• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI HOTEL BRANDING AKIBAT PANDEMI COVID-19 STUDI KASUS PADA HOTEL BINTANG EMPAT DAN LIMA DI PROVINSI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI HOTEL BRANDING AKIBAT PANDEMI COVID-19 STUDI KASUS PADA HOTEL BINTANG EMPAT DAN LIMA DI PROVINSI BANTEN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 243

STRATEGI HOTEL BRANDING AKIBAT PANDEMI COVID-19 STUDI

KASUS PADA HOTEL BINTANG EMPAT DAN LIMA DI PROVINSI

BANTEN

1Rizal Syaifudin, 2Deris Desmawan, 3Sugeng Setyadi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Email: rizal92@untirta.ac.id, derisdesmawan@untirta.ac.id, sugeng.setyadi@untirta.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi hotel branding khususnya hotel bintang empat dan bintang lima di Provinsi Banten selama pandemi COVID-19 dengan menggunakan analisis SWOT. Pandemi Covid-19 menjadi permasalahan global yang tidak hanya menghantam sektor kesehatan namun juga pariwisata. Penurunan di sektor pariwisata diantaranya adalah ditunjukkan dengan menurunnya jumlah tingkat penghuni kamar dan rata-rata lama tamu menginap di hotel. Penurunan tersebut membuat pendapatan hotel berkurang banyak dan harus menanggung biaya operasional yang tinggi. Sehingga diperlukan suatu strategi branding bagi hotel untuk tetap bisa eksis selama pandemi tersebut. Dengan menggunakan analisis SWOT didapatkan hasil bahwa strategi terbaik untuk melakukan branding adalah starategi kuadran I artinya strategi tersebut bersifat agresif, yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Adapun saran yang diberikan dari penelitan ini adalah hotel harus lebih giat lagi melakukan berbagai promosi baik dengan promosi online, melalui travel agen online, media-media social ataupun melalui oraganisasi-organisasi seperti genpi, influencer, dan pemerintah serta tetap menjaga protokol kesehatan selama masa pandemi untuk menjaga keamanan pengunjung. Selain itu, masa pandemi yang belum tau sampai kapan selesainya, hotel dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk digunakan sebagai tempat karantina pasien Covid-19 ataupun tempat transit tenaga medis. Hal ini digunakan untuk tetap menjaga pendapatan dan operasional hotel.

(2)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 244

PENDAHULUAN

Penyebaran wabah virus corona (COVID-19) melanda hampir merata di seluruh dunia menyebabkan polemik global terbesar saat ini. Bahkan beberapa waktu lalu World Health Organization (WHO) telah menetapkan wabah virus corona menjadi pandemik global. Hal ini menjadi suatu pembahasan dan pembicaraan yang menarik dan menjadi suatu permasalahan serius yang harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat di seluruh dunia.

Permasalahan mengenai dampak COVID-19 tidak hanya sekedar menghantam sektor kesehatan global saja. Akan tetapi, COVID-19 juga memberikan kontribusi permasalahan pada sektor ekonomi, pendidikan, sosial, pariwisata dan sebagainya. Hal ini dikarenakan COVID-19 menimbulkan dampak psikologis yang berupa rasa ketakutan akan bahaya dan resiko tertular virus yang dapat berujung pada kematian, sehingga membuat masyarakat memilih untuk lebih mengurangi kegiatan aktivitasnya.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang terkena dampak COVID-19. Pada awalnya sektor pariwisata menunjukkan trend pertumbuhan yang positif, akan tetapi saat ini seakan melemah bahkan menunjukkan trend penurunan yang sangat drastis. Melemahnya sektor pariwisata salah satunya terlihat dari menurunnya jumlah pengunjung hotel. Di Provinsi Banten penurunan jumlah pengunjung sudah terlihat sejak bulan Januari 2020. Berdasarkan data BPS, penurunan jumlah tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Banten bulan Januari 2020 mencapai 49.05 persen atau mengalami penurunan sebesar 2,91 point dibandingkan bulan Desember 2019. Pada bulan Januari 2020 penurunan TPK paling besar terjadi di hotel bintang lima yaitu sebesar 19,28 point dari Desember 2019, selanjutnya disusul penurunan PTK di hotel bintang satu sebesar 6.46 point dan hotel bintang dua sebesar 3,55 point dibanding Desember 2019. Sementara itu, jumlah rata-rata lama tamu menginap (RLTM) bulan Januari 2020 baik tamu asing maupun tamu Indonesia di hotel berbintang pada bulan Januari 2020 sebanyak 1,36 hari atau naik 0,02 dibanding bulan sebelumnya.

