• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Dan Ruang Lingkup E-learning. lebih beragam dan tidak terpaku pada guru ataupun buku teks pelajaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Dan Ruang Lingkup E-learning. lebih beragam dan tidak terpaku pada guru ataupun buku teks pelajaran."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Dan Ruang Lingkup E-learning

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang komputer jaringan yang telah menunjukan peningkatan sejak tahun 90 an, maka sumber belajar menjadi lebih beragam dan tidak terpaku pada guru ataupun buku teks pelajaran. Perubahan ini mengakibatkan manusia harus selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki untuk dapat bersaing dengan manusia lainnya. Masyarakat, perusahaan atau Negara-negara yang memiliki pengetahuan , keterampilan dan kemampuan mengkreasi serta menyebarkan pengetahuan secara efisien akan mendapatkan kesempatan pertama dalam hal keberhasilan persaingan global yang tengah terjadi saat ini (Cisco dalam Kamarga,2010).

Sejalan dengan pernyataan tersebut, perlu kiranya bagi kita sebagai pendidik untuk membekali peserta didik kita dengan keterampilan mengakses perangkat teknologi informasi. Namun untuk menjadikan perangkat ini sebagai salah satu sumber belajar yang efektif bagi peserta didik, dibutuhkan keterampilan untuk melakukan penjelajahan di dunia maya tersebut agar bisalmenemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.

E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance-learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat

(2)

mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. (NN, 2007). Ruang lingkup e-learning tidak terbatas pada media online saja, tapi juga bias menggunakan media off line berupa CD interaktif maupun e-book. E-learning memberikan alternatif baru bagi peserta didikdan pendidik dalam berbagi informasi mengenai bahan pelajaran tertentu yang sumbernya bukan hanya berasal dari buku teks(textbook) yang cenderung membuat pembelajran kurang bergairah, tapi dengan menggunakan media lain yang menunjang pembelajaran agar semakin menarik dan menambah motivasi belajar peserta didik. Kamarga (2010) menyebutkan bahwa e-learning merupakan kombinasi antara informasi, komunikasi, pendidikan yang merupakan elemen inti dalam mencapai keberhasilan.

Teknologi internet pada hakikatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, gudangnya sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Dengan fasilitas yang dimilikinya. Menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:

(3)

a. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah di mana pun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.

b. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.

c. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat peserta didik belajar.

Di samping itu kini hadir perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.

Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.

Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:

a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, peserta didik dan sesama peserta didik atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.

(4)

b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)

c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan peserta didik kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya

d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru, karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology)(Tafiardi,2005:91). Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak „gagap‟ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan untuk maju.

(5)

Jika sesorang memerlukan informasi tertentu dan ia mencoba mencari informasi tersebut dalam internet, maka ia akan dihadapkan pada lebih kurang lima milyar situs informasi ( Robinson, dalam Kamarga,2010). Bagi peserta didik yang belum memiliki keterampilan penjelajahan internet yang baik, tentu akan mengalami kesulitan dalam menggunakan dan memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Untuk itu, e-learning diperkenalkan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai panduan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi.

Hadirnya internet dalam dunia pendidikan tidak lantas menggantikan posisi guru dalam pembelajaran. Justru dengan adanya internet, guru dituntut untuk dapat lebih menguasai dan memanfaatkan fasilitas ini agar dapat mengajarkan peserta didiknya memanfaatkan internet dengan bijak. Kehadiran e-learning dapat memperkaya nilai belajar secara tradisional sehingga dapat menjawab tantangan globalisasi (Kamarga,2010)

E-learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, peserta didik dapat berpartisipasi dalam e-learning. Jumlah peserta didik yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi guru.

