• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraktur femur!! 1. Definisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fraktur femur!! 1. Definisi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Fraktur femur!!

1. Definisi

Terputusnya kontinuitas batang femur yang bisaterjadi akibattrauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian).

2. Etiologi a. Trauma

Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar dari pada daya tahan tulang akibat trauma.

b.Keadaan Patologis

Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis yang disebut fraktur pathologis.

c. Stress

Fraktur stress atau fatigue, fraktur yang fatigue biasanya sebagai Akibat dari penggunaan tulang secara berlebihan yang berulang – ulang.

3. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau

terpututsnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur p eriosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahanterjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma d i r o n g g a m e d u l a t u l a n g . Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih , kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya

(2)

4. Klasifikasi

Dikelompokan menjadi beberapa macam : a. Berdasarkan sifat fraktur

 Fraktur terututp

Bila tidak ada hubungan fragmen dengan dunia luar.disebut juga fraktur utuh tanpa komplikasi

 Fraktur terbuka

Bila ada hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan dunia luar b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan

 Fraktur komplit

Apabila garis patah melalui dua penampang tulang atau dua korteks  Fraktur Inkomplit

Bila garis patah tidak melalui seluruh penampag tulang  Hair line fraktur

 Torus faktur

Bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya

 Green stick fraktur

Mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainya yang terjadi pada tulang c. Berdasarkan bentuk garis patah

 Fraktur transversal

fraktur yang arahnya melintangpada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

 Fraktur oblique

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakanakibat trauma angulasi juga.

 Fraktur spiral

Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.  Fraktur kompresi

fraktur yang terjadi karena traumaaksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

(3)

 Fraktur avulse

fraktur yang diakibatkan karena traumatarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah  Fraktur komunitif

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan  Fraktur Segmental

fraktur dimana garis patah lebihdari satu tapi tidak berhubungan  Fraktur Multiple

fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang  Fraktur undisplaced

Garis patah tetap tapi kedua fragmen tidak bergeser dari tempatnya dan periosteum masih utuh

 Fraktur displaced

Terjadi pergeseran fragmen tulang. Terbagi atas :

 dislokasi ad longitudinam cum contractsionum( pergeseran searah sumbu dan overlapping)

 dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)

 Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmensaling menjauh) f. Berdasarkan posisi fraktur

 1/3 proksimal  1/3 medial  1/3 distal

g. Fraktur karena kelelahan h. Fraktur patologis

(4)

5. Manifestasi klinis Deformitas Edema Memar Nyeri Hilang sensasi Krepitasi Pergerakan abnormal

6. Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya union  Usia

Berhubungan dengan aktifitas osteogenesis yang dilakukan oleh tulang  Tempat fraktur

 Aliran darah kef ragmen tulang. 7. Anamnesis

 Apa keluhan utamanya?

 Apakah ada peristiwa yang membuat fraktur menjadi lebih nyeri?  Bagaimanakah sifat nyeri yang ada pada pasien?

 Apakah rasa sakit bisa menjalar, dimana letak rasa sakitnya?  Bagaimana kronologi terjadinya fraktur?

 Bagaimana asupan nutrisinya

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status generalis

1. Keadaan Umum pasien 2. Tekanan Darah

3. Nadi 4. Pernafasan 5. Suhu

(5)

6. Antropometri

Pemeriksaan status lokalis

 Inspeksi (look) :

lihat adanya pembengkakan, deformitas, fungsiolesa, dan abnormal movement  Palpasi (feel) :

mencari bagian cedera yang lainya

Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time Normal 3 – 5

N y e r i t e k a n ( t e n d e r n e s s ) , k r e p i t a s i , c a t a t l e t a k kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal)

 Movement

cari tanda krepitus dan adanya pergerakan yang abnormal

Pemeriksaan Neurologi

Untuk memastikan apakah terdapat kerusakan system saraf baik sensoris maupun motoris.

9. Faktor yang mempengaruhi terjadinyai masa penyembuhan pada anak a. Periosteum

Kondisi periosteum sangat mempengaruhi proses penyembuhan tulang karena pada periosteum sangat osteogenik.

b. Nutrisi

 Mineral

Calcium dan fosfat dibutuhkan dalm penyembuhan dan pembentukan tulang selain itu diperlukan juga magnesium, fluoride dan mangan dalam jumlah yang kecil.

