• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN POLONG PANILI (Vanilla planifolia) KERING DALAM ETHANOL TERHADAP KUALITAS OLEORESIN PANILI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN POLONG PANILI (Vanilla planifolia) KERING DALAM ETHANOL TERHADAP KUALITAS OLEORESIN PANILI SKRIPSI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN POLONG

PANILI (Vanilla planifolia) KERING DALAM ETHANOL

TERHADAP KUALITAS OLEORESIN PANILI

SKRIPSI

Oleh :

Devy Wahyu Setyowati

H 0604013

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

(2)

PENGARUH UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN POLONG

PANILI (Vanilla planifolia) KERING DALAM ETHANOL

TERHADAP KUALITAS OLEORESIN PANILI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Oleh :

DEVY WAHYU SETYOWATI H0604013

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(3)

PENGARUH UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN POLONG PANILI

(Vanilla planifolia) KERING DALAM ETHANOL TERHADAP KUALITAS

OLEORESIN PANILI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Devy Wahyu Setyowati

H0604013

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 12 Juni 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Surakarta, 25 Juni 2009 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS.

NIP. 131 124 609 Ketua

Ir. Nur Her Riyadi, MS. NIP. 131 128 571

Anggota I

R. Baskara Katri A., S.TP MP. NIP. 132 318 019

Anggota II

Ir. Bambang Sigit A., MSi. NIP. 131 955 591

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Ramat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripisi ini dengan baik. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Nur Her Riyadi, MS. selaku Pembimbing Utama atas bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini dan selama menempuh kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak R. Baskara Katri A., S.TP, MP. selaku Pembimbing Pendamping, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta saran yang berharga sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Ir. Bambang Sigit A., MSi. selaku Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran yang berharga sehingga terselesaikannya skripsi ini..

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Kedua orang tua dan adikku yang senantiasa memberikan nasehat, doa, bantuan serta dukungan kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya.

(5)

8. Semua teman Jurusan Teknologi Hasil Pertanian pada khususnya dan teman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada umumnya. 9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan

memberi dukungan, doa serta semangat bagi penulis untuk terus berjuang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2009

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix RINGKASAN ... x SUMMARY ... xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Panili (Vanilla planifolia) ... 5

2. Senyawa Vanilin ... 7

3. Oleoresin Panili... 9

4. Pengecilan Ukuran ... 10

B. Hipotesis... 11

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

B. Bahan, Alat dan Tahap Penelitian... 12

1. Bahan ... 12

2. Alat... 12

3. Tahap Penelitian... 13

(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Berat Jenis ... 17

B. Kelarutan dalam Alkohol ... 18

C. Kadar Padatan Terlarut ... 20

D. Kadar Vanilin... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. ... Kesim pulan... 24 B. ... Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA... 26 LAMPIRAN... 28

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering dalam Etanol Terhadap Berat Jenis Oleoresin Panili

17

4.2. Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering dalam Etanol Terhadap Kelarutan Oleoresin Panili dalam Alkohol

19

4.3. Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering dalam Etanol Terhadap Kadar Padatan Terlarut Oleoresin Panili

20

4.4. Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering dalam Etanol Terhadap Kadar Vanilin Oleoresin Panili

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Panili 5

2. Struktur senyawa Vanilin 8 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Oleoresin Panili 16

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Analisa Kadar Vanilin dengan Spektrofotometer 29 2. Hasil Analisa Berat Jenis Oleoresin Panili 31 3. Analisa Statistik Berat Jenis Oleoresin 32 4. Hasil Analisa Kelarutan Oleoresin Panili dalam Alkohol 36 5. Analisa Statistik Kelarutan Oleoresin 37 6. Hasil Analisa Kadar Padatan Terlarut Oleoresin Panili 41 7. Analisa Statistik Kadar Padatan Terlarut Oleoresin 42 8. Hasil Analisa Kadar Vanilin Oleoresin Panili 46 9. Kurva Standar Vanilin 47 10. Analisa Statistik Kadar Vanilin Oleoresin 49 11. Dokumentasi Penelitian 53

(11)

PENGARUH UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN POLONG PANILI

(Vanilla planifolia) KERING DALAM ETHANOL TERHADAP KUALITAS

OLEORESIN YANG DIHASILKAN

Devy Wahyu Setyowati H 0604013

RINGKASAN

Panili (Vanilla planifolia) merupakan salah satu komoditas yang nilai ekonominya tinggi di Indonesia, khususnya di propinsi Jawa Tengah. Namun demikian, umumnya panili diperdagangkan masih dalam bentuk panili segar atau hasil olahan yang sederhana, misalnya panili kering. Produk olahan panili lainnya yang dapat dikembangkan adalah oleoresin panili. Oleoresin panili merupakan konsentrasi semi solid yang diperoleh dengan memindahkan solvent dari ekstrak panili. Oleoresin dimanfaaatkan sebagai bahan penyedap makanan dan minuman yang mempunyai karakteristik rasa dan aroma sama dengan bahan aslinya.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ukuran dan lama perendaman panili kering dalam etanol berpengaruh terhadap kualitas oleoresin panili yang dihasilkan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor pertama adalah variasi ukuran panili kering (utuh, dipotong-potong, serbuk) sedangkan kedua adalah variasi lama perendaman panili kering dalam etanol (ekstraksi) (24 jam, 48 jam, 72 jam).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan lama perendaman panili kering dalam etanol berpengaruh terhadap kualitas oleoresin panili yang dihasilkan, semakin kecil ukuran panili kering dan semakin lama waktu perendaman panili kering dalam etanol maka oleoresin yang dihasilkan mempunyai nilai berat jenis, kadar padatan terlarut, dan kadar vanilin yang semakin tinggi. Kisaran nilai berat jenis yang diperoleh 1,1236 - 1,3005; kelarutan dalam alkohol 1:38,3 - 1:120,3; kadar padatan terlarut 11,14 - 40,85 %; dan kadar vanilin 0,0506 – 6,5974 %.

