BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah
kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial
dibangun oleh arsitektur belanda termasuk juga fungsinya tidak hanya untuk
orang belanda. Setelah masa kemerdekaan bentuk arsitektur yang dibangun oleh
arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.
Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi gemeente ( Kota Pradja)
dibawah kekuasaan Hindia Belanda. Pada masa awal kota praja ini, Medan masih
terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas,
Kampung Petisah Huludan Kampung Petisa Hilir. Sejak saat itu Kota Medan
berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas di bangun beberapa diantaranya
adalah kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), hubungan
Kereta Api Pangkalan Brandan – Besitang (1919), Konsultan Amerika (1919),
Perkumpulan renang Medan (1924), Pusat pasar, rumah sakit Elizabeth, Klinik
Sakit Mata, Dan Lapangan Olah Raga, Kebun bunga (1929), (Munthe 2014).
Kawasan Kesawan telah mengalami perubahan fasad bangunan khususnya
di Jalan Ahmad Yani.Saat ini banyak kawasan di Kota Medan yang telah
mengalami perubahan, baik fisik bangunan maupun fungsi bangunan atau
kawasannya.Salah satu kawasan yang mulai berubah bentuk fasad bangunannya
yang didominasi dengan gaya bangunan Eropa. Ruas jalan tersebut sampai saat
ini tetap menjadi kawasan perdagangan dan perkantoran, namun bentuk fasad
bangunannya banyak yang berubah.
1.2.Perumusan Masalah
Bagaimana perubahan Fasad bangunan bersejarah di Jalan Ahmad Yani? Bagaimana perubahan fungsi bangunan dan pengaruhnya terhadap kawasan
bersejarah di jalan Ahmad Yani?
1.3TujuanPenelitian
Untuk melihat perubahan bentuk bangunan dan fasad bangunan dalam
pelestarian bangunan lama sebagai peninggalan sejarah Kota Medan.
Melihat perubahan fungsi bangunan dan pengaruhnya terhadap kawasan.
1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya Kota Medan,
bagaimana perubahan fasad bangunan yang terjadi di jalan Ahmad Yani.
Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya sebuah bangunan
bersejarah.
Agar masyarakat memilihara bangunan bersejarah dengan cara
memenfaatkannya sesuai fungsi masa sekarang tanpa menghancurkan
1.5 Keaslian Penelitian
Beberapa jenis penelitian sudah dilakukan, yang berupa skripsi, tesis disertai atau
jurnal yang antara lain adalah sebagai berikut :
“KARAKTERISTIK FACADE BANGUNAN DALEM DI SISI UTARA JALAN
MONDORAKAN”, Augustinus Madyana Putra, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Tujuan penelitian : Penelitian ini dilakukan agar dapat menemukan
pola facade bangunan dalam di jalan Mondorakan yang
diharapkan akan menjadi suatu konsep yang akan datang bila
terjadi pengembangan.
Kesimpulan penelitian : Ada tiga kesimpulan sebagai hasil
penelitin ini. Yang pertama, bangunan dalam kelompok. Kedua,
karakteristik fasad bangunan dalam tunggal disisi utara jalan
merupakan bangunan kios dengan atap memanjang. Bentuk atap
mempunyai 2 jenis, yakni limasan tanpa hiasan kuncungan dan
limasan dengan hiasan kuncungan di sisi kiri dan kanan. Bangunan
memiliki ornamen sedang dan baik. Bukaan dinding merupakan
deretan pintu kios dengan dimensi yang sama. Ketinggian lantai
bangunan terhadap jalan berkisar 30-50 cm. Ktiga, karakteristik
fasad bangunan dalam kelompok di sisi utara jalan merupakan
jenis, yakni limasan tanpa hiasan kuncungan dan limasn dengan
hiasan kuncungan disisi kiri dan kanan. Bangunan memiliki
sederhana. Bukaan dinding merupakan deretan pintu kios dengan
dimensi yang bervariasi. Ketinggian lantai bangunan terhadap jalan
berkisar 30-50 cm.
1. “Pengaruh Kegiatan Komersil Terhadap Fungsi Bangunan Bersejarah Di Koridor Jalan Malioboro Yogyakarta.”, Cipto Murti dan Holi Bina Wijaya, Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Tujuan penelitian : Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kegiatan komersial terhadap
fungsi bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro
Yogyakarta.
