• Tidak ada hasil yang ditemukan

T MTK 1407362 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T MTK 1407362 Chapter3"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menguji sebuah perlakuan, yaitu kemampuan berpikir logis matematis dan Self-Regulated Learning (SRL) siswa melalui pembelajaran matematika dengan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena pada saat penelitian digunakan kelas-kelas yang telah tersedia karena tidak mungkin mengelompokan siswa secara acak. Jika dilakukan pengacakan kelas, maka efektivitas kegiatan pembelajaran di sekolah akan terganggu.

Agar diperoleh gambaran dari perlakuan maka dipilihlah kelompok pembanding, sehingga penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan setara dengan strategi pembelajaran yang berbeda. Kelompok pertama diberikan pembelajaran dengan menggunakan strategi TAPPS (kelompok eksperimen), sedangkan kelompok kedua memperoleh pembelajaran dengan strategi konvensional (kelompok kontrol). Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pembelajaran strategi TAPPS terhadap peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan pencapaian SRL siswa dalam matematika yang melibatkan dua kelompok siswa.

Desain penelitian untuk kemampuan berpikir logis matematis yaitu menggunakan desain kelompok Pretest-Posttest Control Group Design (Lestari dan Yudhanegara, 2015) sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O keterangan:

O : soal-soal pretest sama dengan soal-soal posttest kemampuan berpikir logis matematis

X : perlakuan menggunakan strategi TAPPS

(2)

Desain di atas menggambarkan bahwa kedua kelas diberikan pretest, perlakuan, dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan pada kedua kelas ini adalah setara, dengan alasan materi bangun datar segi empat yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah bukan merupakan suatu hal baru bagi siswa. Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dimana kelas eksperimen diberikan suatu strategi pembelajaran yaitu strategi TAPPS, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan strategi konvensional.

Selanjutnya, desain penelitian untuk SRL siswa menggunakan desain Posttest-Only Control Group Design (Lestari dan Yudhanegara, 2015). Pada

desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak. Teknik sampling pada desain ini menggunakan purposive sampling. Desain ini digambarkan sebagi berikut:

X O

O keterangan:

O = posttest skala SRL siswa

X = pembelajaran dengan menggunakan strategi TAPPS = pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

Menurut Ruseffendi (2010), syarat memilih desain ini yaitu kedua kelas harus homogen atau setara kemampuan awalnya. Hal ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru matematika yang mengajar pada saat itu dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum yang menyatakan bahwa kedua kelas homogen dalam kemampuan kognitifnya.

B. Populasi dan Sampel

(3)

VII di sekolah tersebut ditetapkan sebagai populasi dengan alasan tingkat perkembangan kognitif siswa berada pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal. Menurut teori Piaget, siswa SMP kelas VII sudah mulai memasuki tahap berpikir formal. Oleh karena itu, pada siswa SMP kelas VII ini sudah mulai dikenalkan dengan materi-materi yang bersifat abstrak.

Menurut Supardi (2013), sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan subyek penelitian yang dianggap mewakili populasi dan biasanya disebut responden penelitian. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012) sehingga dipilih dua kelas dari seluruh kelas VII disekolah tersebut. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah dari informasi yang diperoleh dari Wakil Kepala Sekolah, wali kelas, dan guru bidang studi matematika yang mengajar yang menyatakan bahwa kelas VII memiliki kemampuan akademik yang relatif sama. Pemilihan sampel dengan purposive sampling bertujuan agar penelitian dapat berlangsung secara tepat, efektif, dan efisien dalam hal pelaksanaan penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, dan administrasi. Dua kelompok yang dipilih sebagai sebagai sampel penelitian adalah kelompok eksperimen siswa kelas VIIF sebanyak 38 siswa yang menggunakan pembelajaran dengan strategi TAPPS dan kelompok kontrol siswa kelas VIIB sebanyak 38 siswa dengan pembelajaran strategi konvensional.

