• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Pidana Penganiayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Pidana Penganiayaan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Pengaturan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Penganiayaan

A. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

Menurut Pasal 1 Undang-Undang ini, di jelaskan bahwa Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.28

Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, dan menyalurkan informasi.

Penyampaian informasi oleh pers baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis uraian yang tersedia.

29

Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.30

Kantor berita adalah pusat pengumpulan dan penyebaran berita, bahan-bahan informasi dan karangan-karangan guna melayani harian, penerbitan berkala, badan umum dan swasta lainnya yang usahanya

28

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 1 29

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 2 30

(2)

meliputi segala perwujudan kehidupan dan penghidupan masyarakat Indonesia dalam tata pergaulan dunia.31

Kewartawanan adalah pekerjaan kegiatan usaha yang sah, yang berhubungan dengan pengumpulan, pengadaan dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan, gambar-gambar dan lain sebagainya untuk perusahaan pers, radio, televisi dan film.32

Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.33

Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

Hak-hak yang dimiliki oleh wartawan dijamin oleh Pasal 28 Undang-undang Dasar tahun 1945, yaitu “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh undang-undang.”

34

Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia.35Sedangkan Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh Perusahaan pers asing.36

Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.37

31

M. Djen Amar, op.cit.hlm 39 32Loc.cit.

hlm 39 33

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 4 34

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 5 35

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 6 36

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 7 37

(3)

Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.38

Hak Tolak Wartawan adalah hak karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.39Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.40

Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberikan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.41

Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.42Pengertian Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.43

Kebebasan pers adalah hak dalam mengelola berita dan mengumumkannya tanpa harus ada izin terlebih dahulu, meskipun demikian, setelah diterbitkan, penerbitnya haruslah bertanggung jawab.44

Menurut Pasal 2, kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan,

38

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 9 39

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 10 40

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 11 41

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 12 42

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 13 43

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 1 ayat 14 44

(4)

dan supremasi hukum. 45

Menurut Pasal 3 fungsi Pers nasional adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.Dan pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Kebebasan ini merupakan salah satu cara masyarakat mengemukakan aspirasinya.

46

Menurut Pasal 4 kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara adalah pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, dan atau penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin.47

Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam kode Etik Jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani insan pers.48

Penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran tidak berlaku pada media cetak dan media elektronik.Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undang-undang yang berlaku.Menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.49

45

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 2 46

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 3 47

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 4 48

Penjelasan atas Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 4 ayat 1 49

(5)

Tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan.50

Menurut Pasal 5 Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.Pers wajib melayani Hak Jawab dan Hak Tolak.

Hak tolak dapat digunakan wartawan ketika dimintai keterangan oleh pejabat penyidik atau diminta menjadi saksi di pengadilan demi melindungi kepentingan dari sumber informasi.

51

Pers nasional menyiarkan informasi, tidak menghakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan serta dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut.52

Menurut Pasal 6 Pers nasional mempunyai peranan penting dalam memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mengembangkan pendapat umum, dengan menyampaikan informasi yang tepat, akurat dan benar.Hal ini akan mendorong ditegakkannya keadilan dan kebenaran,

50

Penjelasan atas Undang-Undang no. 40 tahun 1999, Tentang Pers, Pasal 4 ayat 3 51

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 5 52

(6)

serta diwujudkannya supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib.53

Menurut Pasal 7 Undang-Undang ini, Wartawan bebas memilih organisasi wartawan, dan wajib mentaati Kode Etik Jurnalistik, yaitu kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.54

Menurut Pasal 8, dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum. Pengertianperlindungan hukum adalah jaminan perlindungan Pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI.Tujuannya adalah menjunjung tinggi konstitusi dan menegakkan kemerdekaan pers yang bertanggungjawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

55

Perlindungan hukum merupakan bukti bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.Baik itu yang bersifat preventif atau pencegahan maupun dalam bentuk yang bersifat represif atau pemaksaan, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam menegakkan peraturan hukum.

