• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BUDAYA DAN ALAM PIKIR

MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA A. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha

Koentjaraningrat (1997) menyusun uraian, bahwa tanda-tanda tertua dari adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia adalah batu-batu bertulisan yang ditemukan di Jawa Barat dekat kota Jakarta sekarang, atau lebih ke pedalaman di daerah Sungai Cisadane dekat kota Bogor sekarang; kemudian batu-batu bertulisan yang ditemukan di pantai Kalimantar Timur, ialah daerah Muara Kaman, Kutai. Dari bentuk dan gaya huruf tulisan-tulisan pada batu yang disebut huruf Palawa, dapat diperhitungkan umurnya, yang dapat dikembalikan ke kira-kira abad ke-4 Masehi. Menurut para ahli Sejarah Purbakala Indonesia, kerajaan-kerajaan yang disebut dalam tulisan-tulisan pada batu-batu tadi merupakan kerajaan-kerajaan Indonesia asli, yang hidup makmur berdasarkan perdagangan dengan negara-negara di India Selatan. Raja-rajanya mengadopsi konsep-konsep Hindu dengan cara mengundang ahli-ahli dan orang-orang pandai dari golongan Brahmana (pendeta) di India Selatan yang beragama Wisnu atau Brahma. Orang-orang pandai tadi diminta untuk memberi konsultasi dan nasehat mengenai hal- hal lain seperti bentuk dan organisasi negara, serta upacara-upacara kenegaraan menurut sistem negara-negara di India Selatan. Dengan demikian pengaruh kebudayaan Hindu beserta kesusasteraan Hindu masuk ke dalam kebudayaan Indonesia, tetapi hanya dalam lapisan-lapisan dan lingkungan masyarakat teratas, ialah lapisan dan lingkungan masyarakat istana.

Kebudayaan Hindu dalam dunia zaman itu, rupa-rupanya mempunyai kekuatan yang besar dan serupa dengan misalnya teknologi Barat yang pada zaman modern sekarang ini merembet dan mempengaruhi kehidupan dan hampir semua bangsa-bangsa di dunia, demikian pula kebudayaan intelektual dari agama Hindu mempengaruhi dunia Asia Tenggara jaman dulu. Suatu hal yang amat penting dalam pengaruh Hindu itu adalah konsepsi mengenai susunan negara yang amat hirarkis dengan aneka bagian-bagian dan fraksi-fraksinya yang digolongkan ke dalam empat atau delapan bagian besar yang bersifat sederajat dan yang tersusun simetris. Semua golongan fraksi-fraksi tadi diorientasikan ke atas, ialah sang raja, yang dianggap keturunan dewa, yang bersifat keramat, yang

(2)

merupakan puncak dari segala hal dalam negara dan yang merupakan pusat dari alam semesta.

Di Indonesia konsepsi tentang struktur kenegaraan dan tentang arti dari raja ini juga diambil alih oleh semua tipe negara, tetapi terutama oleh negara-negara pedalaman yang ekonominya berdasarkan sistem pertanian padi dengan irigasi di sawah-sawah. Adapun negara-negara di Indonesia yang terletak di pantai atau pesisir yang ekonominya berdasarkan perdagangan maritim dengan armada- armada perdagangan yang menyeberangi laut-laut sampai jauh, rupa-rupanya kurang tersusun menurut konsep kenegaraan tersebut di atas. Negara Kutai di pantai Timur Kalimantan tersebut di atas adalah rupa-rupanya sebuah Negara seperti ini. Adapun suatu negara perdagangan lain yang amat penting, mulai muncul dalam panggung sejarah di Indonesia dalam abad ke-6, ialah suatu negara pantai yang terletak mungkin di Palembang, tetapi mungkin juga di daerah pertengahan pengairan Sungai Kampar di Sumatra Tengah atau di daerah kota Jambi sekarang. Negara itu yang bernama Sriwijaya, untuk beberapa abad lamanya mengenai perdagangan di laut-laut Indonesia bagian Barat. Kebudayaan Hindu yang mempengaruhi masyarakat lapisan istananya berbeda dengan di Jawa Barat, berdasarkan konsep-konsep agama Budha. Karena ekonominya hampir seluruhnya berdasarkan perdagangan, maka sisem politiknya sesuai dengan itu rupa-rupanya merupakan suatu negara kota, yang tidak membutuhkan suatu wilayah pedalaman yang luas dengan rakyat banyak yang hidup dari pertanian di desa-desa. Tanpa adanya konsepsi tentang raja-keturunan-dewa, maka tak dibutuhkan bangunan-bangunan candi yang megah-megah, tempat raja-raja keramat itu akan dikubur. Segala potensi dan kekuatan rakyat dapat diarahkan ke arah teknologi membangun perahu-perahu untuk armada perdagangan serta perahu-perahu perang. Untuk melindungi armada itu. Adapun rumah-rumah tinggal orang, tidak hanya dari rakyat kecil, budak, buruh, dan tukang-tukang di kota, tetapi juga dari orang-orang kaya, bahkan istana raja-raja dibangun dari kayu, walaupun rumah orang kaya dan istana-istana sudah tentu dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah. Bangunan-bangunan kayu ini sekarang tentu sudah hilang tak berbekas. Gambaran tentang kota-kota kuno dalam negara Sriwijaya seperti terurai di atas, dapat memberi keterangan kepada kita, apa sebabnya negara yang sejaya itu sama sekali tidak meninggalkan bekas-bekasnya berupa bangunan-bangunan candi yang indah megah, atau bekas kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan yang luas.

