• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PELAYANAN PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH MELALUI LAYANAN RAKYAT SERTIPIKAT TANAH (LARASITA) PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BANGGAI | Lisarson Lanto | PUBLICATION 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PELAYANAN PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH MELALUI LAYANAN RAKYAT SERTIPIKAT TANAH (LARASITA) PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BANGGAI | Lisarson Lanto | PUBLICATION 1 SM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH MELALUI LAYANAN RAKYAT SERTIPIKAT TANAH (LARASITA) PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN

BANGGAI

Lisarson Lanto Syaharuddin Hattab

Imam Sofyan Lisarsonlanto@yahoo.com

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Indonesia ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa Penerbitan Sertipikat Tanah melalui program layanan sertifikat tanah (Larasita) pada Kantor Pertanahan belum maksimal. Peneliti mengfokuskan kajian larasita ini di kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penetapan informan dalam penelitian ini secara purposive. Sedangkan analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teori yang dipakai dalam mengukur bagaimana pelayanan larasita ini adalah menggunakan teori pelayanan Taliziduhu Ndraha dengan 4 (empat) aspeknya yakni kecepatan, ketepatan, kemudahan dan keadilan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Penerbitan Sertipikat Tanah melalui program layanan sertifikat tanah (Larasita) di Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai tidak terlaksana dengan baik. Hal ini dilihat dari aspek kecepatan pelayanan, program larasita terkendala pada jaringan yang belum terkoneksi dengan Kantor Pertanahan sehingga proses input tidak dapat dilakukan. Kedua dari aspek ketepatan waktu juga mengalami kendala sebab penerbitan sertipikat tidak sesuai dengan target waktu yang di tetapkan. Lalu dari aspek kemudahan masyarakat juga masih mengalami kesulitan dalam mendaftarkan tanahnya. Selain masalah kurangnya pegawai pertanahan untuk cepat mengeksekusi data-data pemohon agar cepat diproses hal lainya adalah masih kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak pemberi larasita ini. Selanjutnya aspek keadilan masyarakat belum menerima keadilan sebab petugas yang masih bertindak diskriminatif dalam memberikan layanan

(2)

PENDAHULUAN

Pelayanan publik saat ini menjadi isu

kebijakan yang semakin strategis karena

implikasinya sangatlah luas mempengaruhi

kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya

dan lainnya. Pemerintah dapat dikatakan

berhasil sangat ditentukan oleh baik

buruknya penyelengara pelayanan publik.

Maka dari itu sebagai penyedia sekaligus

pemberi layanan Pemerintah dituntut untuk

dapat melaksanakan tugas dan kewajibanya

agar tercapainya good governance yang kita

impikan itu.

Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 pun secara tegas menyatakan bahwa

salah satu tujuan didirikan Negara Republik

Indonesia adalah untuk memajukan

kesejahteraan publik dan mensejahterakan

kehidupan bangsa. Undang-Undang Dasar

1945 telah mengamanatkan kepada Negara

untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga negara.

Penyelenggara pelayanan publik

adalah Instansi Pemerintah. Instansi

Pemerintah adalah sebutan kolektif

meliputi satuan kerja/satuan organisasi

Kementerian, Departemen, Lembaga

Pemerintah Non Departemen,

Kesekertariatan Lembaga Tertinggi dan

Tinggi Negara, dan Instansi Pemerintah

lainnya. baik Pusat maupun Daerah

termasuk Badan Usaha Milik Daerah.

dan unit penyelenggara pelayanan

publik adalah unit kerja pada Instansi

Pemerintahan yang secara langsung

memberikan pelayanan kepada penerima

pelayanan publik. Sedangkan pemberi

pelayanan adalah pejabat /pegawai

instansi pemerintah yang melaksnakan

tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagai penerima pelayanan publik

adalah orang, masyarakat, intansi

pemerintah dan badan hukum.(Surjadi,

2009;9)

Sejak berlakunya Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah yang

selanjutnya diubah dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015

diharapkan dapat memberikan dampak nyata

yang luas terhadap peningkatan pelayanan

terhadap masyarakat. Pelimpahan wewenang

dari Pemerintah Pusat ke Daerah

memungkinkah terjadinya penyelenggaran

pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih

cepat, mudah dan membuka peluang bagi

Pemerintah Daerah untuk melakukan inovasi

dalam pemberian dan peningkatan kualitas

(3)

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat,

Aparatur Pemerintahan diharapkan dapat

memberikan pelayanan yang baik. Maka

dari itu Pemerintah mulai melakukan

perbaikan kualitas pelayanan, dengan

meningkatkan sumber daya manusia.

