PELAYANAN PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH MELALUI LAYANAN RAKYAT SERTIPIKAT TANAH (LARASITA) PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN
BANGGAI
Lisarson Lanto Syaharuddin Hattab
Imam Sofyan Lisarsonlanto@yahoo.com
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Indonesia ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa Penerbitan Sertipikat Tanah melalui program layanan sertifikat tanah (Larasita) pada Kantor Pertanahan belum maksimal. Peneliti mengfokuskan kajian larasita ini di kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penetapan informan dalam penelitian ini secara purposive. Sedangkan analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teori yang dipakai dalam mengukur bagaimana pelayanan larasita ini adalah menggunakan teori pelayanan Taliziduhu Ndraha dengan 4 (empat) aspeknya yakni kecepatan, ketepatan, kemudahan dan keadilan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Penerbitan Sertipikat Tanah melalui program layanan sertifikat tanah (Larasita) di Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai tidak terlaksana dengan baik. Hal ini dilihat dari aspek kecepatan pelayanan, program larasita terkendala pada jaringan yang belum terkoneksi dengan Kantor Pertanahan sehingga proses input tidak dapat dilakukan. Kedua dari aspek ketepatan waktu juga mengalami kendala sebab penerbitan sertipikat tidak sesuai dengan target waktu yang di tetapkan. Lalu dari aspek kemudahan masyarakat juga masih mengalami kesulitan dalam mendaftarkan tanahnya. Selain masalah kurangnya pegawai pertanahan untuk cepat mengeksekusi data-data pemohon agar cepat diproses hal lainya adalah masih kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak pemberi larasita ini. Selanjutnya aspek keadilan masyarakat belum menerima keadilan sebab petugas yang masih bertindak diskriminatif dalam memberikan layanan
PENDAHULUAN
Pelayanan publik saat ini menjadi isu
kebijakan yang semakin strategis karena
implikasinya sangatlah luas mempengaruhi
kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya
dan lainnya. Pemerintah dapat dikatakan
berhasil sangat ditentukan oleh baik
buruknya penyelengara pelayanan publik.
Maka dari itu sebagai penyedia sekaligus
pemberi layanan Pemerintah dituntut untuk
dapat melaksanakan tugas dan kewajibanya
agar tercapainya good governance yang kita
impikan itu.
Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 pun secara tegas menyatakan bahwa
salah satu tujuan didirikan Negara Republik
Indonesia adalah untuk memajukan
kesejahteraan publik dan mensejahterakan
kehidupan bangsa. Undang-Undang Dasar
1945 telah mengamanatkan kepada Negara
untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga negara.
Penyelenggara pelayanan publik
adalah Instansi Pemerintah. Instansi
Pemerintah adalah sebutan kolektif
meliputi satuan kerja/satuan organisasi
Kementerian, Departemen, Lembaga
Pemerintah Non Departemen,
Kesekertariatan Lembaga Tertinggi dan
Tinggi Negara, dan Instansi Pemerintah
lainnya. baik Pusat maupun Daerah
termasuk Badan Usaha Milik Daerah.
dan unit penyelenggara pelayanan
publik adalah unit kerja pada Instansi
Pemerintahan yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima
pelayanan publik. Sedangkan pemberi
pelayanan adalah pejabat /pegawai
instansi pemerintah yang melaksnakan
tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Sebagai penerima pelayanan publik
adalah orang, masyarakat, intansi
pemerintah dan badan hukum.(Surjadi,
2009;9)
Sejak berlakunya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang
selanjutnya diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015
diharapkan dapat memberikan dampak nyata
yang luas terhadap peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat. Pelimpahan wewenang
dari Pemerintah Pusat ke Daerah
memungkinkah terjadinya penyelenggaran
pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih
cepat, mudah dan membuka peluang bagi
Pemerintah Daerah untuk melakukan inovasi
dalam pemberian dan peningkatan kualitas
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat,
Aparatur Pemerintahan diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang baik. Maka
dari itu Pemerintah mulai melakukan
perbaikan kualitas pelayanan, dengan
meningkatkan sumber daya manusia.