(6)

Perkembangan pesat di dunia internet sekarang ini telah menjadikan web sebagai salah satu sarana pendistribusian informasi yang digunakan oleh masyarakat di dunia. Peningkatan jumlah situs web tersebut tentu saja diiringi dengan peningkatan jumlah web server yang beroperasi di internet. World Wide Web ("WWW", atau singkatnya "Web") adalah suatu ruang informasi yang yang dipakai oleh pengenal global yang disebut Uniform Resource Identifier (URI) untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya yang berguna. WWW sering dianggap sama dengan internet secara keseluruhan, walaupun sebenarnya ia hanyalah bagian daripadanya (Darma, Jarot S., Shenia A dalam Wikipedia ,2009). Web atau situs inilah yang menjadi sumber segala informasi bagi pengguna internet termasuk informasi kesejarahan. Situs situs yang ada dalam internet terhubung satu sama lain untuk memudahkan informasi yang saling berhubungan dapat diakses dengan cepat. E-learning akan memberikan panduan bagi peserta didik untuk menjelajah jagad jejaring internet secara efektif dan efisien demi menunjang proses pembelajaran.

B. Pengertian Dan Ruang Lingkup IPS Sejarah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan diberikan mulai dari SDLB sampai SMALB. Pada satuan pendidikan SMALB mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat kajian Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan Sejarah secara terintegrasi dan terpadu. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

(7)

Sosial (IPS), peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif.

Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi suatu mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial, perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari waktu ke waktu.

Namun ternyata pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan kering dan sangat membosankan. Menurut cara pandang pedagogy kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih banyak memenuhi hasrat dominan group seperti rezim yang berkuasa, kelompok elit, pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran peserta didik sebagai pelaku sejarah pada zamannnya (Anggara dalam Martanto ,2009).

Secara terminologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajarotun” yang berarti pohon atau keturunan atau asal usul yang kemudian berkembang dalam bahasa melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi sejarah. Kata ini menunjuk kepada pengertian sejarah sebagai gambaran silsilah atau keturunan ( Frederick dalam Mariana,2010). sebagai gambaran silsilah atau keturunan, pembelajaran sejarah bukan hanya menyangkut peristiwa yang pernah terjadi pada generasi pendahulu kita saja, tapi juga termasuk peristiwa yang terjadi di masa kini.

Sejarah merupakan salah satu pelajaran yang dapat dikatakan memiliki makna penting dalam kegiatan pembelajaran. Roeslan Abdul Gani (Rustam,E Tamburaka, 1999:12) mengungkapkan bahwa :

(8)

„kajian sejarah berisi tentang keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di waktu lampau beserta segala kejadian kejadiannya dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan pembendaharaan pedoman bagi penilaian dan penemuan keadaan sekarang serta arah program masa depan.‟

Hasan (2000:8) mengemukakan bahwa pengalaman yang diharapkan ada pada siswa setelah mempelajari sejarah adalah :

„kemampuan berfikir kritis yang dapat digunakan untuk mengkaji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah, keterampilan sejarah dan nilai suatu peristiwa sejarah dalam membina kehidupan memerlukan banyak keputusan kritis, serta terampil dalam memahami berbagai peristiwa social, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi di sekitarnya. Disamping itu, kemampuan mengidentifikasi nilai nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah, kemampuan menyaring nilai nilai yang ada, memilih dan mengembangkan nilai nilai positif dan menarik pelajaran dari nilai negative serta meniru keteladanan dari para pelaku sejarah.‟

Dari pernyataan di atas, dapat kita lihat bahwa pelajaran sejarah memang memiliki arti penting bagi kehiduapan peserta didik. Terutama dalam menyikapi kehidupan dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Hal ini dikarenakan materi pelajaran sejarah yang sangat luas dan mencakup berbagai peristiwa yang pernah dan sedang dialami dalam kehidupan manusia. Namun demikian, masih terdapat asumsi yang menganggap bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang membosankan dan kurang penting. Terlebih lagi sumber belajar berupa buku buku teks untuk mata pelajaran ini sulit ditemui di sekolah apalagi di sekolah tunanetra. Dengan menggunakan metode e-learning dalam pembelajaran sejarah, guru dan peserta didik dapat mengganti sumber belajar sejarah dengan situs situs penyedia layanan informasi kesejarahan yang ada di internet.

(9)

C. Peranan E-learning Dalam Pembelajaran IPS Sejarah

E-learning merupakan metode alternatif pembelajaran yang bisa diguanakan oleh guru dalam belajar sejarah dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi ini dapat mengakomodasi kekurangan sumber belajar sejarah bagi peserta didik terutama di sekolah tunanetra. Berbagai kelemahan buku sumber sejarah yang bisa dimanfaatkan oleh psesrta diidk tunanetra dapat diakomodasi oleh kehadiran internet dan buku elektronik (e book). Belajar sejarah melalui e-learning dapat diartikan sebagai upaya memperluas wawasan kesejarahan yang diperoleh di sekolah dengan menggunakan situs situs yang terdapat dalam jaringan internet sebagai sumber informasi (Kamarga,2010). Kegiatan belajar dirancang sendiri oleh peserta didik dan dikembangkan melalui media internet sehingga pengetahuan yang diperoleh selama proses pembelajaran merupakan pengetahuan yang dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik yang bersangkutan.

Belajar sejarah melalui e-learning bukan hanya untuk memperluas wawasan peserta didik mengenai informasi kesejarahan, tetapi juga untuk mengembangkan kebiasaan berfikir kesejarahan. Dalam hal ini, posisi e-learning tidak menggantikan kegiatan belajar di dalam kelas, tetapi menambah media pembelajaran dan memvariasikan sumber belajar yang dapat diakses dengan sangat terbuka oleh peserta didik untuk menggali informasi yang dibutuhkan dengan berbagai pilihan keluasan materi yang ada.

Pelajaran sejarah penting untuk dikuasai oleh peserta didik karena pelajaran ini mempelajari kehidupan manusia, bangsa dan Negara di masa lalu sehingga hal

(10)

ini akan memberi kesadaran dan kecintaan peserta didik sesuai dengan nilai nilai yang dipetik dalam pembelajaran sejarah. Ismaun (2001:105) menyatakan bahwa tujuan ideal dari pembelajaran sejarah adalah agar peserta didik mampu:

1. Memahami sejarah

2. Memiliki kesadaran sejarah

3. Memiliki wawasan yang bermuara pada kearifan sejarah

Dengan menerapkan metode e-learning dalam pembelajaran sejarah, diharapkan peserta didik dapat memahami dan memiliki wawasan kesejarahan dengan mencari dan menemukan sendiri nilai nilai positif dari peristiwa yang pernah atau sedang terjadi dalam kehidupan manusia dan memetik hikmah dari setiap peristiwa tersebut untuk kemudian menjadikan nilai nilai tersebut bagian dari dirinya tanpa menghiraukan kemajuan teknologi yang terjadi di sekitarnya. Bahkan kemajuan di bidang teknologi informasi akan memberi hikmah tersendiri bagi kehidupan peserta didik dan mengandung nilai nilai sejarah didalamnya. Sehingga peserta didik dapat membiasakan diri berfikir kesejarahan dengan menggunakan semangat kemajuan dalam dirinya.

D. Pemanfaatan E-Learning Oleh Peserta Didik Tunanetra

Setiap orang berhak menikmati perkembangan tektologi di bidang informasi dan komunikasi, termasuk tunanetra. Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan cara pemanfaatan teknologi ini oleh tunanetra bila dibandingkan dengan orang awas. Bagi tunanetra, fungsi keyboard sangat penting dalam mengoperasikan komputer dan mengakses internet. Fungsi auditif menggantikan

(11)

fungsi visual yang tidak mereka miliki. Seorang tunanetra dapat mengoperasikan komputer tanpa layar monitor, karena bagi mereka CPU dan speaker lebih penting dibandingkan monitor.

