• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAAN STATUS KEBERLANJUTAN KOTA BATU SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAAN STATUS KEBERLANJUTAN KOTA BATU SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERLANJUTAN KOTA BATU SEBAGAI

KAWASAN AGROPOLITAN

Ami Rahayu, Azis Nur Bambang, dan Gagoek Hardiman

Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang

Jl. Imam Barjo SH. No. 5, Semarang 50241, Telp. 024-8453635

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi peningkatan status keberlan-jutan Kota Batu sebagai kawasan Agropolitan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan melakukan penilaian indeks status keberlanjutan ditinjau dari empat dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan infrastruktur. Analisa atribut yang paling ber-pengaruh dan penentuan strategi kebijakan menggunakan analisis hierarki proses (AHP). Hasil analisis indeks keberlanjutan menunjukkan Kota Batu sebagai kawasan agropoli-tan ditinjau dari dimensi ekologi kurang berkelanjuagropoli-tan; dimensi ekonomi cukup berkelan-jutan, dimensi sosial kurang berkelanjutan dan dimensi infrastuktur kurang berkelanju-tan. Berdasarkan hasil analisa AHP perlu dilakukan perbaikan dari dimensi ekologi lebih utama dengan menerapkan sistem pertanian organik sebagai dasar dalam peningkatan pengembangan kawasan agropolitan.

Kata kunci : Keberlanjutan, agropolitan, strategi.

Pendahuluan

Pengembangan kawasan agro-politan di Kota Batu terdapat pada beber-apa kawasan pertanian yang kondisi isik, sosial budaya dan ekonomi cenderung kuat mengarah ke kegiatan pertanian. Ke-beradaan gunung, hutan, dan pertanian yang mendominasi keruangan Kota Batu, sangat sesuai untuk pengembangan wisata alam terkait dengan potensi yang ada di gu-nung, hutan, dan pertanian tersebut, misal-nya pemandangan alam, air terjun, sumber air panas, agro wisata, wisata petualangan seperti pendakian, paralayang, gantole, panjat tebing dan lain sebagainya. Peman-faatan pekarangan rumah penduduk yang sebagian besar digunakan untuk tanaman bunga, apel, apotik hidup, dan komoditas

sayuran lainnya juga menjadi daya tarik tersendiri dari segi wisata dan lingkungan hidup di samping nilai ekonomis.

Seiring dengan pertumbuhan dan peruba-han status Batu menjadi “Kota”, memba-wa dampak perubahan tersendiri terhadap wajah Kota Batu. Pengembangan daerah, pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung sarana dan prasarana umum menjadi tuntutan yang harus dihadapi dan dijawab oleh pemerintah guna mening-katkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu sebagai salah satu ikon pariwisata di provinsi Jawa Timur, Kota Batu juga mu-lai berbenah, mempercantik diri dan me-nambah pembangunan kawasan – kawasan pariwisata buatan guna menarik wisatawan dari luar daerah.

Kota Batu merupakan pening-katan kota administratif dari Kabupaten Email : a_mee_q@yahoo.com

(2)

Malang, berdasarkan Undang – Undang No. 11 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Batu. Kota Batu terdiri atas 3 keca-matan yaitu Kecakeca-matan Batu, Kecakeca-matan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo. Ber-dasarkan Peraturan Daerah Kota Batu No. 7 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030, Kota Batu ditetapkan berdasarkan fungsi wilayahnya terbagi atas 3 BWK (Bagian Wilayah Kota), yaitu BWK I sebagai wilayah utama pengembangan pusat pe-merintahan kota, pengembangan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa modern, ka-wasan pengembangan kegiatan pariwisata dan jasa penunjang akomodasi wisata serta kawasan pendidikan menengah dengan cakupan wilayah meliputi Kecamatan Batu dengan pusat pelayanan berada di Desa Pe-sanggrahan; BWK II sebagai wilayah uta-ma pengembangan permukiuta-man kota dan dilengkapi dengan pusat pelayanan kes-ehatan skala kota dan regional, kawasan pendidikan tinggi dan kawasan pendukung perkantoran pemerintahan dan swasta den-gan cakupan wilayah meliputi Kecamatan Junrejo dengan pusat pelayanan di Desa Junrejo; dan BWK III sebagai wilayah uta-ma pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan kawasan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata den-gan cakupan wilayah meliputi Kecamatan Bumiaji dengan pusat pelayanan di Desa Punten.

Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 24 tentang Pe-nataan Ruang, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan se-bagai sistem produksi pertanian dan pen-gelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fung-sional dan hirakhi keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.

Pembangunan kawasan agropoli-tan bertujuan untuk membendung urban-isasi dari daerah perdesaan ke perkotaan.

Penetapan Kecamatan Bumiaji sebagai pengembangan kawasan agropolitan ber-dasarkan pada luas wilayah kecamatan Bu-miaji sebesar 12.798,42 Ha atau 64% dari total luas Kota Batu (yaitu 19.908,72 Ha). Selain itu terdapat lahan pengembangan berbagai sektor meliputi sektor perkebu-nan, pertanian, perikaperkebu-nan, peternakan dan lain sebagainya, memiliki komoditas ung-gulan serta sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian utama di sektor per-tanian. Menjadi suatu dilema bagi pemer-intah dimana sektor perdagangan dan jasa mampu menyumbang PDRB secara sig-niikan dibandingkan komoditas pertanian, sehingga pembangunan biasanya lebih di-tujukan untuk pembangunan sektor- sek-tor penunjang pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan studi keberlanjutan pengemban-gan kawasan agropolitan di Kecamatan Bumiaji mengingat daerah pengembangan kawasan juga merupakan kawasan pengem-bangan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata, yang diketahui secara pasti bahwa kegiatan pariwisata memberi-kan dampak yang relatif cukup besar dan disisi lain juga menunjang pemasaran dari produk pertanian di Kota Batu.