Manusia sebagai faktor yang memegang
peranan penting dalam menentukan baik
buruknya pelayanan yang di berikan kepada
publik.
Birokrasi sebagai ujung tombak penyelenggara Pemerintahan melekat fungsi pelayanan, pengaturan, pembangunan, dan fungsi pemberdayaan sehingga sangat menentukan upaya menciptakan pemerintahan yang baik sehingga diperlukan penanganan yang serius, utamanya dalam pemahaman akan tugas dan tangung jawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. (Ramli 2004; 3).
Salah satu tujuan intervensi Pemerintah
melalui kebijakan-kebijakan adalah untuk
menciptakan pelayanan yang berkualitas
sehingga mampu menghadirkan pelayanan
yang tidak hanya sekedar ada, tetapi
pelayanan yang mampu memberikan
kepuasan kepada masyarakat agar mereka
bisa merasakan bahwa kebutuhan terpenuhi
oleh pelayanan tersebut.
Kementrian Agraria dan Tata Ruang
diatur melalui Perautran Presiden Republik
Indonesia Nomor 17 tahun 2015. Badan
Pertanahan Nasional (BPN) merupakan
Instansi Pemerintah yang melakukan
pelayanan di bidang pertanahan dahulu
dikenal dengan sebutan Kantor Agraria.
BPN (Badan Pertanahan Nasional) diatur
melalui Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
2015 tentang Badan Pertanahan Nasional.
Sebagai pijakan dalam mengemban
tugas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) pasal 19, yang
pelaksanaannya kemudian diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah nomor 24 tahunP 1997
Dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsi BPN di daerah maka dibentuklah
Kantor Wilayah (KANWIL) BPN yang di
Provinsi dan Kantor Pertanahan di
Kabupaten Kota/Kota mempunyai tugas
melaksanakan tugas BPN itu sendiri di
Bidang Pertanahan dengan regulasinya
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional Nomor 38
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Pertanahan Nasional
dan Kantor Pertanahan.
Kemudian untuk mengubah paradigma
menunggu maka BPN mengeluarkan
Program Nasional salah satunya adalah
LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikat
Tanah). Hal ini didasarkan pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009
Tentang Larasita Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia.
Larasita merupakan sebuah program
dari Kantor Badan Pertanahan Nasional
yang memadukan teknologi informasi dan
pelayanan publik dalam bentuk layanan
bergerak. Adapun yang menjadi fokus dari
program ini adalah mampu menghapus
KKN, memberikan kemudahan serta akses
yang murah dan cepat guna memberikan
kepastian hukum atas hak-hak atas tanah
sehingga mampu menciptakan pelayanan
yang efektif, akuntabel dan transparan.
Program Larasita ini juga disiapkan
untuk mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat yang sulit terjangkau baik di
pinggiran kota/desa serta masyarakat tidak
mampu. Tujuannya untuk memberikan
pelayanan pertanahan bagi masyarakat,
memudahkan pengurusan sertifikasi tanah
sehingga dapat meminimalisir biaya dan
dapat meningkatkan efektifitas pelayanan
serta dapat memberikan ruang interaksi
antara Pegawai Pertanahan dengan
Masyarakat sampai pada tingkat kecamatan,
kelurahan/desa, dan tingkat komunitas
Masyarakat.
Program larasita ini juga semakin
penting bila kita melihat fungsi dari
sertifikat tanah seperti yang dikemukahkan
oleh Adrian Sutedi (2014 ; 57-58)
1. Sebagai alat pembuktian yang kuat
2. Dapat dijadikan jaminan bila
meminjam uang kepada pihak
Bank/Kreditor
3. Bagi pemerintah adanya sertifikat
tanah menguntungkan meskipun
tidak banyak dirasakan. Adanya
sertifikat berarti tanah kita telah
terdapaftar di Kantor Agraria.