(3)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 245

Tabel.1. TPK Hotel Bintang Menurut Klasifikasi Hotel, Januari 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada bulan Februari 2020 jumlah TPK hotel berbintang di Provinsi Banten mengalami kenaikan mencapai 51,14 persen persen atau naik 2.09 point dibanding periode sebelumnya. Akan tetapi, kenaikan TPK secara keseluruhan ini tidak diikuti oleh TPK di hotel berbintang lima dan hotel berbintang dua. TPK di hotel bintang lima mengalami penurunan menjadi 29 persen atau 1.53 point dari bulan Januari 2020. Sedangkan jumlah RTML baik tamu asing maupun Indonesia di hotel bintang di Banten tercatat sebesar 1,24 persen atau turun sebesar 0,12 poin disbanding bulan Januari 2020. Dilihat dari asal tamu hotel, penurunan ini terjadi akibat RTML dari tamu asing sebanyak 0,04 pint dan RTML Indonesia sebesar 0,12 poin.

Tabel.2. TPK Hotel Bintang Menurut Klasifikasi Hotel, Februari 2020

(4)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 246

Selain Penurunan jumlah TPK maupun RTML, menurut data dari Persatuan Hotel dan Restorasi Indonesia, selama bulan Maret 2020 penurunan pengunjung hotel turun hampir 60 sampai 70 persen tentu saja membuat pendapatan hotel merosot tajam. Sementara hotel harus tetap menanggung pengeluaran yang cukup besar. Tiga pengeluaran terbesar hotel diantaranya adalah; pertama, gaji karyawan. Menurunnya pendapatan hotel membuat hotel tidak mampu untuk menggaji karyawannya, sehingga banyak hotel yang terpaksa merumahkan sejumlah karyawannya. Kedua, operasional rutin dan biaya perawatan seperti listrik, pembersian AC dan lain sebagainya. Hal ini membuat sebagian hotel harus mematikan listriknya seperti lift yang biasanya empat lift beroperasi dipangkas hanya menjadi satu lift. Ketiga, adalah biaya BPJS. Biaya BPJS termasuk beban perusahaan karena perusahaan harus mensubsidi pembayaran BPJS.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti mengusulkan untuk membuat penelitian bagaimana strategi hotel dalam mempertahankan brandingngnya akibat wabah COVID-19 sampai bagaimana strategi pemulihannya setelah wabah COVID-19 ini berakhir. Dalam jangka panjang penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat Rencana Aksi Daerah dan Strategi Daerah dalam upaya meningkatkan sektor Pariwisata di Provinsi Banten dan petimbangan di dalam membuat program meningkatkan kerjasama dibidang Pariwisata di Provinsi Banten.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Brand dan Branding

Brand menurut devinisi Kotler (2009) adalah nama, istilah, tanda simbol atau kombinasi dari kesuluruhan yang bertujuan untuk mengidentifikasi suatu barang ataupun jasa yang akhirnya dapat membedakan dirinya sendiri dengan yang lainnya. Brand juga dapat didefinisikan sebagai suatu tanda yang dijadikan pengenal hasil produk suatu barang. Penjual harus menghadapi keputusan brand dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk-produk individual.

Kotler (2009) berpendapat bahwa strategi branding dapat didefinisikan sebagai strategi untuk memberikan kekuatan kepada merek produk ataupun jasa. Sedangkan penetapan merek (branding) merupakan penciptaan perbedaan produk. Menurut Schultz dan Barnes (1999),

(5)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 247

strategi branding adalah manajemen suatu brand dimana terdapat kegiatan yang mengatur semua elemen-elemen untuk membentuk suatu brand. Sedangkan Gelder (2005) mendefinisikan bahwa strategi branding merupakan apa yang seharusnya dicapai suatu brand dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku konsumen.

Branding dapat membantu konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara pengambilan keputusan sehingga dapat memberikan nilai bagi perusahaan. Supaya strategi branding dapat berhasil maka perlu usaha dari marketing untuk sebisa mungkin meyakinkan konsumen akan perbedaan berarti di antara merek baik merek produk barang ataupun jasa.