(6)

Vitamin A menstimulasi aktifitas dari osteoblas Vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen Vitamin D membantu penyerapan kalsium di usus

Vitamin K dan B12 juga dibutuhkan untuk pembentukan prorein

c. Vaskularisasi

Dibutuhkan vaskularisasi yang baik untuk dapat menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tulang

10. Diagnosis

Didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

11. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Radiografi

 Foto rontgen

Dilakukan pemeriksaan AP, PA dan lateral untuk mendapatkan pencitraan yang lebih jelas Hal hal yang harus dibaca pada pemeriksaan radiografi adalah

a. Bayangan jaringan lunak

b. tipis tebalnya korteks sebagai akibat raksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasiPemeriksaan laboratorium

c. trabekulasi ada tidaknya rare fraction d. sela sendi serta bentuk arsitektur sendi

 M R I : m e n g g a m b a r k a n s e m u a k e r u s a k a n a k i b a t fraktur

Pemeriksaan Lab

1. cek Hb & golongan darah

dipersiapkan untuk memberikan transfusi apabila diperlukan 2. alkalin fosfat

(7)

12. Tatalaksana 1. Rekognisi 2. Reposisi/reduksi

mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis

Reduksi tertutup

reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulangkeposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) denganmanipulasi dan traksi manual. S i n a r - x

h a r u s dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telahdalam kesejajaran yang benar

Traksi

Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek r e d u k s i d a n i m o b l i s a s i . B e r a t n y a t r a k s i d i s e s u a i k a n defek reduksi dan imobilisasi beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Sinar-x digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang.

Reduksi terbuka

pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah fragmen tulang direduksi

3. Retensi/ imobilisasi

Memeprtahankan posisi tulang yang sudah direduksi agar tetap berada pada kesejajaran nya. Imobilisasi dapat dilakukan secara external dan internal

4. Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.

(8)

HISTOLOGI TULANG

Tulang rawan dan tulang merpakan suatu jaringan ikat khusus yang terdiri dari sel dan matriks (serat dan substansia dasar)

Tulang rawan

Sel : kondroblas dan kondrosit

Matriks : serat kolagen dan substansia dasar Tulang rawan dilapisi oleh perikondrium

Pertumbuhan tulang rawan melalui 2 cara yaitu :

1. Pertumbuhan tulang rawan secara intersisial (endogen)

Hanya terjadi pada tulang rawan yang realtif muda, yang masih memungkinkan perkembanganya. Sel – sel isogen yang tampak pada tulang rawan dewasa merupakan tanda telalh terhentinya pertumbuhan intersisial

2. Pertumbuhan secara aposisional (eksogen)

Merupakan proses peletakan lapis lapis tulang rawan baru pada permukaan. Hal ini terjadi oleh karena aktifitas lapisan dalam perikondrium

Tulang rawan dibagi menjadi 3 menurut sel dan matriksnya : 1. Tulang rawan hialin

Terdapat pada permukaan sendi pada tulang, tulang rawan iga, tulang rawan pada hidung, laring, trakea dan bronkus

Matriks : serat kolagen (tipe II), substansia dasarnya terdiri dari proteoglikan(fungsi utamnya untuk menahan air)

Terdapat perikondrium 2. Tulang rawan Elastis

Terdapat pada telinga luar, tuba auditiva, epiglottis, dan tulang rawan laring Matriks : serat kolagen (tipe II) dan serat elastin

Terdapat perikondrium 3. Fibrokartilago

(9)

Tidak pernah berdiri sendiri selalu menyatu dangan tulang rawan hialin

didekatnya atau dengan jaringan ikat padat fibrosa, merupakan peralihan antara jaringan ikat padat dan tulang rawan

Matriksnya terdiri atas berkas berkas jaringan ikat padat kolagen dan diantaranya terdapat daerah daerah kecil dengan matriks tulang rawan hialin dengan lacuna serta sel-sel didalamnya. Firbrokartilago tidak mempunyai perikondrium.

Terbentuknya memlalui cara yang menyerupai jaringan ikat padat biasa dan awalnya hanya terdapat fibroblast yang dipisah – pisahkan oleh bahan fibrilar. Sel itu kemudian ditransformasi menjadi kondrosit yang menhasilkan selapis matriks tipis disekitarnya

Tulang

Sel – sel tulang terdiri dari :

1. Sel osteoprogenitor (cikal bakal osteoblas dan osteoklas)

2. Osteoblas (untuk pembentukan tulang, banyak mengandung fosfatase alkali) 3. Osteosit (menjaga nutrisi tulang)

4. Osteoklas (resorpsi tulang)

Matriks

1. zat organik (35%)

tdd serat osteokolagen serupa dengan serat kolagen tipe I diikat oleh glikosaminoglikan dan substansia dasar amorf

2. anorganik (65%)

kalsium fosfat (85%), kalsium karbonat (10%) dan sejumlah keci kalsium fluoride dan magnesium florida

Arsitektur tulang

1. tulang spongiosa

tersusun atas trabekula dan lempeng lempeng yang saling berhubungan, celah antara trabekula diisi oleh sum sum tulang. Dan terdiri dari beberapa pembuluh darah yang

(10)

kecil. Bentuknya yang seperti ini membantu tulang untuk meredam tekanan. Tulang spongiosa tidak memiliki system havers

2. tulang kompakta

System osteon terdiri dari lamel konsentris sel sel dan saluran havers, lacuna, kanalikkuli

3. periosteum

membungkus tulang kecuali pada permukaan sendi

4. endosteum

lapisan halus yang membatasi rongga sum sum tulang.

