda dan nada bicaranya tidak tinggi.

Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis juga memiliki peranan penting dalam menghindari perasaan tersinggung ketika berinteraksi. Perbedaan yang diidentifikasi adalah perbedaan kebiasaan dalam berbicara, yaitu gerakan tangan dan kepala yang mengikuti penjelasan akan suatu hal dan perbedaan jarak ketika berinteraksi (jarak interpersonal). Menurut Feghali (1997), jarak interpersonal yang membuat orang Arab merasa nyaman ketika berinteraksi adalah sekitar dua kaki atau sekitar setengah meter. Ternyata orang Sunda juga memiliki jarak interpersonal yang sama dengan orang Arab, sehingga ketika berinteraksi mereka tidak mengalami kendala akan hal tersebut. Orang Arab juga dikenal ekspresif ketika berbicara sehingga mereka senang menambahkan gerakan tangan untuk menjelaskan maksud ucapannya.

Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis yang dimiliki oleh orang Arab dan Sunda hanya Sebesar 43,3 persen. Kategori ini memiliki nilai paling rendah dibanding kategori lainnya. Hal ini dapat terjadi karena kedua etnis memandang bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan etnis lainnya. Selain jarak interpersonal yang sama, orang Arab juga sudah merasa seperti orang Sunda. Mereka

(5)

dibesarkan di lingkungan Sunda dengan segala bentuk kebiasaannya dalam berkomunikasi. Bagi orang Sunda, kebiasaan berkomunikasi orang Arab sudah seperti mereka, mayoritas nadanya tidak keras dan tegas. Orang Arab pun memandang cara berkomunikasinya tidak lebih ekspresif dibanding orang Sunda dengan tidak banyak menggerakkan tangan ketika berinteraksi. Hal ini membuat orang Arab dan Sunda dapat terhindar dari perasaan tersinggung ketika berinteraksi.

Salah satu hal yang dapat membuat seseorang nyaman ketika berinteraksi adalah adanya persamaan individu, dalam hal ini persamaan ciri fisik antara orang Arab dan orang Sunda. Persamaan ini membawa efek menenangkan bagi dua orang yang sedang berinteraksi. Persamaan ciri fisik antara orang Arab dan orang Sunda meliputi warna kulit dan postur badan. Sebesar 67,7 persen orang Arab dan Sunda dapat mengetahui persamaan ciri fisik di antara mereka. Pengetahuan yang baik tentang persamaan ciri fisik dapat menghilangkan perilaku tersinggung karena pengetahuan tersebut membuat dua orang yang sedang berinteraksi merasa nyaman sehingga perasaan tersinggung tidak akan muncul. Perilaku tersinggung dapat muncul ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang lawan bicaranya sehingga muncul perasaan tidak nyaman. Orang Sunda yang memiliki postur pendek dan kulitnya cokelat, bisa merasa tersinggung jika lawan bicaranya memiliki postur badan tinggi besar dan kulitnya putih, karena merasa dirinya menjadi lebih kecil dan posisinya dalam interaksi menjadi tidak sejajar. Orang Arab dan Sunda juga memiliki kemampuan untuk memberikan interpretasi alternatif atas perilaku lawan bicaranya. Hal ini menjadi penting untuk menghindari perasaan tersinggung yang mungkin muncul. Interpretasi alternatif yang dibahas adalah jarak interpersonal. Ketika dua orang berinteraksi pada jarak setengah meter, maka interpretasi yang mungkin muncul adalah jarak tersebut telah melanggar jarak interpersonal, lawan bicara adalah orang yang agresif, atau lawan bicara suka/tertarik. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda menginterpretasikan hal tersebut ke arah yang positif sebagai ketertarikan lawan bicara terhadap dirinya. Pada suatu kesempatan interaksi, orang Sunda menganggap lawan bicaranya agresif karena dia terlalu dekat ketika berinteraksi, padahal maksud orang Arab tersebut bukan berniat agresif atau semacamnya,

(6)

tentu hal ini akan membuat orang Arab merasa tersinggung karena maksudnya telah disalahartikan oleh orang Sunda.

