• Tidak ada hasil yang ditemukan

SILATURAHMI MEMBERKAHI REZEKI DAN UMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SILATURAHMI MEMBERKAHI REZEKI DAN UMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SILATURAHMI MEMBERKAHI

REZEKI DAN UMUR

Redaksi Hadis

ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻟا ﻠﺻ ﻪﻟا لﻮﺳر ﺖﻌﻤﺳ :لﺎَﻗ ﻪﻨﻋ ﻪﻟا ﺿر َةﺮﻳﺮﻫ ِﺑأ ﻦﻋ

هِﺮَﺛا ﻓ ﻪَﻟ ﺎﺴْﻨﻳ ْناو ﻪﻗْزِر ﻓ ﻪﻴَﻠﻋ َﻂﺴﺒﻳ ْنا ﺐﺣا ﻦﻣ)):لﻮُﻘﻳ ﻢﻠﺳو

يرﺎﺨﺒﻟا ﻪﺟﺮﺧأ ،((ﻪﻤﺣر ﻞﺼﻴْﻠَﻓ.

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturrahminya (dengan kerabat).”

Takhrij Hadis

Hadis ini dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari (5985), dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (7571). Selain diriwayatkan oleh Abu Hurairah, hadis ini juga diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik, yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari (2067) dan Imam Muslim (2557), Abu Dawud (1695), dan Ibnu Hibban (439).

Profil Sahabat1

Abu Hurairah adalah sebuah kuniyah (nama panggilan yang didahului dengan ‘abu’ atau ‘ummu’). Nama aslinya diperselisihkan oleh para ulama hadis. Namun yang paling rajih (kuat) adalah Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi. Beliau berasal dari kabilah Daus di negeri Yaman. Beliau adalah sahabat Nabi yang paling menonjol dalam meriwayatkan hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan didaulat sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis Nabi dibandingkan dengan para sahabat yang lainnya. Hadis yang diriwayatkan mencapai 53742

hadis. Beliau mendapat anugerah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa doa untuk dikuatkan hafalannya. Alhasil, hafalan beliau bak mukjizat

(2)

sebab doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau wafat pada tahun 57 H.

Penjelasan Hadis

Hadis ini memaparkan tentang anjuran untuk melakukan silaturrahmi dan secara spesifik membahas terkait keutamaan menyambung tali silaturrahmi, yaitu dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻪﻗْزِر ﻓ ﻪﻴَﻠﻋ َﻂﺴﺒﻳ ْنا

“Dilapangkan rezekinya.”

Secara eksplisit, maknanya adalah dilapangkan rezekinya secara hakiki. Maksudnya, rezeki yang sedikit, akan diperbanyak, rezeki yang sempit akan diperluas. Dengan demikian, makna ‘dilapangkan’ disini adalah secara kuantitas. Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘dilapangkan rezekinya’ adalah ‘diberkahi’. Sebab sejatinya, yang terpenting bukan banyaknya rezeki yang dianugerahkan kepada seseorang semata, namun yang terpenting adalah kecukupan harta tersebut bagi seorang hamba, dan manfaat serta kebaikan dari rezeki tersebut3

.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هِﺮَﺛا ﻓ ﻪَﻟ ﺎﺴْﻨﻳ ْناو

Secara harfiah, makna dari kalimat ini adalah “dan dipanjangkan umurnya”, namun ada perbedaan interpretasi para ulama terhadap kalimat ini. Ada dua makna yang disebutkan oleh para ulama, yaitu makna hakiki dan makna ma’nawi.

Pertama, makna hakiki, yaitu dipanjangkan usianya dan ditambah umurnya. Makna ini diisyaratkan oleh Imam al-Bukhari. Beliau membuat Bab untuk hadis ini di kitab Adabul Mufrad,ﺮــﻤﻌﻟا ــﻓ ﺪــﻳﺰﺗ ﻢــﺣﺮﻟا ﺔﻠــﺻ بﺎــﺑ

(3)

(Bab: ‘silaturrahmi menambah usia’). Selain itu, Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadlus Shalihin, ketika beliau menyebutkan hadis ini, beliau menjelaskan bahwa maskudnya adalah هِﺮــﻤﻋو ﻪــﻠﺟأ ــﻓ ﻪــَﻟ ﺮﺧﺆــﻳ (ditunda baginya ajalnya), sebagaimana juga dijelaskan oleh al-Qurthubi di dalam tafsirnya4.

