• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Z-Score Untukpenilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Yang terdaftar Di Kompas 100"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh

banyaknya permintaan dan penawaran akan suatu saham dimana titik harga

keseimbangan antara permintaan dan penawaran itulah yang menjadi harganya.

Semakin banyak permintaan akan suatu saham maka harga saham akan terus naik,

sebaliknya semakin banyak penawaran akan suatu saham maka harga sahamnya

akan terus turun. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa aspek fundamental

yang menjadi pengaruh dari banyaknya permintaan dan penawaran dari setiap

investor untuk harga suatu saham perusahaan.

Pergerakan harga saham setiap perusahaan sangatlah sulit untuk diprediksi

karena banyaknya faktor yang mempengaruhi gerak dari suatu harga saham.

Mulai dari sektor dan kondisi internal perusahaan itu sendiri sampai faktor

eksternal di luar kendali perusahaan yang mempengaruhi. Berikut adalah beberapa

contoh perusahaan sektor keuangan beserta dengan harga sahamnya beberapa

tahun yang lalu.

Tabel 1.1

Harga Saham Penutupan Periode 2012-2014 (dalam Rupiah)

Perusahaan 2012 2013 2014

Bank BTN 1.470 870 1.205

Bank Danamon 5.600 3.775 4.525

MNC Investama 520 340 289

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

1.050 890 730

Bank Maybank 388 307 208

(2)

Dari Tabel 1.1 terlihat perbedaan pergerakan harga saham dari setiap

perusahaan, Bank BTN dan Bank Danamon cenderung berfluktuatif sedangkan

MNC Investama, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, dan Bank

Maybank memiliki kecenderungan yang menurun. Hal ini dikarenakan sektor

keuangan memiliki resistensi yang kecil terhadap perubahan ekonomi yang terjadi

pada kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat pada tahun 1998 dimana krisis

melanda, perusahaan sektor keuangan terutama perbankan menjadi sektor yang

pertama bergejolak karena retannya perusahaan perbankan terhadap perubahan

ekonomi hingga banyak bank yang akhirnya terlikuidasi. Contoh lain juga terlihat

pada krisis tahun 2008, Bank Century mengalami insolvensi berat yang akhirnya

membuatnya pailit atau bangkrut.

Selain faktor eksternal, harga saham suatu perusahaan juga bergantung

pada fundamental suatu perusahaan. Aspek fundamental adalah faktor utama

penggerak harga saham (Wira, 2011:7). Hal ini dikarenakan harga saham adalah

cerminan dari kinerja perusahaan itu sendiri. Para investor jangka panjang

umumnya melihat aspek ini dan menggunakan analisis fundamental dalam melihat

kondisi suatu perusahaan sehingga para investor dapat mengetahui pergerakan

dari harga sahamnya. Contohnya adalah Perusahaan Perbankan ternama Bank

Negara Indonesia atau dikenal dengan singkatan BNI dimana BNI sebelum

mengalami krisis 2008 harga sahamnya berada pada level 2.000-an dan pada saat

terjadi krisis, harga sahamnya turun ke level 400-an. Karena BNI adalah

perbankan yang memiliki fundamental baik, dalam waktu kurang dari 2 tahun,

(3)

kisaran 3800-an. Pergerakan harga sahamnya juga sesuai dengan pergerakan dari

Z-Score BNI sendiri dimana sebelum krisis, Z-Score BNI adalah 1,35 dan saat

terjadi krisis, Z-Score BNI menurun menjadi 1,24 dan pada tahun 2010 Z-Score

BNI meningkat menjadi 1,67.

Diperlukan kejelian investor dalam memilih saham perusahaan mana yang

bagus dan mana saham perusahaan jelek yang harus dihindari melalui

informasi-informasi yang didapat oleh investor sehingga investor dapat membuat suatu

keputusan investasi dalam berinvestasi.

Informasi-informasi yang paling umum digunakan adalah informasi

akuntansi berupa laporan keuangan perusahaan yang dikeluarkan oleh perusahaan

yang bersangkutan setiap triwulan ataupun tahunan. Dimana laporan ini

memberikan informasi-informasi kondisi keuangan yang sedang dialami oleh

suatu perusahaan dan juga perencanaan perusahaan kedepannya. Selain informasi

akuntansi, investor juga wajib melihat kondisi ekonomi secara makro yang sedang

terjadi beberapa dekade terakhir seperti tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai

tukar.

Untuk mengolah informasi-informasi tersebut, investor dapat melakukan

analisis untuk memperkuat investor dalam membuat keputusan. Teknik analisis

yang paling sering digunakan adalah analisis fundamental dan analisis teknikal

dimana teknik analisis tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan

masing-masing.

Analisis teknikal adalah teknik analisis yang menganalisa fluktuasi harga

(4)

fundamental adalah teknik analisis yang memperhitungkan berbagai faktor seperti

kinerja perusahaan, analisis persaingan usaha, analisis industri, analisis ekonomi

dan pasar makro-mikro. Dari sini dapat diketahui apakah perusahaan tersebut

masih sehat atau tidak (Wira, 2011:3).

Ada beberapa metode analisis yang sering dipakai olehpara investor antara

lain, analisis makro ekonomi, analisis rasio keuangan, valuasi nilai wajar saham

seperti DCF (Discounted Cash Flow) dan AbsoluteP/E, serta analisis nilai

diskriminan (Z-score).