Kesimpulan penelitian : Koridor Jalan Malioboro merupakan jalur
yang digunakan sebagai kawasan perdagangan pada masa sebelum
kemerdekaan hingga masa setelah kemerdekaaan. Koridor Jalan
Malioboro sebagai bagian dari struktur tata ruang pada zaman
keraton, kemudian dikembangkan sebagai daerah perdagangan
oleh Sri Sultan HBW I pada tahun 1758 Pada mulanya, bangunan
sepanjang Koridor Jalan Malioboro, tetapi kini perlahan mulai
tumbuh bangunan-bangunan modern seperti pertokoan, Mal
Malioboro, minimarket dan elemen-elemen pelengkap bangunan
yang mulai bergaya modern. Hal ini yang dikhawatirkan akan
menggeser bangunan kuno yang dimiliki jalan Malioboro. Untuk
berlomba-lomba menarik perhatian pengunjung, bangunan kuno
bersejarah yang menghiasi sepanjang jalan tersebut justru
mengubah tampilannya menjadi lebih modern. Hal ini lah yang
menyebabkan hilangnya karakter bangunan aslinya yang
mempunyai nilai sejarah dan menjadi saksi perkembangan kota
Yogyakarta.
Terdapat sepuluh bangunan bersejarah yang merupakan bangunan
cagar budaya dan harus dilestarikan di koridor jalan Malioboro.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa adanya pengaruh
kegiatan komersial terhadap fungsi bangunan bersejarah dan telah
terjadi perubahan fungsi pada bangunan bersejarah tersebut. Hal ini
ditunjukan dengan berubahnya beberapa variable dari fungsi
bangunan yang merupakan bagian dari fisik bangunan bersejarah,
khususnya tampilan serta fungsi bangunan bersejarah yang telah
mengalami penggeseran seiring perkembangan zaman.Pengaruh
tersebut dilihat dari fungsi komersial yang ada pada masing-masing
terhadap lima indikator fungsi bangunan bersejarah, yaitu segi
function, economic, education, politic, dan social.
2. “PENGARUH PEMBARUAN FASAD BANGUNAN TERHADAP
KERAKTER VISUAL KAWASAN, STUDI KASUS : JALAN
TANJUNGPURA PONTIANAK.”
Oleh: Derry Feriyan Misavan, Bontor Jumaylinda Br. Gultom, Mahasiswa, Program studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia, Dosen, Program studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia.
Tujuan penelitian: adanya sebuah upaya arahan yang akan berguna
dalam hal mempertahankan identitas kawasan. Hal ini sebagai
penghentian gejala negatif atas berkembangnya penghapusan
sebuah identitas kawasan yang sangat berpengaruh terhadap
identitas Kota Pontianak.
Kesimpulan penelitian : Karakter visual kawasan merupakan hal
penting demi menjaga citra sebuah kawasan. Hal ini tidak
terkecuali untuk kawasan pertokoan jalan Tanjungpura yang
merupakan kawasan yang memiliki historis panjang atas
kawasannya sendiri. Sebuah karakter akan memudahkan orang
untuk mengenali sebuah kawasan. Lewat hasil analisis yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa karakter visual fasad kawasan
pola yang jelas dengan kesegarisan yang seirama baik itu lewat
bukaan, balkon dan atap. (2) Kawasan memiliki ornamentasi yang
sama pada awalnya yaitu rangka kayu yang memiliki pola yang
sama. (3) Bentuk dan ukuran bangunan tidak jauh berbeda dengan
bentuk dominan kotak. (4) Skyline yang terbentuk memiliki
kesegarisan pola bentuk yaitu bentuk kotak. (5) Warna serta
material yang digunakan memiliki pola yang selaras dan tidak jauh
1.6. Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG
(kawasan Ahmad Yani sebagai kawasan bersejarah yag perlu dilestarikan)
PERUMUSAN MASALAH
(perubahan fasad bangunan bersejarah di jalan Ahmad Yani)
TUJUAN
(mengajak masyarakat melestarikan bangunan bersejarah)
KAJIAN TEORI PENGUMPULAN DATA
OBSERVASI
Fasad bangunan
ANALISA
Perubahan fungsi banguan