Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN
6.1.1 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
A. KONDISI KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA
Kondisi koordinasi bidang cipta karya di Kota Sukabumi yang akan dijelaskan berikut ini adalah kondisi koordinasi pada badan dan dinas di Kota Sukabumi yang terkait dengan bidang cipta karya, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sukabumi, Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman Kota Sukabumi, serta Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Bahwa sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 67 Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Sukabumi, maka perlu ditetapkan Peraturan Walikota Sukabumi tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sukabumi.
Adapun menurut Perda Kota Sukabumi Nomor 16 Tahun 2012 tersebut, BAPPEDA Kota Sukabumi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah bidang Perencanaan Pembangunan Daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok, BAPPEDA Kota Sukabumi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang Perencanaan Pembangunan Daerah; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah bidang
Perencanaan Pembangunan Daerah;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Perencanaan Pembangunan Daerah; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.
BAPPEDA Kota Sukabumi adalah lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang perencanaan pembangunan Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tidak kurang terdapat 13 (tiga belas) pasal yang menyatakan dan menetapkan secara langsung fungsi dan peran Kepala BAPPEDA, yaitu :
1. Pasal 10, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah”; 2. Pasal 11, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka
Panjang Daerah“ ;
3. Pasal 12, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah“;
4. Pasal 14, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas dan arah kebijakan
keuangan daerah“;
5. Pasal 15, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD”;
6. Pasal 16, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka
Menengah Daerah“;
berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”;
8. Pasal 20, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD
sebagai penjabaran dari RPJM Daerah”;
9. Pasal 21, ayat (4) : “Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan RENJA-SKPD”;
10. Pasal 22, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
penyusunan RKPD”;
11. Pasal 24, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD
berdasarkan hasil Musrenbang” ;
12. Pasal 28, ayat (2) : “Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing-masing SKPD”;
13. Pasal 29, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi SKPD”.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Badan BAPPEDA Kota Sukabumi dibantu oleh beberapa bagian, yaitu:
a. Sekretariat, membawahkan:
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Perencanaan Program
b. Bidang Fisik dan Penataan Wilayah, membawahkan: 1. Subbidang Tata Ruang dan Infrastruktur Kota; dan
2. Subbidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Permukiman; c. Bidang Ekonomi, membawahkan:
1. Subbidang Sektor Primer dan Sekunder; dan 2. Subbidang Sektor Tersier;
d. Bidang Sosial Budaya, membawahkan:
1. Subbidang Pemerintahan, Kesehatan, dan Kesejahteraan Sosial; dan 2. Subbidang Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga. e. Bidang Pengkajian, Evaluasi, dan Pelaporan, membawahkan:
1. Subbidang Data dan Pengkajian; dan
2. Subbidang Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. f. UPT; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman
Menurut Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2012, Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Kota Sukabumi merupakan Dinas merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan, dan sumber daya air, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok dinas ini adalah melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan, dan sumber daya air berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melakukan tugas pokok tersebut, dinas menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang tata ruang, perumahan, keciptakaryaan,
dan sumber daya air;
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang tata
ruang, perumahan, keciptakayaan dan sumber daya air;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang tata ruang, perumahan,
keciptakaryaan dan sumber daya air; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang tata
ruang, perumahan, keciptakaryaan dan sumber daya air.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman Kota Sukabumi, dibantu oleh:
a. Sekretariat, membawahkan :
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Program dan Pelaporan. b. Bidang Tata Ruang, membawahkan:
1. Seksi Perencanaan Tata Ruang; 2. Seksi Pemanfataan Ruang; dan
3. Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
c. Bidang Perumahan dan Permukiman, membawahkan: 1. Seksi Perumahan;
2. Seksi Prasarana Permukiman; 3. Seksi Sumber Daya Air.
d. Bidang Tata Bangunan, membawahkan: 1. Seksi Perencanaan dan Pengendalian; 2. Seksi Pembangunan; dan
3. Seksi Pemeliharaan. e. UPT; dan
Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman
Secara umum, dinas merupakan unsur pelaksana otonomi Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Menurut Peraturan Walikota Sukabumi Nomor 45 Tahun 2012, Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman merupakan unsur pelaksana otonomi Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Tugas Pokok Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Sukabumi adalah melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Adapun alam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut, dinas menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman;
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; dan
d. pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman.
Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman, dibantu oleh beberapa bidang, yaitu:
a. Sekretariat, membawahkan:
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Perencanaan Program.
b. Bidang Pengelolaan Sampah, membawahkan:
1. Seksi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah; 2. Seksi Pelayanan Kebersihan; dan
3. Seksi Kemitraan dan Penerapan Teknologi Pengelolaan Sampah. c. Bidang Pertamanan, membawahkan:
1. Seksi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 2. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Taman Kota; dan
3. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Jalur Hijau. d. Bidang Pemakaman, membawahkan:
2. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Pemakaman. e. UPT; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
B. KONDISI KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA
Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi.
Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi
No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK
Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
1. menyusun RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah;
2. menyusun RPJM Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”; 3. menyusun RKPD berdasarkan hasil
Musrenbang;
4. menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing-masing SKPD;
5. menyusun evaluasi pembangunan berdasarkan hasil evaluasi SKPD”.
No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK
Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK
2. Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman
1. merumuskan kebijakan teknis tata ruang dan permukiman;
2. penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan; 3. pembinaan dan pelaksanaan
tugas di bidang tata ruang dan pemukiman meliputi survey dan pemetaan, perencanaan dan pengendalian, perumahan dan pemukiman dan dokumentasi dan pelayanan;
Bidang Tata Ruang
Bidang Perumahan dan Permukiman
Bidang Tata Bangunan
3. Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman
1. perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; 2. penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman;
3. pembinaan dan pelaksanaan tugas pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman; dan
4. pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah di bidang pengelolaan sampah, pertamanan, dan pemakaman.
Bidang Pengelolaan Sampah
Bidang Pertamanan
Bidang Pemakaman
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dengan tabel berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi.
Tabel 6.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya Kota Sukabumi
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
1 Pengembangan Permukiman
1) SOP
Perencanaan infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Perencanaan pembiayaan infrastruktur kawasan permukiman kumuh
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
ur RSH Perumahan, dan
Permukiman
Perencanaan pembiayaan infrastruktur RSH
Perencanaan infrastruktur Rusunawa
Perencanaan pembiayaan infrastruktur Rusunawa
Perencanaan pembiayaan pembangunan Rusunawa
Pembangunan Rusunawa
Pembentukan badan pengelola Rusunawa BAPPEDA:
Bersama dengan Distarcip dalam Pembentukan badan pengelola Rusunawa
Perencanaan sumber pembiayaan pembangunan Rusunawa dan infrastrukturnya
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) SOP Aksesibilitas
Perencanaan aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan
Pembangunan sarana penunjang aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan
2) SOP PIP2B Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman
Pembuatan desain bangunan gedung percontohan
Pembuatan modul bangunan gedung percontohan
Pembangunan bangunan gedung percontohan pendukung penanggulangan bahaya kebakaran
Pembuatan jaringan air hidran pendukung penanggulangan bahaya kebakaran
Perencanaan Sarpras revitalisasi kawasan
Pembangunan Sarpras revitalisasi kawasan BAPPEDA:
Perencanaan pendanaan Sarpras revitalisasi kawasan
Koordinasi SKPD terkait terkait program lainnya pada kawasan perencanaan 5) SOP Sarpras
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
dan Pemakaman; BAPPEDA
Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman:
Perencanaan Sarpras RTH
Pembangunan Sarpras RTH BAPPEDA:
Perencanaan pendanaan Sarpras RTH