Dengan adanya analisis tersebut, dapat membuat investor terhindar dari

perusahaan-perusahaan yang berfundamental jelek dan memiliki potensi bangkrut

yang dapat merugikan investor. Kebangkrutan yang dimaksud adalah kondisi

dimana perusahaan mengalami segala kondisi kesulitan likuiditas atau finansial

dalam pemenuhan kewajiban serta mempertahankan eksistensi keberlangsungan

usaha. Seperti kasus perusahaan Amstelco Indonesia(INCF) dimana perusahaan

ini adalah perusahaan sektor keuangan yang bergerak di bidang pembiayaan yang

akhirnya delisting dari bursa efek secara resmi pada tanggal 19 Februari 2013

karena tidak memiliki keberlangsungan usaha yang jelas. Hal itu disebabkan tidak

lain dan tidak bukan adalah masalah utang yang telah melanda dan melilit

perusahaan Amstelco Indonesia sendiri yang telah berlangsung lama. Keputusan

Bursa Efek Indonesia untuk mendelisting Amstelco Indonesia pun menjadi bulat

setelah melihat kondisi kinerja perusahaan yang tidak menunjukkan adanya

(5)

Adapun kasus lain adalah perusahaan jasa transportasi laut Berlian Laju

Tanker (BLTA) yang nyaris dinyatakan pailit dan delisting oleh Bursa Efek

Indonesia karena macetnya pembayaran kreditur dan juga terjadi gagal bayar

obligasi yang membuat para investor rugi terlebih lagi terjadi suspensi pada

sahamnya kurang lebih setahun lamanya dimana saham dari Berlian Laju Tanker

tidak dapat diperdagangkan dalam kurun waktu tertentu. Investor di sini memang

tidak mendapatkan capital loss karena pergerakan harga saham di hentikan tetapi

investor mengalami kerugian dari segi nilai waktu dari uang tersebut yang tidak

dapat diambil lebih dari setahun karena masalah likuiditas dari Berlian Laju

Tanker sendiri.

Untuk itu, maka digunakan analisis nilai diskriminan berupa Altman

Z-score untuk memprediksi kebangkrutan dari suatu perusahaan. Altman Z-Z-score

merupakan suatu alat ukur kesehatan serta kinerja keuangan perusahaan dan

peluang kebangkrutan dari suatu perusahaan. Sesuai dengan teknik analisis

fundamental, jika dapat mengetahui kondisi dan kinerja keuangan perusahaan,

dapat pula diprediksi pergerakan harga sahamnya.

Sampai sekarang telah tecatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 517

perusahaan go public. Banyaknya perusahaan yang telah terdaftar di bursa dewasa

ini menunjukkan adanya potensi berkembang yang besar pada bursa efek di

Indonesia.

Seiring dengan banyaknya perusahaan yang melakukan Initial Public

(6)

oleh BEI yang mencerminkan pergerakan harga saham gabungan perusahan go

public di Indonesia.Contohnya IHSG, LQ45, JII, Bisnis 27, dan KOMPAS 100.

Indeks-indeks tersebut terdiri dari gabungan beberapa perusahaan. Seperti

IHSG terdiri dari semua perusahaango public Indonesia yaitu 517 perusahaan,

LQ45 merupakan 45 perusahaan paling likuid di bursa, JII merupakan 30 saham

berbasis syariah, Bisnis 27 merupakan indeks dari 27 perusahaan yang memiliki

fundamental, likuiditas transaksi dan akuntabilitas yang baik, dan indeks

KOMPAS 100 merupakan indeks dari 100 perusahaan yang memiliki kapitalisasi,

fundamental, dan likuiditas yang baik. Angka yang ditunjukkan oleh suatu indeks

umumnya merupakan suatu harga saham rata-rata berdasarkan pembobotan dari

kumpulan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam indeks tersebut.

Merujuk pada kasus di atas, penulis memilih judul “ANALISIS

Z-SCORE UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PADA SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI KOMPAS 100”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kinerja keuangan berdasarkan Z-Score pada perusahaan sektor

keuangan yang terdaftar di KOMPAS 100?

2. Apakah nilai Z-Score Altman berpengaruh dengan harga saham perusahaan

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat kinerja keuangan berdasarkan Z-Score pada perusahaan

keuangan yang ada di KOMPAS 100.

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai Z-score Altman terhadap harga saham

perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di KOMPAS100.

1.4 Manfaat Penelititan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak terkait antara lain:

1. Bagi Perusahaan di KOMPAS 100

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan guna

meningkatkan kinerja keuangan.

2. Bagi Investor

Sebagai masukan serta informasi bagi investor dan calon investor dalam

mengambil keputusan investasi.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang analisis

Altman Z-Score untuk perusahaan-perusahaan yang telah go public dalam

indeks KOMPAS 100.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi bagi peneliti

(8)

Altman Z-Score serta mampu menjadi kontribusi untuk pengembangan teori di

Gambar

Tabel 1.1 Harga Saham Penutupan Periode 2012-2014 (dalam Rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Telah dapat dibuat suatu aplikasi untuk simulasi tata-letak departemen berorientasi proses sebagai bagian dari sistem informasi manufaktur yang memiliki kemampuan untuk

3 Nilai dugaan volume tegakan terstratifikasi pada berbagai tingkat permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang 8 4 Potensi biomassa, massa karbon, dan serapan

[r]

Susunan kepengurusan FPPWK

 Fungsi menu dan ikon pada menu bar ( file, edit, view, format, tool, table, window, help ).  Fungsi menu dan ikon pada toolbar

(1) Sub Bidang Konsumsi dan Mutu Pangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, pemantauan,

Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangka lunak pengolah kata. Cara menggunakan Menu

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.