53

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 6 54

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 7 55

(7)

Menurut Pasal 9, setiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja sesuai dengan Hak Asasi Manusia, termasuk mendirikan perusahaan pers sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha untuk menyelenggarakan usaha pers. Perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.56

Menurut Pasal 10, perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.57

Menurut Pasal 11, Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal.

Pengertian bentuk kesejahteraan lainnya adalah peningkatan gaji, bonus, pemberian asuransi dan lain-lain. Pemberian kesejahteraan tersebut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara manajemen perusahaan dengan wartawan dan karyawan pers.

58

56

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers , Pasal 9 57

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers , Pasal 10 58

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 11

(8)

Menurut Pasal 12 Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara :

A. Media cetak memuat kolom nama, alamat, dan penanggung jawab penerbitan serta nama dan alamat percetakan;

B. Media elektronik menyiarkan nama, alamat, dan penanggungjawabnya pada awal atau akhir setiap siaran karya jurnalistik;

C. Media lainnya menyesuaikan dengan bentuk, sifat dan karakter media yang bersangkutan.59

Pengumuman tersebut dimaksud sebagai wujud pertanggungjawaban atas karya jurnalistik yang diterbitkan atau disiarkan.Dan jawab adalah perusahaan pers yang meliputi bidang usaha dan bidang redaksi dan pertanggungjawaban pidana menganut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Pasal 13 Undang-Undang no.40 tahun 1999 tentang Pers, Perusahaan pers dilarang memuat Iklan:

A. Yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

B. Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; C. Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.60

59

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 12 60

(9)

Menurut Pasal 14, dalam mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.61

Menurut Pasal 15, menjelaskan tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kualitas pers nasional.

Mendirikan kantor berita berfungsi membantu wartawan dalam menjalankan tugasnya yaitu mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan segala jenis saluran yang tersedia.

62

A. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain; Dewan Pers mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

B. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers; C. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;

D. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;

E. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; F. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun

peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

G. Mendata perusahaan, pers.63

61

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 14 62

(10)

Anggota Dewan Pers terdiri dari:

A. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;

B. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; C. Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dari atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.64

Keanggotaan Dewan Pers ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari organisasi pers, perusahaan pers, bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.

Menurut Pasal 16, peredaran pers asing dan pendiri perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.65

Menurut Pasal 17, masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.Untuk melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dapat dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media (media watch).66

63

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 15 ayat 2 64

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 15 ayat 3 65

Undang-Undang no. 40 tahun 1999, tentang Pers, Pasal 16 66

(11)

a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;

b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

Menurut Pasal 18, ketentuan pidana bagi setiap orang yang melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).Dalam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 12.

Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).67

B. Peraturan Dewan Pers No.5/Peraturan-DP/IV/2008 tentang

Standar Perlindungan Profesi Wartawan

Menyatakan pikiran dan pendapat merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dihilangkan dan harus dihormati.Rakyat Indonesia telah

67

(12)

memilih dan berketetapan hati melindungi kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat itu dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat dan bagian penting dari kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat.Wartawan adalah pilar utama kemerdekaan pers. Pelaksanaan tugas wartawan mutlak mendapat perlindungan hukum dari negara, masyarakat, dan perusahaan pers.

Untuk itu Standar Perlindungan Profesi Wartawan dibuat:

1. Perlindungan yang diatur dalam standar ini adalah perlindungan hukum untuk wartawan yang menaati kode etik jurnalistik dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya memenuhi hak masyarakat memperoleh informasi;

2. Dalam melaksanakan tugas jurnalistik, wartawan memperoleh perlindungan hukum dari negara, masyarakat, dan perusahaan pers. Tugas jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi melalui media massa;

3. Dalam menjalankan tugas jurnalistik, wartawan dilindungi dari tindak kekerasan, pengambilan, penyitaan dan atau perampasan alat-alat kerja, serta tidak boleh dihambat atau diintimidasi oleh pihak manapun;

(13)

5. Wartawan yang ditugaskan khusus di wilayah berbahaya dan atau konflik wajib dilengkapi surat penugasan, peralatan keselamatan yang memenuhi syarat, asuransi, serta pengetahuan, keterampilan dari perusahaan pers yang berkaitan dengan kepentingan penugasannya;

6. Dalam penugasan jurnalistik di wilayah konflik bersenjata, wartawan yang telah menunjukkan identitas sebagai wartawan dan tidak menggunakan identitas pihak yang bertikai, wajib diperlakukan sebagai pihak yang netral dan diberikan perlindungan hukum sehingga dilarang diintimidasi, disandera, disiksa, dianiaya, apalagi dibunuh;

7. Dalam perkara yang menyangkut karya jurnalistik, perusahaan pers diwakili oleh penanggungjawabnya;

8. Dalam kesaksian perkara yang menyangkut karya jurnalistik, penanggungjawabnya hanya dapat ditanya mengenai berita yang telah dipublikasikan. Wartawan dapat menggunakan hak tolak untuk melindungi sumber informasi;

9. Pemilik atau manajemen perusahaan pers dilarang memaksa wartawan untuk membuat berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik dan atau hukum yang berlaku.68

C. Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum

Pidana

68

(14)

Menurut Pasal 170 KUHP, bahwa siapa yang secara terang-terangan dan secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Pelaku diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, bila la dengan sengaja menghancurkan barang atau bila kekerasan yang digunakan itu mengakibatkan luka-luka.

Pelaku diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, bila kekerasan itu mengakibatkan luka berat dan diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, bila kekerasan itu mengakibatkan kematian.69

Menurut Pasal 351 KUHP, Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4500,-. 70

Perbuatan itu menjadikan luka berat, pelaku dihukum penjara selama-lamanya lima tahun. Apabila mengakibatkan kematian dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.Luka berat atau mati disini harus hanya merupakan akibat yang tidak dimaksud oleh pelaku.

Undang-undang tidak memberikan ketentuan apakah yang di artikan dengan penganiayaan (mishandeling) itu. Menurut Yurisprudensi, maka yang diartikan dengan penganiayaan yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka.

69

Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, Pasal 170 70

(15)

Penganiayaan diartikan merusak kesehatan orang dengan sengaja.Percobaan melakukan tindak penganiayaan ringan ini tidak dapat dihukum.

Menurut Pasal 352, bahwa penganiayaan yang tidak menjadikan sakit atau halangan untuk melakukan pekerjaan sebagai penganiayaan ringan, dihukum penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4500,-.

Hukuman ini boleh ditambah dengan sepertiganya, bila kejahatan itu dilakukan terhadap orang yang bekerja padanya atau yang ada dibawah perintahnya.Dan percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum.71

D. Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi

dan Korban

Menurut Pasal 2, bahwa Undang-Undang ini memberikan perlindungan pada Saksi dan Korban dalam semua tahap proses peradilan pidanadalam lingkungan peradilan.72

Menurut Pasal 3, pelaksanaan perlindungan saksi dan korban berasaskan pada:

Perlindungan kepada Saksi dan Korban tujuannya adalah untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban dan melindungi hak-haknya agar tidak dilanggar oleh orang lain.

71

Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, Pasal 352 72

(16)

A. Penghargaan atas harkat dan martabat manusia; B. Rasa aman;

C. Keadilan;

D. Tidak diskriminatif; dan E. Kepastian hukum.73

Menurut Pasal 4, tujuan perlindungan saksi dan korban adalah memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban dalam memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana.74

Perlindungan ini melindungi fungsi, hak, kewajiban dan peranannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlindungan saksi dan korban adalah diperlukan dalam memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana.75

Menurut Pasal 5 ayat (1) mengatur tentang hak-hak dari saksi dan korban,yaitu:76

A. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, sertabebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telahdiberikannya;

Perlindungan semacam ini merupakan perlindungan utama yang diperlukan Saksi dan Korban.Apabila perlu, Saksi dan Korban harus ditempatkan dalam suatu lokasi yang dirahasiakan dari siapa pun untuk menjamin agar Saksi dan Korban aman.

