• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidik (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidik (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Spirit Publik Volume 4, Nomor 2 Halaman: 215 - 228

ISSN. 1907 - 0489 Oktober 2008

215

EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN

Evaluation Implementation Dual System Education Program in Senior Technical High School

Wahyu Nurharjadmo Jurusan Administrasi Negara

FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta(0271) 637358

(Diterima tanggal 6 Agustus 2008, disetujui tanggal 26 September 2008)

Abstract

One of the problem in Education program especially in Senior Technical High School is disability entering on job vacation. Dual System Education Program (PSG) is constructed to disolve it problem. This research aim to evaluate implementation through this program.

The result of the research showing that all of the Senior Technical High School isn’t failed in implementation this program. The Compliance and seriously of The Implementators as well as the curiculum and also the institution is a couple with enough good resulted output in implementation PSG at SMKN 2 Klaten. A half of participant PSG can be accommodate in industrial job competition after graduate from the Senior Technical High School. The resistance which emerge in fund limitation owned by the school so that school can’t help draw the expense to student, though mean of student of SMK N come from indigent family. Beside that some student Beside that some student is true still less be serious in assessing PSG, so that less be serious in industrial job practice/ training.

Keywords : Evaluation Implementation, PSG, Industrial Job Practice

PENDAHULUAN

Berbagai permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan kita. diantaranya adalah: pertama, rendahnya kualitas atau mutu pendidikan. Kedua, adalah belum adanya pemerataan dalam memperoleh akses di bidang pendidikan. Ketiga, adalah tidak adanya efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Disamping itu persoalan yang keempat adalah

belum adanya demokratisasi pendidikan. Peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan masih sangat terbatas.

Khusus untuk sekolah kejuruan, persoalan yang dirasakan sangat penting berkaitan dengan ketidakmampuan lulusan dalam memasuki lapangan kerja. Hal itu disebabkan karena kualitas lulusan yang memang jauh dari kehendak pasar. Disamping

itu juga adanya ketidaksesuaian antara ”supply” lulusan dengan kecilnya “demand”.

Salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk mengantisipasi hal itu adalah Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (dual system). Sistem ini berusaha mengintegrasikan kepentingan dunia pendidikan dengan dunia industri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, ketrampilan maupun etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga siap masuk ke pasaran kerja Melalui PSG diharapkan ada kesesuaian antara mutu dan kemampuan yang dimiliki lulusan, dengan tuntutan dunia kerja.

(2)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

216

implementasi kebijakan “link and match” antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang diperoleh langsung di perusahaan.

Hasil kajian yang dilakukan oleh Mardi Rasyid (dalam Ruchiat, 2002: 5), menemukan adanya masalah pokok yang dialami dalam melaksanakan PSG adalah: 1) Industri yang menjadi mitra sekolah belum mampu ikut merencanakan kegiatan belajar siswa dalam membentuk profesionalisme siswa, 2) Sekolah harus dapat mempersiapkan siswa untuk memperoleh ketrampilan yang sesuai dengan bidang yang ditekuni, 3) Visi dan misi program PSG dalam pelaksanaannya masih sangat bervariasi, termasuk didalamnya persepsi dari para guru, instruktur dan kepala sekolahnya.

Erwin Kurniadi (1995) berhasil mengidentifikasi empat kendala utama pelaksanaan PSG antara lain: 1) Umumnya peserta belum mempunyai kemampuan dasar yang memadai, 2) Mentalitas peserta masih belum siap untuk memasuki dunia kerja, khususnya dalam hal budaya kerja dan disiplin kerja, 3) Terlalu banyaknya tenaga dan pikiran yang dikeluarkan untuk memahami padatnya modul yang disediakan oleh sekolah, 4) Sarana yang disediakan pihak sekolah belum mampu mengikuti perkembangan IPTEK di dunia usaha.

Jaringan Penelitian Depdikbud Jawa tengah tahun 1995, menemukan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PSG antara lain adalah: 1) Ketidaksiapan instansi atau perusahaan yang menjadi partner

kerjasama dalam menyediakan peralatan, jenis pekerjaan dan teknologi yang sesuai dengan sekolah menengah kejuruan, 2) Ketidaksiapan sekolah dalam merencanakan kurikulum, guru, pelaralatan, waktu dan dana yang tersedia, 3) Kurang tersosialisasikannya program PSG pada pemerintah daerah dan masyarakat.