Pertumbuhan tulang

Osifikasi intramembranosa

Jaringan mesenkim akan berdiferensiasi menjadi sel osteogenik dan kemudian menjadi osteoblas. Osteoblas akan menyusun matrix tulang disekitarnya. Setelah itu sekresi matriks ekstraselular akan berhenti dan sel sel tersebut terbenam dalam matriks dan dinamakan osteosit. Dalam beberapa hari tulang ini akan terjadi deposit calcium dan garam mineral, sehingga matriks

(11)

menjadi lebih keras(kalsifikasi). Setelah itu matriks ekstraselular tulang akan berkembang menjadi trabekula yang akan saling menyatu sehingga terbentu tulang spongiosa. Kemudian pembuluh darah tumbuh diantara celah – celah trabekula. Jaringan mesenkim yang berada di perifer akam berkembang menjadi periosteum

Osifikasi endokondral

Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran khondrosit di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan sebagai pusat penulangan primer. Sel – sel khondrosit di daerah pusat penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago akan terdesak mejadi sekat – sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada saat ini matriks kartilago siap menerima pengendapan garam – garam kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel – sel kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya. Kemunduran sel – sel tersebut akan berakhir dengan kematian., sehingga rongga – rongga yang saling berhubungan sebagai sisa – sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan, perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan tulang ini melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat penulangan yang masih berongga – rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model bentuk kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan pipa periosteal.

Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh – pembuluh darah dari perikhondrium,yang sekarang dapat dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus masuk kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago yang mengalami klasifikasi. Darah membawa sel – sel yang diletakan pada dinding matriks. Sel – sel tersebut memiliki potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan pada matriks kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh matriks kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran pula sehingga akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih mengandung matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat penulangan primer yang terjadi dalam

(12)

diaphysis akan disusun oleh pusat penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung model kerangka kartilago.

Proses penyembuhan Fraktur

1. pembentukan hematoma

pada tulang yang patah terjadi perdarahan, kemudian darah tersebut menggumpal dan terjadi pembentukan hematom 6-8 jam, pada daerah yang mengalami hematom osteosit akan rusak dan mati, sehingga terjadi reaksi inflamasi dan pembekakan karena kematian sel tulang tersebut. Selain itu tubuh akan membersihkan sel sel tulang tersebut melalui sel fagosit(makrofag, neutrofil) dan osteoklas.

2. Pembentukan fibrokartilago

Fibroblast dari periosteum akan menginvasi daerah yang fraktur selain itu periosteum juga akan membentuk matriks. Kemudian beberapa sel dari periosteum akan berkembang menjadi kondroblast yang kemudain akan membentuk fibrokartilago pada region ini. pembentukan fibrokartilago memakan waktu selama 3 minggu

3. Pembentukan kalus tulang

Di area yang mendapat suplai darah yang baik, sel osteogenik akan berkembang menjadi osteoblas dan mulali memproduksi trabekula tulang spongiosa. Dalam waktu yang bersamaan fibrokartilago yang tadi terbentuk akan diubah menjadi tulang spongiosa dan terbentuklah kalus tulang

4. Remodeling tulang

Dan pada tahap akhir pembentukan tulang yang berlebih akan dihancurkan oleh osteoklas, dan tulang komakta akan menggantikan tulang spongiosa yang sudah terbentuk

Referensi

Dokumen terkait

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan, sedangkan fraktur femur 1/3 proximal merupakan fraktur tertutup. Faktor penyebab

Dari matriks keputusan yang terbentuk dapat ditentukan nilai bobot untuk masing- masing kriteria sehingga bisa didapatkan prioritas antar kriteria.. 2.1.2

Faktor trauma kecepatan rendah atau trauma kecepatan tinggi sangat penting dalam menentukan klasifikasi fraktur terbuka karena akan berdampak pada kerusakan jaringan

Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Roemani Semarang dengan fraktur femur dextra 1/3 distal karena pasien mengalami kecelakaan motor, sebelum dibawa ke Rumah Sakit Roemani Semarang, 3

Ditemukan penimbunan asam urat pada jaringan lunak (yang dikelilingi oleh reaksi inflamasi termasuk sel-sel rasaksa) dan kapsul dari jaringan penyambung. Penimbunan ditemukan pula

a. Sel jaringan penyambung menjadi osteosit ketika jerat kolagen yang disekresi sel ini mengalami pengapuran dan penulangan. Matrik kolagen memberikan daya regang. Jika kandungan

Dibandingkan dengan jaringan miometrium normal, mioma terdiri dari densitas reseptor estrogen yang lebih banyak, sehingga estradiol yang terikat akan lebih banyak pula.. Mioma

Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya