• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Biofuel dari Minyak Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Melalui Proses Hydrocracking dengan Katalis Ni-Mo/Zeolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan Biofuel dari Minyak Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Melalui Proses Hydrocracking dengan Katalis Ni-Mo/Zeolit"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Penyediaan sumber energi untuk berbagai kebutuhan baik skala kecil maupun skala besar masih banyak mengandalkan bahan bakar fosil walaupun dapat berdampak buruk pada lingkungan. Sementara ketersediaan bahan bakar fosil itu sendiri terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara dan proses pembuatan katalis Ni-Mo/Zeolit, mengetahui karakter katalis dari metode preparasi yang dilakukan untuk digunakan dalam proses pembuatan biofuel melalui metode hydrocracking, dan mengetahui pengaruh massa katalis dan temperatur pada proses pembuatan biofuel dengan metode hydrocracking. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu sintesa katalis, karakterisasi katalis dan proses hydrocracking. Hasil katalis yang telah disintesa. dikarakterisasi dengan X-Ray Difraction (XRD) dan Brunaur Emmet Teller (BET). Produk hasil proses hydrocracking dianalisa menggunakan Gas Chromatography (GC). Pembuatan katalis NiMo/Zeolit melalui dua tahap yaitu aktivasi zeolit alam dan impregnasi Ni dan Mo pada zeolit. Ni dan Mo telah berhasil diimpregnasi pada zeolit, ditunjukkan dengan hasil XRD. Karakterisasi katalis NiMo/Zeolit mempunyai luas permukaan 116,23 m2/g. Suhu proses hydrocracking berpengaruh terhadap yield maupun selektivitas solar, gasoline dan kerosene yang dihasilkan. Perbandingan massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml) berpengaruh terhadap yield dan selektivitas. Secara keseluruhan perbandingan massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml) paling optimum sebesar 6:100. Penggunaan katalis NiMo/Zeolit mengarah ke fraksi solar.

Kata Kunci— Biofuel, Hydrocracking, katalis Ni-Mo/Zeolit.

I. PENDAHULUAN

inyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dimana proses terbentuknya memakan waktu jutaan tahun. Persediaan minyak bumi Indonesia sendiri saat ini semakin menipis, yaitu sebanyak 3,5 miliar barel, yang hanya dapat mencukupi untuk 10 tahun ke depan. Terbatasnya ketersediaan bahan bakar fosil dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh bahan bakar fosil tersebut, pada akhirnya akan memaksa dilakukannya pencarian sumber energi alternatif.

Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Misalnya dengan memakai kayu untuk menyalakan api unggun. Sejak manusia beralih pada minyak, gas bumi, atau batu bara untuk menghasilkan energi, penggunaan biomassa tergeser dari kehidupan manusia. Mengingat persediaan bahan bakar fosil yang mulai menipis sementara persediaan biomassa di

Indonesia melimpah dan masih dapat diperbaharui, maka penggunaan biomassa sebagai sumber energi alternatif kini semakin digiatkan. Penelitian di bidang biodiesel sejauh ini terus berkembang dengan memanfaatkan beragam lemak nabati dan hewani untuk mendapatkan bahan bakar hayati (biofuel) dan dapat diperbaharui (renewable).

Biofuel merupakan bahan bakar baik cair, padat, maupun gas, hasil konversi dari material material biologis yang disebut sebagai biomassa yang ketersediannya sangat melimpah, murah, sehingga dapat terus diperbaharui dan ramah terhadap lingkungan. Biodiesel merupakan salah satu biofuel yang bahan bakunya berasal dari biomassa. Memiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah, memiliki bilangan setana yang tinggi, pembakaran lebih sempurna, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable) sehingga tidak beracun. Proses produksi biodiesel dapat dilakukan melalui metode transesterifikasi menghasilkan metil ester asam lemak (FAME) ataupun melalui metode hydrocracking yang produknya berupa senyawa hidrokarbon rantai lurus (alkana)

[1].