Manusia sebagai faktor yang memegang

peranan penting dalam menentukan baik

buruknya pelayanan yang di berikan kepada

publik.

Birokrasi sebagai ujung tombak penyelenggara Pemerintahan melekat fungsi pelayanan, pengaturan, pembangunan, dan fungsi pemberdayaan sehingga sangat menentukan upaya menciptakan pemerintahan yang baik sehingga diperlukan penanganan yang serius, utamanya dalam pemahaman akan tugas dan tangung jawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. (Ramli 2004; 3).

Salah satu tujuan intervensi Pemerintah

melalui kebijakan-kebijakan adalah untuk

menciptakan pelayanan yang berkualitas

sehingga mampu menghadirkan pelayanan

yang tidak hanya sekedar ada, tetapi

pelayanan yang mampu memberikan

kepuasan kepada masyarakat agar mereka

bisa merasakan bahwa kebutuhan terpenuhi

oleh pelayanan tersebut.

Kementrian Agraria dan Tata Ruang

diatur melalui Perautran Presiden Republik

Indonesia Nomor 17 tahun 2015. Badan

Pertanahan Nasional (BPN) merupakan

Instansi Pemerintah yang melakukan

pelayanan di bidang pertanahan dahulu

dikenal dengan sebutan Kantor Agraria.

BPN (Badan Pertanahan Nasional) diatur

melalui Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun

2015 tentang Badan Pertanahan Nasional.

Sebagai pijakan dalam mengemban

tugas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (UUPA) pasal 19, yang

pelaksanaannya kemudian diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah nomor 24 tahunP 1997

Dalam menyelenggarakan tugas dan

fungsi BPN di daerah maka dibentuklah

Kantor Wilayah (KANWIL) BPN yang di

Provinsi dan Kantor Pertanahan di

Kabupaten Kota/Kota mempunyai tugas

melaksanakan tugas BPN itu sendiri di

Bidang Pertanahan dengan regulasinya

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional Nomor 38

Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Pertanahan Nasional

dan Kantor Pertanahan.

Kemudian untuk mengubah paradigma

(4)

menunggu maka BPN mengeluarkan

Program Nasional salah satunya adalah

LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikat

Tanah). Hal ini didasarkan pada Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

Tentang Larasita Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia.

Larasita merupakan sebuah program

dari Kantor Badan Pertanahan Nasional

yang memadukan teknologi informasi dan

pelayanan publik dalam bentuk layanan

bergerak. Adapun yang menjadi fokus dari

program ini adalah mampu menghapus

KKN, memberikan kemudahan serta akses

yang murah dan cepat guna memberikan

kepastian hukum atas hak-hak atas tanah

sehingga mampu menciptakan pelayanan

yang efektif, akuntabel dan transparan.

Program Larasita ini juga disiapkan

untuk mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat yang sulit terjangkau baik di

pinggiran kota/desa serta masyarakat tidak

mampu. Tujuannya untuk memberikan

pelayanan pertanahan bagi masyarakat,

memudahkan pengurusan sertifikasi tanah

sehingga dapat meminimalisir biaya dan

dapat meningkatkan efektifitas pelayanan

serta dapat memberikan ruang interaksi

antara Pegawai Pertanahan dengan

Masyarakat sampai pada tingkat kecamatan,

kelurahan/desa, dan tingkat komunitas

Masyarakat.

Program larasita ini juga semakin

penting bila kita melihat fungsi dari

sertifikat tanah seperti yang dikemukahkan

oleh Adrian Sutedi (2014 ; 57-58)

1. Sebagai alat pembuktian yang kuat

2. Dapat dijadikan jaminan bila

meminjam uang kepada pihak

Bank/Kreditor

3. Bagi pemerintah adanya sertifikat

tanah menguntungkan meskipun

tidak banyak dirasakan. Adanya

sertifikat berarti tanah kita telah

terdapaftar di Kantor Agraria.

Kantor Pertanahan di Kabupaten

Banggai yang beralamat di Jl. KH. Zaman

Hudi No. 135, Kelurahan Karaton

merupakan perpanjangan tangan dari BPN

dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPN

di daerah Kabupaten Banggai. Kantor

Pertanahan Kabupaten Banggai ini juga

menjalankan salah satu Program dari BPN

yaitu Larasita yang di implementasikan di

23 Kecamatan yang menjadi Wilayah

Administratif Kabupaten Banggai.

