• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Gambaran Umum

Dalam penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap Income Smoothing. Adapun eliminasi sampel sebagai berikut :

Tabel 4.1

Kriteria Pemilihan Sample

Keterangan Perusahaan Jumlah Jumlah populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 - 2015 145

Pengurang

Perusahaan manufaktur yang pada tahun 2013 - 2015

laporan keuangannya mengalami kerugian. (34) Perusahaan yang melakukan merger maupun akuisisi

selama kurun waktu 2013 - 2015 (7)

Perusahaan manufaktur yang pada tahun 2013 - 2015 laporan keuangannya tidak menggunakan mata uang

rupiah. (24)

Perusahaan yang mengalami deslisting pada kurun waktu

2013-2015 (2)

Perusahaan yang tidak mempunyai informasi laporan

keuangan yang lengkap (18)

Perusahaan manufaktur yang pada tahun 2013 - 2015

yang tidak membayarkan dIviden secara berturut-turut (16)

(2)

Berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan pada tabel 4.1 di atas, dapat diketahui jumlah perusahaan manufaktur yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian terdiri 44 perusahaan. Jumlah data observasi perusahaan berjumlah 132 (44 x 3 tahun).

B. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sebelum menganalisis lebih lanjut estimasi maka perlu diuraikan terlebih dahulu deskripsi data masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Deskripsi data statistik seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 , sebagai berikut:

1. Variabel dependen

Deskripsi variabel penelitian ini diantaranya mengenai praktik perataan laba yang berisi tentang penjelasan gambaran perusahaan-perusahaan sampel penelitian yang dikelompokkan berdasarkan status sebagai perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba yang dihitung berdasarkan indeks Eckel. Perusahaan yang berdasarkan perhitungan mempunyai indeks Eckel kurang dari 1, maka perusahaan tersebut tergolong sebagai perusahaan perata laba, sedangkan perusahaan yang berdasarkan perhitungan mempunyai indeks Eckel lebih dari atau sama dengan 1, maka perusahaan tersebut tergolong sebagai perusahaan bukan perata laba. Income smoothing merupakan variabel dummy yang diberi

(3)

simbol: 1 = perusahaan melakukan perataan laba dan 0 = perusahaan tidak melakukan perataan laba. Daftar mengenai perusahaan-perusahaan sampel yang tergolong sebagai perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

tabel 4.2

Daftar Perusahaan Sampel Berdasarkan Status

No. Kode Nama Perusahaan Eckel Status Keterangan

1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 7.41 0 Bukan Perata Laba 2 ALDO Alkindo Naratama Tbk 8.34 0 Bukan Perata Laba 3 APLI Asiaplast Industries Tbk (0.03) 1 Perata Laba 4 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk 0.79 1 Perata Laba 5 BATA Sepatu Bata Tbk (0.53) 1 Perata Laba 6 BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk (0.18) 1 Perata Laba 7 CEKA Cahaya Kalbar Tbk (1.48) 1 Perata Laba 8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2.15 0 Bukan Perata Laba 9 DLTA Delta Djakarta Tbk 0.87 1 Perata Laba 10 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 4.06 0 Bukan Perata Laba 11 EKAD Ekadharma International Tbk (0.46) 1 Perata Laba 12 IMPC Impack Pratama Industri Tbk 1.00 0 Bukan Perata Laba 13 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 2.13 0 Bukan Perata Laba 14 INCI Intan Wijaya International Tbk 3.61 0 Bukan Perata Laba 15 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 13.32 0 Bukan Perata Laba 16 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk (0.71) 1 Perata Laba 17 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 8.48 0 Bukan Perata Laba 18 KAEF Kimia Farma Tbk 3.75 0 Bukan Perata Laba 19 KBLI KMI Wire and Cable Tbk (0.22) 1 Perata Laba 20 KBLM Kabelindo Murni Tbk (1.63) 1 Perata Laba

(4)