Kedua, usianya ditakdirkan dengan syarat: jika orang ini menyambung silaturrahminya maka usianya dipanjangkan sampai sekian5, jika tidak

menyambung tali silaturrahmi, maka usianya ditakdirkan sampai sekian. Al-Halimy rahimahullah mengatakan,

ﻦﻣ ادﺪﻋ شﺎﻋ ﻪﻤﺣر ﻞﺻو اذإ ﻪﻧﺄﺑ ﻞﺟو ﺰﻋ ﻪﻟا ﻀﻗ ﻦﻣ سﺎﻨﻟا ﻦﻣ

ﻓ ةدﺎﻳﺰﻟا ﻞﻤﺤﻓ ،ﻚﻟذ نود ادﺪﻋ شﺎﻋ ﻪﻤﺣر ﻊﻄﻗ نإو ،ﺎﻨﻴﺒﻣ ﻦﻴﻨﺴﻟا

اﺬﻫ ﻠﻋ ﺮﻤﻌﻟا

“Ada sebagian dari manusia, ada yang ditakdirkan oleh Allah, jika ia menyambung tali silaturrahminya, maka akan hidup bertahun-tahun, namun jika memutuskan tali silaturrahmi maka ia hidup tidak selama itu, inilah makna bertambahnya usia itu”6.

Ibnu Taimiyah mengatakan,

ﻦﻴﺒﺘﻳ اﺬﻬﺑو ” ﺪﻴﻘﻣ ﻞﺟأو ” ﻪﻟا ﻪﻤﻠﻌﻳ ” ﻖﻠﻄﻣ ﻞﺟأ ” نﻼﺟأ ﻞﺟﻷاو

ﺎﺴْﻨﻳو ﻪﻗْزِر ﻓ ﻪَﻟ َﻂﺴﺒﻳ ْنا هﺮﺳ ﻦﻣ)) ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻟا ﻠﺻ ﻪﻟﻮﻗ ﻨﻌﻣ

لﺎﻗو ،ﻼﺟأ ﻪﻟ ﺐﺘﻳ نأ ﻚﻠﻤﻟا ﺮﻣأ ﻪﻟا نﺈﻓ ((ﻪﻤﺣر ﻞﺼﻴْﻠَﻓ هِﺮَﺛا ﻓ ﻪَﻟ

ﻦﻟ ؛ ﻻ مأ دادﺰﻳأ ﻢﻠﻌﻳ ﻻ ﻚﻠﻤﻟاو ” اﺬﻛو اﺬﻛ ﻪﺗدز ﻪﻤﺣر ﻞﺻو نإ”:

ﺮﺧﺄﺘﻳ ﻻو مﺪﻘﺘﻳ ﻻ ﻚﻟذ ءﺎﺟ اذﺈﻓ ﺮﻣﻷا ﻪﻴﻠﻋ ﺮﻘﺘﺴﻳ ﺎﻣ ﻢﻠﻌﻳ ﻪﻟا”.

“Ajal ada dua jenis: (pertama), ajal mutlak; ajal yang hanya diketahui oleh Allah azza wa jalla, dan (kedua) ajal muqayyad (terikat). Dengan klasifikasi ini maka jelaslah makna hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturrahmi’. Sesungguhnya Allah memerintahkan malaikat untuk menulis ajal seseorang, Dia mengatakan, ‘Jika orang ini menyambung silaturahminya maka

(4)

tambahlah usianya begini dan begini’, dan malaikat tidak mengetahui apakah usia orang tersebut akan bertambah atau tidak, yang mengetahui perkara tersebut secara pasti hanyalah Allah semata, dan jika ajal orang tersebut benar-benar tela datang maka tidak akan dimajukan dan ditunda lagi.”7

Jika diteliti, sejatinya kedua interpretasi di atas memiliki makna yang hampi sama, yaitu bermakna dipanjangkan usia secara hakiki. Hanya saja, interpretasi yang kedua lebih bersifat teknis, yaitu lebih spesifik pada teknis penulisan takdir.

Ketiga, berkah dalam usia, mendapatkan taufik dari Allah azza wa jalla untuk beribadah dan memanfaatkan waktu dengan amalan-amalan yang bermanfaat baginya8

.

Keempat, kekalnya pujian manusia setelah kematiannya. Interpretasi ini selaras dengan doa Nabi Ibrahim yang di abadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an,

ﻦﻳِﺮﺧا ﻓ ٍقْﺪﺻ َنﺎﺴﻟ ﻟ ﻞﻌﺟاو

“Dan jadikan aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang akan datang kemudian.” (Surah Asy-Syu’ara: 84)

Makna yang ketiga dan keempat adalah makna maknawi bagi kalimat d iatas. Maksudnya, ajal dan usianya tidak ditunda dan dipanjangkan, namun yang dikekalkan adalah pahala amalan dan pujian manusia bagi orang tersebut, sehingga meskipun sudah meninggal dunia, seakan ia masih hidup.