Kantor Pertanahan di Kabupaten
Banggai yang beralamat di Jl. KH. Zaman
Hudi No. 135, Kelurahan Karaton
merupakan perpanjangan tangan dari BPN
dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPN
di daerah Kabupaten Banggai. Kantor
Pertanahan Kabupaten Banggai ini juga
menjalankan salah satu Program dari BPN
yaitu Larasita yang di implementasikan di
23 Kecamatan yang menjadi Wilayah
Administratif Kabupaten Banggai.
Kecamatan Nuhon adalah salah satu dari
23 Kecamatan yang ada di Pemerintahan
Kabupaten Banggai. Jarak yang ditempuh
dari Ibu kota Kabupaten ke Kecamatan
dapat di tempuh dengan jarak 150 KM.
dari Kecamatan Bunta yang sejak tanggal 26
Agustus 2004 resmi melaksanakan
tugas-tugas penyelenggaraan Pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat.
Luas wilayah geografi Kecamatan Nuhon
mencapai 1.107 km2. Sampai saat ini ada 20
desa yang bernaung di wilayah
Pemerintahan Kecamatan Nuhon.
Peneliti memilih lokasi Kecamatan
Nuhon sebab mendapat informasi dari
masyarakat dan observasi awal penulis
bahwa Pelayanan yang diberikan oleh pihak
Kantor Pertanahan melalui Program Larasita
belum maksimal.
Permasalahan yang didapati oleh
peneliti pada observasi awal menerima
laporan dari Masyarakat bahwa sertipikat
yang mereka buat itu lama keluar dan tidak
tepat waktu.
Hal ini jelas mencederai keadilan yang
seharusnya dapat dirasakan oleh masyarakat
karena bila melihat tujuan Larasita ini di
keluarkan oleh BPN adalah untuk
menyederhanakan pelayanan serta
mendekatkan pelayanan pertanahan tetapi
hal itu tidak didapatkan oleh penerima
layanan.
Dari aspek kemudahan pun tidak
didapatkan oleh penerima layanan.
Masyarakat belum semua mendapatkan
informasi yang jelas mengenai tata cara
pendaftaran tanah ini sehingganya banyak
orang yang belum mendaftarkan tanahnya
sebab ada stigma yang berkembang bahwa
mengurus sertipikat tanah itu susah dan
rumit.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas
maka peneliti berinisiatif untuk meneliti
tentang “Pelayanan Penerbitan Sertipikat
Tanah Melalui Layanan Rakyat Sertifikasi
Tanah (Larasita) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Banggai ” dengan menggunakan
Teori Pelayanan Taliziduhu Ndraha
dengan aspek-aspeknya yaitu Kecepatan,
Ketepatan, Kemudahan, Dan Keadilan.
Maka peneliti ingin mengetahui mengapa
pelayanan yang diberikan belum maksimal.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelayanan penerbitan
sertifikat tanah melalui program layanan
sertipikat tanah (Larasita) Kantor Pertanahan
di Kecamatan Nuhon.
Kegunaan Penelitian :
1. Seraca Teoritis, diharapkan hasil
penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dan memberikan
informasi baik peneliti dan pembaca
sekaligus sebagai bahan
pertimbangan bagi peneliti lain yang
akan mengadahkan penelitian lebih
lanjut mengenai pelayanan
penerbitan sertifikat tanah melalui
(Larasita) pada Kantor Pertanahan
Di Kabupaten Banggai.
2. Secara Praktis, diharapkan
penelitian ini akan dapat dijadikan
acuan untuk meningkatkan
pelayanan sertipikat tanah melalui
Larasita di Kabupaten banggai pada
khususnya masyarakat Kecamatan
Nuhon
METODE
Dasar penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah penelitian
Kualitatif, yaitu data yang berbentuk
kata-kata Menurut Sugiyono (2009; 6)
menyatakan bahwa metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti kondisi pada objek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi”.
Tipe penelitia ini menggunakan tipe
penelitian deskriptif kualitatif yang diartikan
sebagai penelitian yang berusaha menuturkan
serta menafsirkan data yang berkenaan
dengan fakta, keadaan variabel dan fenomena
yang terjadi saat penelitian berlangsung dan
menyajikannya secara jelas.