C. Kemampuan Awal Matematis (KAM)

(4)

kontrol akan dikelompokan berdasarkan kategori nilai tinggi, sedang, dan rendah.

Tes KAM yang diberikan berupa soal pilihan ganda dan empat pilihan jawaban. Butir soal KAM sebanyak 20 soal yang dibuat peneliti sendiri. Sebelum soal tersebut diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi dan muka oleh dua orang dosen ahli (dosen pembimbing). Selanjutnya, diujicobakan secara empiris kepada siswa kelas IXA di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 33 siswa. Proses analisis uji coba tes KAM meliputi hal-hal berikut:

1) Validitas Tes

Validitas alat ukur, menurut Suherman (2003) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pearson/Product Moment. Koefisien korelasi product moment Pearson diperoleh dengan rumus:

= ∑ − ∑ ∑

√{ ∑ − ∑ }{ ∑ − ∑ }

keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara butir soal (X) dan skor total (Y) X = skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaan

Y = skor total

N = banyak subyek

Tolok ukur validasi soal tes KAM menggunakan kriteria koefisien validitas instrumen ditentukan berdasar kriteria Guilford (dalam Suherman, 2003) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,70 ≤ rxy< 0,90 Validitas tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy< 0,70 Validitas sedang (cukup) 0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas sangat rendah rxy < 0,00 Tidak valid

(5)

Hasil uji coba validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran halaman 274. Perhitungan validitas butir soal dengan menggunakan bantuan Microcoft Excel 2007. Hasil validitas butir soal kemampuan awal matematis disajikan

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Hasil Validitas Butir Soal

No Soal Koefisien

Korelasi rtabel Kriteria Kategori

1 0,428 0,344 Valid Sedang

Dari Tabel 3.2 tampak bahwa semua butir soal valid untuk digunakan sebagai instrumen mengukur kemampuan awal matematis (KAM) siswa terkait materi prasyarat dari bangun datar segi empat.

2) Reliabilitas Tes

Mengukur keandalan butir tes KAM, digunakan rumus Alpha Cronbach (Lestari dan Yudhanegara, 2015), yaitu:

= [ − ][ −∑ ]

keterangan:

(6)

: variansi skor total

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), untuk subjek > menggunakan rumus variansi sebagai berikut:

= ∑ −

∑ �2 �

keterangan: s : varians

n : banyaknya peserta uji coba

X : skor butir soal

Menurut Guilford (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015), tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan kriteria Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat baik

0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Baik

0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup baik 0,20 ≤ r <0,40 Rendah Buruk

< , Sangat rendah Sangat buruk

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microcoft Excel 2007, koefisien reliabilitas data hasil siswa adalah 0,761. Jika nilai tersebut diinterpretasikan menurut kriteria Guilford, maka nilai r berada pada kategori baik dan termasuk derajat reliabilitas tinggi. Rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran halaman 275.

3) Daya Pembeda

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), daya pembeda untuk soal tipe obyektif dapat dihitung dengan rumus:

�� =

� −� atau

�� =

keterangan:

DP : indeks daya pembeda butir soal.

(7)

: banyaknya siswa pada kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.

: banyaknya siswa kelompok atas. : banyaknya siswa kelompok bawah.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), kriteria daya pembeda soal

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microcoft Excel 2007 dalam menentukan daya pembeda untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil pada Tabel 3.5 dan rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran halaman 276.

Tabel 3.5

Hasil Daya Pembeda Soal

No Soal Daya Pembeda Interpretasi

(8)

4) Indeks Kesukaran

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran instrumen tes tipe obyektif, yaitu:

� = ++

keterangan:

� : indeks kesukaran

: banyaknya siswa pada kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.

: banyaknya siswa pada kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.