Kecamatan Nuhon adalah salah satu dari

23 Kecamatan yang ada di Pemerintahan

Kabupaten Banggai. Jarak yang ditempuh

dari Ibu kota Kabupaten ke Kecamatan

dapat di tempuh dengan jarak 150 KM.

(5)

dari Kecamatan Bunta yang sejak tanggal 26

Agustus 2004 resmi melaksanakan

tugas-tugas penyelenggaraan Pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Luas wilayah geografi Kecamatan Nuhon

mencapai 1.107 km2. Sampai saat ini ada 20

desa yang bernaung di wilayah

Pemerintahan Kecamatan Nuhon.

Peneliti memilih lokasi Kecamatan

Nuhon sebab mendapat informasi dari

masyarakat dan observasi awal penulis

bahwa Pelayanan yang diberikan oleh pihak

Kantor Pertanahan melalui Program Larasita

belum maksimal.

Permasalahan yang didapati oleh

peneliti pada observasi awal menerima

laporan dari Masyarakat bahwa sertipikat

yang mereka buat itu lama keluar dan tidak

tepat waktu.

Hal ini jelas mencederai keadilan yang

seharusnya dapat dirasakan oleh masyarakat

karena bila melihat tujuan Larasita ini di

keluarkan oleh BPN adalah untuk

menyederhanakan pelayanan serta

mendekatkan pelayanan pertanahan tetapi

hal itu tidak didapatkan oleh penerima

layanan.

Dari aspek kemudahan pun tidak

didapatkan oleh penerima layanan.

Masyarakat belum semua mendapatkan

informasi yang jelas mengenai tata cara

pendaftaran tanah ini sehingganya banyak

orang yang belum mendaftarkan tanahnya

sebab ada stigma yang berkembang bahwa

mengurus sertipikat tanah itu susah dan

rumit.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas

maka peneliti berinisiatif untuk meneliti

tentang “Pelayanan Penerbitan Sertipikat

Tanah Melalui Layanan Rakyat Sertifikasi

Tanah (Larasita) di Kantor Pertanahan

Kabupaten Banggai ” dengan menggunakan

Teori Pelayanan Taliziduhu Ndraha

dengan aspek-aspeknya yaitu Kecepatan,

Ketepatan, Kemudahan, Dan Keadilan.

Maka peneliti ingin mengetahui mengapa

pelayanan yang diberikan belum maksimal.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelayanan penerbitan

sertifikat tanah melalui program layanan

sertipikat tanah (Larasita) Kantor Pertanahan

di Kecamatan Nuhon.

Kegunaan Penelitian :

1. Seraca Teoritis, diharapkan hasil

penelitian ini dapat menambah

pengetahuan dan memberikan

informasi baik peneliti dan pembaca

sekaligus sebagai bahan

pertimbangan bagi peneliti lain yang

akan mengadahkan penelitian lebih

lanjut mengenai pelayanan

penerbitan sertifikat tanah melalui

(6)

(Larasita) pada Kantor Pertanahan

Di Kabupaten Banggai.

2. Secara Praktis, diharapkan

penelitian ini akan dapat dijadikan

acuan untuk meningkatkan

pelayanan sertipikat tanah melalui

Larasita di Kabupaten banggai pada

khususnya masyarakat Kecamatan

Nuhon

METODE

Dasar penelitian yang digunakan

pada penelitian ini adalah penelitian

Kualitatif, yaitu data yang berbentuk

kata-kata Menurut Sugiyono (2009; 6)

menyatakan bahwa metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti kondisi pada objek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, analisis data bersifat

induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi”.

Tipe penelitia ini menggunakan tipe

penelitian deskriptif kualitatif yang diartikan

sebagai penelitian yang berusaha menuturkan

serta menafsirkan data yang berkenaan

dengan fakta, keadaan variabel dan fenomena

yang terjadi saat penelitian berlangsung dan

menyajikannya secara jelas.