(3)

Berbeda sekali dengan tipe negara seperti negara Sriwijaya tersebut di atas, adalah negara-negara besar di Jawa Tengah dalam abad ke-9 sampai ke-12, dan negara-negara di Jawa Timur dalam abad ke-12 sampai ke-15. Negara-negara tersebut seperti negara Mataram-Kuno, negara Kediri, negara Singhasari, dan negara Majapahit, adalah negara-negara yang pada dasarnya merupakan Negara-negara agraris. Letaknya di daerah-daerah subur di lembah-lembah sungai, atau di Iembah-lembah yang dikelilingi oleh gunung-gunung berapi, dan rakyat petaninya hidup dari bercocok tanam padi di sawah. Rupa-rupanya hanya di negara-negara Kuno seperti itulah konsepsi Hindu mengenai raja-keturunan-dewa diadopsikan ke dalam kebudayaan pribumi, dan berkembang biak dengan bentuk-bentuk penjelmaannya sendiri-sendiri. Seperti apa yang kita ketahui, di antata Negara-negara tersebut, Majapahitlah yang dapat mencapai puncak kejayaannya dalam pertengahan abad ke-14. Waktu itu produksi pertanian rupa-rupanya dapat menyebabkan suatu surplus, sehingga dapat dialihkan ke sektor perdagangan dan menyebabkan expansi ke tempat-tempat pantai yang strategis di seluruh Nusantara dan lebih daripada itu, ke arah barat sampai di beberapa tempat di Vietnam Selatan dan ke arah timur sampai di beberapa tempat di bagian barat dari Irian Jaya.

Kejayaan Majapahit yang rupa-rupanya tinggal terbatas dalam lapisan tertinggi dari masyarakat dan yang menjelma ke dalam kehidupan mewah megah dengan upacara-upacara kerajaan yang besar, tidak merembet sampai ke lapisan-lapisan masyarakat bawahan, ialah rakyat petani di desa-desa. Kejayaan itu tidak berlangsung lama, dan dalam akhir abad ke-14 kekuasaan Majapahit sudah tampak mulai mundur. Selama abad ke-15, kekuasaan itu dirong-rong oleh kekuatan-kekuatan baru yang datang dari kota-kota pelabuhan di daerah pesisir. Sekitar tahun 1518 sisa-sisa terakhir dari negara Majapahit dihancurkan oleh negara-negara pesisir yang beragama Islam.

B. Alam Pikir Ontologis

Di jaman pengaruh Hindu dan Budha itu keahlian-keahlian praktis seperti pertukangan, keteknikan, dan kesenian manjadi sangat penting, tetapi renungan-renungan teoritis mengenai alam fisik (nampak) dari alam metafisik (tidak nampak) mulai dikembangkan Van Peursen (1976) menjelaskan, bahwa perkembangan seperti itu disebut sebagai perkembangan dari mitos ke logos. Perkembangan itu ditandai dengan lahirnya pengetahuan teoritis tentang segala sesuatu yang ada.