Hydrocracking merupakan suatu metode untuk mengkonversi trigliserida pada minyak nabati menghasilkan campuran senyawa hidrokarbon rantai lurus (n-C15-n-C18) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Proses ini dilakukan dengan bantuan suatu katalis dan berlangsung pada tekanan dan temperatur yang relatif tinggi. Produk biodiesel melalui metode hydrocracking memiliki bilangan setana yang lebih tinggi dibandingkan dengan FAME karena biodiesel hasil proses hydrocracking adalah suatu alkana rantai lurus dari n-C15 hingga n-C18, bukan ester asam lemak. Kualitas tinggi dari biodiesel produk hydrocracking ditunjukkan juga oleh beberapa parameter kualitas bahan bakar solar, seperti kekentalan, kerapatan, titik anilin, kadar residu karbon, kadar air dan sedimen, dan kadar sulfur yang baik. Metode ini pun dapat diaplikasikan di industri dengan memanfaatkan infrastruktur pada pengilangan minyak yang tersedia sehingga tidak memerlukan peralatan dan pabrikasi baru yang biasanya memakan biaya besar. Dengan keuntungan-keuntungan tersebut metode hydrocracking merupakan metode alternatif yang potensial untuk menciptakan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Pembuatan Biofuel dari Minyak Nyamplung

(Calophyllum inophyllum L) Melalui Proses

Hydrocracking dengan Katalis Ni-Mo/Zeolit

Endah Dahyaningsih, Rahmasari Ibrahim, dan Achmad Roesyadi

Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: aroesyadi@yahoo.com

(2)

II. URAIANPENELITIAN A. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gelas Ukur, Erlenmeyer, Corong, Pengaduk, Gelas arloji, Cawan porselen, Furnace kalsinasi, Reaktor Hydrocracking, Hotplate, Thermometer, Labu ukur, Pipet ukur, Desikator, Oven. Sedangkan alat instrument yang digunakan untuk analisa adalah Surface Area Analyzer, X-Ray Difraction (XRD), dan Gas Chromatography (GC).

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Minyak nyamplung, HCl, NiCl2.6H2O, (NH4)6Mo7O24.4

H2O, Aquadest, Gas hydrogen.

C. Variabel Penelitian

Variabel Tetap

Jenis katalis : Ni-Mo/Zeolit Volume minyak nyamplung : 100 ml Waktu reaksi : 1 jam Tekanan operasi : 10 atm

Variabel Berubah

Massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml) = 2:100 ; 4:100 ; 6:100 ; 8:100

Suhu reaksi (oC) = 300, 350, 375 D. Prosedur Penelitian

Dalam pembuatan biofuel dari minyak nyamplung melalui proses Hydrocracking dengan menggunakan katalis Ni-Mo/Zeolit dilakukan dalam tiga tahap yaitu pembuatan katalis, karakterisasi katalis dan proses hydrocracking.

Pembuatan Katalis

Untuk prosedur pembuatan katalis ada dua tahap yaitu tahap aktivasi zeolit dan tahap impregnasi logam Ni dan Mo. Prosedur Aktivasi Zeolit yang pertama adalah mencampurkan zeolit alam sebanyak 40 gram ke dalam 800 ml HCl 4 N, kemudian memasukkan campuran tersebut ke dalam labu leher tiga yang telah dilengkapi refluks pendingin dan magnetic stirrer, kemudian memanaskannya dengan air dalam waterbath hingga suhu 90 0C. Waktu pengadukan selama 5 jam, dihitung setelah suhu larutan tercapai. Selanjutnya zat disaring dan dicuci dengan menggunakan aquades hingga netral. Katalis yang terbentuk dikeringkan dalam oven pada suhu 110 0C, Selanjutnya katalis tersebut dikalsinasi pada suhu 550 0C selama 5 jam. Untuk tahap prosedur Impregnasi Zeolit dengan Ni dan Mo adalah sebagai berikut membuat suspensi zeolit yang telah diaktivasi dengan menambahkan aquades, kemudian membuat larutan NiCl2.6H2O dan mengimpreg