73

Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 3 74

Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 4 75

Siswanto Sunarso, Op.cit. hlm. 255 76

(17)

Jika saksi mendapat ancaman dan gangguan, akan memberikan dampak terhadap kesaksian yang tidak benar, kesaksian yang direkayasa, dan pada akhirnya menimbulkan resiko hukum terhadap saksi dan korban itu sendiri.77

B. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungankeamanan;

C. Memberikan keterangan tanpa tekanan;

D. Mendapat penerjemah; Hak ini diberikan kepada Saksi dan Korban yang tidak lancar berbahasa Indonesia untuk mempelancar persidangan. E. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;

F. Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus; Seringkali Saksi dan Korban hanya berperan dalam pemberian kesaksian di pengadilan, tetapi Saksi dan Korban tidak mengetahui perkembangan kasus yang bersangkutan. Oleh karena itu, sudah seharusnya informasi mengenai perkembangan kasus diberikan kepada Saksi dan Korban.

G. Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan; Informasi ini penting untuk diketahui Saksi dan Korban sebagai tanda penghargaan atas kesediaan Saksi dan Korban dalam proses peradilan tersebut.

H. Mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan; Ketakutan Saksi dan Korban akan adanya balas denda dari terdakwa cukup beralasan dan ia berhak diberi tahu apabila seorang terpidana yang dihukum penjara akan dibebaskan.

77

(18)

I. Dirahasiakan identitasnya; Dalam berbagai kasus, terutama yang menyangkut kejahatan terorganisasi, Saksi dan Korban dapat terancam walaupun terdakwa sudah dihukum. Dalam kasus-kasus tertentu, Saksi dan Korban haruslah dirahasiakan identitasnya.

J. Mendapat identitas baru; Saksi dan Korban dapat diberi identitas baru untuk menghindari ancaman dari berbagai pihak walaupun terdakwa sudah dihukum termasuk menyangkut kasus kejahatan yang terorganisir. K. Mendapat tempat kediaman sementara; Jika keamanan Saksi dan Korban sudah sangat mengkhawatirkan, pemberian tempat sementara pada Saksi dan Korban harus dipertimbangkan agar Saksi dan Korban dapat meneruskan kehidupannya tanpa ketakutan.Dan yang dimaksud dengan "tempat kediaman sementara" adalah tempat tertentu yang bersifat sementara dan dianggap aman.

L. Mendapat tempat kediaman baru; Jika keamanan Saksi dan Korban sudah sangat mengkhawatirkan, pemberian tempat baru pada Saksi dan Korban harus dipertimbangkan agar Saksi dan Korban dapat meneruskan kehidupannya tanpa ketakutan.Dan yang dimaksud dengan "tempat kediaman baru" adalah tempat tertentu yang bersifat permanen dan dianggap aman

(19)

N. Mendapat nasihat hukum; Yang dimaksud dengan nasihat hukum adalah nasihat hukum yang dibutuhkan oleh Saksi dan Korban apabila diperlukan.

O. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu Perlindungan berakhir; Yang dimaksud dengan biaya hidup sementara adalah biaya hidup yang sesuai dengan situasi yang dihadapi pada waktu itu, misalnya biaya untuk makan sehari-hari.

P. Mendapat pendampingan.

Menurut Pasal 5 ayat (2) menyatakan Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi dan/atau Korban tindak pidanadalam kasus tertentu sesuai dengan Keputusan LPSK.78

Menurut Pasal 5 ayat (3) menyatakan selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam kasus tertentu sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dapat diberikan kepada Saksi Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pulaorang yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara pidanameskipun tidak ia dengar sendiri, tidak ia lihat Yang dimaksud dengan "tindak pidana dalam kasus tertentu" antara lain, tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang, tindak pidana terorisme, tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana narkotika, tindak pidana psikotropika, tindak pidana seksual terhadap anak, dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi Saksi dan/atau Korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya.