Komputer bagi tunanetra adalah komputer biasa yang dilengkapi dengan alat akses khusus bagi tunanetra yang berupa screen reading software (program pembaca layar) atau Braille display. Screen reader adalah sebuah software yang memungkinkan pengguna komputer mendengarkan melalui speech synthesizer informasi yang ada di layar monitor. Braille display adalah suatu hardware yang memungkinkan pengguna tunanetra dapat mengkonversi teks menjadi karakter braille yang dapat dibaca dengan perabaan pada bagian display-nya yang berfungsi sebagai monitor.

a. Spesifikasi perangkat komputer bagi pengguna komputer tunanetra Pada prinsipnya perangkat komputer yang digunakan oleh tunanetra sama seperti perangkat komputer (PC) pada umumnya. Terdapat beberapa tambahan yang merupakan spesifikasi bagi pengguna tunanetra, baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat akses khusus bagi tunanetra, antara lain:

1) Perangkat keras yaitu pada output device yang berfungsi sebagai pengganti monitor, seperti: Braille Display, Speaker atau headphone, braille embosser (priter braille). Perangkat ini penting bagi pengguna komputer tunanetra untuk dapat mengoperasikan komputer dengan efektif.

(12)

2) Perangkat lunak berupa program akses, seperti: Screen Reader, Speech Synthesizer dan program magnifikasi (Magnification software) untuk pengguna komputer yang kurang awas (low vision). 3) Program aplikasi khusus seperti program penyalin braille (MBC, CX

for word, win Braille, Duxbury, dll).

Penggunaan alat akses dan program aplikasi tersebut di atas hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kompatibel dengan program operating system yang digunakan agar dapat berfungsi dan dapat meningkatkan keterampilan pengoperasian komputer bagi pengguna tunanetra.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, komputer yang digunakan tunanetra harus memiliki perangkat lunak pembaca teks di monitor. Dengan teknologi Speech Synthesizer komputer dapat menyebutkan tombol yang ditekan, seperti huruf, angka, tombol fungsi, tanda baca dan lain-lain. Setelah selesai mengetik seorang tunanetra juga dapat mengedit hasil ketikannya dengan cara membaca kembali apa yang telah di ketik. Untuk membaca kembali, seorang pengguna komputer tunanetra dapat memilih apakah mau dibacakan perkata, perbaris perparagrap bahkan dapat dieja. Sebagai contoh ketika ditekan tombol panah bawah cursor akan berpindah satu baris ke bawah dan secara otomatis speech synthesizer akan membacakan teks yang ada di baris tersebut. Demikian juga ketika ditekan kontrol panah kanan atau kiri, kursor akan berpindah satu kata ke kanan atau kekiri, Speech Syntheziser juga akan membaca. Agar

(13)

pengguna komputer tunanetra dapat mendeteksi format huruf teknologi ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca jenis huruf, efek cetak, jarak ketikan dan sebagainya. Misalnya dengan penekanan tombol tertentu komputer akan menyebutkan "Times New Roman, size 10,Underline, line spacing 1.5". Pernyataan tersebut berarti bahwa karakter yang berada di bawah cursor ditulis dengan bentuk huruf Times New Roman, berukuran sepuluh, menggunakan efek cetak garis bawah dan jarak ketikannya 1.5. Kehadiran perangkat ini memang sangat membantu tunanetra didalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari, termasuk untuk melakukan pekerjaan sebagai penulis, penerjemah, programer, penata musik, dan sebagainya.

b. Cara pengoperasian komputer oleh pengguna tunanetra

Adapun yang menjadi kesulitan dalam mengoperasikan komputer bagi pengguna tunanetra adalah bahwa mereka tidak dapat membaca informasi yang tampil pada layar monitor. Hal tersebut dapat teratasi dengan munculnya software khusus pembaca layar (screen reader).

Screen reader adalah sebuah software yang memungkinkan pengguna komputer mendengarkan melalui speech synthesizer dan meraba melalui Braille display, informasi yang ada di layar monitor.

Melalui speech synthesizer yang berfungsi untuk membaca, menyuarakan semua yang ada dilayar monitor termasuk icon-icon, menu-menu, teks-teks, tanda baca dan kontrol buttons, dan lain-lain,

(14)

maka pengguna tunanetra dapat mengetahui dan memahami apa yang ada dilayar monitor. Dengan demikian program aplikasi screen reader merupakan alat pendukung utama bagi tunanetra dalam mengoperasikan komputer setiap hari.