larutan NiCl2.6H2O ke suspensi zeolit pada suhu 70-80 0

C , dilakukan pengadukan selama 3 jam dengan magnetic stirer sampai katalis berbentuk pasta. Kemudian katalis yang telah diimpreg, dioven pada suhu 1100C. Menumbuk katalis yang telah dioven dan mengayak menggunakan saringan. Membuat suspensi katalis yang telah ditumbuk dengan menambahkan aquades. Kemudian membuat larutan (NH4)6Mo7O24.4 H2O.

Mengimpreg larutan (NH4)6Mo7O24.4 H2O ke suspensi

katalis pada suhu 70-800C. Mengoven katalis pada suhu 1100C. Menumbuk katalis yang telah dioven dan mengayak menggunakan saringan. Mengkalsinasi katalis pada suhu 350

0

C selama 3 jam. Menyimpan katalis Ni-Mo/Zeolit di desikator. Kemudian untuk karakterisasi katalis dilakukan analisa BET untuk mengetahui luas dan volume katalis dan XRD untuk mengetahui keadaan katalis.

Proses Hydrocracking

Untuk tahap hydrocracking, yang pertama adalah mempersiapkan katalis Ni-Mo/Zeolit, kemudian memasukkan katalis ke dalam reaktor sesuai dengan variabel. Memasukkan 100 ml bahan baku minyak nyamplung ke dalam reactor. Memanaskan reaktor sampai temperatur variabel. Mengalirkan gas H2 ke dalam minyak nyamplung yang telah dipanaskan

hingga 10 atm. Menunggu proses hydrocracking hingga satu jam. Mengambil hasil hydrocracking keluar. Menganalisa hasil hydrocracking dengan analisa gas kromatografi (GC).

III. HASILDANPEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan penelitian pembuatan Biofuel dari minyak nyamplung dengan katalis NiMo/Zeolit melalui proses Hydrocracking dibagi menjadi tiga tahap yaitu Pembuatan katalis, Karakterisasi Katalis dan Proses Hydrocracking beserta Analisanya. Di bawah ini ditunjukkan hasil analisa dari bahan baku minyak nyamplung dengan metode GCMS. Minyak nyamplung ini merupakan bahan utama dalam pembuatan biofuel.

Gambar 1 Hasil Kromatogram Minyak nyamplung

Tabel 1.

Komposisi Minyak nyamplung hasil analisa

Komponen % berat Asam Palmitat Asam Oleat Asam Stearat Asam Linoleat 18.466 58.131 11.141 12.263

Dari hasil analisa minyak nyamplung didapatkan empat asam lemak yaitu asam palmitat yang ditunjukkan pada gambar 1 pada retention time 7,35 menit sebesar 18,466%, asam oleat pada retention time 9,66 menit sebesar 58,131%, asam stearat pada retention time 9,99 menit sebesar 11,141% dan asam linoleat pada retention time 12,69 menit sebesar 12,263%. % berat asam lemak tersebut didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan % area asam lemak yang terdapat

4.00 6.00 8.00 10.0012.0014.0016.0018.0020.0022.00 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 1100000 1200000 1300000 1400000 1500000 Time--> Abundance TIC: 27031301.D 7.35 9.66 9.99 12.69 18.56 19.69 Asam Oleat Asam Stearat Asam Linoleat Asam Palmitat

(3)

pada hasil analisa kromatogram. Pada literatur ditunjukkan bahwa ada sebelas macam asam lemak yang ada dalam kandungan minyak nyamplung. Tapi dari sebelas macam tersebut yang paling banyak terkandung adalah empat asam lemak yang paling besar kandungannya yaitu asam palmitat sebesar 13,7 ± 0,8%, asam oleat sebesar 39,1 ± 1,4%, asam stearat sebesar 14,3 ± 0,8% dan asam linoleat sebesar 31,1 ± 1,4% [2].