21 KLBF Kalbe Farma Tbk (6.36) 1 Perata Laba 22 LION Lion Metal Works Tbk (3.26) 1 Perata Laba 23 MERK Merck Tbk 3.49 0 Bukan Perata Laba 24 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk (0.33) 1 Perata Laba 25 MYOR Mayora Indah Tbk (4.45) 1 Perata Laba 26 NIPS Nippres Tbk 1.09 0 Bukan Perata Laba 27 PRAS Prima alloy steel Universal Tbk 0.29 1 Perata Laba 28 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk (3.18) 1 Perata Laba 29 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0.21 1 Perata Laba 30 SKBM Sekar Bumi Tbk 0.35 1 Perata Laba 31 SKLT Sekar Laut Tbk 0.86 1 Perata Laba 32 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk (0.10) 1 Perata Laba 33 SMCB Holcim Indonesia Tbk (2.64) 1 Perata Laba 34 SMGR Semen Indonesia Tbk 1.55 0 Bukan Perata Laba 35 SMSM Selamat Sempurna Tbk 4.60 0 Bukan Perata Laba 36 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 0.80 1 Perata Laba 37 TCID Mandom Indonesia Tbk 3.40 0 Bukan Perata Laba 38 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk (1.79) 1 Perata Laba 39 TRIS Trisula International Tbk 2.26 0 Bukan Perata Laba 40 TRST Trias Sentosa Tbk 0.10 1 Perata Laba 41 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk (0.58) 1 Perata Laba 42 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 18.68 0 Bukan Perata Laba 43 UNVR Unilever Indonesia Tbk (3.62) 1 Perata Laba 44 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk (3.82) 1 Perata Laba Perusahaan Perata Laba = 27 Perusahaan dari 44 perusahaan sample, atau 61,36 %

Perusahaan Bukan Perata Laba = 17 Perusahaan dari 44 perusahaan sample, atau 38,64 % Sumber: Laporan Keuangan BEI yang diolah menggunakan Microsoft Excel 2010

(5)

Tabel 4.2 di atas menunjukkan hasil perhitungan indeks Eckel yang dilakukan untuk mengetahui jumlah perusahaan sampel yang melakukan praktik income smoothing dan perusahaan yang tidak melakukan praktik income smoothing. Hasil perhitungan indeks Eckel tersebut telah membuktikan bahwa masih terdapat kecenderungan adanya praktik income smoothing yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2013-2015. Dari 44 perusahaan sample, 27 perusahaan atau 61,36% perusahaan yang terindikasi melakukan praktik income smoothing sedangkan 38,64% atau 17 perusahaan tidak terindikasi melakukan praktik income smoothing.

2. Variabel independen

Pengujian statistik deskriptif juga dilakukan terhadap variabel cash holding yang diproksikan dengan Cash to Asset Ratio , kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) , profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA) , dan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price per Book Value (PBV).

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Deviation Std.

Cash Holding 132 .0036 .7014 .147264 .1517446

Kebijakan Dividen 132 .0365 2.6117 .500825 .4417363

Profitabilitas 132 .0042 .6572 .117830 .1089690

Nilai Perusahaan 132 .0038 4.9003 1.686986 1.4013182

Valid N (listwise) 132

(6)

Dari table 4.3 dapat dilihat bahwa : a. Cash Holding

Cash Holding adalah kas yang dimiliki perusahaan, yang sifatnya jangka pendek. Cash Holding diukur dengan menggunakan Cash to Asset Ratio. Hasil deskriptif menunjukan bahwa rata-rata Cash Holding yang dimiliki perusahaan dengan nilai sebesar 0.147264, hal ini berarti bahwa posisi kas pada perusahaan sampel rata-rata adalah sebesar 14.73% dari jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan. Cash Holding dengan nilai minimum sebesar 0.0036 dan nilai maksimum sebesar 0.7014. Standar deviasi mencerminkan besarnya penyimpangan data sebesar 0.1517446.

b. Kebijakan Dividen

Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Dalam penelitian ini kebijakan dividen diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil deskriptif menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang melakukan Kebijakan Dividen sebesar 0.500825, Hal ini berarti bahwa rata-rata perusaaan membagi dividen hingga sebesar 5.01% dari laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan kemungkinan terkecil sebesar 0.0365 dan kemungkinan terbesar sebesar 2.6117. Standar deviasi mencerminkan besarnya penyimpangan data sebesar 0.4417363.

