• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, serta juga sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, serta instrumen keuangan lainya.

Saham merupakan bukti penyertaan atau kepemilikan seseorang (individu) atau kelompok (organisasi) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan memiliki saham investor akan memperoleh keuntungan berupa dividen dari modal atau dana yang mereka investasikan dan selisih harga jual dari harga beli saham. Selain keuntungan, investor juga akan dihadapkan pada resiko kehilangan dana atau modal yang mereka investasikan ketika perusahaan yang bersangkutan bangkrut dan resiko ketika harga jual saham yang dimiliki lebih rendah dibandingkan harga beli.

Analisis terhadap keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh ketika akan membeli saham menjadi hal yang sangat penting bagi seorang investor yang akan berinvestasi atau membeli saham pada perusahaan

Analisis teknikal dan analisis fundamental merupakan bentuk analisis yang paling sering digunakan oleh investor. Analisis teknikal dilakukan untuk

(2)

saham-saham individual ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan grafik maupun indikator teknis seperti harga dan volume perdagangan. Sedangkan analisis secara fundamental, investor melakukan penilaian terhadap manfaat yang diharapkan baik dalam bentuk deviden maupun laba serta menilai resiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak dengan melakukan analisis terhadap kondisi ekonomi dan pasar, serta kondisi spesifik perusahaan (Husnan, 2009).

Pada dasarnya antara manajer dengan investor memiliki informasi yang berbeda, manajer memiliki informasi 1yang lebih lengkap dari pada investor. Oleh karenanya para investor menginterpretasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan sebagai signal bahwa menejemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi dimasa yang akan datang.

Kebijakan deviden pada hakikatnya adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Manajer percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki devidend payout yang stabil. Untuk memprediksi seberapa besar dividend payout yang akan diberikan dimasa yang akan datang, salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menganalisis laporan keuangan dari suatu perusahaan, karena dari laporan keuangan akan tercermin kinerja perusahaan yang menunjukan prestasi dan kemampuan perusahaan. (Brigham dan Ehrhardt, 2009).

Banyak perusahaan yang telah menerbitkan sahamnya untuk mendapatkan tambahan modal dari masyarakat atau investor. Sampai saat ini terdapat tiga kelompok sektor yang telah terdaftar di BEI, yaitu sektor industri bahan baku,

(3)

sektor industri pengolahan atau manufaktur dan sektor industri jasa. Sektor manufaktur merupakan industri dengan prospek yang cukup baik mengingat semakin pesatnya pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian negara. Sehingga sektor manufaktur merupakan lahan yang paling strategis untuk berinvestasi yang akan memberikan keuntungan yang tinggi.

Semakin bertambahnya investor asing terutama dari perusahaan-perusaahaan elektronika otomotif yang mendirikan pabriknya maupun bekerjasama dengan pelaku industri tanah air merupakan indikator dalam perkembangan industri manufaktur. Selain itu menururt Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementrian Perindustrian DR Budi Darmadi mengatakan, tingginya gelombang industri manufaktur di Cina membuat pendapatan perkapita masyarakat disana mencapai 3.000 USD dan akan terus meningkat hingga tiga samapai empat tahun mendatang. Kemudian semakin tingginya upah di Cina membuat para pengusaha mulai membidik peluang investasi di negara-negara asia. Oleh karenanya ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menarik para investor asing untuk memilih berinvestasi di Negara Indonesia (tribunnews.com)

Pada tahun 2012 dan 2013, pergerakan harga saham yang meningkat pada perusahaan sektor manufaktur menjadi cerminan dari keberhasilan perusahaan-perusahaan industri manufaktur dalam mengelola perusahaan-perusahaanya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(4)