Badan Litbang Depdikbud (Kompas, 20 Nopember 1995) dalam penelitiannya juga mengidentifikasi sejumlah hambatan yaitu: 1) Tidak seragamnya kualitas siswa sehingga sering menjadikan perusahaan tak dapat menggali potensi maksimal siswa dan membuat pekerjaan yang dihadapi siswa kurang memberikan nilai tambah, 2) Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia di perusahaan dalam memantau jumlah siswa, sehingga penilaiannya menjadi kurang akurat, 3) Muatan kurikulum SMK yang cenderung sarat dengan berbagai materi yang dianggap bagus dan penting berdasarkan pertimbangan disiplin keilmuan akan tetapi tak jelas kaitannya dengan pembentukan keahlian yang harus dikuasai siswa, 4) Sistem pembelajaran yang terjadi masih sangat berorientasi kepada pemenuhan tuntutan formal program kurikulum sekolah, 5) Orientasi program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) lebih berat pada perusahaan besar dibanding pada perusahaan kecil dan menengah.

(3)

NURHARJADMO – Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

217 sehingga sering dijadikan barometer bagi

sekolah kejuruan yang lainnya. Untuk itu maka evaluasi dilakukan.

RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan program

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) khususnya di SMK Negeri II Kabupaten Klaten ? 2. Hambatan apa yang ditemukan dalam

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK Negeri II Klaten ?

LANDASAN TEORI

Evaluasi Implementasi kebijakan

Evaluasi kebijakan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan (Darwin, 1994: 34). Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya menunjuk baik buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dengan suatu program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. (Hanafi & Guntur, 1984: 16).

Evaluasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui 4 aspek yaitu: 1) Proses pembuatan kebijakan, 2) Proses implementasi kebijakan, 3) Konsekuensi kebijakan, 4) Efektivitas dampak kebijakan (Wibowo, 1994: 9). Sementara itu Pall (1987: 52) membagi evaluasi kebijakan kedalam empat kategori, yaitu: 1) Planning and need evaluations, 2)

Process evaluations, 3) Impact evaluations, 4) Efficiency evaluations,

Menurut Ripley (Riyanto, 1997: 35), evaluasi implementasi kebijakan adalah evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Ditujukan untuk melakukan evaluasi

terhadap proses

2. Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan 3. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak

jangka pendek.

Mengenai konsep implementasi sendiri, Presman dan Wildavsky (dalam Wahab (2002: 60) mengartikannya, sebagai “to carry out, accomplish, fulfill, produce,

complete”. Sedangkan Van Horn dan Van Meter (1975: 447) mengartikan sebagai ”Those action by public an private individual (or groups) that are directed at the achiefment

of objectives set fort in prior policy decisions”.

Dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan Udoji (dalam Abdul Wahab, 1991: 45). Implementasi kebijakan merupakan jembatan yang menghubungkan formulasi kebijakan dengan hasil (outcome) kebijakan yang diharapkan. Menurut Anderson (1979: 68), ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi kebijakan yaitu: 1) siapa yang mengimplementasikan, 2) hakekat dari proses administrasi, 3) kepatuhan, dan 4) dampak dari pelaksanaan kebijakan.

(4)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

218

yang telah ditetapkan. Sementara untuk “what’s happening” mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya.

Guna melihat keberhasilan implementasi, dikenal beberapa model implementasi, antara lain model yang dikembangkan Mazmanian dan Sabatier yang menyatakan bahwa Implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu 1) Karakteristik masalah, 2) Struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai macam peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan, 3) Faktor-faktor di luar peraturan.(Wibowo dkk, 1994: 25)

Karakterisitik masalah berkaitan dengan mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan. Semakin mudah suatu masalah digarap dan dikendalikan maka akan diharapkan dengan mudah tercapai efektivitas dalam implementasinya. Struktur manajemen program tercermin dalam kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya.

Sementara itu sejumlah variabel diluar peraturan yang mempengaruhi proses implementasi, antara lain: 1) Kondisi sosial, ekonomi dan teknologi, 2) Dukungan publik, 3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok, 4) Dukungan dari pejabat atasan, 5) Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana.

Pemikiran Sabatier dan Mazmanian ini menganggap bahwa suatu Implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis). Oleh karena itu model ini disebut top down.

Sementara itu Van Horn dan Van Meter (1975: 447), dengan modelnya merumuskan sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja kebijakan adalah; 1) standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, 2) tersedianya sumber daya, baik yang berupa dana, tehnologi, sarana maupun prasarana lainnya, 3) komunikasi antara organisasi yang baik ,4) karakteristik birokrasi pelaksana, 5) kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Sementara itu menurut Grindle (1980), implementasi ditentukan oleh isi (content) kebijakan dan konteks implementasinya. Dalam hal ini, Isi kebijakan mencakup: 1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, 2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan, 3) Derajat perubahan yang diinginkan, 4) Kedudukan pembuat kebijakan, 5) Siapa pelaksana program, 6) Sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu Konteks kebijakan meliputi: 1)Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, 2) Karakteristik lembaga dan penguasa, 3) Kepatuhan serta daya tanggap pelaksana.