: banyaknya siswa kelompok atas. : banyaknya siswa kelompok bawah.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen

Interpretasi

� = , Terlalu Sukar

, < � , Sukar

, < � ,7 Sedang

,7 < � < , Mudah

� = , Terlalu Mudah

(9)

Tabel 3.7

Adapun kriteria pengelompokan siswa berdasarkan KAM menurut Maya dan Sumarmo (2011), yaitu:

(10)

Tabel 3.9

Banyaknya Siswa berdasarkan Kategori KAM Kategori KAM Kelas Eksperimen Kelas kontrol

Tinggi 11 11

Sedang 16 17

Rendah 11 10

Total 38 38

D. Variabel Penelitian

Menurut Supardi (2013), variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan. Karakteristik yang dimiliki satuan pengamatan keadaannya berbeda-beda. Menurut Sugiyono (2012), variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Selanjutnya, Sugiyono (2012) juga menjelaskan bahwa variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah:

a. kemampuan berpikir logis matematis b. self-regulated learning siswa

2) Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah strategi TAPPS.

3) Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).

E. Perangkat Pembelajaran

a) Silabus

(11)

pelajaran matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator, penilaian (jenis tes, bentuk tes, dan contoh instrumen).

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengarahkan jalannya pembelajaran agar terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik. Penyusunan RPP secara sistematis, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pemebelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber, bahan atau sumber dan penilaian hasil belajar.

RPP yang disusun hendaknya memuat indikator yang mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan yaitu bangun datar segi empat. Strategi dan langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan pembelajaran yang digunakan yaitu untuk kelas eksperimen menggunakan strategi TAPPS, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Untuk materi, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberikan perlakuan yang sama.

c) Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan ajar dengan menggunakan strategi TAPPS untuk kelas eksperimen. Bahan ajar yang dibuat mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis dan SRL siswa.

(12)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri atas seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan berpikir logis matematis. Instrumen dalam bentuk non tes terdiri atas skala SRL, lembar observasi, wawancara, dan jurnal harian.

Fokus dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran strategi TAPPS terhadap kemampuan berpikir logis matematis dan SRL siswa SMP sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes kemampuan berpikir logis matematis adalah:

a) Instrumen Tes

Menurut Basuki & Hariyanto (2014), tes adalah alat penilaian atau metode penilaian yang sistematis, sah, dapat dipercaya, dan obyektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap bahan ajar, berupa suatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh seorang siswa atau sekelompok siswa. Tes kemampuan berpikir logis matematis dibuat untuk mengukur sejauh mana kemampuan berpikir logis matematis yang telah dimiliki siswa pada materi bangun datar segi empat setelah menerima pembelajaran dengan strategi TAPPS pada kelas eksperimen dan pembelajaran strategi konvensional pada kelas kontrol. Tes yang diberikan adalah tes berbentuk uraian yang berjumlah 4 soal, karena dengan tipe uraian dapat melihat pola pikir siswa dengan jelas sehingga kemampuan berpikir logis matematisnya terlihat dengan jelas. Tes kemampuan berpikir logis matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (1) memperkirakan solusi; (2) analogi; (3) generalisasi; (4) membuktikan secara langsung.

(13)

Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan validitas muka dan validitas isi instrumen oleh para ahli yang berpengalaman dibidangnya. Uji validitas isi dan muka ini dilakukan oleh dua orang dosen ahli, dua orang guru matematika yang sudah bersetifikasi di salah satu SMPN Kabupaten Bandung Barat.

Langkah selanjutnya yaitu tes diujicobakan secara empiris kepada siswa kelas IXA di salah satu SMPN Kabupaten Bandung Barat sebanyak 33 siswa yang sudah menerima materi bangun datar segi empat. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar susunan kalimat atau kata-kata dalam tes tersebut jelas pengertiannya, sehingga tidak terjadi salah pengertian saat diberikan kepada sampel penelitian serta disesuaikan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh sampel penelitian.