(12)

AFFECTS OF SIZE AND SUBMERGING DURATION OF DRY VANILLA

(Vanilla planifolia) IN ETHANOL TO THE QUALITY OF VANILLA

OLEORESIN

Devy Wahyu Setyowati H 0604013

SUMMARY

Vanilla (Vanilla planifolia) is one of high-economic commodities in Indonesia, particularly in Central Java Province. Nevertheless, in general vanilla is usually traded in fresh vanilla form or simple processing result, such as dry vanilla. Other processing product vanilla able to developing is vanilla oleoresin. Vanilla oleoresin is a semi-solid concentrate obtained by removing the solvent from the vanilla extract. Vanilla oleoresin is used as food and beverage flavouring substance having taste and aroma characteristics similar to the original spices.

The research aims to find out whether or not the dry vanilla size and submerging duration in ethanol affect to get quality vanilla oleoresin. Randomized complete design with factorial was used and using three replications. The treatment divided two factor, they are variation size and submerging duration in ethanol. Three variation size including intact, cut to pieces and particle size and three submerging duration in ethanol including 24, 48 and 72 hours were tested.

The results showed that the variation size and submerging duration in ethanol affects to get quality vanilla oleoresin, the more smaller the dry vanilla and more longer submerging duration vanilla in ethanol, so oleoresin while obtained have higher the higher are the density, total soluble solid and vanillin content. The range of density obtained is 1,1236 – 1,3005; solvability in alcohol 1:38,3 - 1:120,3; total soluble solid 11,14 – 40,85 %; and vanillin content 0,0506 – 6,5974 %.

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panili (Vanilla planifolia) adalah tanaman tropis bernilai ekonomi tinggi karena merupakan rempah termahal kedua yang diperdagangkan di dunia internasional. Panili mempunyai peranan yang cukup berarti dalam penerimaan devisa negara selain itu juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan petani. Selain sebagai mata dagang hasil pertanian, panili mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga panili mendapat julukan emas hijau (Bratawidjaya M., 1993). Kegunaan panili yakni sebagai flavor masakan, ice cream, coklat, untuk campuran atau substitusi produksi obat-obatan dan lain-lain. Dengan demikian panili tetap menduduki peranan yang penting dan permintaan panili dipasaran dunia terus mengalami peningkatan.

Harga panili segar rata-rata di pasar dalam negeri berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) yang diolah Deptan (2004), dari tahun 1999 sampai 2003 naik turun, yang pada tahun 2003 harga panili segar meningkat mencapai Rp.301.330/kg. Sedangkan harga panili kering pada tahun 2002 cukup tinggi berkisar Rp.2.000.000 hingga Rp.3.000.000/kg. Informasi harga terakhir (tahun 2006) yang diperoleh dari para petani di Kuningan dan Sumedang adalah Rp.65.000/kg untuk panili segar sedangkan untuk panili kering adalah Rp.700.000/kg.

Sejak tahun 2001 sampai 2003, areal terluas yang digunakan untuk tanaman panili terdapat di provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, yang mayoritas berstatus Perkebunan Rakyat (PR). Produksi panili kering yang mayoritas merupakan Perkebunan Rakyat (PR) tersebut mengalami peningkatan, dari 1.791 ton pada tahun 1999 menjadi 1.680 ton tahun 2000, 2.196 ton tahun 2001 dan 2.730 ton tahun 2002. Sementara itu, ekspor panili kering dari tahun 1999 sampai tahun 2002 terus meningkat dan berdasarkan data sementara pada tahun 2003

(14)

melonjak tajam hingga mencapai 6.363 ton dengan nilai 19.275.000 US$. Meski demikian, nilai ekspor panili turun naik sesuai dengan harga yang berlaku dipasaran, dipengaruhi oleh ketersediaan barang, besarnya permintaan serta mutu barang (Data Biro Pusat Statistik yang diolah oleh Deptan (2004)).

Indonesia termasuk negara terbesar disamping Madagaskar dan Uganda yang memproduksi dan mengekspor panili sehingga memenuhi kebutuhan pasar dunia. Walaupun demikian, Indonesia masih mengimpor panili dalam bentuk kering utuh dan olahan panili kering berupa ekstrak panili, oleoresin, bubuk dan lain-lain, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagian lainnya diekspor kembali. Hingga saat ini, Indonesia belum mampu memproduksi bentuk olahan panili kering secara maksimal sehingga permintaan dalam negeri terhadap produk-produk tersebut masih tergantung pada negara pengimpor seperti Korea, Amerika Serikat dan Papua New Guinea. Hal ini kemungkinan besar disebabkan panili kering di Indonesia masih memiliki kualitas rendah dibanding potensi sebenarnya akibat pemanenan buah belum cukup tua serta proses kuring yang kurang sempurna. Diketahui bahwa panili kering Indonesia memiliki aroma cenderung woody karena pemanenan yang terlalu cepat dan proses pengolahan hasil yang kurang sempurna (Zahorik, 2006).

Oleoresin panili merupakan salah satu bentuk panili olahan yang lebih mudah dan luas penggunaannya. Oleoresin panili merupakan bahan pewangi yang banyak dipergunakan dalam industri parfum, makanan maupun minuman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panili bukan sekedar untuk pewangi belaka tetapi juga untuk penyempurnaan rasa (flavor) (Lawani, 1993).

Oleoresin panili dapat dibuat dengan mengekstraksi buah panili kering dengan menggunakan pelarut organik. Buah panili kering yang akan diekstrak sebaiknya dipotong-potong kecil agar daya ekstraksi semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan, karena kontak

(15)

antara bahan dan pelarut menjadi lebih besar (Jacobs, 1951), setelah itu direndam selama 12-24 jam dengan menggunakan pelarut alkohol atau pelarut organik yang mempunyai titik didih yang rendah, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan pelarut tersebut harus dapat bercampur dengan air (Suwandi, 2005). Perbandingan jumlah bahan dengan pelarut adalah 1 : 10 (Winton, 1974). Kemudian hasil ekstraksi disaring, dan ampas buah panili dikeluarkan sehingga hanya tinggal filtratnya saja (Cowley, 1973), sehingga diperoleh cairan kental yang berwarna gelap.