(5)

NURHARJADMO – Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

219 Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Tujuan penyelenggaran Pendidikan Sistem Ganda adalah: 1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, 2) Memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia usaha, 3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, 4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Dalam pelaksanaan PSG pada sekolah

menengah kejuruan, isi pendidikan dan pelatihan meliputi :

a. Komponen pendidikan umum (normatif), meliputi : Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum.

b. Komponen pendidikan dasar meliputi : Matematika, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika dan Kimia.

c. Komponen kejuruan, yaitu meliputi pelajaran teori-teori kejuruan dalam lingkup suatu program studi tertentu untuk membekali pengetahuan tentang tehnis dasar keahlian.

d. Komponen Praktek Dasar Profesi, berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara benar sesuai tuntutan profesi. e. Komponen Praktik Keahlian profesi yaitu berupa kegiatan bekerja secara terprogram dalam situasi sebenarnya uanutk mencapai tingkat keahlian dan sikap profesional.

Untuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan system ganda ini ada beberapa prinsip dasar yaitu :

a. Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan di sekolah dan apa yang dilakukan di institusi pasangan sebagai suatu rangkaian yang utuh

b. Praktek keahlian di institusi pasangan merupakan proses belajar yang utuh, bermakna dan sarat nilai untuk mencapai kompetesi lulusan.

c. Ada kesinambungan proses belajar dengan waktu yang sesuai dalam mencapai tingkat kompetensi yang dibutuhkan.

d. Berorientasi pada proses disamping berorientasi kepada produk dalam mencapai kompetensi lulusan secara optimal.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang didesain dalam bentuk penelitian evaluasi implementasi. Program PSG dimana hasilnya akan diuraikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMK Negeri II Klaten. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SMK Negeri II Klaten merupakan sekolah kejuruan negeri yang paling dianggap berhasil oleh sebagaian besar masyarakat..

(6)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

220

seperti kepala Sekolah, Dewan Guru, Komite sekolah, siawa dan juga pada pihak perusahaan/ industri sebagai partner kerjanya. Sementara itu data sekunder diperoleh dengan melihat arsip, dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan PSG , keadaan sekolah dan sebagainya.

Pengumpulan data dilakukan melalui Wawancara mendalam, Pengamatan/ observasi. Dan Studi Dokumentasi.Analisis Data dengan metode analisis deskriptif kualitatif, peneliti menggunakan model analisis interaktif dari Miles & Huberman (1988). Selanjutnya untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber guna menguji keabsahan datanya.

HASIL PENELITIAN

1. Implementasi Program Pendidikan

Sistem Ganda

Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK Negeri 2 Klaten dilaksanakan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan. Adapun pelaksanaannya dimulai pada tahun ajaran 1998/1999.

Program PSG pada dasarnya merupakan program pendidikan yang dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah khususnya untuk penguasaan teori dan di tempat-tempat usaha/ industri terutama sebagai institusi pasangan untuk keperluan praktek kerja siswa. Di dua tempat tersebut diberikan penilaian baik oleh guru maupun instruktur yang mengajar praktek di

Institusi pasangannya. Program PSG ini meliputi teori kejuruan, praktek dasar dan praktek kerja industri. Untuk teori kejuruan dan praktek dasar dilakukan di Sekolah, sedangkan untuk praktek kerja industri diselenggarakan di Institusi pasangannya. Untuk pelaksanaannya ditentukan bahwa siswa selama tiga tahun pertama memperoleh pendidian di sekolah dan baru pada tahun keempat maka siswa memperoleh pendidikan dan latihan di institusi pasangannnya.

Dalam hal pelaksanaannya, berbagai tahapan dilakukan oleh pihak sekolah, antara lain adalah:

a. Penyusunan POKJA PSG

Penyusunan POKJA PSG di bawah koordinasi Wakil Kepala sekolah bidang Unit Produksi dan Humas Industri (UPHI). Dalam rangka pembentukan POKJA telah berhasil dibentuk 3 buah Pokja yaitu : 1. Pokja PSG

2. Pokja BKK Humas Industri 3. Pokja Unit Produksi

Pokja PSG, yaitu Pokja yang memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan PSG. Pokja ini yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan program PSG. Pokja ini berkewajiban melakukan sosialisasi tentang program PSG, menentukan institusi pasangan hingga mengirimkan siswa untuk praktek kerja industri. Pokja ini bersama dengan Pokja BKK Humas Industri mempersiapkan berbagai instrumen guna menjalin kerjasama dengan institusi pasangan/ dunia usaha.