Selain itu Wheeler (2009) menitik beratkan bahwa branding merupakan sebuah proses, dimana istilah branding merupakan suatu proses untuk membangun kesadaran konsumen dan meningkatkan kesetiaan konsumen. Dari definisi ini dapat didimpulkan bahwa pengertian branding adalah sebuah proses untuk membangun brand.

Branding merupakan suatu aset berharga bagi perusahaaan dan merupakan suatu hal yang penting di dalam bisnis. Hal ini dikarenakan untuk membangun sebuah brand tidak dapat ditempuh dengan jangka waktu yang singkat. Dalam upaya membangun branding, perananan humas sangat penting karena untuk membangun dan mempertahankan reputasi serta citra brand, perlu komunikasi yang baik antara konsumen dan perusahaan. Kurniawan (2016) mengutarakan beberapa unsur-unsur penting dalam branding, diantaranya adalah kejelasan, konsisten, dan konstan dalam melakukan tujuan yang sangat luas seperti:

a. mampu menyampaiakan dengan jelas pesan dari visi dan misi perusahaan

b. mampu membangun kredibilitas yang baik untuk publik

c. mampu menghubungkan target perusahaan dengan konsumen secara emosional

d. mampu menciptakan kesetiaan konsumen melalui motivasi.

Beberapa penelitian mengenai hotel branding telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

(6)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 248

O’nell dan Mattila (2014) meneliti tentang strategi hotel branding melalui kepuasan dan pendapatan ruangan di beberapa hotel berbintang dan bertaraf internasional di Amerika. Penelitian ini mengevaluasi dampak strategis dengan menganalisa dampak dari kinerja hotel berbintang di pasaran baik dalam kepuasan tamu maupun indikator pendapatan. Peneliti menguji bagaimana kepuasan tamu di berbagai hotel berbintang dan bertaraf internasional mempengaruhi branding dan tarif kamar selama tiga tahun kemudian. Selain itu, peneliti juga meneliti apakah persentase properti hotel waralaba mempengaruhi kepuasan tamu dan hunian tiga tahun kemudian. Mereka juga menguji apakah ukuran merek secara keseluruhan memiliki efek positif atau merugikan pada hunian hotel di masa depan. Hasil penelitian menunjukkan perubahan dalam kepuasan tamu untuk brand hotel mempengaruhi perubahan dalam tarif harian rata-rata selama periode tiga tahun periode penelitan tersebut.

Istiqomah (2014) meneliti tentang strategi branding hotel di hotel Royal Surakarta Heritage. Tjuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor hotel Royal Surakarta Heritage memilih strategi rebranding dan bagaimana strategi rebranding tersebut dapat berjalan efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi rebranding Hotel Royal Surakarta Heritage adalah faktor internal perusahaan, yakni faktor dan kelebihan brand, positioning yang tepat, pengelolaan brand, dan keberadaan brand. Adapun strategi rebranding yang di gunakan adalah melalui empat dimensi efektif, yaitu empati, persuasi, dampak, dan komunikasi.

Kurniawan (2016) meneliti tentang strategi komunikasi pemasaran dalam branding Lor-In Syariah Surakarta untuk membangun brand yang kuat bagi para konsumennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi pemasaran dalam branding dipilih oleh pihak hotel Lor-In Syariah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah brand unik dari hotel itu sendiri yang berbeda dengan hotel konvesional. Adapun faktor eksternalnya diantaranya adalah persaingan bisnis hotel syariah di Surakarta ataupun di Indonesia. Adapun strategi komunikasi pemasaran dalam branding hotel Lor-In Syariah Surakarta dapat diketahui melalui empat dimensi; empati, persuasi, dampak, dan komunikasi yang keempatnya berjalan efektif.

(7)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 249

METODE PENELITIAN

Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dimana data diperoleh melalui survey. Responden dalam survey ditentukan secara acak terhadap para pengunjung hotel di delapan kabupaten/kota di Provinsi Banten yang pernah menginap hotel bintang empat dan bintang lima selama masa pandemi. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan Agustus-September 2020.

Untuk menetukan strategi apa yang tepat untuk mempertahankan hotel branding selama pandemic COVID-19, maka digunakanlah analisis SWOT. Analisis SWOT mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang nantinya menentukan kinerja hotel tersebut. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan menimilkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.