Fokus penelitian ini yaitu untuk

mengetahui Mengapa Penerbitan Sertipikat

Tanah melalui program layanan sertifikat

tanah (Larasita) pada Kantor Pertanahan di

Kecamatan Nuhon belum berkualitas

pelayananya dengan menggunakan Teori

pelayanan Taliziduhu Ndraha yakni :

1. Kecepatan adalah Petugas Larasita

cepat dalam memberikan layanan

kepada masyarakat serta penerbitan

sertipikat

2. Ketepatan adalah bagaimana Petugas

Larasita dapat memberikan

pelayanan dengan baik kepada

masyarakat dengan teliti dan tepat

waktu

3. Kemudahan adalah Petugas Larasita

dalam memberikan pelayanan

dengan mudah supaya masyarakat

mau mendaftarkan tanahnya.

4. Keadilan adalah pemberian

pelayanan yang adil kepada

masyarakat baik dalam lingkup dana

maupun waktu dalam penyelesaian

sertifikat tanah dengan tetap

menegakan kesamaan hak

Jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang

(7)

lokasi penelitian melalui informan.

Dalam hal ini sumber data yang

langsung memberikan data pada saat

pengumpulan data, dengan

wawancara secara mendalam yang

disertai dengan pedoman wawancara.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang

diperoleh melalui buku-buku,

dokumen-dokumen dari sumber

resmi, dan data-data penunjang

lainnya yang dapat dijadikan sebagai

bahan acuan untuk melengkapi data

penelitian ini.

Sumber data sekunder adalah arsip

yang diperoleh melalui penelusuran pustaka

dan dokumen dari berbagai sumber resmi,

antara lain peraturan perundang-undangan

dan data yang diambil dari Intansi Kantor

Pertanahan Kabupaten Banggai Dan Di

Kantor Kecamatan Nuhon. Data-data tersebut

memiliki kaitan erat dengan permasalahan

dilapangan yang terdapat dilokasi penelitian.

Sumber data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari hasil wawancara

yang diperoleh dari informan sebagai

narasumber yang peneliti anggap mempunyai

kemampuan dalam memberikan informasi

yang relevan dan sebenarnya dilapangan.

Adapun informan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu :

Penanggung jawab larasita 1 orang,

koordinator lapangan 1 orang serta penerima

larasita yakni masyrarakat di kecamatan

nuhon 3 orang. Dengan jumlah 5 orang.

Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

Instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri,

pedoman wawancara, alat tulis, alat perekam,

alat pemotret, dan kendaraan.

Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan model analisis data Miles dan

Huberman. Yang beranggapan bahwa

analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi

data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

Peneliti memilih lokasi Kecamatan

Nuhon sebab mendapat informasi dari

masyarakat dan observasi awal penulis

bahwa Pelayanan yang diberikan oleh pihak

Kantor Pertanahan melalui Program Larasita

belum maksimal. Permasalahan yang

didapati oleh peneliti pada observasi awal

menerima laporan dari Masyarakat bahwa

sertipikat yang mereka buat itu lama keluar

dan tidak tepat waktu.

Hal ini jelas mencederai keadilan yang

(8)

karena bila melihat tujuan Larasita ini di

keluarkan oleh BPN adalah untuk

menyederhanakan pelayanan serta

mendekatkan pelayanan pertanahan tetapi hal

itu tidak didapatkan oleh penerima layanan.

Dari aspek kemudahan pun tidak

didapatkan oleh penerima layanan.

Masyarakat belum semua mendapatkan

informasi yang jelas mengenai tata cara

pendaftaran tanah ini sehingganya banyak

orang yang belum mendaftarkan tanahnya

sebab ada stigma yang berkembang bahwa

mengurus sertipikat tanah itu susah dan

rumit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kecepatan Pelayanan

Kecepatan merupakan usaha pegawai

dalam memberikan layanan kepada

masyarakat yang membutuhkan

layanan sipil, serta cepat merespon

apa yang menjadi keluhan

masyarakat. Dari informasi yang

didapat oleh peneliti bahwa aspek

kecepatan pada program larasita

belum terlaksana secara maksimal

karena masyarakat masih menunggu

dengan waktu tidak jelas selain itu

ada kendala dimana program larasita

tidak dapat di input di tempat/desa

karena jaringan yang belum

terkoneksi dengan kantor pertanahan.

2. Ketepatan Pelayanan

Ketepatan itu adalah bagaimana

dalam memberikan layanan itu harus

telit dan tepat waktu. Dari hasil

pengamatan penulis kenyataanya

bahwa kantor pertanahan dalam

melaksanakan larasita belum

memberikan pelayanan yang tepat

waktu serta dari penyedia layanann

belum lengkapnya sarana dan

prasarana larasita. Sehingga

masyarakat harus menunggu sampai

selesai sertipikatnya.