(7)

NURHARJADMO – Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

221 pihak Pokja PSG telah melakukan

sosialisasi kepada para siswa dan melakukan hubungan dengan institusi pasangan yang akan diajak bekerjasama. Disamping melakukan sosialisasi kepada para siswa pihak POKJA juga menjalin koordinasi dan kerjasama dengan institusi pasangan yang dipilihnya. Hal ini disebabkan karena institusi pasangan yang dipilih biasanya berubah-ubah dari tahun ke tahun sesuai dengan kebutuhan.

Sesudah semua itu dilakukan maka kontrak kerjasama dengan dunia usaha bisa dilakukan.

b. Kontrak kerjasama dengan institusi

pasangan

Dalam pasal 11 Keputusan Mendiknas nomor 323/U/1997 dinyatakan bahwa SMK

dan Institusi Pasangan menyusun dan menyepakati program kerjasama penyelenggaraan PSG yang dituangkan dalam suatu perjanjian. Dalam perjanjian tersebut diatur kegiatan, waktu, peserta , instruktur, pembiayaan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak kerjasama yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 2 ditandatangani oleh Kepala sekolah dan pimpinan Institusi pasangan yang dipilih. Dalam hal ini biasanya waktu kontraknya bervariasi, mulai dari 1 tahun hingga 5 tahun. Dalam rangka melaksanakan PSG SMK Negeri 2 Klaten telah menjalin kerjasama dengan beberapa institusi baik yang lokal, regional maupun nasional, dengan jenis usaha yang berbeda-beda. Selengkapnya lihat tabel berikut :

Tabel 1. Institusi Pasangan SMKN 2 Klaten dalam rangka PSG

No. Jenis Perusahaan Nama-nama Perusahaan

1. Berskala lokal 1. Industri Cor Logam Batur Ceper 2. Persh. Mebel/ Furniture 3. Bengkel Otomotif 4. DKP/ DPU Klaten 5. Gapensi Klaten 6. PLN KLaten 7. Biro Teknik Listrik 8. Perawatan Kelistrikan 9. Reparasi Elektronika 2. Berskala Regional 1. KJUB Puspetasari Klaten

2. PT Dirgantara Angkasa Pura II Yogyakarta 3. PT Indomobil, Mazada, Mitsubishi 4. PT KAI Daop 11 Yogyakarta 5. PT Museum Yogya Kembali 6. CV Manggala Jati Klaten 7. Perusda Cor Logam Batur 3. Berskala nasional 1. PT KHS Kubota Yogyakarta

2. PT SGM Yogyakarta 3. PT Astra Internasional 4. PT Nasmoco

5. PT Baja Kurnia 6. PT Showa Mfg 7. PT Chemcoi 8. PT Kayaba

9. PT Daihatsu Indonesia 10. PT Yoshu

11. PT Trisinar 12. PT CNW

(8)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

222

14. PT Nissan

15. PT Isuzu Motor Jakarta Sumber; Profil SMK N 2 Klaten tahun 2006

c. Penyelenggaraan Praktek Kerja

Industri

Penyelenggaraan Praktek Kerja Indusri (Prakerin) merupakan wujud nyata dari pelaksanaan program PSG. Prakerin ini dilakukan bagi siswa tingkat IV (kelas IV) yang telah menyelesaikan ujian sekolah maupun ujian nasional. Program ini merupakan program diklat sekolah kejuruan dan wajib dilaksanakan siswa. Prakerin yang dilakukan mempunyai sejumlah manfaat diantaranya siswa dapat lebih terampil, mampu berkompetensi di dunia kerja dan dunia industri serta mampu mengembangkan potensi diri.

Prakerin yang dilakukan di SMK negeri 2 Klaten dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu prakerin selama 6 bulan atau magang selama 12 bulan. Adapun prosedur pelaksanaan Prakerin dimulai dari pendaftaran pada Pokja PSG untuk mendapatkan permohonan prakerin. Selanjutnya siswa perlu untuk mengikuti pembimbingan prakerin. Selama Prakerin tersebut menurut Ketua Pokja PSG ada sejumlah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh siswa, diantaranya adalah:

1. Menjunjung tinggi nama baik almamater 2. Melaporkan keberadaannya kepada

sekolah setiap bulannya

3. Memenuhi kewajiban administrasi keuangan setiap bulannya kepada sekolah

4. Mentaati peraturan yang berlaku di Dunia Usaha atau dunia Industri

5. Wajib mengenakan identitas sekolah selama di Dunia Usaha/ Industri dan diasuransikan

6. Mengisi buku jurnal kegiatan harian sesuai yang dilakukan di Dunia usaha/ industri

7. Melaporkan kepada Kepala sekolah jika pindah tempat prakerin

Dalam rangka Prakerin ada beberapa tahap kegiatan yaitu:

I) Tahap Persiapan, yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu:

a) Persiapan Perangkat administrasi prakerin, meliputi : buku jurnal siswa prakerin, buku saku/ petunjuk siswa prakerin, buku jurnal untuk pembimbing, surat permohonan prakerin ke institusi pasangan, surat pengantar pengiriman siswa ke industri, blangko surat keterangan prakerin , dan blangko monitoring. b) Pemetaan Prakerin