(7)

c. Profitabilitas

Profitabilitas adalah suatu ukuran yang dinyatakan dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Return on Assets (ROA ). Hasil deskriptif menunjukan bahwa rata-rata Profitabilitas yang dimiliki perusahaan dengan nilai sebesar 0.117830, Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel cenderung mendapatkan laba bersih hingga 11.79% dari total aset yang dimiliki perusahaan dengan nilai minimum sebesar 0.0042 dan nilai maksimum sebesar 0.6572. Standar deviasi mencerminkan besarnya penyimpangan data sebesar 0.1089690.

d. Nilai Perusahaan

Nilai Perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa periode. Nilai perusahaan didefinisikan berdasarkan Price per Book Value Ratio (PBV). Berdasarkan tabel diatas hasil deskriptif menunjukan bahwa rata-rata nilai perusahaan sebesar 1.107997 , Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel cenderung memiliki harga saham hingga 1.1079 kali dibanding nilai buku ekuitas per lembar sahamnya. Nilai perusahaan dengan nilai minimum sebesar 0.0167 dan nilai maksimum sebesar 6.8434. Standar deviasi mencerminkan besarnya penyimpangan data sebesar 1.0078181.

(8)

C. Hasil Uji Analisa Regresi Logistik (Logistic Regression)

Penelitian ini menggunakan model regresi logistik dengan metode signifikan (α)5% (0.05). Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas dan nilai perusahaan terhadap income smoothing yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur pada tahun 2013 – 2015.

Tabel 4.4

Analisa Regresi Logistik (Logistic Regression) Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a CH 1,050 1,466 ,513 1 ,474 2,858 ,162 50,566 DPR 1,433 ,589 5,911 1 ,015 4,191 1,320 13,307 ROA 6,049 3,031 3,983 1 ,046 423,660 1,114 161092,844 NPV ,327 ,154 4,510 1 ,034 ,721 ,533 ,975 Constant ,314 ,428 ,540 1 ,462 ,730

a. Variable(s) entered on step 1: CH, DPR, ROA, NPV.

Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 21

Berdasarkan tabel 4.4 hasil regresi logistik di atas, estimasi maksimum likelihood parameter dari model dapat dilihat pada tampilan hasil regresi logit dengan melihat nilai B dari masing-masing variabel. Berikut dapat diperoleh persamaan regresi logit :

Ln p / 1-p = 0,314 + 1.050 Cash holding + 1,433 Kebijakan Dividen + 6,049 Profitabilitas + 0,327 Nilai perusahaan + e

Persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien dari variable cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas dan nilai perusahaan bernilai positif. Jika koefisien bernilai positif maka tindakan untuk melakukan income smoothing meningkat.

(9)

1) Nilai konstanta sebesar 0,314 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas, dan nilai perusahaan = 0) maka odds perusahaan untuk melakukan tindakan income smoothing adalah sebesar 0,314. 2) Cash Holding mempunyai nilai koefisiensi regresi dengan arah

positif sebesar 1,050. Artinya jika variabel cash holding meningkat sebesar satu satuan, maka tindakan income smoothing meningkat sebesar 1,050 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap. 3) Kebijakan Dividen mempunyai nilai regresi dengan arah positif

sebesar 1,433. Artinya jika variabel kebijakan dividen meningkat sebesar satu satuan, maka tindakan income smoothing meningkat sebesar 1,433 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap. 4) Profitabilitas mempunyai nilai regresi dengan arah positif sebesar

6,049 . Artinya jika variabel profitabilitas meningkat sebesar satu satuan, maka tindakan income smoothing meningkat sebesar 6,049 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap.