Jika ditelisik dua interpretasi ini, maka keduanya bisa dipadukan. Oleh karena itu, al-Qurthubi menyebutkan keduanya dalam satu interpretasi. Beliau mengatakan,

”ﺐﺣأ ﻦﻣ ”:لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻟا ﻠﺻ ﻪﻟا لﻮﺳر نأ ﻚﻟﺎﻣ ﻦﺑ ﺲﻧأ ﻦﻋ

هﺪﻌﺑ ﻘﺒﻳ ﺎﻣ ﻮﻫو ،يﻮﻨﻌﻣ ‐ﺎﻤﻫﺪﺣأ :نﻼﻳوﺄﺗ ﻪﻴﻓو ،ءاﻮﺳ ﻪﻈﻔﻠﺑ هﺮﻛﺬﻓ

(5)

ﺖﻤﻳ ﻢﻟ ﻪﻧﺄﻓ ،رﺮﺘﻤﻟا ﺮﺟﻷاو ،ﻦﺴﺤﻟا ﺮﻛﺬﻟاو ﻞﻴﻤﺠﻟا ءﺎﻨﺜﻟا ﻦﻣ...

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda, ‘Siapa yang ingin dilapangkan rezeki…’, hadis ini memiliki dua interpretasi, yang pertama adalah interpretasi secara maknawi, yaitu sesuatu yang kekal dari orang yang meninggal dunia berupa pujian yang baik dan nama yang harum, serta pahala yang terus mengalir pasca wafatnya, maka seakan-akan ia belum meninggal dunia.”9

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻪﻤﺣر ﻞﺼﻴْﻠَﻓ

“maka hendaknya ia menyambung silaturrahminya (dengan kerabat).” Kekerabatan di sini terbagi menjadi dua10. Pertama, kekerabatan yang

disebabkan oleh faktor nasab. Mereka adalah orang-orang yang bersaudara disebabkan karena hubungan darah, mereka adalah orang tua, kakek dan nenek, saudara kandung, paman dan bibi dari pihak ayah dan ibu, serta para keturunan mereka. Kedua, kekerabatan yang disebabkan oleh faktor agama, yang lebih populer dengan sebutan ukhuwah islamiyah. Mereka adalah orang-orang bersaudara disebabkan oleh faktor kesamaan agama dan akidah, jadi persaudaraan ini dibangun atas landasan agama.

Allah berfirman,

ﺑﺮُﻘْﻟا يِﺬِﺑو ًﺎﻧﺎﺴﺣا ﻦﻳَﺪﻟاﻮْﻟﺎِﺑو ًﺎﺌﻴَﺷ ﻪِﺑ اﻮﻛِﺮْﺸُﺗ ﻻو ﻪﻟا اوُﺪﺒﻋاو

ِﺐﺣﺎﺼﻟاو ِﺐُﻨﺠْﻟا ِرﺎﺠْﻟاو ﺑﺮُﻘْﻟا يِذ ِرﺎﺠْﻟاو ﻦﻴﻛﺎﺴﻤْﻟاو ﻣﺎَﺘﻴْﻟاو

ﻢُﻧﺎﻤﻳا ﺖَﻠﻣ ﺎﻣو ﻞﻴِﺒﺴﻟا ﻦﺑاو ِﺐْﻨﺠْﻟﺎِﺑ

“Dan sembahlah Allah subhanahu wa ta’ala dan jangan engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapunm dan berbuat baiklah kepada orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawab, ibnus sabil dan hamba sahaya yang engkau miliki.” (Surah An-Nisa: 36)

(6)

Korelasi antara dilapangkan rezeki dengan disambungnya silaturrahmi adalah:

Menyambung tali silaturrahmi adalah bagian dari ketakwaan 1.

kepada Allah. Di antara keutamaan takwa adalah dilapangkanya rezeki. Allah azza wa jalla berfirman,

ﺐﺴَﺘﺤﻳ  ﺚﻴﺣ ﻦﻣ ﻪْﻗُزﺮﻳو ﺎﺟﺮْﺨﻣ ﻪَﻟ ﻞﻌﺠﻳ ﻪﻟا ﻖﱠﺘﻳ ﻦﻣو

“Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, maka niscaya Ia akan membuka jalan keluar baginya, dan memberi rezeki dari arah yang tidak diduga.” (Surah Ath-Thalaq: 2-3)

Dan di dalam riwayat Ibnu Hibban dan yang lainnya, ada isyarat terhadap perkara ini,

ﻞﺼﻴﻟو ﻪﻟا ﻖﱠﺘﻴْﻠَﻓ ﻪﻠﺟا ﻓ ﻪَﻟ ﺎﺴْﻨﻳو ﻪﻗْزِر ﻓ ﻪَﻟ َﻂﺴﺒﻳ ْنا ﺐﺣا ﻦﻣ

ﻪﻤﺣر

“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah azza wa jalla, dan menyambung silaturrahminya (dengan kerabat).”11

Pada hadis ini, Rasulullah menyebutkan sebab khusus setelah menyebutkan sebab umum bagi dilapangkannya rezeki. Sebab umumnya adalah takwa kepada Allah, adapun sebab khususnya adalah menyambung silturrahmi, karena menyambung silaturrahmi adalah bagian dari ketakwaan.