Koordinasi SKPD terkait terkait program lainnya pada kawasan perencanaan
3 Pengembangan Air Minum
1) SOP
Penyediaan sarana pendukung SPAM IKK BAPPEDA:
Penyediaan data MBR 2) SOP SPAM di
Perencanaan SPAM IKK
Penyediaan sarana SPAM IKK BAPPEDA:
Penyeddiaan data MBR 4 Pengembangan PLP
1) SOP
Perencanaan teknis infrastruktur limbah
Pembangunan infrastruktur air limbah BAPPEDA:
Berperan aktif dalam menyusun AMDAL
Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum multistakeholder
2) SOP
Perencanaan teknis infrastruktur limbah
Pembangunan infrastruktur air limbah BAPPEDA:
Berperan aktif dalam menyusun UKL/ UPL
Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum multistakeholder
5 Drainase
Perencanaan teknis infrastruktur drainase
Pembangunan infrastruktur drainase BAPPEDA:
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
Fasilitasi berbagai forum multistakeholder 6 Sampah
Perencanaan ruang untuk Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dan jaringan prasarana persampahan
Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman:
Perencanaan teknis Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Pembangunan infrastruktur Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
BAPPEDA:
Berperan aktif dalam menyusun AMDAL
Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum multistakeholder 2) SOP Tempat
Perencanaan ruang untuk Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dan jaringan prasarana persampahan
Dinas Pengelolaan Sampah, Pertamanan, dan Pemakaman:
Perencanaan teknis Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Pembangunan infrastruktur Infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
BAPPEDA:
Berperan aktif dalam menyusun AMDAL
Tersedianya hasil penelitian (masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum multistakeholder
Sumber: Hasil Analisis, 2014
C. KONDISI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA
kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.
Secara umum, Pemerintah Kota Sukabumi didukung oleh Sumber Daya Manusia/Aparatur yang Handal. Kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk menunjang sistem pemerintahan, jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada tahun 2013 sebanyak 2.325 orang, dimana sebagian besar di antaranya berada pada golongan ruang IV/a, yakni sebanyak 1.478 orang. Sementara itu, ada dua pegawai yang memiliki status golongan tertinggi, yakni golongan IV/e. Ditinjau dari segi pendidikan, hampir setengah dari PNS yang ada di Kota Sukabumi (2.240 orang) berpendidikan S-1. Jumlah PNS Kota Sukabumi berdasarkan golongan dan pendidikan terakhir pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 6.3 Jumlah PNS Kota Sukabumi berdasarkan Golongan Tahun 2013
No Golongan Jumlah
1 I/a 10
2 I/b 59
3 I/c 32
4 I/d 31
5 II/a 230
6 II/b 481
7 II/c 200
8 II/d 293
9 III/a 658
10 III/b 678
11 III/c 561
12 III/d 433
13 IV/a 1.478
14 IV/b 145
15 IV/c 30
16 IV/d 4
17 IV/e 2
Jumlah 5.325
Sumber: Kota Sukabumi dalam Angka, 2013
Tabel 6.4 Jumlah PNS Kota Sukabumi berdasarkan Pendidikan Terakhir Tahun 2013
No Pendidikan Terakhir Jumlah
1 Sekolah Dasar 109
No Pendidikan Terakhir Jumlah
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 1.230
4 D-I/D-II/D-III dan Akademi 1.281
5 D-IV 28
6 S-1 2.240
7 S-2 318
8 S-3 4
Jumlah 5.325
Sumber: Kota Sukabumi dalam Angka, 2013
6.1.2 ANALISIS KELEMBAGAAN
Analisis kelembagaan ini terdiri dari analisis keorganisasian bidang cipta karya, analisis ketatalaksanaan bidang cipta karya, analisis sumber daya manusia (SDM) bidang cipta karya, dan analisis SWOT kelembagaan di Kota Sukabumi.
A. ANALISIS KEORGANISASIAN BIDANG CIPTA KARYA
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Struktur organisasi perangkat kerja daerah yang menangani bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi sudah sesuai dengan perda yang berlaku. Struktur yang ada di Peraturan Walikota Sukabumi untuk masing-masing badan dan dinas sudah sesuai dengan struktur yang dijabarkan dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Sukabumi. Begitupun dengan tujuan pokok dan fungsi (tupoksi) instansi, perangkat kerja daerah yang menangani bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi telah melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku dan mengacu kepada visi misi yang telah disepakati.