Setelah data hasil uji coba tersebut terkumpul, data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari soal-soal tersebut. Setelah soal kemampuan berpikir logis matematis dianalisis, selanjutnya direvisi jika diperlukan sehingga diperoleh soal yang layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen kemampuan berpikir logis matematis tersebut akan diolah menggunakan bantuan Microcoft Excel 2007dan software SPSS versi 20.

Dalam memberikan skor terhadap jawaban tes, berikut ini adalah skor rubrik untuk kemampuan berpikir logis matematis yang akan diukur, berpedoman kepada kriteria penilaian model Cai, Lane, dan Jakabcsin (Nasution, 2011) sebagai berikut:

Tabel 3.10

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Logis

No Kriteria jawaban soal Skor

1. Tidak ada jawaban 0

2. Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak ada

yang benar 1

3. Hanya sebagian aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 2

4. Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 3

5. Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap, jelas, dan

(14)

Dari format di atas dibuat lebih rinci oleh peneliti. Format tersebut dapat dilihat pada Lampiran halaman 249.

Adapun langkah-langkah penyusunan tes kemampuan berpikir logis matematis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi soal yang meliputi dasar dalam pembuatan soal tes kemampuan berpikir logis matematis siswa.

2. Menyusun soal tes kemampuan berpikir logis matematis.

3. Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes untuk mengetahui validitas isi.

4. Melakukan uji coba soal untuk memperoleh data hasil tes uji coba.

5. Menghitung validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda butir soal berdasarkan data yang diperoleh pada tes uji coba.

Proses analisis data hasil ujicoba meliputi hal-hal berikut ini:

(a) Validitas Tes

Menurut Anderson (dalam Arikunto, 2005), sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Validitas yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua jenis validitas yaitu validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity). Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan ketepatan atau kesesuaian antara isi instrumen dengan materi ajar yang telah diberikan (Sugiyono, 2012). Validitas muka atau validitas tampilan merupakan keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak menimbulkan makna ganda. Validitas teoritik (logis) ini dilakukan oleh dua orang ahli dan dua orang guru mata pelajaran matematika. Selain kepada empat orang ahli tersebut, juga diberikan kepadaduaorang siswa non subyek untuk diminta pertimbangan mengenai aspek keterbacaan soal.

(15)

dilakukan uji coba ke sekolah atau kelas yang bukan menjadi kelas penelitian untuk memperoleh data atau informasi mengenai kualitas instrumen yang meliputi validitas butir soal, reliabilitas, analisis pembeda, dan indeks kesukaran.

Validitas alat ukur, menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pearson/Product Moment. Koefisien korelasi product moment dikembangkan oleh Karl Pearson. Koefisien korelasi ini digunakan untuk data yang memiliki skala pengukuran minimal interval (data interval atau rasio). Koefisien korelasi product moment Pearson diperoleh dengan rumus:

= ∑ − ∑ ∑

√{ ∑ − ∑ }{ ∑ − ∑ }

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara butir soal (X) dan skor total (Y) X = skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaan

Y = skor total

N = banyak subyek

Tolok ukur validasi soal tes dalam penelitian ini menggunakan kriteria koefisien validitas instrumen ditentukan berdasar kriteria Guilford (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.11

Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik

0,70 ≤ rxy<0,90 Tinggi Tepat/baik

0,40 ≤ rxy<0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik 0,20 ≤ rxy< 0,40 Rendah Tidak tepat/buruk

rxy < 0,20 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk

Melihat apakah antara dua variabel terdapat hubungan atau tidak, maka koefisien korelasinya harus diuji signifikansi dengan membandingkan dengan rtabel. Butir soal dinyatakan valid signifikan untuk ℎ � dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan taraf signifikansi 5%.