(4)

Pada jaman Hindu dan Budha tersebut orang Indonesia mulai mengenal sistem-sistem filsafat dari India. Tujuan pengembangan pengetahuan teoritis tersebut adalah pembebasan dari daya-daya kekuatan gaib yang menguasai mati dan hidup, lahir dan mati, perbuatan dan nasib, dosa dan penderitaan. Perenungan tentang ada yang mengakibatkan pembebasan tersebut menonjol sekali dalam sistem-sistem filsafat India, baik dalam aliran-aliran Hindu maupun mazhab-mazhab Budha.

Fungsi pertama pemikiran ontologis ialah membuat suatu peta mengenai segala sesuatu yang mengatasi manusia. Sikap ontologis berusaha menampakkan dunia transenden, bahkan menjadikannya sesuatu yang dapat dimengerti. Segala sesuatu bertitik pangkal dari dunia transenden dan di sana terdapat contoh babonnya atau prototipenya.

Manusia bukan lagi objek yang dari segala jurusan terbuka bagi pengaruh-pengaruh dari luar, melainkan merupakan subjek yang bulat, dan dapat menempatkan diri terhadap lingkungannnya. Manusia dapat mengambil sikap yang tepat terhadap daya-daya kekuatan baik duniawi dan manusiawi maupun hidup dan maut.

Fungsi kedua pemikiran ontologis ialah mengenai jaminan hari mu. Proses-proses yang terjadi di alam raya dan dalam hidup manusia mulai diterangkan dengan bertitik tolak pada hukum-hukum abadi. Mitos-mitos masih dipakai, tetapi Iebih sebagai alat atau sarana untuk menjelaskan pemikiran teotitisnya.

Fungsi ketiga pemikiran ontologis ialah menyajikan pengetahuan. Mitos juga memberikan sedikit pengetahuan tentang dunia, tetapi pemikiran ontologis terutama menonjolkan pengetahuan sistematis yang dapat dikontrol. Manusia ingin menggali sebab musabab segala sesuatu.

Pembaharuan dalam hidup bermasyarakat dapat berlangsung lebih cepat, karena nilai-nilai hidup telah dirumuskan dengan cermat. Nilai-nilai disusun menurut suatu skala dari yang paling tinggi sampai ke yang paling rendah. Masyarakat disusun menurut lapisan-lapisan hirarkhis. Di Indonesia dapat digambarkan sebagai piramida dengan raja di urutan paling atas, kemudian pembesar-pembesar kerajaan di tingkat bawahnya menurut derajatnya masing-masing.

Jadi cara berpikir ontologis merupakan cara tertentu dalam bidang perenungan, perbuatan, kemauan, perasaan, dan penentuan kebijakan. Manusia

(5)

mengambil jarak terhadap lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk mencapai suatu pengakuan tentang segala sesuatu yang mengatasinya.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Sri Dewi Saraswati 2014

Akan tetapi pada tempat yang berskala besar, seperti perkantoran, pusat-pusat perbelanjaan, dan lain-lain parkir adalah suatu hal yang penting karena untuk parker ditempat

Bahwa benar, setelah mendapat laporan pemukulan yang dilakukan oleh kelurga Salfinus Fabumese kepada adik Terdakwa (Sdr. Andreas Samponu), Kepala Desa (Bpk. Thomas Samponu)

yang telah memberikan hasil panen yang melimpah bagi warga

Nama tunggal adalah nama yang terdiri dari Nama tunggal adalah nama yang terdiri dari satu suku kata, maka diindek sebagai berikut:.. satu suku kata, maka diindek

Demikian cita Iqbal tentang insan kamil sebagai bentuk manusia ideal, dan merupakan tingkat kedirian tertinggi yang mungkin di capai oleh setiap diri.. Insan kamil

In all cases, the replacement of the required diphthong with an improper simple vowel reflected inefficient phonetic competent and may have revealed the fact

Namun kalau perkembangan kegiatan keagamaan yang ada di desa ini ya ng paling banyak jama’ahnya adalah pengajian kitab kuning.. Ini jama’ahnya datang dari berbagai wilayah dan