6.2 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung Ukuran efektif atau tidaknya proses komunikasi yang dilakukan oleh individu dari etnis Arab dan etnis Sunda, selain dari perilaku tidak tersinggung juga diukur dari perilaku tidak canggung yang dimiliki oleh kedua etnis. Perilaku tidak canggung meliputi kemampuan untuk menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat dengan orang lain tanpa perasaan malu, ragu-ragu, ataupun takut.

Tabel 11 menunjukkan bahwa pengetahuan berkomunikasi yang dimiliki oleh etnis Arab dan etnis Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan untuk persentase perilaku canggung, sebesar 56,7 persen etnis Arab dan Sunda memiliki perilaku canggung yang rendah (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa rasa canggung antara individu dari etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi dapat diatasi dengan baik. Dua individu yang sedang berkomunikasi dapat menghilangkan perasaan tidak berani, malu, ataupun ragu-ragu untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Mereka sudah terbiasa untuk saling menyapa, inisiatif untuk memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat.

Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis

Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.),

jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.

Tabel 13. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Canggung

Tingkat Perilaku Canggung

Tingkat Pengetahuan (%)

Rendah Sedang Tinggi

Rendah 0,0 12,5 100,0

Sedang 16,7 87,5 0,0

(7)

Total (%) 100,0 100,0 100,0

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 83,3 persen pasangan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah memiliki tingkat perilaku canggung yang tinggi. Sebesar 87,5 persen pasangan memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku canggung yang sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 100 persen pasangan yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki tingkat perilaku canggung yang rendah. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku canggung yang ditunjukkan ketika berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tentang lawan bicara mendorong dua orang yang sedang berinteraksi dapat mengurangi dan menghilangkan perasaan canggung. Mereka dapat dengan leluasa menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Perasaan ragu-ragu, tidak berani, maupun malu dapat dikendalikan dengan baik oleh keduanya.

Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi untuk hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku canggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku canggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi.

Perilaku canggung yang rendah didukung oleh pengetahuan yang baik dari etnis Arab dan Sunda tentang lawan bicaranya. Pengetahuan mengumpulkan atau mendapatkan informasi tentang lawan bicara merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengatasi perasaan canggung. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda dapat mengumpulkan informasi tentang gaya berkomunikasi dari lawan bicaranya, yaitu nada bicara. Individu yang dapat mengumpulkan informasi yang banyak tentang gaya berbicara lawan bicaranya akan memiliki perilaku canggung yang rendah. Ketika orang Arab atau Sunda mengenali gaya berbicara orang lain dan mampu memahaminya, maka mereka dapat berinteraksi dengan nyaman tanpa terganggu dengan perbedaan cara berkomunikasi yang terjadi. Orang Arab dan

(8)

Sunda dapat mengenali dan memahami cara berkomunikasi masing-masing etnis. Orang Arab cenderung berbicara dengan nada yang keras dan tegas, sedangkan orang Sunda lebih tenang dan halus. Pemahaman akan gaya berkomunikasi dari etnis lain membuat mereka tidak ragu-ragu untuk bertegur sapa bahkan saling bertukar pendapat.

Etnis Arab dan Sunda mengetahui perbedaan etnis di antara mereka, namun hanya sebesar 43,3 persen. Kondisi ini disebabkan karena perbedaan etnis seperti jarak interpersonal dan gerakan tangan untuk menjelaskan maksud ucapan sudah tidak mencolok. Orang Arab dan Sunda secara umum tidak lagi menunjukkan perbedaan tersebut ketika berkomunikasi. Jarak interpersonal mereka sama dan orang Arab tidak terlalu ekspresif ketika berinteraksi dengan banyak menggerakkan tangan untuk menjelaskan maksud ucapannya. Pengetahuan yang rendah tentang perbedaan etnis tidak membuat orang Arab dan Sunda merasa canggung ketika berinteraksi. Orang Arab memandang dirinya tidak jauh berbeda dengan orang Sunda dalam hal cara berkomunikasi, hal inilah yang membuat mereka tidak merasa malu atau ragu-ragu untuk memulai pembicaraan, bertegur sapa, dan bertukar pendapat.