5) Nilai Perusahaan mempunyai nilai regresi dengan arah positif sebesar 0,327. Artinya jika variabel nilai perusahaan meningkat sebesar satu satuan, maka tindakan income smoothing meningkat sebesar 0,327 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap

1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)

Goodness of Fit Test atau perhitungan korelasi digunakan untuk mengetahui ukuran ketepatan model yang dipakai dan mengukur ketepatan

(10)

garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai variabel independen. Kelayakan model regresi ditentukan dengan berdasarkan nilai dari Hoosmer and Lemeshows Goodness of fit test. Hasil pengujian kelayakan model regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.5

Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 6,474 8 ,594

Sumber : data diolah dengan SPSS 21

Nilai goodness of fit test menunjukkan nilai chi-square sebesar 6,474 dan asymptotic significance sebesar 0,594 lebih besar dari nilai signifikansi (α) 0,05 maka berarti bahwa model regresi layak dipakai untuk analisis selanjutnya, karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Estimasi chi-square ditujukan untuk mengetahui pengaruh dari cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba.

2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Nilai dari keseluruhan model dapat dilihat dengan membandingkan nilai -2 log likelihood (-2LL) pada block number = 0 dan -2 log likelihood (-2LL) pada block number = 1. Hasil pengujian overall model fit disajikan dalam tabel berikut ini:

(11)

Table 4.6.1

Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant Step 0 1 176,115 ,455 2 176,113 ,463 3 176,113 ,463

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 176,113

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber : data diolah dengan SPSS 21

Table 4.6.2

Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration likelihood -2 Log

Coefficients Constant CH DPR ROA PBV Step 1 1 166,856 ,019 ,550 ,759 2,544 ,170 2 166,856 ,088 ,584 ,945 3,305 ,206 3 166,853 ,096 ,579 ,961 3,395 ,209 4 166,853 ,096 ,579 ,961 3,396 ,209 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 176,113

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber : data diolah dengan SPSS 21

Berdasarkan Overall model fit pada tabel 4.6 di atas menunjukkan dua nilai -2LL yaitu pada Block Number = 0 dan Block Number = 1. Pada Block Number = 0 mempunyai nilai -2LL sebesar 176,113 yang lebih besar dari nilai -2LL pada Block Number = 1 yang bernilai 166,853.

(12)

Penurunan yang ada menunjukkan model regresi yang lebih baik dibandingkan sebelum variabel independen dimasukkan dalam model, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi ini layak untuk digunakan.

3. Ketepatan Klasifikasi Regresi (Overall Classification Table)

Tujuan dari analisis Overall Classification Table adalah untuk melihat ketepatan dalam memprediksi tindakan di masa yang akan datang. Hasil analisis ini dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Klasifikasi Regresi (Overall Classification Table) Classification Tablea Observed Predicted Income Smoothing Percentage Correct Bukan

Perata Laba Perata Laba Step 1 Income

Smoothing Bukan Perata

Laba 12 39 23,5

Perata

Laba 6 75 92,6

Overall Percentage 65,9

a. The cut value is ,500

Sumber : data diolah dengan SPSS 21

Tabel 4.7 di atas merupakan Classification Table yang digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar. Angka pada kolom merupakan nilai prediksi dari variabel dependen dalam penelitian ini adalah perata laba dan bukan perata laba. Sedangkan baris menunjukkan nilai observasi yang sesungguhnya dari perata laba dan bukan perata laba. Tabel di atas menjelaskan bahwa regresi logistik yang digunakan telah cukup baik karena mampu memprediksi 65,9%. Hal ini lebih baik dari

(13)

model konstanta sebelumnya hanya sebesar 61,4%. Sedangkan keakuran hasil prediksi perusahaan yang tidak melakukan income smoothig sebesar 23,5% dan keakuratan hasil prediksi perusahaan yang melakukan income smoothing sebesar 92,6%.

D. Hasil Uji Hipotesis

Model pengujian hipotesis dilakukan dengan dua tahap yaitu uji koofisien determinasi dan uji hipotesis secara parsial

1. Ujian Koofisien Determinan (Model Summary)

Model summary dalam regresi logistik sama dengan pengujian R

square pada persamaan regresi linear. Tujuan dari model ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kombinasi variabel independen yang terdiri

dari cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas dan nilai perusahaan

mampu menjelaskan variabel dependen yaitu income smoothing. Nilai

Negelkerke R Square diinterpretasikan seperti nilai Adjusted R Square pada regresi berganda.