Dalam pembangunan berkelanjutan mini-mal ada tiga matra yang harus dipenuhi, yaitu :

Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, dengan mengelola lingkungan dan sumberdaya alam secara efektif dan eisien dengan yang berkeadilan perim-bangan modal masyarakat, pemerintah dan dunia usaha;

Keberlanjutan sosial budaya, dengan pem-bentukan nila – nilai sosial budaya baru serta peranan pembangunan yang berkelan-jutan terhadap iklim politik dan stabilitas-nya;

Keberlanjutan kehidupan lingkun-gan (ekologi) manusia dan segala eksis-tensinya untuk keselarasan antara lingkun-gan alam dan lingkunlingkun-gan buatan (Suweda, 2011).

(3)

Penilaian keberlanjutan berdasar-kan pada empat dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial dan infrastruktur. Pada dasarnya infrastruktur mendukung sistem sosial ekonomi, hal ini dipresentasikan oleh Grigg (1988), dalam hubungan antara infrastruktur dengan system sosioekonomi dan lingkungan.

Dari diagram diatas direpresentasikan bahwa infrastruktur merupakan fondasi dasar kegiatan sosial ekonomi, infrastruk-tur mendukung sistem sosial dan ekonomi yang kompleks. Sistem ekonomi dan so-sial mempunyai ketergantungan pada in-frastruktur sehingga keberadaan infrastruk-tur yang memadai mempunyai peran pula dalam mendukung keberlanjutan pemban-gunan.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis status keberlanjutan Kota Batu sebagai kawasan agropolitan serta atribut - atribut yang sensitif dari dimensi keberlanjutan (dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan infrastruktur) serta menyusun strategi dalam pengembangan kawasan ag-ropolitan berkelanjutan.

Metode Penelitian

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung, responden dipilih secara sengaja (purposive) yaitu para to-koh masyarakat dan gapoktan sebanyak 11 orang, aparat pemerintah yang terdiri dari aparat desa sebanyak 9 orang dan petugas penyuluh pertanian sebanyak 9 orang,

sistem ekonomi sistem sosial

lingkungan

sarana prasarana (infrastruktur)

Gambar 1. Hubungan Antara Infrastruktur Dengan Sistem Sosioekonomi Dan Lingkungan

Sumber : Grigg, 1998

dan 1 orang petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT) yang ber-tugas di Kecamatan Bumiaji. Responden penyusunan strategi yaitu para pengambil kebijakan dari Dinas Pertanian dan Kehu-tanan Kota Batu, Badan Perencanaan Pem-bangunan Kota Batu, akademisi, pengu-saha dan LSM Kota Batu. Data sekunder,

diperoleh dari kantor-kantor pemerintah, instansi maupun dinas-dinas terkait. Pe-nilaian status keberlanjutan Kota Batu sebagai kawasan agropolitan mengguna-kan software rapish dengan teknik Multi Dimensional Scalling (MDS) yang mem-punyai berbagai keunggulan, diantaranya sederhana, mudah dinilai, cepat dan biaya yang diperlukan relatif murah. Selain itu, teknik ini dapat menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan dan juga mendeinisikan pembangunan kawasan yang leksibel. Dalam analisis MDS se-tiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumber daya terse-but. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Output dari hasil analisis ini adalah berupa status ke-berlanjutan Kota Batu sebagai kawasan ag-ropolitan untuk empat dimensi (ekonomi, ekologi, sosial dan infrastruktur), dalam bentuk skor dengan skala 0–100. Kategori mengenai penilaian status keberlanjutan lebih jelas dapat dilihat di Tabel 1.

(4)

Nilai Indeks Kategori

0,00 – 25,00 Buruk (tidak berkelanjutan)

25,00 – 50,00 Kurang (kurang berkelanjutan)

50,00 – 75,00 Cukup (cukup berkelanjutan)

75,00 – 100,00 Baik (sangat berkelanjutan

Sumber : Thamrin et al, 2007; Suyitman et al, 2009 Prioritas rekomendasi

kebi-jakan pengembangan kawasan agropoli-tan berkelanjuagropoli-tan di Kota Batu dianalisis melalui pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang berbasiskan pada expertise judgement (Nasution, 2001) seh-ingga pemilihan responden ditujukan pada responden yang benar-benar memahami permasalahan pengembangan kawasan ag-ropolitan berkelanjutan. Responden dipilih dari kalangan pemerintah daerah dan aka-demisi.