Karakterisasi Katalis NiMo/Zeolit Analisa XRD (X-ray diffraction)

Analisa Difraksi sinar X atau X-ray diffraction (XRD) adalah suatu metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Profil XRD juga dapat memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan atau sampel.

Gambar 2 XRD pattern dari katalis NiMo dengan penyangga Zeolit

Gambar 2 menunjukkan XRD pattern dari katalis NiMo dengan penyangga Zeolit. Pada gambar tersebut dapat diperoleh peak Mo pada 27 derajat. Untuk Ni peak yang ditunjukkan sangat rendah, Hal ini disebabkan karena terlalu sedikitnya penambahan Ni pada saat impregnasi katalis (rasio Ni dan Mo pada saat impregnasi sebesar 1:5), selain itu juga putaran stirrer pada saat percobaan terlalu besar sehingga menyebabkan Ni yang sudah menempel pada zeolit bisa terlepas. Ni ditunjukkan pada peak 43 derajat [3]. Dari hasil XRD tersebut dapat diketahui bahwa senyawa Mo berhasil diimpregnasi ke katalis zeolit , sedangkan untuk Ni tidak tampak pada analisa kualitatif karena Ni yang digunakan terlalu sedikit. Dan dari hasil pengujian katalis NiMo/Zeolit juga dapat diketahui bahwa zeolit yang digunakan dalam proses Hydrocracking ini adalah zeolit golongan Modernite. Zeolit jenis ini mempunyai perbandingan Si/Al adalah 2 – 5. Pada rentang Si/Al tersebut, zeolit ini bersifat hidrophilik [4].

Analisa BET (Branaeur Emmet Teller)

Analisa BET ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan dari suatu kristal atau padatan. Hasil analisa dari sampel katalis NiMo/Zeolit menghasilkan luas permukaan (surface area) sebesar 116,23 m2/g. Dari hasil analisa tersebut sampel ini telah memenuhi kriteria dari katalis standar yang digunakan untuk perengkahan yaitu minimal luas permukaan sebesar 100 m2/g [5].

Analisa Hasil Proses Hydrocracking

Analisa Hasil Proses hydrocracking dilakukan dengan menggunakan analisa Gas Chromatography (GC). Dari analisa GC ini dapat diperoleh kadar biofuel yang

terdapat dalam produk yang telah dihasilkan dari proses Hydrocracking. Kadar cair hasil proses hydrocracking dihitung berdasarkan % luas area dari analisa GC. Penentuan fraksi gasoline, kerosene dan solar didasarkan waktu rambat (retention time) dari gasoline, kerosene dan solar komersial. Retention time untuk gasoline komersial berada antara 2-12 menit, untuk kerosene komersial berada antara 12-20 menit dan solar komersial berada antara 20-31 menit. Gambar 3, 4 dan 5 merupakan hasil kromatogram dari gasoline, kerosene, dan solar komersial dari Pertamina.

Gambar 3. Hasil analisa GC Gasoline Komersial Pertamina

Gambar 4. Hasil analisa GC Kerosene Komersial Pertamina

Gambar 5. Hasil analisa GC Solar Komersial Pertamina

Mo

(4)

Tabel 2.

Hasil Perhitungan Yield (%) untuk setiap variabel

Dari data perhitungan yang telah diperoleh menunjukkan pengaruh suhu proses hydrocracking terhadap yield solar pada setiap variabel perbandingan massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml). Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa yield solar tertinggi pada perbandingan 6:100 berada di suhu 350°C yaitu sebesar 62,58 %, sedangkan yield solar tertinggi pada perbandingan 2:100, 4:100, dan 8:100 yaitu masing-masing sebesar 34,48%, 44,76%, dan 60,36%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kondisi terbaik diperoleh pada suhu 350oC kemudian terjadi penurunan yield dengan naiknya suhu. Hal ini disebabkan karena asam Bronsted pada katalis berperan seiring dengan kenaikan suhu dan akan mencapai optimum pada suhu tertentu. Turunnya peranan asam Bronsted menyebabkan aktivitas katalis menurun. Asam bronsted pada katalis zeolit aktif pada suhu 350oC. dengan meningkatnya suhu reaksi, konsentrasinya akan mengalami penurunan [6].