Tabel 4.8

Nagelkerke R Square

Model Summary

Step likelihood -2 Log Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 155,028a ,128 ,175

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

(14)

Pada tabel di atas diperoleh nilai nagelkerke R Square = 0,175 atau 17,5%. Hal ini berarti bahwa besarnya pengaruh variabel cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas, dan nilai perusahaan terhadap income smoothing secara simultan adalah sebesar 17,5% .

2. Uji t (Pengujian Hipotesis secara Parsial)

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan secara serentak untuk keempat variabel independen, meliputi cash holding, kebijakan dividen, profitabilitas, dan nilai perusahaan. Tujuan dari pengujian hipotesis secara parsial adalah untuk meyakinkan hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis secara simultan.

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a CH 1,050 1,466 ,513 1 ,474 2,858 ,162 50,566 DPR 1,433 ,589 5,911 1 ,015 4,191 1,320 13,307 ROA 6,049 3,031 3,983 1 ,046 423,660 1,114 161092,844 PBV ,327 ,154 4,510 1 ,034 ,721 ,533 ,975 Constant ,314 ,428 ,540 1 ,462 ,730

a. Variable(s) entered on step 1: CH, DPR, ROA, NPV.

Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 21

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengujian hipotesis (multivariate) secara parsial diketahui bahwa ;

Nilai signifikan variabel Cash Holding (X1) diperoleh sebesar

0,474 lebih besar dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho

(15)

diterima dan Ha ditolak, artinya secara parsial Cash Holding tidak berpengaruh terhadap Income Smoothing.

 Nilai signifikan variabel Kebijakan dividen (X2) diperoleh sebesar

0,015 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara parsial Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Income Smoothing.

 Nilai signifikan variable Profitabilitas (X3) diperoleh sebesar 0,046

lebih kecil dari tingkat signifikasi alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara parsial Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Income Smoothing.

 Nilai signifikan variabel Nilai Perusahaan (X4) diperoleh sebesar

0,034 lebih besar dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara parsial Nilai Perusahaan berpengaruh terhadap Income Smoothing.

Berdasarkan analisis di atas, hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini secara lebih rinci disajikan pada tabel 4.10 sebagai berikut:

(16)

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis Keterangan Sig Keputusan

H1 Cash holding berpengaruh terhadap

income smoothing 0,474 Ditolak

H2 Kebijakan dividen berpengaruh terhadap

income smoothing 0,015 Diterima

H3 Profitabilitas berpengaruh terhadap

income smoothing 0,046 Diterima

H4 Nilai perusahaan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap income smoothing 0,034 Diterima

Tabel 4.10 di atas menyajikan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel independen cash holding tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing dan kebijakan dividen profitabilitas dan nilai perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap income smoothing.

E. Pembahasan

1. Pengaruh Cash Holding terhadap Income Smoothing

Pada penelitian ini dikemukakan bahwa Cash Holding tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Sarwinda (2015) yang menyatakan bahwa cash holding berhubungan signifikan dan berhubungan langsung dengan income

(17)

smoothing. Pengujian cash holding yang diukur dengan cash to assets Ratio, menyebabkan nilai cash holding yang kecil.

Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan Hutauruk (2013) yang menyimpulkan bahwa cash holding tidak berpengaruh terhadap income smoothing, karena cash holding yang dimiliki perusahaan untuk kas pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen, sangat sedikit sehingga manager tidak dapat memanfaatkan kas tersebut untuk kepentingan manajemen.

2. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Income Smoothing

Pada penelitian ini dikemukakan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh siginifikan terhadap income smoothing. Setelah dilakukan pengujian regresi logistik, dapat diketahui bahwa kebijakan dividen terkait dengan jumlah arus kas di dalam perusahaan. Ketika perusahaan menggunakan dana yang ada untuk membiayai operasional dan tidak membagikan kepada pemilik saham, maka perusahaan kemungkinan tidak akan melakukan income smoothing. Demikian juga sebaliknya ketika dana yang ada justru dibagikan sebagai dividen, maka perusahaan akan cenderung melakukan income smoothing. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah dividen yang dibagikan juga akan meningkatkan income smoothing karena perusahaan harus menentukan jumlah laba yang dibagikan. Dan ketika dividen tidak dibagikan atau semakin kecil, kemungkinan kecil dilakukan income

(18)

smoothing. Hal ini mendukung penelitian Noviana (2012) yang menyimpulkan bahwa dividend payout ratio sangat mempengaruhi perilaku income smoothing, karena kebijakan dividen akan mempunyai implikasi yang signifikan pada pengambilan keputusan investor maupun investasi potensial dalam pembelian saham perusahaan.