Dengan teknologi Speech Synthesizer komputer dapat menyebutkan tombol yang ditekan, seperti huruf, angka, tombol fungsi, tanda baca dan lain-lain. Setelah selesai mengetik seorang tunanetra juga dapat mengedit hasil ketikannya dengan cara membaca kembali apa yang telah di ketik. Untuk membaca kembali, seorang pengguna komputer tunanetra dapat memilih apakah mau dibacakan perkata, perbaris perparagrap bahkan dapat dieja. Sebagai contoh ketika ditekan tombol panah bawah cursor akan berpindah satu baris ke bawah dan secara otomatis speech synthesizer akan membacakan teks yang ada di baris tersebut. Demikian juga ketika ditekan kontrol panah kanan atau kiri, kursor akan berpindah satu kata ke kanan atau kekiri, Speech Syntheziser juga akan membaca. Agar pengguna komputer tunanetra dapat mendeteksi format huruf teknologi ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca jenis huruf, efek cetak, jarak ketikan dan sebagainya. Misalnya dengan penekanan tombol tertentu komputer akan menyebutkan "Times New Roman, size 10, Underline, line spacing 1.5". Pernyataan tersebut berarti bahwa karakter yang berada di bawah cursor ditulis dengan bentuk huruf Times New Roman, berukuran sepuluh, menggunakan efek cetak garis bawah dan jarak ketikannya 1.5.

(15)

Kehadiran perangkat ini memang sangat membantu tunanetra didalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari, termasuk untuk melakukan pekerjaan sebagai penulis, penerjemah, programer, penata musik, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komputer yang digunakan oleh tunanetra adalah komputer biasa tetapi harus dilengkapi dengan software khusus yang memungkinkan komputer untuk membacakan semua teks atau tampilan yang muncul di layar monitor. Cara yang dilakukan yaitu dengan mengubah tampilan visual yang ada di layar menjadi audio dengan teknologi yang dinamakan “Speech Synthesizer”, atau melalui tampilan taktual dengan teknologi yang disebut “Braille Display ” (Tarsidi: 2004).

Untuk bisa memanfaatkan internet sebagai sumber belajar, tunanetra harus bisa mengoperasikan komputer secara efektif dan lancar. Setelah tunanetra memiliki keterampilan mengoperasikan komputer, mereka dapat dengan mudah mengakses situs situs penyedia informasi untuk berbagai kebutuhan.

Referensi

Dokumen terkait

untuk menyampaikan ilmu ( transfer of knowledge ) kepada peserta didik. 58 Peranan guru sebagai pengajar merupakan seorang yang menguasai ilmu dan mampu

menguasai Teknologi Informasi (TI) diharapkan aplikasi e-learning ini dapat memudahkan siswa dalam memahami Mata Pelajaran yang di sampaikan oleh guru, karena

Oleh karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan E-Learning sebagai media pembelajaran oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan

Manfaat Model Problem Based-Learning (PBL) Problem Based-Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta

misi, tujuan kurikulum yang integratif, pembelajaran e-learning yang efektif, peserta didik, dan guru yang berkualitas. Kelima point tersebut telah dilakukan fungsi

Penelitian ini berjudul Analisis Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI IPA 2 Di SMAN 8 Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas model pembelajaran di kelas XI IPA 2 SMAN 8 Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah adanya keefektifan penggunaan model Discovery Learning untuk pendidik, karena memberikan kemudahan pada pendidik dalam proses penyampaian materi ajar kepada peserta didik. Namun, model pembelajaran ini tidak memberikan keefektifitasan belajar kepada peserta didik di kelas XI IPA 2 SMAN 8 Tasikmalaya dilihat dari kurangnya antusiasme dan respon peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran

Berdasarakan persentase yang diperoleh dari hasil respon peserta didik dan guru terhadap penggunaan e-modul flip materi lingkaran berbasis Problem Based Learning, dimana keduanya