Sumber : IDX

Gambar 1.1 Pergerakan Harga Saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan Gambar 1.1. dapat dilihat pergerakan harga saham yang mengalami peningkatan pada harga penutupan sebesar 1.147,911 pada tahun 2012 dan 1.150,624 pada tahun 2013 dengan harga saham tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada bulan oktober sebesar 1.152,521 dan pada tahun 2013 terjadi pada bulan mei sebesar 1.262,600. Pergerakan harga saham suatu perusahaan tergantung pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Jika suatu perusahaan mencapai prestasi yang baik maka saham dari perusahaan tersebut akan banyak diminati investor (Zuwina, 2013). Hal ini dapat diketahui dari kondisi eksternal dan internal perusahaan tersebut. Eksternal berupa kualitas dan reputasi manajemenya, kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industri perusahaan, dan faktor ekonomi. Sementara faktor internalnya berupa laporan keuangan perusahaan yang tercermin dalam lima rasio, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio pasar. Selain melihat harga saham sebagai cerminan keberhasilan suatu perusahaan yang membuat investor tertarik, dividen juga turut menjadi salah satu faktor penting yang diperhatikan oleh pihak investor. Kebijakan dividen sering dianggap sebagai

0,000 200,000 400,000 600,000 800,000 1.000,000 1.200,000 1.400,000 1.600,000 ja nua ri fe bru ari m are t ap ril

mei juni jul

i ag us tus se pt em be r ok tob er nove m be r de se m be r ja nua ri fe bru ari m are t ap ril

mei juni jul

i ag us tus se pt em be r ok tob er nove m be r de se m be r 2012 2013

(5)

signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan

karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan (Mardyati, 2012). Jika dibandingkan dengan Gambar 1.1 yang menunjukan perkembangan perusahaan-perusahaan dalam industri manufaktur cukup baik, dalam pembagian dividen kepada pemegang saham masih menunjukan perkembangan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan investor. Dari seluruh total perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur masih terdapat perusahaan yang tidak membayar dividen kepada pemegang saham. Hal ini dapat di lihat pada Gambar 1.2.

Sumber : IDX

Gambar 1.2 Pembagian Dividen dan Perkembangan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Dari Gambar 1.2 dapat diketahui bahwa pada pada tahun 2012, terdapat 58 perusahaan yang membagikan dividenya atau hanya sebesar 43% dari total 136 yang terdaftar dalam industri manufaktur. Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 dengan 52 perusahaan atau sebesar 38% yang membayarkan dividenya dari total perusahaan sebanyak 139 perusahaan yang terdaftar dibursa

0,000 200,000 400,000 600,000 800,000 1.000,000 1.200,000 1.400,000 1.600,000 0 5 10 15 20 25 30 ja nua ri fe bru ari m are t ap ril

mei juni jul

i ag us tus se pt em be r ok tob er nove m be r de se m be r ja nua ri fe bru ari m are t ap ril

mei juni jul

i ag us tus se pt em be r ok tob er nove m be r de se m be r 2012 2013 Pembagian Dividen harga saham

(6)

efek indonesia. Dilihat berdasarkan pembayaran yang dilakukan perusahaan manufaktur, Pada tahun 2012 terdapat 22 perusahaan yang melakukan pembagian dividen di bulan Juli, di ikuti dengan peningkatan harga saham sebesar 36.876 dari sebelumnya sebesar 1.041,194 menjadi 1.078,070 dan mengalami penurunan pada bulan Agustus menjadi 1.057,738 dengan penurunan jumlah perusahaan yang membagikan dividen yang lebih sedikit dari bulan juli yang hanya 10 perusahaan. Akan tetapi pada bulan Oktober harga saham mengalami peningkatan melabihi harga saham pada bulan Juli, yaitu sebesar 1.152,521 hanya dengan 4 perusahaan yang membagikan dividen. Pada tahun 2013 hal yang sama juga terjadi, yaitu pada bulan Mei dengan 6 perusahaan yang membagikan harga saham mengalami peningkatan menjadi 1.357,511. tetapi pada bulan Juli dengan 25 perusahaan yang membagikan dividen, harga saham menurun menjadi 1.236,470.