78

(20)

sendiri, dan tidak ia alami sendiri, sepanjangketerangan orang itu berhubungan dengan tindak pidana.”79

A. Bantuan medis; dan

Yang dimaksud dengan “ahli” adalah orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

Menurut Pasal 6 ayat (1) menyatakan Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat, Korban tindak pidana terorisme, Korban tindakpidana perdagangan orang, Korban tindak pidana penyiksaan, Korban tindak pidana kekerasanseksual, dan Korban penganiayaan berat, selain berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,juga berhak mendapatkan:

B. Bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis.80

Yang dimaksud dengan “bantuan medis” adalah bantuan yang diberikan untuk memulihkan kesehatan fisik Korban, termasuk melakukan pengurusan dalam hal Korban meninggal dunia misalnya pengurusan jenazah hingga pemakaman.

Yang dimaksud dengan “rehabilitasi psikososial” adalah semua bentuk pelayanan dan bantuan psikologis serta sosial yang ditujukan untuk membantu meringankan, melindungi, dan memulihkan kondisi fisik,

79

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 5 ayat (3)

80

(21)

psikologis, sosial, dan spiritual Korban sehingga mampu menjalankan fungsi sosialnya kembali secara wajar.

Antara lain LPSK berupaya melakukan peningkatan kualitas hidup Korban dengan melakukan kerja sama dengan instansi terkait yang berwenang berupa bantuan pemenuhan sandang, pangan, papan, bantuan memperoleh pekerjaan, atau bantuan kelangsungan pendidikan.

Yang dimaksud dengan “rehabilitasi psikologis” adalah bantuan yang diberikan oleh psikolog kepada Korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan Korban.

Rehabilitasi psiko-sosial adalah bantuan yang diberikan oleh psikolog kepada korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban.

Pasal 6 ayat (2) menyatakan Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan Keputusan LPSK.”Pemberian bantuan medis dan bantuan yang diberikan oleh psikolog kepada korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban harus memenuhi prosedur dari LPSK.81 Menurut Pasal 7 ayat (1) menyatakan setiap Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan Korban tindak pidana terorisme selain mendapatkan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, juga berhak atas kompensasi.82

81

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 6 ayat (2)

82

(22)

Menurut Pasal 7 ayat (2) menyatakan kompensasi bagi korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat diajukan oleh korban,keluarga, atau kuasanya kepada Pengadilan Hak Asasi Manusia melalui LPSK.83

Menurut Pasal 7 ayat (3) menyatakan Pelaksanaan pembayaran Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh LPSKberdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengajuan Kompensasi oleh Keluarga dilakukan jika Korban meninggal dunia, hilang, tidak cakap hukum, atau tidak mampu secara fisik.

84

Menurut Pasal 7 ayat (4) menyatakan pemberian kompensasi bagi korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai denganketentuan Undang-Undang yang mengatur mengenai pemberantasan tindak pidana terorisme.

Pendanaan yang diperlukan untuk pembayaran Kompensasi dibebankan pada anggaran LPSK.

85

Menurut Pasal 7A ayat (1) menyatakan Korban tindak pidana berhak memperoleh Restitusi berupa:86

83

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 ayat (2)

84

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 ayat (3)

85

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 ayat (4)

86

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 A ayat (1)

(23)

B. Ganti kerugian yang ditimbulkan akibat penderitaan yang berkaitan langsung sebagai akibattindak pidana; dan/atau

C. Penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis.

Menurut Pasal 7A ayat (2) menyatakan Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan LPSK.87

MenurutPasal 7A ayat (3) menyatakan Pengajuan permohonan Restitusi dapat dilakukan sebelum atau setelah putusan pengadilan yangtelah memperoleh kekuatan hukum tetap melalui LPSK.88

MenurutPasal 7A ayat (4) menyatakan Dalam hal permohonan Restitusi diajukan sebelum putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap, LPSK dapat mengajukan Restitusi kepada penuntut umum untuk dimuatdalam tuntutannya.89

MenurutPasal 7A ayat (5) menyatakan dalam hal permohonan Restitusi diajukan setelah putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap, LPSK dapat mengajukan Restitusi kepada pengadilan untuk mendapatpenetapan.90