Analisis SWOT terdiri dari kekuatan (strength), peluang (opportunity), kelemahan (weakness) dan ancaman (threat), akan tetapi unsur terdebut dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti; faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mempengaruhi akan terbentuknya opportunities dan threat. Faktor-faktor ini menyangkut kondisi di luar perusahaan yang mempengaruhi pembuat keputusan. Faktor eksternal mencakup lingkungan industri, dan lingkungan bisnis makro, ekonomi politik, hukum, teknologi, kependudukan, sosial dan budaya. Faktor internal mempengaruhi terbentuknya strength dan weakness. Faktor ini mempengaruhi kondisi di dalam manajemen hotel bintang empat dan lima yang mempengaruhi pembuat keputusan. Faktor internal ini meliputi aspek pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi dan sumberdaya perusahaan.

Model Analsis SWOT

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan internal. Faktor internal dimasukkan kedalam matrik yang disebut dengan matrik strategi internal atau IFAS (Internal

Strategic Factor Analisis Summary), sedangkan faktor eksternal dimasukkan kedalam matrik

yang disebut dengan matrik strategi eksternal atau yang disebut EFAS (Eksternal Strategic

(8)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 250

kemudian hasilnya dimasukkan dalam model kuantitatif, yaitu matrik SWOT untuk merumuskan strategi kompetitif perusahaan. Menurut Sjafrizal (2014) nilai bobot diperoleh dengan menentukan nilai dari faktor atau unsur sesuai dengan fungsi dan peranan dari masing-masing faktor startegis dalam pencapaian tujuan. Pemberian nilai bobot mulai dari 10.0% (tidak penting) sampai dengan 100.0% (sangat penting). Sedangkan rating diperoleh dengan menghitung masing-masing faktor dengan memberikan angka dalam bentuk Skala Licker mulai dari 1 (sangat kurang) sampai dengan 5 (sangat tinggi) berdasarkan pengaruh dari faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

Tabel 3. Matrik EFAS Faktor

Strategi

Eksternal Bobot Rating

Bobot x rating Keterangan Peluang X X X Total X X X Ancaman X X X Total X X X Sumber : Rangkuti (2013)

Tabel 4. Matrik IFAS Faktor

Strategi

Internal Bobot Rating

Bobot x rating Keterangan Kekuatan X X X Total X X X Kelemahan X X X Total X X X Sumber : Rangkuti (2013) Matrik SWOT

Matrik SWOT digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis hotel branding selama pandemic COVID-19 ataupun setelahnya. Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman dari eksternal perusahaan untuk disesuaiakan dengan kekuatan dan kelemahan internalnya. Ada empat kemungkinan alternatif yang dapat dihasilkan, seperti:

(9)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 251

Tabel 5. Matrik SWOT

IFAS/EFAS Strenght (S) Weaknesses (w)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Ciptakan strategi yang menggunakan untuk mamanfatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimilkan kelemahan untuk memanfatkan peluang

Threats (T) Strategi WT Strategi WO

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang menggunakan kelemahan untuk mengatasi ancaman

1. Strategi SO (Strength-Opportunities)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran Pemerintah Provinsi Banten, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST (Strenghts-Threats)

Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki Pemerintah Provinsi Banten untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weknesses- Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weknesses- Threats)

Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

(10)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 252

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis SWOT

Untuk menentukan strategi hotel branding dalam akibat pandemi COVID-19 dapat dianalisa menggunakan analisis SWOT. Tahap pertama dalam membangun analisis SWOT adalah menetukan variabel-variabel penelitain, baik variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Adapun variabel-variabelnya adalah:

Kekuatan

1. Memberikan kemudahan booking baik melalui telpon, web online, ataupun travel agent online.

2. Melakukan promosi secara online. 3. Hotel menerapkan protokol kesehatan.

4. Pengunjung restoran hotel dapat memesan makanan secara delivery ataupun takeaway. 5. Hotel memiliki "tagline" yang mencirikan hotel menerapkan protokol kesehatan. 6. Hotel memiliki Logo/Simbol.

Kelemahan

1. Berkurangnya pendapatan hotel. 2. Merumahkan beberapa karyawan.

3. Besarnya biaya operasional selama pandemi. Peluang

1. Testimoni review pengunjung pada aplikasi travel agent online dapat meyakinkan pengunjung untuk datang menginap.

2. Kejenuhan masyarakat selama masa PSBB membuat masyarakat ingin segera berwisata. 3. Dukungan Genpi, influencer, dan pemerintah melalui media sosial (facebook, instagram, youtube) mengajak wisatawan berkunjung kembali di era new normal.

Ancaman

1. Masa Pandemi belum jelas kapan akan berakhir sehingga dapat menghantui pengunjung untuk menginap ataupun melakukan aktivitas.