Proses hierarki analitik mem-berikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan – gagasan dan mendeinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka mas-ing – masmas-ing dan memperoleh pemeca-han yang diinginkan darinya. Proses ini memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. Tiga prinsip dasar dalam proses hierarki analitik menurut Saaty (1993) adalah : Menggambarkan dan menguraikan secara hierarkis, yaitu mengelompokkan perso-alan menjadi unsur – unsur tersendiri; Membedakan prioritas dan sintesis den-gan menetapkan prioritas dan menentukan peringkat elemen – elemen menurut relatif pentingnya;

Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan se-cara logis dan diperingkatkan sese-cara kon-sisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Tabel 1. Kategori Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Nilai Indeks Hasil Analisis MDS

Hasil Dan Pembahasan Indeks Status Keberlanjutan

Status keberlanjutan Kota Batu sebagai kawasan agropolitaan dikaji den-gan menggunakan analisis Multi Dimen-sional Scaling (MDS), berdasarkan pada empat dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan infrastruktur. Berdasarkan hasil penilaian indeks status keberlanjutan Kota Batu sebagai kawasan agropolitan didapatkan hasil sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Indeks Status

Ke-berlanjutan

Dimensi Indeks Ke-berlanjutan (%) Stress R2 Ekologi 40,54 0,17 0,94 Ekonomi 54,68 0,15 0,97 Sosial 36,46 0,17 0,91 Infrastruk-tur 45,40 0,21 0,94

Hasil analisis menggunakan soft-ware Rapish menunjukkan bahwa semua dimensi yang dikaji yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial dan in-frastruktur cukup akurat dan dapat diper-tangungjawabkan, dimana nilai stress berkisar antara 0,15 – 0,21 dan nilai koe-isien determinasi berkisar antara 0,91 – 0,97. Berdasarkan Kavanagh dan Pitcher (2004), hasil analisis dianggap cukup aku-rat dan dapat dipertanggungjawabkan jika nilai stress lebih kecil dari 0,25 dan nilai Keberlanjutan Kota Batu Dan Gagoek Hardiman

(5)

koeisien determinasi (R2) mendekati 1.

Atribut – atribut yang mempengaruhi nilai keberlanjutan

Dimensi ekologi

Berdasarkan hasil analisis MDS, diketahui nilai indeks keberlanjutan di-mensi ekologi pengembangan kawasan agropolitan yaitu sebesar 40,54 %, seba-gaimana tercantum dalam Tabel 2. Sehing-ga berdasarkan klasiikasi kondisi status keberlanjutannya, kondisi dimensi ekologi berada pada status kurang berkelanjutan. Pengembangan kawasan agropolitan dit-injau dari dimensi ekologi belum mem-berikan keberlanjutan dari atribut yang menjadi penilaian. Status keberlanjutan dimensi ekologi dipegaruhi oleh beberapa atribut yang menjadi dasar penilaian yaitu kepemilikan lahan, pencetakan lahan perta-nian baru, pengelolaan limbah, pengolahan lahan, penggunaan saprodi dan sertiikasi. Analisis leverage dilakukan untuk melihat atribut – atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan. Hasil analisis Le-verage menunjukkan atribut yang sensitif yang berpengaruh terhadap nilai indeks ke-berlanjutan dimensi ekologi, seperti terlihat pada Gambar 2. Atribut – atribut tersebut

berurut yaitu pengelolaan limbah (10,31), pencetakan lahan pertanian baru (9,63) dan kepemilikan lahan (8,69).

Pengelolaan limbah pertanian di Kota Batu pada umumnya sangat baik. Masyarakat sudah secara luas mengelola limbah per-taniannya secara bijak. Limbah pertanian digunakan menjadi pupuk organik dan se-bagian kecil dimanfaatkan sebagai biogas. Permintaan pupuk organik di beberapa desa bahkan melampaui ketersediaan yang ada sehingga petani mengimpor dari desa lain. Melimpahnya sumber pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan dan sisa sayuran memunculkan peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Pemanfaatan kotoran ternak dan sisa tanaman lainnya, bagi beberapa petani digunakan untuk mencukupi kebutuhan lahan pertaniannya sendiri. Sisa – sisa tanaman kadang dibenamkan kembali oleh petani ke lahan pertanian untuk asupan kandungan hara tanah. Pengelolaan lim-bah rumah tangga yang juga dimanfaatkan menjadi pupuk organik, telah dilakukan di Desa Pandanrejo. pencetakan lahan perta-nian baru menjadi salah satu atribut yang berpengaruh terhadap nilai indeks keber-lajutan dimensi ekologi yaitu sebesar 9,63. Tidak ada pencetakan lahan pertanian baru di Kecamatan Bumiaji karena pencetakan

lahan pertanian di Kota Batu khususnya di kecamatan Bumiaji hampir tidak mungkin dilakukan. Luasan lahan pertanian yang

Gambar 2. Atribut Yang Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Ekologi

(6)

dimiliki masyarakat adalah yang diusaha-kan selama ini dalam kegiatan pertanian. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penambahan luasan areal tanam dilakukan secara intensiikasi yaitu dengan melaku-kan penanaman komoditas buah, sayur dan bunga di polybag ataupun di areal pekaran-gan rumah. Beberapa komoditas yang diu-sahan petani dalam polybag seperti jenis tanaman stoberi, wortel dan andewi. Lahan pertanian di Kecamatan Bumiaji, hampir sebagian besar dimiliki dan diusa-hakan oleh petani sendiri. Lahan pertanian diwariskan secara turun temurun, dan bi-asanya dibagi berdasarkan jumlah anak yang dimiliki. Luas kepemilikan lahan bervariasi, rata – rata kepemilikan lahan di Kecamatan Bumiaji adalah 0,3 Ha. Bagi petani dengan luasan lahan yang tidak be-gitu besar memanfaatkan lahannya untuk menanam sayuran, karena dengan lahan yang kecil dapat memanen minimal empat kali dalam setahun. Selain itu juga komod-itas bunga potong yang juga menjanjikan hasil yang lebih baik. Kepemilikan lahan menjadi salah satu indikator, karena ber-pengaruh terhadap keputusan masyarakat dalam menggunakan atau mengusahakan lahannya untuk kegiatan pertanian.