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Hasanah (2013) yang tidak menemukan pengaruh antara dividen payout ratio dengan praktik income smoothing, karena sifat pemodal yang cendrung melihat capital gain karena keuntungan tersebut tidak tergantung pada performance perusahaan atau emiten, sehingga kebijakan dividen yang menerapkan tingkat dividen payout ratio yang tinggi tidak tertarik melakukan praktik income smoothing.

3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Income Smoothing

Pada penelitian ini dikemukakan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap income smoothing. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Ramdani (2012) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap praktik income smoothing yang dilakukan perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka perusahaan cenderung untuk tidak melakukan income smoothing karena perusahaan tersebut akan menjadi sorotan publik, sehingga perusahaan akan berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang membahayakan kredibilitas perusahaan .

(19)

Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan Alexandri and Anjani (2014) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung untuk melakukan perataan laba karena manajemen mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba pada masa mendatang. Profitabilitas yang stabil akan menguntungkan manajemen, seperti mempertahankan posisi jabatan apabila kinerja diukur dengan tingkat laba yang mampu dihasilkan.

1) Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Income Smoothing

Pada penelitian ini dikemukakan bahwa Nilai Perusahaan berpengaruh terhadap income smoothing. Hal ini mendukung penelitian Cendy (2013) yang menyatakan perusahaan yang memiliki nilai pasar tinggi cenderung melakukan praktek income smoothing, karena perusahaan akan cenderung menjaga konsistensi laba agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi dan dapat menarik sumber daya ke dalam perusahaannya. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Sarwinda (2015) yang tidak menemukan pengaruh antara nilai perusahaan dengan tindakan income smoothing pada perusahaan manufaktur.

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh terhadap income smoothing, artinya apabila suatu perusahaan dapat mempertahankan nilai rasio perbandingan antara nilai pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan yang lebih dari satu, maka

(20)

perusahaan tersebut dapat menarik arus sumber masuk (investor) kedalam perusahaan. Sehingga untuk menjaga dan meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan cenderung melakukan income smoothing.

Gambar

Tabel 4.2 di atas menunjukkan hasil perhitungan indeks Eckel yang  dilakukan untuk mengetahui jumlah perusahaan sampel yang melakukan  praktik income smoothing dan perusahaan yang tidak melakukan praktik  income  smoothing
Tabel 4.8  Nagelkerke R Square

Referensi

Dokumen terkait

1) Mengakses Informasi tentang perbaikan sistem pengapian sepeda motor dengan benar. 2) Melakukan pengujian kinerja sistem pengapian sesuai petunjuk buku manual

Dari hasil penelitian dapat dipahami bahwa untuk keterampilan proses dasar pengamatan, pemahaman siswa kelas IV di 7 SD Piloting Kurikulum 2013 se-Kabupaten

Dalam hal ini, program-program tersebut akan dikelompokan ke dalam tiga kelompok sesuai dengan teori Lewin’s Three Steps Model, dan kemudian dikelompokan kembali

Menurut saya, mernang per[u diadakan perubahan terhadap Pasal 37 UUD 1945, terutama mengenai tata cara melakukan perubahan terhadap Undang-tindang Dasar. Dimana, Pasal 37 yang

Skripsi dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan dan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Al Huda Bandung Tahun

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar loncat harimau dengan penggunaan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas XI TKJ C SMK Negeri 9 Surakarta

Penyakit pasca panen buah jeruk yang sering mengakibatkan kerugian adalah jamur (Penicilium sp.dan Alternaria sp). Penyakit menyebabkan buah busuk hijau, biru atau hitam pada