87

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 A ayat (2)

88

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 A ayat (3)

89

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 A ayat (4)

90

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 A ayat (5)

(24)

yang merupakan ahli waris Korban.91

MenurutPasal 7Bmenyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan dan pemberian Kompensasi dan Restitusisebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 7A diatur dengan Peraturan Pemerintah.92

Menurut Pasal 8 ayat (1) menyatakan perlindungan terhadap Saksi dan/atau Korban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diberikansejak tahap penyelidikan dimulai dan berakhir sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.93

Menurut Pasal 8 ayat (2) menyatakan dalam keadaan tertentu, Perlindungan dapat diberikan sesaat setelah permohonan diajukankepada LPSK.94

Menurut Pasal 9 menjelaskan Saksi dan/atau Korban yang merasa dirinya berada dalam Ancaman yang sangat besar, atas persetujuan hakimdapat memberikan kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempat perkara tersebut sedang diperiksa.95

Saksi dan/atau Korban sebagaimana dimaksud pada dapat memberikan kesaksiannya secara tertulis yang disampaikan di hadapan pejabat yang berwenang dan membubuhkan tanda tangannya pada berita Ancaman yang besar adalah ancaman yang menyebabkannya tidak dapat memberikan kesaksiannya.

91

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 A ayat (6)

92

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 7 B

93

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 8 ayat (1)

94

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 8 ayat (2)

95

(25)

acara yang memuat tentang kesaksian tersebut.96

Saksi dan/atau Korban sebagaimana dimaksud pada ayat dapat pula didengar kesaksiannya secara langsung melalui sarana elektronik dengan didampingi oleh pejabat yang berwenang.

Pejabat yang berwenang adalah penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

97

Menurut Pasal 10 ayat (1) Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, baik pidana maupun perdata atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau telah diberikannya, kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak dengan iktikad baik.

Kehadiran pejabat ini untuk memastikan bahwa Saksi dan/atau Korban tidak dalam paksaan atau tekanan ketika Saksi dan/atau Korban memberikan keterangan.

98

Menurut Pasal 10 ayat (2) dalam hal terdapat tuntutan hukum terhadap Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau telah diberikan, tuntutan hukum tersebut wajib ditunda hingga kasus yang ia laporkan atau ia berikan

Yang dimaksud dengan pelapor adalah orang yang memberikan informasi kepada penegak hukum mengenai terjadinya suatu tindak pidana. Dan keterangan tidak dengan itikad baik dalam ketentuan ini antara lain memberikan keterangan palsu, sumpah palsu, dan permufakatan jahat.

96

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 9 ayat (2)

97

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Pasal 9 ayat (3)

98

(26)

kesaksian telah diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum tetap.99

99

Referensi

Dokumen terkait

Susunlah jadwal pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah Anda berdasarkan program semesteran BK yang dibuat pada

Jelaskan alasan dan langkah-langkah pelaksanaan referal konseli kepada pihak/lembaga yang lebih berwenang memberikan layanan

154 Adapun metode yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan ini adalah metode Simple Additive Weighting (SAW), metode ini dipilih karena metode ini menentukan nilai

4.Benih Sebar ( Extension Seed = ES) merupakan keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih Pokok, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa.. sehingga

"erapa ban!ak ara untuk duduk !ang diperole# dengan urutan berbeda $ika %Putra dan putri  dapat duduk di sembarang kursi& Putra dan putri masing'masing mengelompok

Kawasan pantai Terbangan merupakan salah satu Pantai yang ada di Gampong Ladang Tuha Kecamatan Pasie Raja, yang berbatas dengan gampong Mata Ie dan Gampong

dan difahami tanpa perlu pengulangan dalam berbagai perbahasan yang ada dari berbagai pendapat tersebut. Sayyid Abdurrahman Ba’lawi menyusun kitab ini secara

hukum dalam memperoleh organ gigi manusia untuk kepentingan Pendidikan. Masyarakat mengetahui adanya hukum yang mengatur tentang jual beli organ. untuk kepentingan pendidikan.