Penggunaan saprodi oleh sebagian besar petani di Kota Batu mengandalkan pada pupuk dan obat-obatan kimia sinte-tik karena lebih cepat pengaruhnya pada tanaman sehingga hasilnya pun lebih cepat dapat dinikmati oleh Petani. Hal ini perlu mendapakan perhatian khusus karena se-cara ekologis mengakibatkan menurunnya kandungan hara tanaman serta menimbul-kan residu kimia pada tanah yang lambat laun akan mengakibatkan tanah menjadi berkurang kesuburannya. Sistem pengo-lahan tanah yang dilakukan petani secara konvensional yaitu pembalikan tanah pada setiap kali musim tanam khususnya tana-man komoditas sayuran, pengolahan tanah secara intensif menimbulkan kerusakan struktur tanah, mempercepat dekomposisi

bahan organik dan meningkatkan kemung-kinan terjadinya erosi.

Dimensi Ekonomi

Hasil analisis MDS dalam tinjauan dimensi ekonomi diperoleh nilai indeks ke-berlanjutan, sebesar 54,68 %. Nilai indeks dimaksud termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan yang berarti pengembangan kawasan agropolitan di bidang ekonomi te-lah memberikan dampak yang cukup bagus terhadap perkembangan ekonomi di Kota Batu. Atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan pada dimensi ekonomi yaitu keberadaan lem-baga keuangan mikro, industri penunjang, kerjasama, bantuan/subsidi dari pemerin-tah, pasar, ketersediaan saprodi, kontribusi terhadap PDRB dan tenaga kerja di bidang pertanian.

Hasil analisis leverage menun-jukkan atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan pada dimensi ekonomi yaitu keberadaan lem-baga keuangan mikro, industri penunjang, kerjasama, bantuan/subsidi dari pemerin-tah, pasar, ketersediaan saprodi, kontribusi terhadap PDRB dan tenaga kerja di bidang pertanian. Pengaruh dari tiga atribut yang sensitif terhadap nilai keberlanjutan di-mensi ekonomi disajikan dalam Gambar 2. secara berurut yaitu ketersediaan saprodi, kontribusi terhadap PDRB dan industri pe-nunjang.

Hasil analisis leverage menun-jukkan keberadaan industri penunjang sangat berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi yaitu sebe-sar 8,17 (Gambar 3). Industri penunjang yang berkembang saat ini di masyarakat Kecamatan Bumiaji yaitu industri pengo-lahan skala rumah tangga. Industri opengo-lahan produk pertanian didominasi usaha maka-nan berbahan dasar apel, seperti sari apel, dodol apel maupun keripik apel selain itu juga olahan pangan berbahan daging kelin-Keberlanjutan Kota Batu Dan Gagoek Hardiman

(7)

ci seperti yang diusahakan oleh koperasi AKUR yaitu abon dan rambak kelinci. Usaha olahan pertanian di Kecamatan Bu-miaji menyebar di beberapa desa.

Sarana produksi pertanian meru-pakan faktor yang paling berpengaruh dalam penilaian satus keberlanjutan yaitu sebesar 8,23. Ketersediaaan saprodi di Kota Batu sampai saat ini masih bisa tercu-kupi oleh kios dan toko saprotan yang ada di Kota Batu. Bahkan dalam mekanisme di lapangan, saprodi banyak diusahakan da-lam kelompok – kelompok tani/Gapoktan. Petani sesuai dengan kebutuhan yang telah tersusun dalam Rencana Deinitif Kebutu-han Kelompok (RDKK) telah menuliskan kebutuhan saprodi dalam 1 tahun/ sekali musim tanam sesuai kesepakatan dalam kelompok.

Sampai saat ini sarana produksi sangat mudah diakses oleh petani, baik yang tergabung dalam kelompok tani mau-pun tidak. Harga yang beredar di pasaran pun tidak pernah lebih dari harga eceran tertinggi yang berlaku. Selain itu sebagai daerah pertanian, juga menarik para dis-tributor pupuk dan obat – obatan untuk menjadikan lahan pemsaran yang menjan-jikan karena potensi sumber daya alamnya

dan didukung jumlah penduduk yang se-bagian besar bekerja menjadi petani.