(16)

Microcoft Excel 2007. Hasil validitas butir soal kemampuan berpikir logis

matematis disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.12

Hasil Validitas Butir Soal

No Soal Koefisien

Korelasi rtabel Kriteria Kategori

1 0,853 0,344 Valid Tinggi

2 0,718 0,344 Valid Tinggi

3 0,602 0,344 Valid Sedang

4 0,725 0,344 Valid Tinggi

Dari tabel di atas tampak bahwa semua butir soal valid untuk digunakan sebagai instrumen mengukur kemampuan berpikir logis matematis siswa terkait materi bangun datar segi empat.

(b) Reliabilitas Tes

Menurut Arifin (2013), reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2012), sebuah tes hasil belajar dinyatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan tersebut secara berulang-ulang terhadap subyek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tepat sama. Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksadan dinilai.

Mengukur keandalan butir tes uraian, digunakan rumus Alpha Cronbach (Lestari dan Yudhanegara, 2015), yaitu:

= [ − ][ −∑ ]

keterangan:

: koefisien reliabilitas n : banyaknya butir soal

(17)

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), untuk subjek > menggunakan rumus variansi sebagai berikut:

= ∑ −

∑ �2 �

keterangan: s : varians

n : banyaknya peserta uji coba

X : skor butir soal

Menurut Guilford (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015), tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan kriteria Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.13

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi

0,90 ≤r ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat baik 0,70 ≤r < 0,90 Tinggi Baik 0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup baik

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Buruk

< , Sangat rendah Sangat buruk

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microcoft Excel 2007, koefisien reliabilitas data hasil siswa adalah 0,70. Jika nilai tersebut diinterpretasikan menurut kriteria Guilford, maka nilai r berada pada kategori baik dan termasuk derajat reliabilitas tinggi. Rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran halaman 279.

(c) Analisis Daya Pembeda Tes

(18)

berkemampuan rendah yang menjawab benar soal tertentu lebih banyak dari kelompok siswa yang berkemampuan tinggi.

Sebelum menentukan daya pembeda tiap butir soal, data skor hasil uji coba diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil. Hal ini dilakukan untuk mengelompokan siswa kedalam kelompok atas dan bawah. Penentuan kelompok atas dan bawah adalah sebesar 27% siswa kelompok atas dan 27% siswa kelompok bawah setelah data diurutkan (Arifin, 2013). Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), daya pembeda untuk soal tipe uraian dapat dihitung dengan rumus :

�� = ̅ − ̅

keterangan:

DP : indeks daya pembeda butir soal.

̅

: rata-rataskor jawaban siswa pada kelompok atas.

̅

: rata-rataskor jawaban siswa pada kelompok bawah.

SMI : skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), kriteria daya pembeda soal sebagai berikut:

Tabel 3.14 Kriteria Daya Pembeda

Nilai Interpretasi Daya Pembeda

,7 < �� , Sangat baik

, < �� ,7 Baik

, < �� , Cukup

, < �� , Buruk

DP , Sangat buruk

(19)

Tabel 3.15

Hasil Daya Pembeda Soal

No Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,56 Baik

2 0,28 Cukup

3 0,28 Cukup

4 0,28 Cukup

(d) Analisis Indeks Kesukaran (IK) Tes

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran butir soal. Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan daya pembeda. Jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda soal tersebut menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat. Indeks kesukaran berkisar antara 0 sampai 1. Makin besar indeks kesukaran makin mudah soal tersebut dan makin kecil indeks kesukaran makin sukar soal tersebut. Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), indeks kesukaran soal tipe uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� =̅

keterangan:

IK : indeks kesukaran butir soal.

̅ : rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal.

SMI : skor maksimum ideal yaitu skor maksimum yang akan diperoleh

siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna). Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3.16

Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen

Interpretasi

� = , Terlalu Sukar

, < � , Sukar

, < � ,7 Sedang

,7 < � < , Mudah

(20)

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microcoft Excel 2007 dalam menentukan indeks kesukaran untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.17. Rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran halaman 281.