Penggunaan oleoresin panili di luar negeri cukup banyak disukai dibandingkan dengan buah panili utuh. Bila dibandingkan dengan penggunaan buah panili langsung, oleoresin panili lebih menguntungkan karena bebas dari kontaminasi mikroorganisme, mempunyai tingkat flavor yang lebih kuat dibanding bahan asli, lebih mudah dalam proses pencampuran dalam pengolahan makanan dan tidak memerlukan tempat yang besar dalam pengemasan dan pengangkutannya serta nilai jualnya lebih tinggi. Indonesia saat ini masih mengekspor panili dalam bentuk buah kering. Selama penyimpanan di gudang dan pengangkutan ke tempat tujuan, buah panili tersebut seringkali terkontaminasi mikroorganisme. Pengolahan panili menjadi oleoresin merupakan upaya untuk mengatasi kerusakan panili disamping memberikan nilai tambah buah panili (Ma’mun dan Pandji Laksmanahardja, 1998).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil sebuah perumusan maslah : Apakah ukuran dan lama perendaman berpengaruh terhadap kualitas oloeresin panili yang dihasilkan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol terhadap kualitas oleoresin panili yang dihasilkan dengan parameter kualitas yaitu,

(16)

berat jenis, kelarutan dalam alkohol, kadar padatan terlarut dan kadar vanillin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, khususnya tentang pengaruh ukuran polong kering panili dan lama perendaman polong kering panili dalam etanol terhadap kualitas oleoresin panili yang dihasilkan, dan dapat diterima oleh masyarakat.

(17)

II. LANDASAN TEORI

E. Tinjauan Pustaka 1. Panili

Panili termasuk bunga monokotil famili Orchidaceae yang merupakan famili tumbuhan bunga terbesar dengan 700 genus dan 20.000 spesies. Untuk tujuan komersial, terdapat 3 spesies yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yakni Vanilla planifolia Andrews, Vanilla pompana Schieda dan Vanilla tahitensis JW Moore. Jenis panili yang paling banyak ditemui di Indonesia adalah Vanilla fragrans (Salibs.) Ames (syn. V.

planifolia Andrews) yang sangat terkenal bermutu tinggi dan menduduki

peringkat 1 dunia karena kadar panilinnya yang tinggi (Deptan 2004).

Gambar 1. Panili

Dari ratusan jenis panili yang terdapat di dunia. Indonesia memiliki jenis-jenis liar, yang merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Chalot (1920) di Palembang terdapat jenis Vanilla palembanica, sedangkan di Jawa ditemukan 2 jenis yaitu V. aphylla di kaki gunung Penanggungan, Jawa Barat pada ketinggian 50 - 580 mdpl dan V. albida

(18)

terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan pada ketinggian 200 - 900 mdpl.

Tanaman panili membutuhkan kondisi lingkungan tertentu agar dapat tumbuh subur, menghasilkan buah berkualitas tinggi serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Lingkungan ini dibentuk oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi, yaitu iklim (dibentuk oleh sinar matahari, curah hujan, angin, dan suhu udara), tanah, ketinggian tempat di atas permukaan laut, tinggi rendahnya air tanah, dan pengairan. Panili dapat tumbuh dengan baik di iklim tropis dengan curah hujan 1500-3000 mm/tahun, suhu udara minimal 15oC, dan kelembaban 60-75% serta radiasi 50%, khususnya di pinggiran hutan (Rismunandar, 2005).

Tanaman panili mulai masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1846 oleh Teysmann, Direktur Buitenzorg Botanic Garden (Kebun Raya Bogor). Ia menemukan metode yang memuaskan dengan penyerbukan menggunakan tangan. Metode ini dilakukan karena penyerbukan bunga V.

planifolia Andrews alami hanya dapat terjadi di Meksiko, Guatemala dan

bagian lain dari Amerika Tengah, yakni dengan lebah genus Melapona, disamping burung kolibri yang juga diperkirakan sebagai agen penyerbukan. Metode penyerbukan menggunakan tangan ditemukan pertama kali oleh Morren di Liege tahun 1836 dan Edmond Albius yang menemukan metode praktis penyerbukan buatan pada tahun 1841, dimana metode ini masih digunakan sampai sekarang (Purseglove et al. 1981).

Panili tumbuh memanjat (liana) dan menjalar pada tanaman penegak/pelindung. Batang panili disebut juga sulur yaitu batang yang berfungsi membantu tanaman untuk “memanjat” atau menjalar. Batang panili cenderung tumbuh ke atas, berwarna hijau, lunak dan berlendir. Lendir pada batang panili mengandung zat kapur oksalat, bila lendir tersebut mengenai kulit dapat menimbulkan gatal (Rismunandar, 2005).

Tanaman panili akan berbunga setelah 2 tahun, mulai berbuah setelah 3 tahun dan mencapai hasil maksimum dalam waktu 10-12 tahun. Panili berbunga satu kali dalam setahun dan hanya 50 bunga dari setiap

(19)

tanaman yang dapat dilakukan penyerbukan menggunakan tangan (Heath dan Reineccius 1986). Penyerbukan merupakan salah satu kunci untuk menghasilkan buah panili yang banyak dan bermutu. Buah panili akan masak 6-10 bulan setelah pembuahan, tergantung pada daerah tempat panili tersebut tumbuh. Di Indonesia, buah panili sudah cukup masak sekitar 9 bulan setelah pembentukan buah (Kartono dan Isdijoso, 1977). Pemetikan buah secara selektif pada umur 8 bulan sesudah penyerbukan akan menghasilkan panili olahan yang berkadar vanilin cukup tinggi (Wahyunto et al., 1987).

2. Senyawa Vanilin

Buah panili yang sudah masak petik dan mengering mengandung zat vanilin. Zat ini merupakan bahan aroma buah panili yang paling utama. Bila dibiarkan masak di pohon, buah panili akan membelah dan mengeluarkan bau vanilin. Wangian vanilin akan meningkat apabila buah panili telah mengalami proses fermentasi (pengolahan) (Rismunandar, 2005). Buah panili pada umumnya dipergunakan untuk memberi aroma

pada makanan, gula-gulaan, cokelat, dan es krim (Kartono dan Isdijoso, 1977).

Panili asli memiliki wangi yang khas. Aroma khas panili dibentuk melalui proses fermentasi. Aktifitas enzim di dalam buah akan mengubah zat glukosida (yang terpenting adalah zat glukovanilin) menjadi zat vanilin. Selain vanilin masih ada beberapa zat hasil sampingan, seperti zat asam benzoat, asam vanilin, alkohol dan sebagainya. Zat-zat hasil sampingan ini menambah aroma khas vanilin yang tidak dapat ditemukan pada vanilin sintetis (Rismunandar, 2005).