Kota Batu merupakan daerah penghasil komoditas pertanian, namun nilai yang disumbangkan dalam penyusu-nan angka PDRB lebih kecil dibandingkan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perubahan status dari kota administratif menjadi kota telah banyak berperan menu-runkan peranan sektor primer dan sektor sekunder ke sektor tersier terutama pada sektor pariwisata yang menjadi andalan Kota Batu. Komoditas pertanian men-duduki peringkat kedua dalam menunjang sektor perekonomian kota Batu setelah kegiatan perdagangan hotel dan restoran. Ketersediaan saprodi dan pasar menjadi faktor penunjang utama dalam kegiatan pertanian sehingga mampu menyumbang nilai PDRB relatif cukup besar yaitu sebe-sar 20,64 % di tahun 2010. Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor pariwisata telah demikian berkembang, namun pergeseran yang terjadi telah menyeret aset penting sektor pertanian ke dalamnya.

Dimensi Sosial

Indeks keberlanjutan pengem-bangan kawasan agropolitan berdasarkan

Gambar 3. Atribut Yang Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

(8)

analisis MDS dalam tinjauan dimensi so-sial sebesar 36,46 %. Kondisi dimensi sosial tersebut berdasarkan statusnya be-rada pada kategori kurang berlanjutan. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa atribut yang diperkirakan sensitif mem-berikan pengaruh terhadap tingkat keber-lanjutan pengembangan kawasan agropoli-tan pada dimensi sosial yaitu keberadaan pusat pelatihan dan konsultasi milik petani, kelembagaan, akses terhadap informasi, konlik, keikutsertaan anggota keluarga dalam usaha, kerjasama dalam kelompok, tingkat pengetahuan mengenai perbaikan lingkungan, dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan analisis leverage (Gambar 4.) diperoleh atribut – atribut yang sensitif berpengaruh terhadap nilai status keberlanjutan dari dimensi sosial. Atribut yang sensitif memberikan pengar-uh terhadap tingkat keberlanjutan pengem-bangan kawasan agropolitan pada dimensi sosial yaitu keikutsertaan anggota keluar-ga dalam kegiatan pertanian, frekuensi ter-jadinya konlik, akses terhadap informasi,

kerjasama dalam kelompok, kelembagaan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan mengenai perbaikan lingkungan dan ke-beradaan pusat pelatihan dan konsultasi mandiri petani. Atribut yang paling

berpen-Gambar 4. Atribut Yang Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Sosial

garuh dalam penilaian status keberlanjutan pengambangan kawasan agropolitan ditin-jau dari dimensi sosial secara berurut yaitu keikutsertaan anggota keluarga dalam keg-iatan pertanian (8,33), frekuensi terjadinya konlik (8,07) dan akses terhadap informasi (5,06).

Analisis leverage akses terhadap informasi cukup berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial yaitu sebesar 5,06. Akses masyarakat terh-adap informasi di Kota Batu dirasa kurang, bagi sebagian masyarakat khususnya petani dengan komoditas hortikultura lebih aktif dalam mendapatkan informasi secara langsung dengan pergi ke sumber – sumber informan yang dirasa berkompeten pada bidang yang dimaksud. Petani komoditas hortikultura lebih berani memodiikasi maupun bereksperimen dengan pupuk/nu-trisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Hal ini berbanding terbalik dengan petani yang yang mengusahakan pertanian tana-man pangan yang lebih pasif dalam

men-gakses informasi dan biasanya mendap-atkan informasi dari penyuluh pertanian saja.

Frekuensi terjadinya konlik san-gat berpengaruh terhadap nilai indeks ke-Keberlanjutan Kota Batu Dan Gagoek Hardiman

(9)

berlanjutan dimensi sosial. Konlik hampir tidak pernah terjadi di Kecamatan Bumiaji, warga masyarakat biasanya menyelesaikan perselisihan secara kekeluargaan. Keikut-sertaan anggota keluarga dalam usaha per-tanian sangat berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial yaitu sebesar 8,33. Pekerjaan menjadi petani bagi masyarakat Kecamatan Bumiaji merupakan suatu pekerjaan yang secara turun temurun dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Biasanya mereka mewa-risi lahan – lahan pertanian dari orang tua mereka selain keahlian bertani/bercocok tanam. Dalam satu keluarga terdapat lebih dari dua orang yang bekerja dibidang per-tanian, selain bermaksud untuk membantu kepala keluarga, juga sebagai pekerjaan yang secara rutin dilakukan oleh anggota keluarga yang lain. Selain itu ada keunikan tersendiri seperti di Desa Bumiaji, para ibu selain membantu suami kerja di kebun apel juga bekerja menjadi buruh di kebun apel orang lain. Pada saat perompesan daun apel dibutuhkan banyak tenaga kerja seh-ingga kadang para petani apel mendatang-kan buruh tani dari desa – desa lain. Dimensi Infrastruktur

Nilai indeks keberlanjutan di-mensi infrastruktur berdasarkan hasil

analisis MDS didapatkan sebesar 45,40 % seperti tersaji dalam Tabel 1. Status keber-lanjutan Kota Batu sebagai kawasan agro-politan ditinjau dari dimensi infrastruktur berada pada kondisi kurang berkelanju-tan. Kurang berkelanjutannya dimensi in-frastruktur dimungkinkan karena sebagai daerah otonom baru yang memasuki usia 11 tahun keberadaannya masih melakukan pembenahan – pembenahan. Atribut yang mungkin memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dari dimensi infrastruktur diantaranya yaitu sarana dan prasarana jalan usaha tani, fasilitas pen-didikan, fasilitas kesehatan, sarana trans-portasi, sanitasi, jaringan irigasi, pemuki-man dan energi.