Dalam menetapkan dividend payout ratio suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan (agency

problem) yaitu kepentingan para pemegang saham dengan keuntungan yang

mereka dapat dari pembagian dividen dan kepentingan perusahaan dengan tidak membagikan dividen untuk pengembangan perusahaan. Dividend payout ratio merupakan persentase laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen tunai kepada para pemegang saham. Untuk memprediksi seberapa besar dividend

payout yang akan diberikan dimasa yang akan datang, salah satu langkah yang

dapat dilakukan yaitu dengan cara menganalisis laporan keuangan dari perusahaan tersebut, karena dari laporan keuangan akan tercermin kinerja perusahaan yang menunjukan prestasi dan kemampuan perusahaan (Brigham dan Ehrhardt, 2009).

(7)

Liquidity ratio merupakan bagian dari rasio keuangan yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Melalui rasio ini, para investor dapat melihat kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) baik kepada pihak luar perusahaan maupun kepada pihak dalam perusahaan pada saat jatuh tempo. Peningkatan liquidity ratio dapat tercermin pada current ratio, PDACL (profit

before depreciation and amortisation to current liabilities), OCFCL (operating cash flow to current liabilities) dan CBTL (cash balance to total liabilities). Pada

umunya nilai yang lebih tinggi yang dinginkan oleh investor, karena hal ini menunjukan kapasitas yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban perusahaan (utang), dan sebaliknya investor tidak terlalu tertarik pada perusahaaan yang memiliki liquidity ratio yang rendah ataupun mengalami penurunan setiap tahunnya (D’Amato, 2010). Penurunan liquidity ratio dapat dilhat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Liquidity Ratio Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Current Ratio PDACL

(Profit before Depreciation and Amortisation to Current

Liabilities)

OCFCL

(Operating Cash Flow to Current Liabilities) CBTL (Cash Balance to Total Liabilities) Tahun 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Total Penurunan 134,53 104,34 37,30 37,38 24,94 21,08 18,13 11,94 Persentase Penurunan 49% 45% 37% 41% 13% 14% 26% 31% Sumber : IDX

(8)

Dari Tabel 1.1 dapat di ketahui bahwa penurunan liquidity ratio yang tercermin dalam current ratio sebesar 134,53 dengan persentase 49% pada tahun 2012 dan 104,34 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan 45% hal ini di sebabkan oleh menurunya kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek seperti hutang dan arus utang menggunakan aset yang dimiliki perusahaan, PDACL (profit before depreciation and amortisation to current

liabilities) sebesar 37,30 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan 37% dan

37,38 pada tahun 2013 denga persentase penurunan sebesar 41% hal ini disebabkan oleh berkurangnya tingkat laba operasi sebelum pajak yang dihasilkan oleh perusahaan, OCFCL (operating cash flow to current liabilities) sebesar 24,94 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan sebesar 13% dan 21,08 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 14% penururnan ini disebabkan oleh melemahnya kekuatan dari kegiatan operasi perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, CBTL (cash balance to total liailities) sebesar 18,13 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan sebesar 26% dan 11,94 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 31%, penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya saldo kas perusahaan dalam kaitanya dengan total kewajiban.

Selain liquidity ratio, laverage ratio juga merupakan bagian rasio yang mengambarkan kondisi keuangan perusahaan. Para investor menggunakan

leverage ratio untuk melihat sejauh mana aktiva perusahaan di biayai oleh utang,

Perubahan tingkat leverage ratio dapat di cerminkan melalui debt to equity ratio, TLTA (total liability to total tangibel assets) dan interest cover ratio. Para investor lebih menyukai leverage ratio yang setabil ataupun rendah dikarenakan semakin tinggi tingkat laverage ratio suatu perusahaan maka akan semakin besar

(9)

resiko yang akan di hadapi perusahaan dalam membayar seluruh kewajibanya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. (D’Amato, 2010). Meningkatnya leverage ratio dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Leverage Ratio Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Debt to Equity Ratio TLTA

(Tota Liability toTtotal Tangibel Assets)

Interest Cover Ratio

Tahun 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Total Peningkatan 178,47 345,15 114,96 119,33 139,58 245,67 Persentase Peningkatan 68% 65% 15% 24% 16,% 6% Sumber : IDX