B. ANALISIS KETATALAKSANAAN BIDANG CIPTA KARYA
semua sektor yang terkait bidang cipta karya yaitu air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman dan penataan bangunan lingkungan sudah tercakup dalam perangkat organisasi yang ada di Kota Sukabumi.
Permasahalan yang sering muncul dalam dalam ketatalaksanaan perangkat kerja
terkait Bidang Cipta Karya di antaranya belum adanya bagian yang lebih spesifik di
masing-masing subbidang tersebut sehingga masih dirasa terlalu umum, seperti
subbidang prasarana perumahan dan permukiman di Dinas Tata Ruang, Perumahan,
dan Permukiman yang mencakup seluruh bidang Penyehatan Lingkungan
Permukiman (PLP). Selain itu masih terdapat kejelasan mengenai SKPD yang memiliki
tugas pokok dan fungsi terhadap sektor tertentu. Salah satu contohnya adalah
pengelolaan bidang PLP yang selain terdapat di subbidang prasarana perumahan dan
permukiman Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Permukiman, juga terdapat di
subbidang Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan.
C. ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG CIPTA KARYA
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif Sumber Daya Manusia bidang Cipta Karya di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan SDM
SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya Ketersediaan (kuantitas) SDM sudah melebihi kebutuhan dalam instansi 2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM
Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Program bantuan teknis terkait bidang Cipta Karya
3. Permasalahan dalam manajemen SDM
Komunikasi yang kurang lancer antara SDM yang berpendidikan tinggi dengan SDM yang berpendidikan rendah
SDM yang berpendidikan rendah cenderung mengurus hal-hal yang bersifat administrasi dan kurang memahami hal-hal teknis terkait bidang Cipta Karya
D. ANALISIS SWOT KELEMBAGAAN
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T). Berdasarkan informasi serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 6.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Kota Sukabumi
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Opportunities (O) Threats (T)
1. Adanya kemungkinan dibuat Surat Keputusan Penugasan dan alokasi dana bagi proses penyusunan RPI2-JM;
2. Memaksimalkan peran serta fasilitator dalam penyusunan RPI2-JM.
1. Mengusulkan program yang dibutuhkan oleh lintas sektor dan lintas wilayah;
2. Membuka kemungkinan alokasi pemanfaatan anggaran yang berasal dari pemerintah Provinsi dan pemerintah pusat untuk program keciptakaryaan;
3. Mewujudkan koordinasi antar pemeritah daerah dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat;
Strength (S) Strategy SO Strategy ST
2. Ketersediaan data dan informasi, walaupun tidak lengkap;
3. Peran personil Bappeda kota Sukabumi yang relatif telah membantu walaupun tidak maksimal
1. Mendorong koordinasi penyusunan fasilitasi penyusunan RPI2-JM melalui peran serta Bappeda; 2. Mendorong penyediaan data
semaksimal mungkin untuk penyusunan RPI2-JM;
3. Mengadakan pertemuan lintas sektor secara berkala.
1. Mengidentifikasi leading sector; 2. Mendorong penyusunan
program-program dasar, seperti pembuatan masterplan yang dibicarakan lintas sektor;
3. Mengidentifikasi skala prioritas program lintas sektor dan lintas wilayah.
Weakness (W) Strategy WO Strategy WT
1. Daerah belum menggangap penting penyusunan RPI2-JM; 2. Informasi tentang RPI2-JM tidak
tersosialisasikan kepada SKPD terkait;
3. Personil Bappeda yang terlibat tidak memiliki kewenangan dalam konteks koordinasi penyusuan RPI2-JM;
4. Belum terbangunnya sistem data dan informasi;
Memanfaatkan semaksimal mungkin tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan RPI2-JM;