Berdasarkan analisis leverage, atribut yang paling berpengaruh terhadap nilai keberlanjutan pengembangan ka-wasan agropolitan yaitu sanitasi (3,55), fasilitas pendidikan (3,40) dan energi (2,43) seperti tersaji dalam Gambar 5. Masyarakat Kecamatan Bumiaji sudah menggunakan LPG sebagai sumber energi utama untuk memasak dalam keluarga se-lain itu akses listrik juga sudah menjangkau seluruh masyarakat di Kecamatan Bumiaji. Konversi minyak tanah ke gas telah men-jangkau seluruh masyarakat Kecamatan

Gambar 5. Atribut Yang Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan

(10)

Bumiaji, harga minyak tanah yang tinggi yaitu Rp. 8.000/liter dan keberadaannya yang sudah semakin langka di pasaran memaksa masyarakat untuk beralih ke gas yang dapat dibeli Rp. 13.500/3kg nya.

Akses masyarakat terhadap listrik saat ini berdasarkan data yang dirilis BPS Kota Batu tahun 2011, dari 15.151 KK (Kepala Keluarga) yang terdapat di Keca-matan Bumiaji sebanyak 16.056 KK su-dah mengakses listrik. Hal tersebut berarti akses masyarakat terhadap listrik cukup terpenuhi, banyaknya KK terdaftar yang berlangganan listrik melebihi jumlah KK di Kecamatan Bumiaji, disebabkan satu KK memiliki lebih dari satu hunian tempat tinggal. Sanitasi sangat berpengaruh terh-adap nilai indeks keberlanjutan dimensi in-frastuktur. Kesehatan lingkungan di Keca-matan Bumiaji masih sedikit mendapatkan perhatian. Walaupun di hampir setiap kelu-arga telah memiliki sarana MCK yang telah dilengkapi dengan septicktank, tetapi air limbah masih dialirkan ke sungai – sungai kering (curah) yang ada di sekitar rumah penduduk. Selain itu tempat pembuangan sementara (TPS) hanya dimilikidesa – desa tertentu saja diantaranya Desa Pandanrejo, Desa Bulukerto, Desa Bumiaji, Desa Sum-bergondo. Sedangkan di beberapa desa lain sampah dikumpulkan dalam satu tem-pat kemudian dibakar atau juga ada yang membuang langsung ke sungai.

Fasilitas pendidikan yang terda-pat di Kecamatan Bumiaji di sebagian be-sar desa hanya terdapat fasilitas pendidikan dasar sembilan tahun dan hanya terdapat satu SMK di Desa Pandanrejo, sedikitnya jumlah fasilitas pendidikan yang ada dis-ebabkan karena jarak yang dekat antara Kota Batu dan Kota Malang sebagai kota dengan fasilitas pendidikan yang cukup memadai menjadikan sebagian masyarakat Kota Batu menyekolahkan putra putrinya di Kota Malang.

Strategi Pengembangan Kawasan agro-politan

Penentuan pilihan strategi dalam peningkatan pengembangan kawsan Agro-politan Kota Batu dilakukan diskusi den-gan key person yang berkompeten denden-gan pengembangan kawasan agropolitan. Key person dimaksud adalah :

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hor-tikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu

Kepala Sub Bidang Pariwisata dan Perta-nian Bappeda Kota Batu

Akademisi dari Universitas Tribuana Tung-gadewi Malang

Perwakilan dari LSM Yayasan Pusaka Perwakilan Pengusaha Hortikultura Arjuna Flora

Berdasarkan wawancara yang mendalam dari para key person di dapatkan beberapa alternatif strategi berdasarkan permasala-han – permasalapermasala-han yang mempengaruhi status keberlanjutan kota Batu sebagai kawasan agropolitan dalam tinjauan em-pat dimensi keberlanjutan adalah sebagai berikut :

Aspek Ekologi

Upaya-upaya dari aspek ekologi yang perlu dilakukan dalam peningkatan pengemban-gan kawasan agropolitan adalah sebagai berikut:

Sistem Pertanian Organik (SPO) yang diti-tikberatkan pada sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan komoditas lokal yang tersedia.

Aplikasi Sistem Input Luar Rendah (LEI-SA) yaitu sistem pertanian dengan mengo-lah mengo-lahan pertanian dengan suksesi alami dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang sangat intensif dan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar hanya menggunakan bahan kimia jika ada kekurangan ditingkat lokal.

Penggunaan bibit/benih bersertiikasi dan menerapkan SOP (BBSOP) denagan cara mengadakan sosialisasi manfaat yang da-pat diperoleh petani dengan menggunakan bibit/ benih bersertiikasi dan menerapkan Keberlanjutan Kota Batu Dan Gagoek Hardiman

(11)

SOP.