Kandungan vanilin pada setiap jenis panili berbeda, perbedaan kandungan tersebut disebabkan karena perbedaan agroklimat tempat

tumbuhnya. Sebagai contoh panili yang berasal dari Mexico (V. planifolia), kadar vanilinnya 1,32-1,86 %, dari Reunion (V. planifolia),

(20)

panili yang berkualitas rendah, kadar panilin minimal 1,19 % sedangkan untuk panili yang berkualitas prima (superior), kadar panilin ditetapkan sebesar 1,50 % (Chalot, 1920). Menurut Ridley (1912) panili dari Tahiti (V. tahitensis) sama dengan V. pompona (Vanillons), dalam hal aromanya kurang dibandingkan V. planifolia, karena itu hanya dipergunakan untuk membuat parfum.

Vanilin merupakan komponen aroma utama yang terdapat dalam buah vanili yakni sebesar 85% dari total senyawa volatil. Komponen lainnya adalah p-hidroksi benzaldehid (sampai 9%) dan p-hidroksi benzil metil eter (1%). Vanillin (4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid) dengan rumus kimia C8H8O3 dan berat molekul 152,14 merupakan komponen utama senyawa aromatic volatile dari polong vanili (Anonim, 2005). Disamping itu, khusus untuk vanili Tahiti memiliki flavor berbeda akibat adanya komponen tambahan yakni piperonal (heliotropin, 3,4-dioksimetilen benzaldehid) dan diasetil (butandion) (Satyamintarti, 2005).

Gambar 2. Struktur senyawa Vanilin (Anonim, 2005)

Selain prekursor dan enzim pembentuk flavor, buah vanili mengandung komponen zat gizi lengkap yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Menurut de Guzman dan Siemonsma (1999), per 100 g berat buah vanili kering Vanilla planifolia Andrews, mengandung 20 g air, 3-5 g protein, 11 g lemak, 7-9 g gula, 15-20 g serat, 5-10 g abu, 1.5-3 g vanilin, 2 g soft resin dan asam vanilat yang tidak berflavor.

(21)

3. Oleoresin Panili

Sari buah panili (ekstrak) dapat dimanfaatkan untuk pewangi minuman, minyak wangi dan sirup. Panili juga digunakan sebagai flavor makanan, seperti pada es krim, kue-kue, kembang gula, cokelat (Chocolate reep), agar-agar, dan puding (Rismunandar, 2005).

Oleoresin panili adalah larutan hidroalkohol yang mengandung zat terekstrak dari buah panili. Oleoresin panili dibuat dari buah panili kering dengan metode maserasi pada suhu ruang selama 12-24 jam. Perbandingan bahan dan pelarut adalah 1:10. Oleoresin dibuat dengan cara buah panili kering dipotong 0,2-0,5 cm, kemudian direndam dalam pelarut. Setelah itu, ekstrak disaring dan pelarutnya diuapkan dengan destilasi vakum. Oleoresin yang dihasilkan memiliki kadar vanillin yang tinggi dan karakteristik yang sesuai dengan standar internasional serta memiliki flavor sweet, vanilla, coconut-like, green, buttery, dan aroma khas yang dihasilkan dari reaksi maillard (Dwi Setyaningsih, 2005).

Oleoresin panili merupakan bentuk olahan panili yang biasa digunakan sebagai flavouring. Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi yakni merendam buah panili dalam larutan alkohol dan air. Campuran tersebut biasanya disimpan selama beberapa bulan untuk menghasilkan cairan coklat jernih dengan flavor panili yang kuat. Pemanasan campuran dapat mempercepat proses, tapi hal ini dapat menyebabkan beberapa komponen flavor yang bersifat volatil menjadi hilang (Satyamintarti, 2005).

Ekstraksi adalah metode efisien yang digunakan untuk memisahkan dan mengkonsentrasikan suatu bahan. Ekstraksi dengan pelarut dapat memisahkan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan dari komponen-komponen yang terkandung didalamnya.. Ekstraksi konvensional panilin dapat dilakukan melalui pencampuran buah panili dengan pelarut polar seperti etanol dan air (Tesla, 2000).

Air merupakan molekul polar yang memiliki ujung muatan negatif dan positif sehingga molekul air dapat berinteraksi satu dengan

(22)

yang lainnya. Molekul air juga dapat berinteraksi dengan molekul polar lainnya. Polaritas dari suatu ikatan adalah distribusi muatan listrik atom yang digabungkan melalui ikatan. Muatan listrik pada beberapa atom yang tidak sama disebut muatan parsial dan keberadaan muatan parsial tersebut adalah terdapat dalam suatu ikatan polar. Sedangkan molekul non polar adalah molekul yang mengandung distribusi yang simetris dari muatan positif (Tesla, 2000).

Jenis pelarut lainnya yang biasa digunakan dalam ekstraksi panili adalah etanol. Etanol (CH3CH2OH) merupakan suatu alkohol yang mengandung gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon. Titik didih etanol adalah 78.5oC dan memiliki berat jenis 0.789 g/ml pada 20oC. Etanol bersifat polar yang dapat dicampur dengan air dan pelarut organik lainnya. Pelarut etanol cair yang digunakan dalam pembuatan oleoresin panili mampu mengekstrak senyawa aromatik yang terdapat dalam buah panili (Cowley 1973).

Ada banyak faktor yang dapat berpengaruh selama proses ekstraksi oleoresin, yaitu salah satunya adalah suhu. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya penguapan pelarut dan sebagian senyawa organik dalam bahan menjadi rusak. Akibatnya, aroma oleoresin yang dihasilkan berkurang (Suwandi, 2005).