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahu debt to equity ratio pada tahun 2012 dengan meningkat sebesar 178,47 dengan persentase peningkatan sebesa 68% dan 345,15 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 65% peningkatan dan penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan serta penurunan total utang yang dimiliki oleh perusahaan ditahun 2012, dan 2013, TLTA (total

liabbility to total tangibel assets) sebesar 114,96 pada tahun 2012 dengan

persentase penurunan 15% dan 119,33 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesarr 24% penurunan ini desebabkan oleh adanya pengurangan aset fisik perusahaan seperti properti, kas dan aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan, interest cover ratio sebesar 139,58 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan sebesar 16% dan 245,67 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 6% penurunan ini di sebabkan oleh menurunya kemampuan

(10)

perusahaan dalam memenuhi beban bunga utang yang dimiliki oleh perusahaan.

Profitability ratio merupakan rasio yang mencerminkan kinerja

perusahaan yang di gunakan oleh investor untuk melihat kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Perubahan tingkat profiability ratio dapat tercermin melalui EPS (earning per share), GPM (gross profit margin), NPM (net profit

margin), ROA (return on assets) dan ROE (return on equity). Para investor

menyukai profitability ratio yang tinggi dari pada yang rendah atau menurun setiap tahunya dikarenakan tinggnya profitability ratio mengindikasikan semakin banyaknya keuntungan yang di peroleh oleh perusahaan dan keuntungan tersebut akan digunakan untuk membiayai pengembangan perusahaan dan pembayaran dividen (D’Amato, 2010). penurunan profitability ratio dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3 Profitability Ratio Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

EPS (Earning Per Share)

GPM (Gross Profit Margin) NPM (Net Profit Margin) ROA (Return On Assets) ROE (Return On Equity) Tahun 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Total Penurunan 47.984,49 23.500,44 17,34 11,75 6,41 11,37 6,29 5,88 10,12 34,85 Persentase Penurunan 18% 54% 51% 43% 48% 56% 53% 66% 46% 67% Sumber : IDX

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat di ketahui bahwa EPS (earning per share) pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 47.986,49 dengan persentase penurunan sebesar 18% dan 23.500,44 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 54% penurunan ini di sebabkan oleh terjadinya penurunan

(11)

harga saham yang dimiliki oleh perusahaan yang disebabkan menurunya minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan, GPM (gross profit margin) sebesar 17,34 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan sebesar 51% dan 11,75 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan 43% penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya tingkat penjualan yang dimiliki perusahaan sehingga berakibat pada berkurangnya kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya operasional, NPM (net profit margin) sebesar 6,41 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan sebesar 48% dan 11,37 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 56% penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya tingkat laba bersih dari penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, ROA (return on assets) sebesar 6,29 pada tahun 2012 dengan persentase penurunan sebesar 53% dan 5,88 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 66% hal ini di sebabkan oleh bekrurangnya tingkat ke efektivan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya, ROE (return on equity) sebesar 10,12 pada tahun 2012 dengan ersentase penurunan sebesar 46% dan 34,85 pada tahun 2013 dengan persentase penurunan sebesar 67% hal ini disebabkan oleh menurunya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Permasalahan yang ada selama ini adalah seberapa besar informasi keuangan yang di dasarkan pada rasio-rasio keuangan yang dipublikasikan perusahaan kepada pihak publik atau investor tersebut dapat mempengaruhi serta menjadi acuan bagi investor dalam melakukan analisis sebelum berinvestasi atau membeli saham sebuah perusahaan. Dalam disiplin ilmu analisis fundamental yang luas, analisis rasio keuangan menawarkan informasi yang jelas, mudah dan

(12)

paling logis sebagai indikator bagi investor dalam pasar saham.

Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang hubungan setiap variabel yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya dan melihat bagaimana keterkaitan antara faktor fundamental yang di wakili oleh liquidity ratio, leverege ratio dan profitability, terhadap dividend payout ratio dan harga saham perusahaan pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan harga saham selama 2 tahun terakhir yaitu 2012 dan 2013 mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan keberhasilan perusahaan-perusahaan industri manufaktur dalam mengelola keuangan perusahaan-perusahaan, namun berdasarkan pembagian dividen, hanya 44% pada tahun 2012 dan 29% pada tahun 2013 yang membagikakan dividen. Hal ini masih jauh dari apa yang di harapkan oleh investor yang menggap bahwa pembagian dividen sebagai sinyal keberhasilan perusahaan. Jika dilihat berdasarkan liquidity ratio, leverage ratio dan profitability ratio sebagai analasis fundamental yang dilakukan oleh investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, perkembangan liquidity ratio,

laverage ratio dan profitability ratio menunjukan perkembangan yang berbeda

setiap tahunya, sehingga membuat investor mengalami kesulitan untuk melihat :

1. Seberapa besar liquidity ratio, leverage ratio dan profitability ratio dapat mempengaruhi dividend payout ratio.

2. Seberapa besar liquidity ratio, leverage ratio dan profitability ratio dapat mempengaruhi harga saham.

(13)

3. Seberapa besar dividend payout ratio dapat mempengaruhi harga saham.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi atas tiga, yaitu untuk :

1. Menguji pengaruh liquidity ratio, leverage ratio, dan profitability terhadap dividen.

2. Menganalisis pengaruh liquidity ratio, leverage ratio, dan profitability terhadap harga saham.

3. Menguji pengaruh antara dividend payout ratio terhadap harga saham.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Akademisi, bermanfaat untuk menambah studi kepustakaan dan sebagai bahan penelititan referensi selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan yang masuk dalam sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesai (BEI).

2. Investor, dapat memberikan gambaran serta wawasan tentang faktor mana yang paling besar atau paling dominan dalam mempengaruhi harga saham sehingga dapat membantu dalam mengambil keputusan investasi.

(14)

3. Perusahaan industri manufaktur, sebagai sumber dan refrensi bagi para manajer perusahaan, khususnya untuk mengetahui konsep fundamental yang dijadikan sebagai alat analisis oleh para investor untuk melihat kondisi keuangan dari perusahaan sebelum melakuka investasi atau membeli saham perusahaan.

Gambar

Gambar 1.1 Pergerakan Harga Saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Gambar 1.2 Pembagian Dividen dan Perkembangan Harga Saham Perusahaan  Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Tabel 1.1 Liquidity Ratio Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek  Indonesia
Tabel 1.3 Profitability Ratio Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa  Efek Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya yang dilakukan sekolah berkaitan dengan manajemen kesiswaan untuk meningkatkan kualitas input dan output di Madrasah Aliyah 1 purti Annuqayah

Sementara corak kelmuan kajian hadis di Pondok Pesantren Kota Banjarbaru, guru/pengajar yang mengasuh mata pelajaran hadis di pondok pesantren Kota Banjarbaru terbagi

Meninjau Relevansi Civics dengan Ilmu Politik Berikut Masing-masing Perkembangan, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civic (Civic

Selain itu terdapat pula kekhususan yang lain, yaitu mengenai lembaga yang menjadi forum penyelesaian manakala terjadi sengketa yang terdapat pada pasal 55 undang-undang Nomor 21

Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan pada Hyang Budha yang telah melancarkan, memberikan jalan serta melindungi penulis sehingga mampu

1) Dapatkan nilai probabilitas crossover (Pc) yang telah ditentukan sebelumnya. Bilangan random tersebut akan dibandingkan dengan nilai Pc. Jika bilangan random dari suatu

Kerja Praktik yang akan dilakukan oleh Penulis merupakan salah satu program yang diadakan oleh Jurusan Akuntansi Universitas Bakrie. Program ini tidak hanya

Hasrat yang kuat untuk membeli Penjual hanya sebagai penyalur Menyalahkan diri sendiri Adanya kepercayaan pada toko online yang bersangkutan Model barang- barang baru