Fokus penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Mengapa Penerbitan Sertipikat
Tanah melalui program layanan sertifikat
tanah (Larasita) pada Kantor Pertanahan di
Kecamatan Nuhon belum berkualitas
pelayananya dengan menggunakan Teori
pelayanan Taliziduhu Ndraha yakni :
1. Kecepatan adalah Petugas Larasita
cepat dalam memberikan layanan
kepada masyarakat serta penerbitan
sertipikat
2. Ketepatan adalah bagaimana Petugas
Larasita dapat memberikan
pelayanan dengan baik kepada
masyarakat dengan teliti dan tepat
waktu
3. Kemudahan adalah Petugas Larasita
dalam memberikan pelayanan
dengan mudah supaya masyarakat
mau mendaftarkan tanahnya.
4. Keadilan adalah pemberian
pelayanan yang adil kepada
masyarakat baik dalam lingkup dana
maupun waktu dalam penyelesaian
sertifikat tanah dengan tetap
menegakan kesamaan hak
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Data primer
Data primer adalah data yang
lokasi penelitian melalui informan.
Dalam hal ini sumber data yang
langsung memberikan data pada saat
pengumpulan data, dengan
wawancara secara mendalam yang
disertai dengan pedoman wawancara.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui buku-buku,
dokumen-dokumen dari sumber
resmi, dan data-data penunjang
lainnya yang dapat dijadikan sebagai
bahan acuan untuk melengkapi data
penelitian ini.
Sumber data sekunder adalah arsip
yang diperoleh melalui penelusuran pustaka
dan dokumen dari berbagai sumber resmi,
antara lain peraturan perundang-undangan
dan data yang diambil dari Intansi Kantor
Pertanahan Kabupaten Banggai Dan Di
Kantor Kecamatan Nuhon. Data-data tersebut
memiliki kaitan erat dengan permasalahan
dilapangan yang terdapat dilokasi penelitian.
Sumber data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari hasil wawancara
yang diperoleh dari informan sebagai
narasumber yang peneliti anggap mempunyai
kemampuan dalam memberikan informasi
yang relevan dan sebenarnya dilapangan.
Adapun informan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :
Penanggung jawab larasita 1 orang,
koordinator lapangan 1 orang serta penerima
larasita yakni masyrarakat di kecamatan
nuhon 3 orang. Dengan jumlah 5 orang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri,
pedoman wawancara, alat tulis, alat perekam,
alat pemotret, dan kendaraan.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model analisis data Miles dan
Huberman. Yang beranggapan bahwa
analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi
data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Peneliti memilih lokasi Kecamatan
Nuhon sebab mendapat informasi dari
masyarakat dan observasi awal penulis
bahwa Pelayanan yang diberikan oleh pihak
Kantor Pertanahan melalui Program Larasita
belum maksimal. Permasalahan yang
didapati oleh peneliti pada observasi awal
menerima laporan dari Masyarakat bahwa
sertipikat yang mereka buat itu lama keluar
dan tidak tepat waktu.
Hal ini jelas mencederai keadilan yang
karena bila melihat tujuan Larasita ini di
keluarkan oleh BPN adalah untuk
menyederhanakan pelayanan serta
mendekatkan pelayanan pertanahan tetapi hal
itu tidak didapatkan oleh penerima layanan.
Dari aspek kemudahan pun tidak
didapatkan oleh penerima layanan.
Masyarakat belum semua mendapatkan
informasi yang jelas mengenai tata cara
pendaftaran tanah ini sehingganya banyak
orang yang belum mendaftarkan tanahnya
sebab ada stigma yang berkembang bahwa
mengurus sertipikat tanah itu susah dan
rumit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kecepatan Pelayanan
Kecepatan merupakan usaha pegawai
dalam memberikan layanan kepada
masyarakat yang membutuhkan
layanan sipil, serta cepat merespon
apa yang menjadi keluhan
masyarakat. Dari informasi yang
didapat oleh peneliti bahwa aspek
kecepatan pada program larasita
belum terlaksana secara maksimal
karena masyarakat masih menunggu
dengan waktu tidak jelas selain itu
ada kendala dimana program larasita
tidak dapat di input di tempat/desa
karena jaringan yang belum
terkoneksi dengan kantor pertanahan.