1. Penjelasan akan pentingnya RPI2-JM bagi Daerah;
2. Mengidentifikasi kelengkapan data dasar dalam bidang keciptakaryaan, dan mengusulkannya menjadi program;
3. Menugaskan dan memberi kewenangan kepada personil pemerintah daerah yang memiliki komitmen dalam penyusunan RPI2-JM.
6.1.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kota
Sukabumi yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan
dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi
meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan
strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut,
dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
A. RENCANA PENGEMBANGAN KEORGANISASIAN
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan keorganisasian di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat koordinasi dan komunikasi antar instansi daerah, instansi pusat dan intra instansi;
2. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor;
3. Sosialisasi kebijakan dan rambu-rambu KPK dan Kejaksaan dalam menetapkan sesuatu yang masuk dalam kriteria tindak pidana korupsi;
4. Mengadakan pelatihan atau seminar dengan topik Komunikasi dalam dunia kerja dan topik Perencanaan Strategis;
5. Memaksimalkan dan mengadakan workshop yang bertujuan untuk menjelaskan pentingnya keterkaitan dan keselarasan visi dan misi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah;
6. Optimalisasi hasil workshop dengan menyepakati program kerja bersama diantara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah, dengan berlandaskan kesesuaian perwujudan visi dan misi masing-masing pemerintahan; dan
7. Meningkatkan kualitas Rapat Koordinasi dan Rapat Kerja di Pemerintahan Kota Sukabumi dengan menetapkan standar pelaksanaan rapat koordinasi dan rapat kerja.
B. RENCANA PENGEMBANGAN TATA LAKSANA
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan tata laksana di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:
2. Program-program lokal yang sudah berjalan dengan baik perlu didampingi program bantuan teknis dari pusat;
3. Siap mengantisipasi perubahan perundangan;
4. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor; dan
Aktif mengundang bantuan teknis dari pusat.
C. RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan SDM di Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian yang dapat menjawab efektifitas perhitungan rasio perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah Pegawai negeri Sipil; 2. Mengadakan pelatihan secara kontinyu terhadp aparat pemerintah;
3. Peningkatan tingkat pendidikan formal terhadap pegawai negeri sipil; dan 4. Membuka seluas-luasnya kemungkinan beasiswa bagi peningkatan pendidikan
formal para pegawai negeri sipil.
Tabel 6.6 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Aspek
Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
Organisasi Mewujudkan
Memperkuat koordinasi dan komunikasi antar instansi daerah, instansi pusat dan intra instansi;
Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor;
Sosialisasi kebijakan dan rambu-rambu KPK dan Kejaksaan dalam menetapkan sesuatu yang masuk dalam kriteria tindak pidana korupsi;
Mengadakan pelatihan atau seminar dengan topik Komunikasi dalam dunia kerja dan topik Perencanaan Strategis;
Memaksimalkan dan mengadakan workshop yang bertujuan untuk menjelaskan pentingnya keterkaitan dan keselarasan visi dan misi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah;
Optimalisasi hasil workshop dengan menyepakati program kerja bersama diantara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah, dengan berlandaskan kesesuaian perwujudan visi dan misi masing-masing pemerintahan; dan
Meningkatkan kualitas Rapat Koordinasi dan Rapat Kerja di Pemerintahan Kota Sukabumi dengan menetapkan standar pelaksanaan rapat koordinasi dan rapat kerja.
Tata Laksana Mewujudkan koordinasi antar pemeritah daerah
Aspek
Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat
Program-program local yang sudah berjalan dengan baik perlu didampingi program bantuan teknis dari pusat;
Siap mengantisipasi perubahan perundangan;
Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor; dan
Aktif mengundang bantuan teknis dari pusat. Sumber Daya
Manusia
Memanfaatkan semaksimal mungkin
tenaga/SDM dan anggaran yang tersedia;
Menugaskan dan memberi
kewenangan kepada personil pemerintah daerah yang memiliki komitmen
Melakukan penelitian yang dapat menjawab efektifitas perhitungan rasio perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah Pegawai negeri Sipil;
Mengadakan pelatihan secara kontinyu terhadp aparat pemerintah;
Peningkatan tingkat pendidikan formal terhadap pegawai negeri sipil; dan
Membuka seluas-luasnya kemungkinan beasiswa bagi peningkatan pendidikan formal para pegawai negeri sipil.
Sumber: Hasil Analisis, 2014
6.2 KERANGKA REGULASI
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota,
berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan
umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum
merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Daerah
terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Gambar 6.1
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu : a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi
manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat; d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 6.2 berikut ini.
Gambar 6.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.