Aspek Ekonomi

Upaya-upaya yang perlu dilaku-kan dalam peningkatan pengembangan ka-wasan agropolitan adalah sebagai berikut: Penyaluran bantuan secara selektif (PBSS) dengan memberikan bantuan kepada masyarakat/kelompok tani secara selektif untuk memotivasi peningkatan usaha bagi kelompok – kelompok tani pemula serta meningkatkan penguatan modal kelompok Optimalisasi STA (OSTA) yaitu upaya mengoptimalisasi fungsi SubbTerminal Agribisnis untuk mengakomodasi hasil pertanian dan produk olahannya

Menumbuhkan kawasan sentra produk ola-han (MKSPO) sebagai upaya menumbuh-kan sentra – sentra kawasan industri olahan yang mengedepankan produk pertanian khas Kota Batu dan diversiikasi jenisnya Aspek Sosial

Upaya-upaya yang perlu dilaku-kan dalam peningkatan pengembangan ka-wasan agropolitan adalah sebagai berikut: Sosialisasi dampak penggunaan pupuk dan obat – obatan kimia sintetik (SPOKS) mengenai dampak resistensi hama dan pe-nyakit yang terjadi pada pertumbuhan lora dan fauna akobat penggunaan pupuk dan obat – obatan sintetik

Peningkatan sumber daya manusia petani (PSDM) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai teknologi tepat guna, teknologi ramah lingkungan dan pendidi-kan dasar bagi putra petani.

` Pemberdayaan pos pelayanan dan konsultasi (PPPK) dengan mengoptimal-kan pusat pelatihan dan konsultasi Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) yang mudah diakses oleh seluruh masyarakat.

Aspek Infrastruktur

Upaya-upaya yang perlu dilaku-kan dalam peningkatan pengembangan ka-wasan agropolitan adalah sebagai berikut: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Terpadu

(PPPT) meliputi pembangunan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan perta-nian secara terpadu dan menyeluruh Perbaikan jalan usaha tani (PJUT) berupa perbaikan jalan usaha tani berupa pengeras-an dpengeras-an pelebarpengeras-an jalpengeras-an

Pembangunan IPAL terpadu (PIT) yaitu penyediaan sarana prasarana pendukung instalasi pembuangan air limbah (rumah tangga) komunal secara terpadu

Hasil analisis pendapat para pa-kar berdasarkan dimensi pengembangan kawasan agropolitan yang diprioritas-kan berturut turut yaitu dimensi ekologi dengan bobot 44,3% merupakan aspek paling penting dalam pengembangan ka-wasan agropolitan berkelanjutan. Dimensi berikutnya adalah ekonomi dengan bo-bot 23,1%, dimensi sosial dengan bobo-bot 19,8% dan dimensi yang terakhir adalah aspek infrastruktur dengan bobot 12,8%. Nilai inconsistensi ratio = 0,09 berarti ha-sil analisis tersebut dapat diterima karena lebih kecil dari batas maksimum, yaitu 0,1. Berikut disajikan graik nilai prioritas dari tiap dimensi (Gambar 6).

Terpilihnya aspek ekologi seba-gai prioritas utama menunjukkan bahwa pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan berkaitan erat dengan kele-starian lingkungan, dimana faktor ekologis menjadi tumpuan masyarakat dalam pen-gusahaan kegiatan – kegiatan pertanian. Berdasarkan hasil penilaian AHP terdapat tiga prioritas yang diutamakan (Gambar 6) dalam pengembangan kawasan agropolitan dengan melihat seluruh dimensi keberlan-jutan yaitu penerapan system pertanian or-ganik (22,1 %) ; menumbuhkan kawasan sentra produk olahan (11,5 %); dan sosial-isasi dampak penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia sintetik (9,9 %).

Sistem pertanian organik diang-gap mampu menjawab permasalahan yang ada mengenai penggunaan pupuk dan obat – obatan kimia sintetik yang secara cepat menurunkan kesuburan tanah yang ada di

(12)

Kota batu. Lahan pertanian menjadi tidak produktif karena residu kima dari obat –obatan sintetik menghalangi pemulihan kesuburan tanah secara alami, tetapi tidak bisa dipungkiri sifat manusia yang tidak pernah puas terhadap hasil yang diperoleh dengan menginginkan lebih juga men-dasari penggunaan pupuk dan obat-obatan sintetik yang tidak sesuai dengan anjuran dosis yang dibutuhkan tanah. Perubahan pola pertanian yang ramah lingkungan di-harapkan mampu mengembalikan kesub-uran tanah sehingga produktivitasnya pun meningkat.

Strategi kedua yang dapat dilaku-kan yaitu menumbuhdilaku-kan kawasan sentra produk olahan secara ekonomi akan

men-ingkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu dengan dibentuknya sentra kawasan akan mempermudah dalam pembinaan dan pengelolaan limbah yang dihasilkan dari proses produksinya. Strategi ketiga yaitu sosialisasi dampak penggunaan pupuk dan obat – obatan kimia sintetik merupakan pri-oritas yang harus dilakukan segera, meng-ingat semakin menurunnya kesuburan ta-nah yang berakibat pula pada menurunnya produktivitas lahan pertanian secara terus menerus dapat mendorong petani untuk menjual lahannya, karena lahan yang dimi-liki sudah tidak produktif lagi.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah

Gambar 6. Kriteria penilaian AHP pada tiap dimensi

Gambar 7. Prioritas Strategi Peningkatan Status Keberlanjutan

(13)

dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis MDS dengan Rap-AgroBatu status keberlanju-tan Kota Batu sebagai kawasan agropoli-tan pada masing – masing dimensi yaitu dimensi ekologi termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan (40,54%), dimensi ekonomi cukup berkelanjutan (54,68%), dimensi sosial kurang berkelanjutan (36,46%) dan dimensi infratsruktur kurang berkelanjutan (45,40%). Atribut yang ber-pengaruh dalam penilaian status keberlan-jutan ditinjau dari dimensi ekologi yaitu pengelolaan limbah, pencetakan lahan pertanian baru dan kepemilikan lahan. Tin-jauan dimensi ekonomi yaitu ketersediaan saprodi, kontribusi terhadap PDRB dan in-dustri penunjang. Faktor yang paling ber-pengaruh dalam penilaian status keberlan-jutan pengambangan kawasan agropolitan ditinjau dari dimensi sosial yaitu keikut-sertaan anggota keluarga dalam kegiatan pertanian, frekuensi terjadinya konlik dan akses terhadap informasi sedangkan di-mensi infrastruktur yaitu sanitasi, fasilitas pendidikan dan energi.