3. Kemudahan Pelayanan

Kemudahan itu artinya pegawai

dapat memberikan pelayanan dengan

mudah, tidak berbelit-belit, ringkas

serta harus dapat dipahami oleh

masyarakat. Dengan demikian hasil

pengamatan penulis bahwa

kemudahan pelayanan larasita masih

jauh dari kata mudah, hal ini

dikarenakan beberapa hal yaitu

masih di batasinya pendaftaran oleh

petugas larasita serta kurangnya

sosialisasi yang masih kurang

sehingga masyarakat masih belum

paham dan mengerti apa-apa yang

perlu disediakan.

4. Keadilan pelayanan larasita belum

memenuhi keadilan masyarakat

(9)

ini petugas larasita belum sepenuhya

memberikan rasa adil kepada

masyarakat sebab masih ada

praktik-praktik yang membedah-bedahkan

antara masyarakat yang satu dengan

yang lain.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pembahasan maka

dapat diambil kesimpulan bahwa

Penerbitan Sertipikat Tanah melalui

program layanan sertifikat tanah

(Larasita) di Kantor Pertanahan

Kabupaten Banggai tidak terlaksana

dengan baik. Hal ini dilihat dari aspek

kecepatan pelayanan, program larasita

terkendala pada jaringan yang belum

terkoneksi dengan Kantor Pertanahan

sehingga proses input tidak dapat

dilakukan. Kedua dari aspek ketepatan

waktu juga mengalami kendala sebab

penerbitan sertipikat tidak sesuai dengan

target waktu yang di tetapkan. Lalu dari

aspek kemudahan masyarakat juga

masih mengalami kesulitan dalam

mendaftarkan tanahnya. Selain masalah

kurangnya pegawai pertanahan untuk

cepat mengeksekusi data-data pemohon

agar cepat diproses hal lainya adalah

masih kurangnya sosialisasi yang

diberikan oleh pihak pemberi larasita

ini. Selanjutnya aspek keadilan

masyarakat belum menerima keadilan

sebab petugas yang masih bertindak

diskriminatif dalam memberikan

layanan.

B. Rekomendasi

Kantor Pertanahan harus bersinergi

dengan Pemerintah Kabupaten banggai agar

sama-sama mengusahkan penyediaan sarana

dan prasarana jaringan telekomunikasi agar

jaringan di desa-desa dapat dijangkau

sehingga dapat mempermudah dalam

melaksanakan tugas pemerintahan khususnya

larasita ini. Sehingga ketepatan waktu

penerbitan sertipikat tanah dan kemudahan

bisa dimaksimalkan oleh petugas larasita

yang pada akhirnya keadilan dapat dirasakan

oleh penerima layanan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr.

Syahruddin Hattab, M.Si selaku pembimbing

I dan bapak Dr. Imam Sofyan S.Sos, M.Si

selaku pembimbing II yang rela meluangkan

waktunya untuk memberikan motivasi dan

bimbingan yang sangat berharga bagi penulis

dalam menyelesaikan penelitian dalam

pembuatan artikel ini.

DAFTAR RUJUKAN

Mulyadi, Deddy 2015. Studi kebijakan dan

(10)

Pasolong, Harbani 2013. Metode penelitian

administrasi publik. Bandung;

Alfabeta

Ramli, Muhammad 2004. Manajemen

pelayanan publik berbasis

kemanusiaan Makassar, Alaudin

University Press

Surjadi, 2009. Pengembangan kinerja

pelayanan publik Bandung; Refika

Aditama

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

Tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (UUPA)

Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997

tentang pendaftaran tanah.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 3

Tahun 1997 Tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah Peraturan

Pemerintah.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 1Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Kolaka Timur yang termuat dalam Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 28.7/PP-DPUP/VI/2016 tanggal 8 Juni 2016, yang ditetapkan sebagai penyedia pengadaan

Aktivitas membaca dilakukan pembaca dalam rangka: (a) menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu tentang beberapa topik; (b)

(A Survey Study on the Second Semester Students of English Education Department in Universitas Muhammadiyah Purwokerto in Academic

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik.. Indonesia

Bahwa benar pada tanggal 14 September 2009 Terdakwa meninggalkan kesatuan tanpa ijin yang sah dari Komandan kesatuan atau atasan lain yang berwenang dan

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.

[r]

23 Output Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Perbedaan Rata-Rata Skor Perolehan Kelompok Kontrol dengan Kelompok. Eksperimen………