4. Pengecilan Ukuran

Mengecilkan ukuran berarti membagi-bagi suatu bahan padat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya-gaya mekanis. Tergantung dari besarnya bahan-bahan padat yang dihasilkan, pengecilan ukuran dibedakan atas pengecilan kasar (memecah) dan pengecilan halus (menggiling). Pengecilan ukuran tersebut ditujukan untuk mereduksi ukuran suatu padatan agar diperoleh luas permukaan yang lebih besar. Perbesaran luas permukaan dimaksudkan antara lain untuk mempercepat pelarutan, mempercepat reaksi kimia, mempertinggi kemampuan penyerapan, serta menambah kekuatan warna. Pengecilan

(23)

ukuran menyebabkan bahan padat menjadi lebih mudah diangkut, lebih mudah diproses lebih lanjut (Bernasconi et al., 1995).

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam pelarut etanol akan berpengaruh terhadap kualitas oleoresin panili yang dihasilkan. Daya ekstraksi akan semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan (makin luas permukaan bahan) karena adanya kontak antara bahan dengan pelarut.

(24)

III. METODE PENELITIAN

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada dalam jangka waktu 2 bulan.

H. Bahan, Alat dan Tahap Penelitian 1. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah polong panili kering yang diperoleh dari daerah Temanggung, Jawa Tengah. Kemudian bahan yang digunakan untuk kelarutan dalam alkohol dari oleoresin panili menggunakan etanol 70 %, kemudian oleoresin panili yang dihasilkan untuk penentuan kadar vanilin dan aquadest untuk penentuan berat jenis oleoresin panili.

2. Alat

Alat yang digunakan untuk preparasi sampel adalah alat pemotong, mortir, timbangan. Sedangkan untuk ekstraksi menggunakan kain saring, rotary evaporator, kertas saring Whatman 40. Spektrofotometer, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet ukur, corong, labu takar digunakan untuk penentuan kadar vanilin. Sedangkan cawan porselen, oven, desikator, timbangan analitik digunakan untuk penentuan padatan terlarut. Piknometer untuk penentuan berat jenis dan tabung reaksi kelarutan dalam alkohol.

(25)

3. Tahap Penelitian

a. Preparasi Sampel

Sampel polong kering panili dipilih yang utuh dan tidak cacat. Kemudian dibuat 3 variasi ukuran yang berbeda, yakni polong kering panili utuh (U1), polong kering panili dipotong-potong dengan ukuran potongan 1-2 cm (U2), dan polong kering panili yang dihancurkan (U3).

b. Ekstraksi panili

Polong kering panili dengan 3 macam variasi ukuran diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol dengan perbandingan 1 : 10 (b/v) dengan 3 variasi lama perendaman (ekstraksi) yakni selama 24 jam (P1), 48 jam (P2) serta 72 jam (P3). Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas Whatman 40. Filtrat yang diuapkan pelarutnya dalam rotary evaporator pada suhu 50oC sampai pelarut sudah menguap semua. Filtrat yang tidak menguap tersebut merupakan oleoresin panili.

c. Pengujian Kadar Vanilin

Pengujian kadar panilin dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 348 nm (Anonim, 1995).

d. Pengujian Kadar Padatan Terlarut

Kadar padatan terlarut dalam ekstrak panili segar diukur dengan metode gravimetri. Pengukuran kadar padatan terlarut dengan metode gravimetri dilakukan untuk perhitungan kadar panilin atas dasar berat kering. Prosedurnya antara lain; cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 24 jam dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang. Selanjutnya oleoresin panili segar sebanyak 2,5 g dimasukan ke dalam cawan. Lalu dikeringkan menggunakan oven suhu 1050C selama sekitar 20 jam

(26)

hingga diperoleh berat tetap. Cawan beserta isinya dipindahkan ke dalam desikator, didinginkan lalu ditimbang.

Perhitungan : % 100 tan % 1 2 x W W Terlarut Pada Kadar = Keterangan : W1 = Berat Sampel (gr)

W2 = Berat Sampel setelah dikeringkan (gr)

e. Pengujian Kelarutan dalam Alkohol Oleoresin Panili

Pengujian kelarutan dalam alkohol oleoresin panili dilakukan dengan menggunakan metode dari Guenther. Sampel oleoresin panili diambil sebanyak 1 ml, masukkan dalam tabung reaksi. Tambahkan alkohol 70% sedikit demi sedikit sampai terbentuk larutan jernih. Setiap kali penambahan alkohol, tabung dikocok atau digoyang-goyang. Kelarutan dalam alkohol dinyatakan dalam jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 ml oleoresin panili (Guenther, 1948). Kelarutan dalam alkohol dinyatakan sebagai berikut :

Kelarutan dalam 90% alkohol = 1 volume dalam Y volume

f. Pengujian Berat Jenis Oleoresin Panili

Oleoresin panili yang dihasilkan dari beberapa perlakuan di ukur berat jenisnya dengan metode dari Guenther. Berat jenis sampel dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari berat sampel dengan berat air dalam volume dan suhu yang sama (Guenther, 1948). Timbang 1 ml aquadest, selanjutnya ambil 1 ml oleoresin panili dan timbang beratnya. Berat jenis oleoresin tersebut adalah hasil bagi dari berat oleoresin panili dengan berat aquadest dalam volume dan suhu yang sama atau hasilnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :

C T pada air ml berat C T pada yak ml berat Jenis Berat o o 1 min 1 =

(27)

Koreksi temperature pembacaan ke temperature standard yang diinginkan dirumuskan (AOAC, 1970) :

Berat Jenis (25oC) = Berat Jenis (ToC) + 0,00064 (T-25)

I. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan berupa rancangan faktorial dengan dua faktor yaitu variasi ukuran polong kering panili (polong kering panili utuh, dipotong-potong, dihancurkan) dan variasi lama perendaman polong kering panili dalam etanol (24 jam, 48 jam, dan 72 jam). Data yang diperoleh dari analisa padatan terlarut, kelarutan dalam alkohol dianalisa statistik dengan menggunakan ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan DMRT pada α = 0,05.

(28)

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Oleoresin Panili Polong Panili Kering

Dipotong-potong Serbuk Utuh

Pelarut (etanol 70 %)

Ekstraksi

(Perendaman 24 jam, 48 jam, 72 jam)

Penyaringan

Ampas

Filtrat

Penguapan Pelarut (dengan Rotary Evaporator)

Pelarut

(29)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Variasi ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi antara ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol berpengaruh terhadap oleoresin panili yang akan dihasilkan. Polong panili kering yang digunakan ada tiga variasi ukuran yaitu, utuh, dipotong-potong dan dalam bentuk serbuk. Dan lama perendaman polong panili kering yang digunakan ada tiga variasi yaitu, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Ketiga variasi ukuran dan lama perendaman dalam etanol dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ukuran dan lama perendaman terhadap berat jenis, kelarutan dalam alkohol, kadar padatan terlarut dan kadar vanillin dari oleoresin panili yang dihasilkan.