2. Ketepatan Pelayanan
Ketepatan itu adalah bagaimana
dalam memberikan layanan itu harus
telit dan tepat waktu. Dari hasil
pengamatan penulis kenyataanya
bahwa kantor pertanahan dalam
melaksanakan larasita belum
memberikan pelayanan yang tepat
waktu serta dari penyedia layanann
belum lengkapnya sarana dan
prasarana larasita. Sehingga
masyarakat harus menunggu sampai
selesai sertipikatnya.
3. Kemudahan Pelayanan
Kemudahan itu artinya pegawai
dapat memberikan pelayanan dengan
mudah, tidak berbelit-belit, ringkas
serta harus dapat dipahami oleh
masyarakat. Dengan demikian hasil
pengamatan penulis bahwa
kemudahan pelayanan larasita masih
jauh dari kata mudah, hal ini
dikarenakan beberapa hal yaitu
masih di batasinya pendaftaran oleh
petugas larasita serta kurangnya
sosialisasi yang masih kurang
sehingga masyarakat masih belum
paham dan mengerti apa-apa yang
perlu disediakan.
4. Keadilan pelayanan larasita belum
memenuhi keadilan masyarakat
ini petugas larasita belum sepenuhya
memberikan rasa adil kepada
masyarakat sebab masih ada
praktik-praktik yang membedah-bedahkan
antara masyarakat yang satu dengan
yang lain.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat diambil kesimpulan bahwa
Penerbitan Sertipikat Tanah melalui
program layanan sertifikat tanah
(Larasita) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Banggai tidak terlaksana
dengan baik. Hal ini dilihat dari aspek
kecepatan pelayanan, program larasita
terkendala pada jaringan yang belum
terkoneksi dengan Kantor Pertanahan
sehingga proses input tidak dapat
dilakukan. Kedua dari aspek ketepatan
waktu juga mengalami kendala sebab
penerbitan sertipikat tidak sesuai dengan
target waktu yang di tetapkan. Lalu dari
aspek kemudahan masyarakat juga
masih mengalami kesulitan dalam
mendaftarkan tanahnya. Selain masalah
kurangnya pegawai pertanahan untuk
cepat mengeksekusi data-data pemohon
agar cepat diproses hal lainya adalah
masih kurangnya sosialisasi yang
diberikan oleh pihak pemberi larasita
ini. Selanjutnya aspek keadilan
masyarakat belum menerima keadilan
sebab petugas yang masih bertindak
diskriminatif dalam memberikan
layanan.
B. Rekomendasi
Kantor Pertanahan harus bersinergi
dengan Pemerintah Kabupaten banggai agar
sama-sama mengusahkan penyediaan sarana
dan prasarana jaringan telekomunikasi agar
jaringan di desa-desa dapat dijangkau
sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan tugas pemerintahan khususnya
larasita ini. Sehingga ketepatan waktu
penerbitan sertipikat tanah dan kemudahan
bisa dimaksimalkan oleh petugas larasita
yang pada akhirnya keadilan dapat dirasakan
oleh penerima layanan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr.
Syahruddin Hattab, M.Si selaku pembimbing
I dan bapak Dr. Imam Sofyan S.Sos, M.Si
selaku pembimbing II yang rela meluangkan
waktunya untuk memberikan motivasi dan
bimbingan yang sangat berharga bagi penulis
dalam menyelesaikan penelitian dalam
pembuatan artikel ini.
DAFTAR RUJUKAN
Mulyadi, Deddy 2015. Studi kebijakan dan
Pasolong, Harbani 2013. Metode penelitian
administrasi publik. Bandung;
Alfabeta
Ramli, Muhammad 2004. Manajemen
pelayanan publik berbasis
kemanusiaan Makassar, Alaudin
University Press
Surjadi, 2009. Pengembangan kinerja
pelayanan publik Bandung; Refika
Aditama
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997
tentang pendaftaran tanah.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah Peraturan
Pemerintah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 1Tahun