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa yield gasoline tertinggi didapatkan pada kondisi optimum dengan suhu proses sebesar 350oC pada variabel massa katalis : volume minyak nyamplung = 6:100 yaitu sebesar 48,83%. Sedangkan pada variabel (massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml) ) yang lain kondisi optimum juga didapatkan pada suhu 350oC. Hal ini disebabkan karena asam Bronsted pada katalis berperan seiring dengan kenaikan suhu dan akan mencapai optimum pada suhu tertentu. Turunnya peranan asam Bronsted menyebabkan aktivitas katalis menurun.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa yield kerosene tertinggi pada perbandingan 8:100 berada di suhu 375°C sebesar 39,17%, sedangkan yield kerosene tertinggi pada perbandingan 2:100, 4:100, dan 6:100 juga berada di suhu 375°C yaitu masing-masing sebesar 18,69%, 18,92% dan 20,15%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kondisi terbaik diperoleh pada suhu 375°C. Hal ini disebabkan karena aktivitas katalis pada suhu sekitar 375°C dapat merengkah rantai karbon asam palmitat dan asam oleat menjadi rantai hidrokarbon yang berada pada fraksi kerosene [7].

Tabel 3.

Hasil Perhitungan Selektivitas (%) untuk setiap variabel

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa selektivitas solar tertinggi pada perbandingan 2:100 berada di suhu 300°C yaitu sebesar 87.19%. Selanjutnya dengan terjadinya kenaikan suhu, selektivitas solar mulai menurun. Aktivitas katalis mulai menurun dengan naiknya suhu disebabkan karena suhu yang tinggi keasaman katalis meningkat, sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar. Jika konversi meningkat maka selektivitas solar akan menurun.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa selektivitas gasoline tertinggi pada perbandingan 6:100 berada di suhu 375°C yaitu sebesar 52,56%. Hal ini disebabkan karena suhu yang semakin besar menyebabkan uap minyak yang keluar juga semakin banyak, sehingga kontak antara minyak dan katalis semakin berkurang dengan demikian proses hydrocracking tidak berjalan dengan baik. Pada proses hydrocracking, selektivitas gasoline tetap konstan dengan naiknya suhu. Penambahan H2

dengan konsentrasi rendah selama perengkahan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap selektivitas produk, karena produksi gasoline lebih dipengaruhi oleh karakteristik katalis

[8].

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa selektivitas gasoline tertinggi pada perbandingan 8:100 berada di suhu 375°C yaitu sebesar 39,62%. Hal ini disebabkan karena suhu yang semakin besar menyebabkan uap minyak yang keluar juga semakin banyak, sehingga kontak antara minyak dan katalis semakin berkurang dengan demikian proses hydrocracking tidak berjalan dengan baik. Jadi dari hasil yang didapatkan dan pembahasan telah didapatkan bahwa produk hydrocracking ini mengarah ke fraksi solar karena pada fraksi solar yield yang didapatkan lebih besar dari fraksi gasoline maupun kerosene.