A. Berat Jenis

Berat jenis dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari berat sampel dengan berat air dalam volume dan suhu yang sama. Berat jenis oleoresin tersebut adalah hasil bagi dari berat oleoresin panili dengan berat aquadest dalam volume dan suhu yang sama (Guenther, 1948). Hasil dari tiap-tiap variasi ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap berat jenis oleoresin yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering

dalam Etanol Terhadap Berat Jenis Oleoresin Panili

Lama perendaman panili kering dalam etanol (P)

Ukuran panili kering (U)

24 jam (P1) 48 jam (P2) 72 jam (P3) Utuh(U1) 1,1236a 1,1352b 1,1488c Potong-potong (U2) 1,1585d 1,1829e 1,2261f Serbuk (U3) 1,2425g 1,2783h 1,3005i

Keterangan :angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Polong panili kering dalam ukuran utuh dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh berat jenis masing-masing sebesar 1,1236,

(30)

1,1352, dan 1,1488. Polong panili kering yang dipotong-potong dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh berat jenis masing-masing sebesar 1,1585, 1,1829, dan 1,2261. Sedangkan pada polong panili kering dalam ukuran serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh berat jenis masing-masing sebesar 1,2425, 1,2783, dan 1,3005. Berdasarkan tabel 4.1 ketiga variasi ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol terhadap berat jenis berbeda nyata.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ANOVA uji F 5% menunjukkan bahwa interaksi antara keduanya, yaitu perlakuan variasi ukuran dan lama perendaman, berpengaruh terhadap berat jenis oleoresin yang dihasilkan. Pada perendaman panili dalam bentuk serbuk berat jenis yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan perendaman panili dengan ukuran utuh dan dipotong-dipotong. Hal ini dikarenakan, adanya pengecilan ukuran bahan dan lamanya lama perendaman. Pengecilan ukuran panili bertujuan untuk memperbesar luas permukaan bahan sehingga kontak bahan dengan etanol selama perendaman lebih besar. Semakin kecilnya ukuran panili maka luas permukaannya semakin besar sehingga kontak bahan dengan etanol selama perendaman akan lebih besar, mengakibatkan oleoresin yang terikat dengan pelarut semakin banyak. Dan semakin lamanya proses perendaman maka semakin lama juga lama kontak antara bahan dengan pelarut. Akibatnya daya ekstraksi meningkat dan semakin banyaknya padatan yang terlarut dalam oleoresin. Oleh karena itu, semakin kecil ukuran panili dan semakin lama lama perendaman panili dalam pelarut maka semakin tinggi berat jenis yang dihasilkan.

B. Kelarutan dalam Alkohol

Kelarutan dalam alkohol dinyatakan dalam jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 ml oleoresin panili. Semakin besar kelarutan sampel dalam alkohol, semakin baik mutunya (Anonim, 1988). Hasil dari tiap-tiap variasi ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap kelarutan dalam alkohol oleoresin yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

(31)

Tabel 4.2 Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering

dalam Etanol Terhadap Kelarutan Oleoresin Panili dalam Alkohol Lama perendaman panili kering dalam etanol

(P) Ukuran panili kering

(U)

24 jam (P1) 48 jam (P2) 72 jam (P3) Utuh(U1) 1 : 38,3g 1 : 55f 1 : 67,7e Potong-potong (U2) 1 : 76d 1 : 82,7cd 1 : 92bc

Serbuk (U3) 1 : 101a 1 : 112,3a 1 : 120,3a

Keterangan :angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Polong panili kering dalam ukuran utuh dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kelarutan dalam alkohol masing-masing sebesar 0,0262, 0,0183, dan 0,0148. Polong panili kering yang dipotong-potong dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kelarutan dalam alkohol masing-masing sebesar 0,0131, 0,0121, dan 0,0109. Sedangkan pada polong panili kering dalam ukuran serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kelarutan dalam alkohol masing-masing sebesar 0,0099, 0,0089, dan 0,0083. Berdasarkan tabel 4.2 panili dalam ukuran utuh dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam dan 72 jam besarnya berbeda nyata. Pada panili yang dipotong-potong dengan lama perendaman 24 jam berbeda nyata dengan lama perendaman 72 jam tetapi dan lama perendaman 48 jam tidak berbeda nyata dengan lama perendaman 72 jam. Sedangkan pada panili dalam ukuran serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam dan 72 jam tidak berbeda nyata.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ANOVA uji F 5% menunjukkan bahwa interaksi antara keduanya, yaitu perlakuan variasi ukuran dan lama perendaman, berpengaruh terhadap kelarutan dalam alkohol oleoresin yang dihasilkan. Pengecilan ukuran panili bertujuan untuk memperbesar luas permukaan bahan sehingga kontak bahan dengan etanol selama perendaman lebih besar. Akibatnya daya ekstraksi meningkat dan oleoresin dapat terekstrak dengan mudah. Semakin banyak yang terekstrak maka untuk melarutkan dalam alkohol juga membutuhkan alkohol yang lebih banyak. Dan semakin lamanya proses perendaman maka semakin lama juga

(32)

kontak antara bahan dengan pelarut, sehingga menyebabkan semakin banyaknya padatan yang terlarut dalam oleoresin yang dihasilkan dan mempunyai viskositas yang lebih besar. Oleoresin yang memiliki viskositas yang lebih besar membutuhkan alkohol yang lebih banyak untuk melarutkannya. Semakin banyak jumlah alkohol yang ditambahkan untuk melarutkan oleoresin, berarti semakin kecil kelarutannya. Oleh karena itu, semakin kecil ukuran panili dan lama lama perendaman panili dalam etanol maka semakin banyak membutuhkan etanol untuk melarutkan oleoresin sehingga semakin kecil kelarutannya. Hal ini berarti ukuran dan lama perendaman berpengaruh terhadap kelarutan dalam alkohol oleoresin yang dihasilkan.