Pemetaan prakerin merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kejelasan tentang berbagai hal, diantaranya adalah kejelasan pihak yang terlibat serta jadwal kegaiatn prakerin.. Pemetaan ini dilakukan oleh POKJA PSG dengan berkoordinasi dengan POKJA yang lain.

c) Pembekalan Prakerin

(9)

NURHARJADMO – Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

223 dilakukan untuk pembenahan mental

dan etos kerja siswa. Adapun materi pembe-kalannya adalah 1) Orientasi dunia usaha atau industri, 2) Tugas dan kewajiban siswa prakerin di dunia usaha/ industri, 3) Petunjuk pengisian buku-buku prakerin seperti jurnal prakerin, pembuatan laporan dan sebagainya, 4). Pembenahan sikap siswa selama di dunia Usaha/ Industri, dan 5) Latihan kesamaptaan. Adapun petugas yang memberikan pembekalan terdiri atas guru sekolah dan instruktur dari institusi pasangan, TNI dan POLRI, serta Majelis sekolah.

d) Pembentukan pembimbing Prakerin Pembimbing ini bertugas membim-bing siswa pakerin mulai saat penerjunan, monitoring, penarikan sampai pengujian hasil prakerin. Di SMK negeri 2 Klaten, biasanya untuk satu institusi pasangan terdiri atas 5 sampai 6 siswa dibimbing oleh satu orang pembimbing dari sekolah. Para pembimbing diwajibkan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan pada siswa yang dibimbingnya agar salama prakerin dapat melakukan kewajiban seperti yang diharapkan.

Dari kenyataan diatas nampak bahwa pelaksanaan program PSG khususnya dalam tahap persiapan sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Pemerintah yaitu sesuai dengan keputusan Mendiknas naomor 323/u/1997.

II) Tahap Pelaksanaan a) Penerjunan siswa prakerin

Pelaksanaan prakerin dimulai dengan penerjunan siswa ke institusi pasangan. Kegiatan penerjunan siswa untuk prakerin biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Proses penerjunan ini dilakukan secara formal di sekolah, dan dilepas oleh kepala sekolah untuk selanjutnya oleh masing-masing pembimbing diserahkan pada institusi pasangannya.

b) Monitoring dan evaluasi awal siswa prakerin oleh pembimbing

Setelah diterjunkan maka pada para siswa peserta prakerin akan dimonitor oleh pembimbing. Kegiatan ini dilakukan selama prakerin dan dilakukan oleh pembimbing.

Menurut Ketua Pokja PSG kegiatan monitoring oleh pembimbing di SMK Negeri 2 Klaten dilakukan selama 3 kali dalam enam bulan.

Dalam kaitan dengan proses pembimbingan oleh guru pembimbing, hampir semua guru pembimbing yang ditunjuk oleh sekolah telah melaksanakan proses monitoring kegiatan siswa dan melakukan pembimbingan dengan serius.

c) Penarikan siswa prakerin

Proses penarikan siswa prakerin dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan. Ada yang enam bulan ada yang satu tahun. Untuk yang enam bulan biasanya dilakukan pada bulan desember, sedangkan untuk yang satu tahun biasanya dilakukan pada bulan juni.

(10)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

224

III) Tahap Evaluasi Praktek kerja

Industri

a) Uji kompetensi prakerin

Bagi siswa yang mengambil waktu prakerin 6 bulan setelah selesai harus segera melapor ke sekolah, pada guru pembimbing, serta ketua program studi masing-masing. Selanjutnya siswa tersebut masuk untuk mengikuti penajaman kompetensi sekaligus persiapan melaksanakan tugas akhir yang akan dilaksanakan di sekolah. Evaluasi pelaksanaan praktek kerja industri dimulai dengan melakukan uji prakerin di sekolah oleh pembimbing prakerin bagi siswa. Dalam rangka melakukan uji kompetensi ini semua siswa yang mengikuti prakerin dilakukan uji satu persatu untuk mendapatkan hasil akhir tentang hasil prakerin yang dilakukan. Menurut Ketua Pokja PSG selama ini hasil uji kompetensi menunjukkan bahwa semua siswa cenderung berhasil, terutama dalam hal ketrampilan bekerjanya. Sebagai bukti fisik akhir dari pelaksanaan prakerin bagi siswa adalah dengan dikumpulkannya laporan kegiatan yang berupa tugas akhir selama prakerin oleh siswa. Hal itu diperlukan untuk persyaratan kelulusan dari sekolah.