2. Regulasi protokol kesehatan yang mengharuskan untuk jaga jarak, tidak boleh berkerumun dengan orang banyak, menyebabkan hotel tidak dapat memperoleh pendapatan maksimal.

(11)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 253

Matriks IFAS dan IFAS

Berdasarkan hasil survey terhadap 96 responden, maka didapatkan nilai bobot pada matrik Internal Factor Analysis System (IFAS) sebagai berikut:

Tabel.8. Tabel Matrik IFAS Kekuatan

No Variabel Bobot Rangking Jumlah

1

Memberikan kemudahan booking baik melalui telpon, web online, ataupun

travel agent online 0.7 5 3.5 2 Melakukan promosi secara online 0.68 4 2.72 3 Hotel menerapkan protokol kesehatan 0.9 5 4.5

4

Pengunjung restoran hotel dapat memesan makanan secara delivery

ataupun takeaway 0.58 3 1.74

5

Hotel memiliki "tagline" yang

mencirikan hotel menerapkan protokol

kesehatan 0.66 4 2.64

6 Hotel memiliki Logo/Simbol 0.49 3 1.47

Total 15.1

Kelemahan

No Variabel Bobot Rangking Jumlah 1 Berkurangnya pendapatan hotel 0.35 2 0.7 2 Merumahkan beberapa karyawan 0.5 3 1.5

3 Besarnya biaya operasional selama

pandemi 0.36 2 0.72

Total 2.92

Total IFAS 12.18

Berdasarkan tabel 8 hasil nilai total matrik IFAS adalah sebesar 12.18, yang diperoleh dari selisih nilai kekuatan dan kelemahan. Sedangkan nilai bobot dan rating dari matrik External Factor Analysis System (EFAS) disajikan dalam tabel 9 sebagai berikut:

(12)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 254

Peluang

No Variabel Bobot Rangking Jumlah

1

Testimoni review pengunjung pada aplikasi travel agent online dapat meyakinkan pengunjung untuk datang

menginap 0,69 4 2,76

2

Kejenuhan masyarakat selama masa PSBB membuat masyarakat ingin

segera berwisata 0,49 3 1,47

3

Dukungan Genpi, influencer, dan pemerintah melalui media sosial (facebook, instagram, youtube) mengajak wisatawan berkunjung

kembali di era new normal 0,37 2 0,74

Total 4,97

Ancaman

No Variabel Bobot Rangking Jumlah

1

Masa Pandemi belum jelas kapan akan berakhir sehingga dapat menghantui pengunjung untuk menginap ataupun melakukan

aktivitas 0,38 2 0,76

2

Regulasi protokol kesehatan yang mengharuskan untuk jaga jarak, tidak boleh berkerumun dengan orang banyak,menyebabkan hotel tidak dapat memperoleh pendapatan

maksimal 0,46 3 1,38

Total 2,14

(13)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 255

Dari tabel 9 nilai total matrik EFAS adalah sebesar 2.8 yang diperoleh dari selisih nilai peluang dan ancaman. Perolehan nilai matrik IFAS dan matrik EFAS dapat digambarkan ke dalam matrik SWOT, sehingga dapat diperoleh bahwa nilai tersebut masuk ke dalam kuadran I. Gambar 2 menunjukkan matrik SWOT dari nilai matrik IFAS dan matrik EFAS.

Gambar 2. Matrik SWOT Strategi Analisis SWOT

Berdasarkan hasil perhitungan matrik SWOT maka strategi yang digunakan untuk menganalisis hotel branding adalah startegi kuadaran I. Strategi kuadran I adalah strategi yang sifatnya agresif atau strategi S-O yang berarti memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Strategi-strategi tersebut dapat berupa: 1. Meningkatkan kemudahan booking bagi pengunjung baik melalui telpon, web online, ataupun travel agent online serta melakukan promosi secara online.

2. Hotel selama masa pandemi harus tetap menerapkan protokol kesehatan dan mempromosikannya melalui "tagline" sehingga pengunjung dapat tertarik karena merasa aman.

(14)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 256

3. Meningkatkan pelayanan restoran bagi pegunjung ataupun masyratakat sekitar hotel untuk dapat memesan makanan di restoran hotel melewati delivery.

4. Menjaga kualitas pelayanan dengan baik sehingga pengunjung dapat memberi feed back berupa rating dan review yang baik pada aplikasi-aplikasi travel agent.