Kerukunan bertetangga antara orang Arab dan Sunda didukung pula oleh sikap mereka dalam memahami persamaan yang ada. Sebesar 76,7 persen orang Arab dan Sunda sudah merasa tidak ada perbedaan di antara mereka. Orang Arab yang sekarang tinggal di Empang merupakan generasi yang lahir dan dibesarkan di Empang. Walaupun secara sekilas fisik mereka berbeda, yang dapat diidentifikasi dari bentuk hidung dan mata, orang Arab lebih senang menyebut dirinya sebagai orang Sunda. Hal ini dikarenakan kakek dan nenek mereka juga sudah melakukan perkawinan campuran dengan orang Sunda. Persamaan individu yang dipahami oleh orang Arab dan Sunda ini, membuat rasa canggung dapat dihindari. Orang Arab merasa sama seperti orang Sunda dalam hal warna kulit dan postur badan, begitupun sebaliknya.

Kemampuan interpretasi alternatif juga membuat perilaku canggung dapat dihindari. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi, mampu menginterpretasikan dengan tepat apa yang dilakukan oleh lawan bicaranya. Salah dalam mengartikan tingkah laku lawan bicara, dapat membuat

(9)

salah satu orang yang sedang berinteraksi merasa canggung sehingga proses interaksi tidak akan efektif. Perilaku canggung membuat interaksi menjadi kaku sehingga pertukaran informasi tidak berjalan. Pada kasus ini, orang Arab maupun orang Sunda mampu membuat interpretasi yang tepat tentang jarak interpersonal ketika berkomunikasi. Jarak interpersonal sejauh setengah meter diinterpretasikan sebagai ketertarikan terhadap lawan bicara, bukan sebagai sikap agresif atau pelanggaran atas jarak interpersonal karena terlalu dekat ketika berinteraksi. Interpretasi yang tepat membuat orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi merasa nyaman, sehingga perasaan tidak berani, malu, ataupun ragu untuk bertukar pendapat dapat dihindari.

Gambar

Tabel 11. Persentase Pasangan Teman menurut  Tingkat Pengetahuan   Tingkat
Tabel 12.  Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat  Perilaku Tersinggung
Tabel  13  menunjukkan  bahwa  sebesar  83,3  persen  pasangan  yang  memiliki  tingkat  pengetahuan  rendah  memiliki  tingkat  perilaku  canggung  yang  tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Guru kelas 3 yang mengajarkan materi sifat-sifat bangun datar atau materi yang lain, diharapkan menerapkan pembelajaran dengan metode demonstrasi 84.. untuk membantu siswa

Hal ini disebabkan kurang tersedianya sumber-sumber kekuatan eksternal seperti dukungan yang diberikan oleh orang yang berada di dalam rumah ataupun di luar rumah

Untuk mengetahui perilaku hama, dilakukan dengan cara mengambil sampel hama yang ditemukan pada lahan penelitian, kemudian masukan ke dalam gelas plastik, setelah itu

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 2 Wungu. Adapun waktu penelitian ini mulai dari penyusunan proposal hingga pembuatan laporan penelitian dimulai dari Maret

(3) Bilamana Rapat Pleno memutuskan untuk mengusulkan penggantian Anggota KPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka KPI menyampaikan surat pemberitahuan kepada

Mengetahui potensi ekstrak daun binahong ( Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan jumlah neutrofil pada jaringan luka tikus wistar yang diinfeksi

Demikian surat permintaan ini diisi/ dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata keterangan-keterangan tersebut tidak benar, kami bertanggung jawab sepenuhnya atas

Muhanna berkata, “Aku bertanya kepada Ahmad tentang hadits Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi berbekam dan beliau sedang puasa dan ihram.” Beliau menjawab: “Tidak