Tugas akhir adalah bentuk tugas kompetensi produktif yang bersifat komprehensif sesuai dengan program keahlian masing-masing dan

dilaksanakan pada akhir semester 8. Di SMK Negeri 2 Klaten, pelaksanaan tugas akhir dibagi menjadi 2 yaitu : i. Tugas akhir yang dilaksanakan di

sekolah, yaitu membuat proposal dengan bimbingan guru yang ditunjuk, melakukan pekerjaan praktek, hingga sampai penyusunan laporan.

ii. Tugas akhir yang dilaksanakan di Industri, yang pelaksanaannya diserahkan kepada institusi pasangannya masing-masing dengan standar penilain industri. Hasilnya dikirim ke sekolah dalam bentuk bukti fisik nilai dari instruktur b) Lokakarya hasil prakerin

Selain evaluasi per siswa proses evaluasi atas kegiatan prakerin juga dilakukan secara komprehensip oleh sekolah dalam bentuk lokakarya.. Hasil lokakarya tersebut pada akhirnya dirumuskan untuk menjadi dokumen guna perbaikan pada pelaksanaan prakerin pada periode berikutnya.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program PSG melalui prakerin adalah dengan diketahuinya jumlah lulusan yang terserap dipasaran kerja. Di SMK Negeri 2 Klaten, untuk lulusan tahun 2006 dari sejumlah 336 lulusan sebanyak 159 orang atau sekitar 47% terserap di berbagai perusahaan. Data selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Data Lulusan Tahun 2006 yang Terserap di Industri

No. Nama

Perusahaan

Kota T.Bang Elektr Listrik Mesin Logam Otomot Jmlh

1. PT Unilever Ind Bekasi 4 4 3 1 8 20

2. Kayaba Ind Jakarta 3 2 5

(11)

NURHARJADMO – Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

225 Perumahan

4. PT Tinindo Internusa

Pangkal Pinang

6 3 1 10

5. CV Karya Hidup Sts

Yogya 1 1 3 1 6

6. PT Showa Ind. Mfg

Bekasi 3 1 11 6 6 27

7. PT Harisma Buana

Yogya 2 2

8 PT Angkasa P Yogya 2 2

9. New Ratna Motor

Semarang 6 6

10. PT Triangle Motorindo

Semarang 1 1

11. Binzar Computer Semarang 1 1

12 RSC Computer Semarang 4 4

13. PT Gajah Tunggal

Jakarta 1 1

14 PT Intan Pariwara

Klaten 3 3

15. PT Itokoh Ceperindo

Klaten 1 1 2

16. PT Tiga Marabunta

Klaten 1 1 1

17. PT SMART Kalimantan 2 1 3 6

18. PT AA One Press P Bintan 1 2 3

19. Rela Slow Computer

Yogya 2 2

20. PT Ornastel Malaysia 1 1

21 PT Alfa Sumber Malaysia 2 2

22. Magang Jepang 2 4 6

23. Prop Computer Semarang 1 1

24 UDSumber Manis

Klaten 1 1

25. CVKusuma Baja Klaten 3 3

26. PT Nasmoco Solo 4 4

27 PT AISIN Jakarta 1 1 3 2 5 12

28. Logam Kusuma Klaten 1 1

29. CV Mang-gala Klaten 2 2

30 PT CNC Jakarta 3 2 2 3 10

31 Batur Jaya Klaten 2 2

32 PTSarimas Jakarta 2 2

33 Nasmoco Semarang 1 1

Jumlah 13 30 19 35 22 39 159

Persentase 22 44 28 97 65 56 47

Sumber : BKK SMKN 2 Klaten tahun 2006. Dari semua yang dipaparkan diatas nampak bahwa proses pelaksanaan program PSG di SMK Negeri 2 dilakukan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan yang tertuang dalam Keputusan Mendiknas nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Kegiatan prakerin

(12)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

226

melaksanakan prakerin. Dan itu merupakan bukti keberhasilan sekolah dalam melaksanakan program PSGnya.

2. Faktor yang mempengaruhi

Implementasi Kebijakan PSG di SMKN

2 Klaten

Keberhasilan pelaksanaan PSG di SMK Negeri 2 Klaten tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut bisa berfungsi sebagai faktor pendorong atau faktor penghambat. Beberapa faktor yang diidentifikasi tersebut adalah sumber daya yang digunakan, komunikasi yang dibangun dan sikap pelaksana.

Dari sisi Sumber daya, Pelaksanaan PSG di SMK Negeri 2 Klaten dapat berhasil karena melibatkan berbagai sumber baik sumber daya manusia maupun dana yang digunakan. Guna pelaksanaan program PSG di SMK Negeri 2 Klaten telah memanfaatkan keseluruhan sumber daya manusia yang ada, yaitu para guru-guru yang mengajar di SMK Negeri 2 khususnya bagi guru-guru tetap. Disamping itu untuk penentuan institusi pasangannya pun dilakukan seleksi melalui survey yang cukup ketat, dengan harapan diperolehnya instruktur yang berkeahlian dan mempunyai kemampuan mendidik yang baik.