Gambar 6 di bawah ini menunjukkan perbandingan yield tertinggi solar, Gasoline dan kerosene pada kondisi optimum ( Suhu 350oC, perbandingan massa katalis (gram):volume minyak nyamplung (ml) = 6:100). Produk utama proses hydrocracking ini adalah campuran n-alkana dan sebagian besar mewakili n-C15 hingga n-C18 yaitu mengarah ke fraksi solar [9]. Variabel yield solar (%) yield Gasoline(%) yield Kerosine (%) 300 oC, 2 gram 300 oC, 4 gram 300 oC, 6 gram 300 oC, 8 gram 350 oC, 2 gram 350 oC, 4 gram 350 oC, 6 gram 350 oC, 8 gram 375 oC, 2 gram 375 oC, 4 gram 375 oC, 6 gram 375 oC, 8 gram 32.24 32.51 32.15 54.67 34.88 44.76 62.58 60.36 34.26 38.48 23.92 51.87 4.74 19.50 15.55 26.06 36.88 42.51 19.27 29.64 35.22 32.04 48.83 7.82 - 6.21 12.62 14.59 18.05 9.22 12.83 8.59 18.69 18.92 20.15 39.17 Variabel selektivitas Solar (%) selektivitas Gasoline (%) selektivitas Kerosene (%) 300 oC, 2 gram 300 oC, 4 gram 300 oC, 6 gram 300 oC, 8 gram 350 oC, 2 gram 350 oC, 4 gram 350 oC, 6 gram 350 oC, 8 gram 375 oC, 2 gram 375 oC, 4 gram 375 oC, 6 gram 375 oC, 8 gram 87.19 55.83 53.30 57.35 38.84 46.38 66.09 61.23 38.85 43.02 25.75 52.47 12.81 33.49 25.78 27.34 41.06 44.06 20.36 30.06 39.95 35.83 52.56 7.91 - 10.67 20.92 15.31 20.10 9.56 13.55 8.71 21.20 21.15 21.69 39.62

(5)

Gambar 6. Perbandingan yield solar, Gasoline dan kerosene pada kondisi optimum

Pada gambar 6 menunjukkan bahwa pada kondisi optimum didapatkan yield solar sebesar 62,58%, Gasoline sebesar 19,27%, Kerosene sebesar 12,83%. Solar merupakan produk terbanyak yang dihasilkan diikuti oleh Gasoline dan Kerosene. Dan pada gambar 6 di bawah menunjukkan perbandingan % selektivitas pada kondisi optimum pembuatan biofuel dari minyak nyamplung melalu proses hydrocracking dengan menggunakan katalis NiMo/Zeolit.

Gambar 7. Perbandingan % selektivitas solar, Gasoline dan kerosene pada kondisi optimum

Dari kondisi optimum pada proses hydrocracking, pada gambar 7 didapatkan selektivitas solar sebesar 66,09%, Gasoline sebesar 20,36% dan kerosene sebesar 13,55%. Dari literatur menyebutkan bahwa fraksi tertinggi dari proses hydrocracking menggunakan katalis NiMo/Zeolit adalah solar dan gasoline [10]. Jadi penelitian yang dilaksanakan telah sesuai dengan literature yang ada.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan Pembuatan katalis NiMo/Zeolit melalui 2 tahap, yaitu aktivasi zeolit alam dan impregnasi Ni dan Mo pada zeolit, Ni dan Mo berhasil melalui diimpregnasi pada zeolit. Katalis NiMo/Zeolit tersebut mempunyai luas permukaan

116,23 m2/g, Katalis NiMo/Zeolit dapat digunakan dalam proses hydrocracking dengan yield tertinggi solar sebesar 62,58%, gasoline sebesar 19,27% dan kerosene sebesar 12,83%, Suhu proses Hydrocracking berpengaruh terhadap yield maupun selektivitas solar, gasoline dan kerosene yang dihasilkan. Dari penelitian diketahui bahwa yield solar paling optimum berada pada suhu 350oC, karena di atas suhu 350oC yield menjadi turun . Sedangkan yield kerosene dan gasoline mengalami kenaikan sampai suhu 375oC, Perbandingan massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml) berpengaruh terhadap yield dan selektivitas. Secara keseluruhan perbandingan massa katalis (gram) : volume minyak nyamplung (ml) paling optimum sebesar 6:100, Penggunaan katalis NiMo/Zeolit mengarah ke fraksi solar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis E.D dan R.I mengucapkan terima kasih kepada laboratorium Teknik Reaksi Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

DAFTARPUSTAKA

[1] Zinoviev, S., Arumugam, S., Miertus, S., Background Paper on Biofuel

Production Technologies Working Document.ICS-UNIDO.(2007)