C. Kadar Padatan Terlarut

Kadar padatan terlarut oleoresin panili ini menggunakan metode gravimetri. Hasil dari tiap-tiap variasi ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap kadar padatan terlarut oleoresin yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering

dalam Etanol Terhadap Kadar Padatan Terlarut Oleoresin Panili Lama perendaman panili kering dalam etanol

(P) Ukuran panili kering

(U)

24 jam (P1) 48 jam (P2) 72 jam (P3) Utuh(U1) 11,14a 15,17b 17,95c Potong-potong (U2) 19,60d 22,78e 26,44f Serbuk (U3) 30,42g 32,13h 40,85i

Keterangan :angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Polong panili kering dalam ukuran utuh dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kadar padatan terlarut masing-masing sebesar 11,14 %, 15,17 %, dan 17,95 %. Pada polong panili yang dipotong-potong dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kadar padatan terlarut masing-masing sebesar 19,60 %, 22,78 %, dan 26,44 %.

(33)

Sedangkan pada polong panili dalam ukuran serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kadar padatan terlarut masing-masing sebesar 30,42 %, 32,13 %, dan 40,85 %. Berdasarkan tabel 4.3 dalam ukuran utuh, dipotong-potong dan serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam kadar padatan terlarutnya berbeda nyata satu sama lain.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ANOVA uji F 5% menunjukkan bahwa interaksi antara keduanya, yaitu perlakuan variasi ukuran dan lama perendaman, berpengaruh terhadap kadar padatan terlarut oleoresin yang dihasilkan. Pengecilan ukuran panili dapat memperbesar luas permukaan bahan, sehingga kontak antara bahan dengan etanol pada saat perendaman semakin besar. Akibatnya, oleoresin terekstrak lebih mudah dan dalam jumlah yang banyak karena oleoresin yang terikat dengan pelarut semakin banyak. Dan Semakin lamanya proses perendaman maka semakin lama juga kontak antara bahan dengan pelarut, sehingga menyebabkan semakin banyaknya padatan yang terlarut dalam oleoresin yang dihasilkan. Oleh karena itu, semakin kecil ukuran panili dan lama perendaman panili dalam etanol maka padatan terlarut dalam oleoresin semakin banyak. Hal ini berarti ukuran dan lama perendaman sangat berpengaruh terhadap kadar padatan terlarut oleoresin yang dihasilkan.

D. Kadar Vanilin

Kualitas panili ditentukan oleh kadar vanillin dalam panili olahannya. Kadar vanillin dalam panili olahan ditentukan selain oleh varietas panili, cara bertanam dan daerah geografi panili itu ditanam juga tergantung pada pengolahan pasca panennya. Sama dengan kualitas oleoresin panili juga ditentukan oleh kadar vanillin dalam oleoresin panili tersebut. Hasil dari tiap-tiap variasi ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap kadar vanillin oleoresin yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

(34)

Tabel 4.4 Pengaruh Ukuran dan Lama Perendaman Polong Panili Kering

dalam Etanol Terhadap Kadar Vanilin Oleoresin Panili

Lama perendaman panili kering dalam etanol (P)

Ukuran panili kering (U)

24 jam (P1) 48 jam (P2) 72 jam (P3) Utuh(U1) 0,0506a 0,8526d 1,4348e Potong-potong (U2) 0,3769b 2,0044f 2,4145g Serbuk (U3) 0,6269c 2,9252h 6,5974i

Keterangan :angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Polong panili kering dalam ukuran utuh dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kadar vanilin masing-masing sebesar 0,0506 %, 0,8526 %, dan 1,4348 %. Pada polong panili yang dipotong-potong dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kadar vanilin masing-masing sebesar 0,3769 %, 2,0044 %, dan 2,4145 %. Sedangkan pada polong panili dalam ukuran serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diperoleh kadar vanilin masing-masing sebesar 0,6269 %, 2,9252 %, dan 6,5974 %. Berdasarkan tabel 4.4 dalam ukuran utuh, dipotong-potong dan serbuk dengan lama perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam dalam etanol terhadap kadar vanilin berbeda nyata satu sama lain. Kadar vanillin yang terlihat dalam tabel 4.4 dengan ukuran utuh, dipotong-potong, dan serbuk semakin meningkat kadar vanilinnya dalam lama perendaman yang semakin lama.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ANOVA uji F 5% menunjukkan bahwa interaksi antara keduanya, yaitu perlakuan variasi ukuran dan lama perendaman menurut hasil analisis statistik dengan menggunakan ANOVA uji F 5% menunjukkan bahwa perlakuan pengecilan ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol berpengaruh terhadap kadar vanilin oleoresin yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan karena dengan adanya perlakuan pengecilan ukuran dan lama perendaman menyebabkan daya ekstraksi meningkat dan mengakibatkan banyaknya vanilin yang terikat dengan pelarut. Lama kontak bahan dengan pelarut pada waktu proses ekstraksi dapat mengeluarkan vanilin dalam jumlah yang banyak. Hal ini

(35)

berarti interaksi antara ukuran dan lama perendaman berpengaruh terhadap kadar vanilin oleoresin panili yang dihasilkan.

(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol berpengaruh terhadap kadar vanilin, kadar padatan terlarut, dan berat jenis oleoresin panili yang dihasilkan. Nilai kadar vanilin, kadar padatan terlarut, dan berat jenis yang dihasilkan adalah semakin tinggi.

2. Ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap berat jenis oleoresin panili berbeda nyata Berat jenis terendah sebesar 1,1236 diperoleh dari panili berukuran utuh dengan waktu perendaman 24 jam sedangkan berat jenis tertinggi sebesar 1,3005 diperoleh dari panili berukuran serbuk dengan waktu perendaman 72 jam.

3. Ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap kelarutan dalam alkohol berbeda nyata antara panili yang berukuran utuh, dipotong-potong dan serbuk.

4. Ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap kadar padatan terlarut berbeda nyata. Kadar padatan terlarut terendah sebesar 11,14 % dari panili ukuran utuh dengan waktu perendaman 24 jam sedangkan kadar padatan terlarut tertinggi sebesar 40,85 % dari panili ukuran serbuk dengan waktu perendaman 72 jam.