Tidak ada keluhan yang berarti dari para siswa sehubungan dengan keahlian dan kecakapan para instruktur. Disamping sumber daya manusia, berbagai fasilitas yang digunakan pun cukup maju. Peralatan yang ada dan dimiliki oleh sekolah dan peralatan di dunia industri dapat saling melengkapi. Memang diakui bahwa peralatan di sekolah lebih sederhana, dan kurang canggih jika dibandingkan dengan

di dunia industri yang sesungguhnya. Namun dengan pemberian bekal yang mendasar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikannya.

Dari aspek sumber dana, keterbatasan dana yang dimiliki sekolah memaksa sekolah menarik dana ke siswa dalam rangka mengikuti praktek kerja industri. Hal ini tentu dapat menjadi faktor penghambat, terutama bagi siswa yang datang dari keluarga tak mampu.

Dari pesrpektif Komunikasi, baik komunikasi vertical maupun komunikasi horizontal terjalin dengan baik. Komunikasi yang dijallin antara pihak sekolah dengan siswa dapat terlaksana dengan baik. Berbagai informasi yang telah diberikan oleh para guru dan instruktur mulai dari sosialisasi program PSG, kurikulum PSG dan berbagai aturan tentang PSG telah mampu menumbuhkan pemahaman siswa tentang PSG tersebut.Siswa menjadi paham akan manfaat dari PSG. Untuk komunikasi secara horizontal yang dilakukan antar siswa semuanya berjalan seperti yang diharapkan. Sedangkan komunikasi secara horizontal antara sekolah dengan instruktur telah dilaksanakan sejak dilakukan perjanjian kerjasama, pembekalan hingga pada saat pembimbingan dan pemberian nilai prakerin. Tidak ada hambatan komunikasi baik secara vertical maupun horizontal Pelaksanaan PSG berjalan seperti yang diharapkan.

(13)

NURHARJADMO – Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

227 menjadi sangat tinggi. Dengan demikian

proses prakerin dapat menjadi wahana bagi siswa secara senyatanya dalam meningkatkan ketrampilannya. Komitmen yang tinggi ditunjukkan oleh segenap komponen sekolah mulai dari persiapan, pembekalan hingga pembimbingannya.

Sementara itu untuk respon sasaran kebijakan yaitu para siswa juga cukup baik. Hampir semua siswa tak ada yang keberatan dengan pelaksanaan PSG. Memang masih ditemukan siswa yang tak serius ketika melakukan prakerin akan tetapi menurut guru pembimbing jumlahnya sangat kecil dan tak ada 5%. Semua siswa nampak serius dalam melakukan prakerin guna mensukseskan program PSG di SMK Negeri 2 Klaten.

3. Hambatan dalam Pelaksanaan PSG di

SMK N 2 Klaten

Keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah untuk melaksanakan program Prakerin menyebabkan pihak siswa harus membayar beaya tambahan. Dana tambahan yang dikeluarkan siswa tersebut dalam kenyataannya jumlahnya cukup besar mengingat waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan prakerin. Hal ini dirasakan sebagai factor penghambat terutama bagi siswa yang datang dari keluarga tak mampu.

Hambatan lain yang dirasakan dalam rangka pelaksanaan program PSG adalah hambatan yang bersumber dari anak didik/ siswa. Kurangnya keseriusan dari mereka menyebabkan pelaksanaan Prakerin tidak bisa memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Meskipun jumlahnya kurang dari 5%, akan tetapi Masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa prakerin itu

sebagai sesuatu hal yang dilakukan secara santai saja, sehingga mereka sering tidak masuk, membolos dan bahkan tidak memperhatikan selama pelaksanaan prakerin. Mereka menganggap masa pendidikannya telah berakhir. Prakerin hanya untuk formalitas belaka. Ini tentu berdampak pada efektivitas dan efisiensi dari program tersebut.

KESIMPULAN

Dengan mengacu pada konsep implementasi dari Ripley dan Franklin (1986) maka dapat dikatakan bahwa dari sisi kepatuhan, proses pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 2 Klaten telah dilaksanakan sesuai dengan standar aturan yang ada yaitu Petunjuk teknis dan Petunjuk Pelaksanaannya. Tidak adanya keluhan yang muncul baik dari pihak sekolah, institusi pasangan maupun dari sasaran kebijakan menunjukkan bahwa semua proses pelaksanaan dapat berlangsung dengan baik.