Orang yang berinteraksi dengan orang lain, secara alami akan 1.

luas pergaulannya dan banyak kenalannya, sehingga ada potensi mudah mengakses informasi dari kenalannya berupa lowongan pekerjaan, kesempatan untuk berinvestasi, meminjam modal dan lain sebagainya, sehingga memudahkan baginya untuk berusaha mencari kesempatan dalam bekerja dibandingkan dengan orang yang tidak bergaul di daerah dan lingkungannya.

(7)

Fikih Hadis

Boleh mengharap sisi-sisi dari kehidupan dunia, seperti 1.

dilapangkannya rezeki dan dipanjangkan usia, selama tidak terlalu dominan dan memalingkannya dari kehidupan akhirat. Boleh menyisipkan harapan dari sisi duniawi pada niat pada saat 2.

beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan catatan; tidak menjadikan persentase dari harapan tersebut lebih besar daripada niat untuk mengharapkan pahala dari Allah azza wa jalla.

Secara prinsip, hukum asal dari seorang muslim adalah 3.

berinteraksi dengan orang lain, baik dari kalangan kerabat maupun orang-orang di sekelilingnya, dan tidak apatis dalam bergaul dengan kerabat dan orang-orang yang ada di lingkungannya.

Menyambung tali silaturrahmi merupakan bagian dari ibadah 4.

kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan ini ditegaskan oleh sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ﻪﻤﺣر ﻞﺼﻴْﻠَﻓ ِﺮﺧﻵا مﻮﻴﻟاو ﻪﻟﺎﺑ ﻦﻣﻮﻳ َنﺎﻛ ﻦﻣو

“Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya menyambung silaturrahminya.”

5. Di antara keutamaan menyambung tali silaturrahmi adalah dilapangkannya rezeki dan dipanjangkannya usia.

6. Allah menjadikan bagi segala sesuatu sebab, dan sebab terbagi menjadi dua12

,

Sebab kauni, yaitu sebab-sebab yang berbasis penelitian, kajian dan nilai-nilai atau pengalaman yang beredar di tengah masyarakat. Contohnya, sebab kauni bagi datangnya rezeki adalah bekerja, makan adalah penyebab kenyang dan hilangnya lapar, berobat adalah penyebab sembuh dari penyakit dll.

(8)

Al-Qur’an dan As-Sunnah. Contohnya, sebab syar’i bagi dilapangkannya rezeki adalah menyambung silaturrahmi, maksiat merupakan penyebab musibah dan marabahaya dan lain sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

ﳛ ﺎـﻤﻬﻨﻣ ﻼـﻛ نأ ﻻإ ﺮﺼـﻘﻟا قﺮﻃ نود ﻦﻣ ﲔﺜﺣﺎﺒﻟا ﻦﻣ مﺎﻤﺘﻫﻻا ﺾﻌﺑ ﻻﺎﻧ ﺪﻗ ﺎﻧﺎﻛ ﺔـﺳارد ﱃإ

Pembinaan Pos kesehatan pesantren, pondok pesantren sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk

(69) Maha Benar Allah (Yunus) ٌﺪﺒﻋ ﻞﺑ ﻦﻴﻠﺳﺮﻤﻟﺍ ﷲﺍ ﺩﺎﺒﻋ ﻦﻣ ﺲﻴﻟ ﻲّﺑﺭ ﻝﺎﻗ ﺎﻤﻛ ﻪﻧﺃ ﻦﻴﻘﻴﻟﺍ ّﻖﺤﻟﺍ ﺓﺩﺎﻬﺷ ﷲ ﺪﻬﺷﺃ ﻲﻨﻜﻟﻭ ﻦﻣ ﷲﺎﺑ ﻙﺍﺮﺷﻹﺍ ﺓﺮﺋﺍﺩ ﻦﻣ ﻥﻮﺟﺮﺨﻳ ﺱﺎّﻨﻟﺍ َّﻞﻋ

Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dimana penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teori-teori yang

Indikator keberhasilan pertumbuhan dan kualitas hasil melondengan pemberian larutan nutrisi AB Mix pada konsentrasi tertentu dapat dilihat dari parameter yang diamati meliputi:

dapat mengontrol emosi dengan baik dan teliti, orang yang cerdik2. dan memiliki

Selain nilai variabel P-O Fit yang dipersepsikan rendah, ternyata hal yang sama terjadi pada variabel kepuasan kerja yang juga dipersepsikan rendah oleh karyawan yang

Oleh karena itu, peneliti menggunakan campuran avicel PH 101-laktosa monohidrat 1:1 (b/b) dengan konsentrasi amilum kulit pisang sebagai pengikat lebih rendah,