[2] Crane Sylvie, Guylène Aurore, Henry Joseph, Zéphirin Mouloungui, Paul Bourgeois, Composition of fatty acids triacylglycerols and unsaponifiable matter in Calophyllum calaba L. oil from Guadeloupe, Institut Universitaire et Technologique de Kourou, France, 2005, hal. 1825 – 1831

[3] Roesyadi, E., “Konversi minyak nabati menjadi green diesel dan green gasoline dengan proses hydrocracking dan hydrotreating pada katalis NiMo/Al2O3, NiMo/Al2O3-SiO2, NiMo/SiO2, DAN NiMo/Zeolit”.

(disertasi doktor). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (2012)

[4] Widayat, “Studi Proses Produksi Dietil eter dari etanol dengan katalis

zeolit berbasis zeolit”. (disertasi doktor). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (2011)

[5] Bekkum dkk., (2007), “Chapter 26 Progress in the use of zeolites in organic synthesis”. Industrial Chemical Library. 947-998.

[6] Huber, G.W., O „Connor, P., and Corma, A. (2007), “Processing Biomass in Conventional Oil Refineries: Production of High Quality Diesel by Hydrotreating Vegetable Oil in Heavy Vacuum Oil Mixtures”, Applied Catalysis A: General 329:120-129

[7] Bhatia s, Rahman Abdul M et al., (2009), “Composite as cracking catalysts in the production of biofuel from palm oil : deactivation studies”. Elsevier. Chemical Engineering Journal 155 347-354.

[8] Kartina, S., “Effect of Temperature and Hydrogen on Palm Oil Cracking over MCM-41/ZSM-5 Composite Catalysts”, Master Thesis, UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA, (2006)

[9] Da Rocha Filho, G.N., Brodzki, D., Djega-Mariadassou, G., (1993), “ Formation of Alkanes, Alkylcycloalkanes and Alkylbenzenes during Catalytic Hydrocracking of Vegetable Oils”, Fuel 72: 543-549.

[10] Nasikin, M., dkk., (2009), “Biogasoline from Palm Oil by Simultaneous Cracking and Hydrogenation Reaction over Nimo/zeolite Catalyst”, World Applied Sciences Journal 5 (Special Issue for Environment): 74-79.

Gambar

Gambar 1 Hasil Kromatogram Minyak nyamplung
Gambar 2 XRD pattern dari katalis NiMo dengan penyangga  Zeolit
Gambar 6. Perbandingan yield solar, Gasoline dan kerosene  pada kondisi optimum

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran make a match pada tindakan awal, siklus I, siklus II, untuk mengetahui proses pembelajaran dengan

Pembatasan dari penelitian ini adalah subyek penelitian berupa kulit pisang ambon, buah kersen, bunga rosella, Obyek penelitian berupa selai kulit pisang ambon dengan

Rekapitulasi Pemahaman dan Penalaran dalam Kaitan dengan Pengambilan Keputusan Siswa tentang Penggunaan Obat Sebelum

Berdasarkan temuan dari observasi dan diskusi dengan kolaborator ditemukakan beberapa hal yang cukup prinsip dalam membelajarkan matematika siswa di kelas V MIN ini yaitu guru

Pada Ga mbar 9 merupakan ta mpilan hala man laporan dimana hasil proses sistem dari masukan nilai para meter iklim sebelumnya yang dilakukan oleh admin / user dan mena

Pengukuran kinerja pada sistem informasi akademik yang memanfaatkan TI sebagai sebagai sarana pendukungnya diharapkan dapat mendukung pengelolaan dari proses proses

Investasi pada instrumen Tier 2 pada bank lain N/A 43 Total regulatory adjustments to Additional Tier 1 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment).

1) Menilai potensi dan tahap pelaksanaan aktiviti pembuatan semula dalam industri automotif Malaysia. 2) Mengenal pasti faktor-faktor yang diperlukan bagi