(14)

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 – 228

228

Dari sisi sikap pelaksana, pemahaman program yang baik membawa dampak pada sikap yang diambil oleh pelaksana kebijakan. Pihak sekolah beserta institusi pasangan telah menunjukkan komitmen yang tinggi untuk keberhasilan pelaksanaan PSG. Perjanjian kerjasama yang dilakukan antara sekolah dan institusi pasangan telah mampu menjadikan proses pelaksanaan Praktek Kerja Industri yang merupakan perwujudan pelaksanaan PSG berjalan seperti yang diharapkan. Sementara itu respon sasaran dan pelaksana kebijakan juga sangat baik. Hampir semua guru yang dilibatkan, baik dalam rangka kegiatan praktek di sekolah maupun sebagai pembimbing secara serius telah melakukan aktivitasnya dengan baik. Hanya saja untuk siswa memang ada beberapa siswa yang kurang serius dalam pelaksanaan praktek kerja industri di dunia usaha/ industri.

Komunikasi yang dilakukan baik komunikasi secara vertikal dan harisontal telah mampu menjadikan pelaksanaan program berjalan seperti yang diharapkan. Komunikasi yang terjadi baik antara sekolah dengan institusi pasangan maupun dengan siswa telah menyebabkan pelaksanaan program seakan-akan tak ada hambatan yang berarti. Intensivitas komunikasi melalui proses pembimbingan baik dalam rangka kerja praktek pelajaran di sekolah maupun pada saat praktek kerja industri menunjukkan bahwa proses komunikasi dengan sasaran kebijakan dapat berjalan seperti yang diharapkan.

Pihak sekolah telah menggunakan resources yang dimiliki secara optimal. Guru-guru yang ada dan mempunyai latar belakang pendidikan tehnik dikerahkan untuk menjadi pembimbing baik dalam praktek di sekolah maupun sebagai pembimbing selama prakerin.

Sementara itu pemilihan instruktur yang cakap juga mempengaruhi keberhasilan implementasi program PSG. Persoalan yang dirasakan dalam kaitan dengan sumber daya adalah keterbatasan subsidi yang diberikan oleh sekolah, sehingga membebani siswa dalam pelaksanaan prakerin. Hal ini berdampak pada adanya gangguan dalam pelaksanaan praktek kerja industri, terutama bagi siswa dari kalangan tak mampu. Disamping itu masih adanya siswa yang kurang serius dalam memandang Prakerin telah menyebabkan pelaksanaan prakerin tidak bisa memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Meskipun jumlahnya kurang dari 5%, akan tetapi masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa prakerin itu sebagai sesuatu hal yang dilakukan secara santai saja, sehingga mereka sering tidak masuk, membolos dan bahkan tidak memperhatikan selama pelaksanaan prakerin. Mereka menganggap masa pendidikannya telah berakhir. Prakerin hanya untuk formalitas belaka. Ini tentu berdampak pada efektivitas dan efisiensi dari program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E. 1979, Public Policy Making, Holt Rinehart & Winston, New York. Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy

Implementation in The Third World. Princenton University Press. New Jersey.

Matthew B Miles & A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta.

Meter Donald S Vanb and Carl E Van Horn. 1975.The Policy Implementation

Process; A Conceptual Framework.

Sage Publication. Beverly Hills. Pal, Leslie A. 1987. Pubic Policy Analysis an

Introduction. University of Calgary. Patton C.V, and Swicki D. 1993. Basic Methods of

Policy Analysis and Planning.

Gambar

Tabel 1. Institusi Pasangan SMKN 2 Klaten dalam rangka PSG

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan di Dusun Magug, Desa Kotah, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang dengan pertimbangan, di dusun tersebut terdapat masyarakat yang membuat kerajinan batik,

Diharapkan dapat mengetahui Hubungan Perhatian, Pengetahuan, Keyakinan, dan Sikap Tentang Pictorial Health Warning dengan Minat Membeli Rokok Pada Mahasiswa

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Level 2, Kelas Q:Perilaku sehat Level 2, Kelas Q:Perilaku sehat Hasil yang menggambarkan Hasil yang menggambarkan tindakan individu untuk tindakan individu untuk meningkatkan

CV.ACLASS dengan Buyer telah menyepakati penggunaan Letter of Credit (L/C) sebagai sistem pembayarannya. Letter of Credit merupakan suatu instrument perbankan yang

Bakteri asam laktat termasuk di dalamnya bakteri homofermentatif yang memproduksi sebagian besar utamanya adalah asam laktat, dan heterofermentatif yang selain memproduksi

Berdasarkan hasil observasi di kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran maupun murid, praktikan dapat menyimpulkan bahwa: kekuatan dalam setiap mata

3. Evaluation : untuk menaksir kredibilitas dari pendapat atau mendeskripsikan persepsi seseorang, pengalaman, situasi, pendapat, kepercayaan, atau opini, serta untuk menaksir