5. Meningkatkan kerjasama dengan genpi, influencer dan pemerintah melalui media sosial untuk kemudahan marketing.

6. Masa pandemi yang belum tahu kapan selesainya dapat digunakan hotel berkerja sama dengan pemerintah daerah baik Kabupaten/Kota atau Provinsi untuk dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19 ataupun tempat transit para tenaga medis dengan menjalankan protokol kesehatan. Hal ini dapat digunakan income bagi hotel sehingga biaya operasional dapat dijaga dan masih dapat mempekerjakan karyawan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan disimpulkan bahwa strategi hotel branding di hotel bintang empat dan bintang lima di Provinsi Banten menggunakan analisis SWOT masuk ke dalam kuadran I. Kuadran I memiliki arti bahwa strategi yang dilakukan adalah startegi agresif yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

Adapaun saran yang diberikan kepada pihak hotel adalah pihak hotel harus lebih giat lagi melakukan berbagai promosi baik dengan promosi online, melalui travel agen online, media-media social ataupun melalui oraganisasi-organisasi seperti genpi, influencer, dan pemerintah. Hotel juga tetap harus mejaga protokol kesehatan selama masa pandemi untuk menjaga keamanan pengunjung. Selain itu, masa pandemi yang belum tau sampai kapan selesainya, hotel dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat terutama di daerah yang kasus Covid-19nya tinggi seperti Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang untuk digunakan sebagai tempat karantina pasien Covid-19 ataupun tempat transit tenaga medis rumah sakit yang menangani Covid-19. Bagi pemerintah daerah, selama pandemic Covid-19 pemerintah dapat membuat rencana aksi daerah dan strategi daerah dalam upaya meningkatkan sektor pariwisata di Provinsi Banten agar sektor pariwisata tetap bisa hidup diantaranya dengan petimbangan protokol kesehatan.

(15)

Doi Artikel : 10.46306/vls.v1i1.20 257

DAFTAR PUSTAKA

Ilmiah, P., Studi, P., Komunikasi, I., Komunikasi, F., Informatika, D. A. N., & Surakarta, U. M. (2016). Strategi komunikasi pemasaran dalam branding hotel lor in syariah surakarta tahun 2016. Publikasi Ilmiah.

Istiqomah, S. A. (2014). Strategi Rebranding Hotel. NASKAH PUBLIKASI Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen pemasaran Jilid 1. In Jakarta.

O’Neill, J. W., & Mattila, A. S. (2004). Hotel Branding Strategy: Its Relationship to Guest Satisfaction and Room Revenue. Journal of Hospitality and Tourism Research. https://doi.org/10.1177/1096348004264081

Schultz, D., & Barens, B. (1999). Strategic brand communication campaigns. In

Lincolnwood.

Sjafrizal. (2018). Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. In

Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi.

van Gelder, S. (2004). Global brand strategy. Journal of Brand Management. https://doi.org/10.1057/palgrave.bm.2540200

Gambar

Tabel 3. Matrik EFAS
Tabel 5. Matrik SWOT
Gambar 2. Matrik SWOT  Strategi Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

membran yang semakin besar telah menyebabkan membran PVDF yang terbentuk memiliki kekuatan mekanik yang tidak sebaik membran PVDF dengan ukuran pori yang

Rancangan beraneka ragam proses baru yang dihasilkan pada tahap sebelumnya tidaklah akan berjalan secara efektif, efisien, optimal, dan terkontrol dengan baik

Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembanding 1 yang telah menguji dan membimbing

Kendala dari sistem pembuktian terbalik terbatas tersebut bisa menjadi bumerang untuk para Jaksa Penuntut Umum jika tidak hati-hati karena secara tidak langsung

Kriteria ini dapat digunakan untuk menentukan tinggi dan jarak bangunan atau blok bangunan maksimum berdasarkan pertimbangan pencahayaan alami dengan tujuan

Dengan demikian berdasarkan catatan penanganan perawatan dan hasil laboratorium swab yang disampaikan oleh Laboratorium BTKLPP Batam tersebut, maka oleh Tim Medis

Berdasarkan data hasil sebaran tes pemahaman dan skala sikap kepada 49 responden yang berisikan 20 soal pertanyaan tes pemahaman dan 10 tes skala sikap tentang

tingkat dasar yang berperan sebagai Pengelolaan pembiayaan pendidikan Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini, maka pengelolaan pembiayaan pendidikan pada Min Cempala