5. Ukuran dan lama perendaman dalam etanol terhadap kadar vanilin berbeda nyata. Kadar vanilin terendah sebesar 0,0506 % dari panili ukuran utuh dengan waktu perendaman 24 jam sedangkan kadar vanilin tertinggi sebesar 6,5974 % dari panili ukuran serbuk dengan waktu perendaman 72 jam.

(37)

B. Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ukuran dan lama perendaman polong panili kering dalam etanol terhadap kualitas oleoresin panili dengan menggunakan variasi ukuran panili kering dalam bentuk serbuk dan menggunakan panili kering dengan jenis yang lain.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1988. Standard Industri Indonesia. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 1995. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemist, Washington DC.

Anonim. 1995. Panili. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No.145. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Irian Jaya.

Anonim. 2005. http:/www.chem.uwima.edu.jm:1104/lectures/vanilla.html. Diakses pada hari Selasa, tanggal 12 Mei 2009.

AOAC. 1970. Official Methods of Analysis of the Association of Official

Analytical Chemists. The Association of Official Analytical Chemists.

Washington.

Bernasconi, G., H. Gerster., H. Hauser., H. Stauble., E. Schneiter. 1995.

Teknologi Kimia 2. PT. Pradnya Pratama. Jakarta.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia; Panili-

Statistical Estate Crops of Indonesia (Vanilla) 2001-2003. Jakarta:

Deptan Dirjen Bina Produksi Perkebunan.

Bratawidjaya, M., 1993. Efisiensi Pemasaran Panili dan Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi di Daerah Sentra Produksi Propinsi Bali, Tesis Program

Pasca Sarjana, IPB-Bogor.

Chalot, CH. 1920. Culture et Preparation De La Vanille. Di dalam: Monograf

Panili; Emile Larose. Libraire Editeur. Paris. 215p.

Chalot, C.H., 1920. Culture et Preparation De La Vanilla. Di dalam: Status

Pemuliaan Tanaman Panili; Emile Larose. Libraire Editieur Rue Victor

Cousin Paris. 215 p.

Cowley E. 1973. Vanilla and its use. Di dalam: Monograf Panili; Tropical Product Institute, England: Bush Boake Allen Ltd.

de Guzman CC, Siemonsma JS. 1999. Vanilla planifolia HC. Andrews. Di dalam:

Spices;Plant Resources of South East Asia 13, PROSEA Foundation,

Bogor, Indonesia, No.13.

[Deptan] Departemen Pertanian, 2004. Panili (Vanilla Planifolia Andrews);

Pedoman Teknologi Pengolahan. Jakarta: Deptan Dirjen Bina

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Guenther, E. 1948. The Essential Oils Volume I. D. van Nostrand Company Inc. Heath HB, Reineccius G. 1986. Flavoring materials of natural origin. Di dalam

Flavor Chemistry and Technology. New York:AVI Book-Van Nostrand

(39)

Jacobs, Morris B. 1951. The Chemistry and Technology of Ford and Food Products. Di dalam: Monograf Panili; Val II, Ist. Ed. Interscience Publisher, INC., New York.

Kartono dan Isdijoso. 1977. Masalah Mutu Panili Indonesia. Di dalam: Teknik

Penentuan Kadar Vanilin secara Spektrofotometri; Edisi Khusus

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat III: 118-123.

Lawani, Misran. 1993. Panili Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Purseglove, S.W, Brown E.G, Green C.L, and Robin S.R.J. 1981. Spices. Di dalam: Monograf Panili; Logmen, London and New York.

Ridley, H. N. 1912. Spices. Di dalam: Monograf Panili; Mae Milan London. p 23-93.

Setyaningsih, Dwi., Melawati. 2005. Ekstraksi Buah Panili Setengah Kering. http://bi ma.ipb.ac.id/~haki/detail_invensi.php?kiri=&judul=98

Suwandi, Ahmad dan Yuni Sudibyanto. 2005. Pengolahan dan Pemasaran Vanili. Cetakan 2. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tesla N. 2000. Guru’s Big Guide to Chemistry. [terhubung berkala]. http://www.poppies.org/news/97712072383422.

Winton, A. 1974. Food Chemistry. AVI Publishing Company, INC Wesport, Connecticent.

Widada, H.D. 1993. Pengaruh Pengecilan Ukuran Daun, Gagang dan Bunga

Cengkeh Terhadap Rendemen dan Kualitas Minyak Yang Dihasilkan.

Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.

Zahorik R. 2006. The real thing. [terhubung berkala]. http:// www.suburbanchicagonews.com/newssun/features/5_5_WA31_MAIN_ S2.htm.

Gambar

Gambar 1. Panili
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Oleoresin Panili Polong Panili Kering
Tabel  4.1  Pengaruh  Ukuran  dan  Lama  Perendaman  Polong  Panili  Kering  dalam Etanol Terhadap Berat Jenis Oleoresin Panili
Tabel  4.2  Pengaruh  Ukuran  dan  Lama  Perendaman  Polong  Panili  Kering  dalam Etanol Terhadap Kelarutan Oleoresin Panili dalam Alkohol
+3

Referensi

Dokumen terkait

Produk akhir penelitian pengembangan ini berupa LKS berbasis contextual teaching and learning pada mata pelajaran perpajakan sekolah menengah kejuruan yang

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Tanjungrejo Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2013/2014

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Mayasari (2014) bahwa Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara

Setelah melakukan proses analisa dan telah dituangkan pada bab sebelumnya, berdasarkan analisis framing Robert N Entman, serta pemanadan berdasarkan pandangan

Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance yang terdiri dari proporsi dewan komisaris, kepemilikan

Berdasarkan uji coba skala kecil terdapat revisi yang sangat berarti sehingga dapat digunakan dalam skala besar, revisi tersebut meliputi: (1) Keterkaitan antara

Pemberdayaan Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Tahun 2008, bahwa yang menjadi keluaran (out come) dari pelaksanaan PNPM Mandiri di era otonomi daerah yaitu: 1) terjadinya

Penelitian mengenai konservatisme akuntansi dan good corporate governance sebagai variabel moderasi telah sering dilakukan dalam penelitian terdahulu.Penelitian