Strategi yang menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan adalah sistem pertanian or-ganik, penumbuhan kawasan sentra produk olahan dan sosialisasi dampak penggunaan pupuk dan obat – obatan kimia sintetik.

Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencana-Ba-dan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren-Bappenas) atas beasiswa dan kesempatan belajar yang diberikan juga kepada aparat Desa Se- Kecamatan Bumiaji, Gapoktan Se-Kec. Bumiaji, PPL Se Kec. Bumiaji, yang bersedia menjadi responden, Bappeda Kota Batu, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Badan Pusat Statistik Kota Batu yang telah

memberikan data dan informasi mengenai perencanaan pembangunan pertanian dan data pendukungnya.

Daftar Pustaka

BPS Kota Batu, 2011. Batu Dalam Angka 2011. BPS Kota Batu.

Grigg, N.S. 1988. Infrastructure Engineer-ing and Management. John Wiley and Sons. New York. 1-87p. Kavanagh P., T.J. Pitcher. Implementing

Microsoft Excel Software For Rap-ish : A Technique For The Rapid Appraisal of Fisheries Status. Uni-versity of British Columbia. Fish-eries Centre Research Reports. 12 (2).

Nasution, M. A. 2001. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. 156p.

Saaty, T.L. 1993. Decision Making for Leaders The Analytical Hierarchy Process for Decisions. (Pengam-bilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan da-lam Situasi yang Kompleks, diter-jemahkan oleh Ir. Liana Setiona, Editor Ir. Kirti Peniwati, MBA). PT. Pustaka Binaman Pressindo dan PT. Gramedia. Jakarta.270p.

Suyitman, S.H. Sutjahjo, C. Herison, dan S. Biham, 2009. Status Keberlan-jutan Wilayah Berbasis Peternakan Di Kabupaten Situbondo Untuk Pengembangan Kawasan Agropoli-tan. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 27 (2): 165-191.

Thamrin, S. H. Sutjahjo, C. Herison, dan S. Biham, 2007. Analisis Keberlanju-tan Wilayah Perbatasan KalimanKeberlanju-tan Barat – Malaysia Untuk Pengem-bangan Kawasan Agropolitan : Stu-di kasus Kecamatan Bengkayang Dekat Perbatasan Kabupaten Beng-kayang). Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 25 (2): 103-124.

(14)

Saaty, L. Thomas. 1993. Decision mak-ing for Leaders The Analytical hierarchy process for decisions in Complex World. (Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, diterjemahkan Oleh Liana Setiono). Pustaka Binaman Pressindo. Jakar-ta. 270p.

Suweda, I. W., 2011. Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan, Ber-daya Saing dan Berotonomi : Suatu

tinjauan Pustaka. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol. 15 (2):113-122. Peraturan Daerah Kota Batu No. 7 tahun

2011 tentang RTRW Kota Batu Ta-hun 2010-2030.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Batu.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Antara Infrastruktur Dengan  Sistem Sosioekonomi Dan Lingkungan
Tabel 1. Kategori Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Agropolitan  Berdasarkan Nilai Indeks Hasil Analisis MDS
Gambar 4. Atribut Yang Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan  Dimensi Sosial
Gambar 5. Atribut Yang Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan  Dimensi Infrastruktur
+2

Referensi

Dokumen terkait

akhir pekan lalu berhasil rebound 3% tutup di Rp1485. Selama sepekan harga sahamnya menguat  7%.  Penguatan  harga  sahamnya  terutama  dipicu  kondisi  pasar 

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada lahan sawah Vertisol Ngawi setelah dua musim tanam kedelai–padi (1) residu pupuk organik dan anorganik NPK meningkatkan serapan unsur

4.3 Menyusun cara memberi tahu dan meminta informasi terkait identitas diri (个人信息) meliputi nama (名字), usia (岁), alamat (地址), nomor telepon (电话 号码

Memasang server proftpd FTP dengan menjalankan perintah berikut: apt-get install proftpd Ini akan digunakan untuk mentransfer website di raspberry pi.. Pasang Server

 Jika menggunakan metode e-Voting, perlu investasi 5 buah perangkat dengan total harga 50 juta rupiah, maka penghematan biaya penyelenggaraan dari sisi logistik, keamanan

Syaraf dapat beregenerasi sedangkan otot tidak sehingga jika terjadi infark tidak dapat pulih kembali dan digantikan dengan jaringan fibrosa yang tidak elastis yaitu

Paus Fransiskus lalu mengundang Presiden Amerika Serikat dan Presiden Kuba ke Vatikan, tindakan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari berbagai dialog secara

[r]