Rekapitulasi hasil uji coba instrumen kemampuan berpikir logis matematis dan soal instrumen yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian adalah sebagai berikut.:

2 Tinggi Cukup Sedang Dipakai tanpa revisi

3 Sedang Cukup Sedang Dipakai tanpa revisi

4 Tinggi Cukup Sedang Dipakai tanpa revisi

b) Instrumen Non Tes

1) Skala Self-Regulated Learning (SRL)

Skala SRL digunakan untuk mengukur aspek afektif. Instrumen ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dibuat menggunakan skala Likert dan dijabarkan dari indikator SRL. Skala ini terdiri atasi 4 pilihan jawaban yaitu SS = sangat sering, S = sering, J = jarang, JS = jarang sekali. Skor untuk pernyataan positif yaitu SS = 4, S = 3 , J = 2, JS = 1 dan skor untuk pernyataan negatif yaitu SS = 1, S = 2 , J = 3, JS = 4.

(21)

Sebelum skala SRL diujicobakan, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi skala SRL. Selanjutnya, uji keterbacaan kepada siswa kelas VIII di SMP tempat penelitian yang terdiri atas tiga orang siswa. Uji keterbacaan ini bermaksud untuk mengetahui apakah redaksi dan keefektifan susunan kalimat setiap butir pernyataan dapat dipahami siswa. Selanjutnya, dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah skala tersebut sudah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

a) Validitas

Validasi instrumen skala SRL dilakukan dengan menghitung korelasi antara item pernyataan dan butir pernyataan menggunakan rumus koefisien korelasi Rank Spearman karena data yang diperoleh adalah data ordinal. Dengan taraf signifikan � = , , sehingga diperoleh kemungkinan interpretasinya yaitu jika rhitung rtabel maka korelasi tidak signifikan dan jika rhitung > rtabel maka korelasi signifikan.

Perhitungan validitas dan reliabilitas item pernyataan skala SRL menggunakan Software SPSS V.20 for Windows. Hasil ringkasan perhitungannya pada tabel berikut ini:

Tabel 3.19

Hasil Uji Validitas Item Pernyataan Skala SRL

rtabel = 0,344 dan � = �, ��

(22)

pernyataan yang tidak valid. Untuk pernyataan yang tidak valid, maka pernyataan tersebut tidak dipakai. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran halaman 283.

b) Reliabilitas

Untuk mengukur keandalan butir tes skala SRL, digunakan rumus Alpha Cronbach (Lestari dan Yudhanegara, 2015) dengan bantuan SPSS V.20 for Windows. Hasil uji reliabilitas skala SRL dapat dilihat pada Tabel 3.20 dan Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran halaman 285.

Tabel 3.20

Hasil Uji Reliabilitas Skala SRL

Cronbach's

Alpha

N of Items

,895 25

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien korelasi = 0,895. Jika nilai tersebut diinterpretasikan menurut kriteria Guilford (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015), maka nilai berada pada kategori tinggi. Ini berarti kekonsistenan instrumen tersebut baik. Dengan kata lain, jika instrumen tersebut diberikan pada subyek yang sama oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang baik.

2) Lembar Observasi

(23)

3) Wawancara

Pedoman wawancara merupakan instrumen non tes yang berupa serangkaian pertanyaan yang dipakai sebagai acuan untuk mendapatkan data/informasi tertentu tentang keadaan responden dengan cara tanya jawab. Pertanyaan yang disusun dalam pedoman wawancara berisi point-point penting. Pada saat wawancara berlangsung, pertanyaan yang telah disusun mungkin saja bisa berkembang dan mengerucut. Hal tersebut dilakukan karena ingin memperoleh data yang mungkin didapatkan pada hasil perhitungan. Wawancara dilakukan secara berkelompok.

Wawancara diberikan untuk satu kali pertemuan kepada satu kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa. Pedoman wawancara diberikan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai kemampuan berpikir logis matematis dan SRL siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan strategi TAPPS. Tujuan dari pedoman wawancara ini adalah untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji kemampuan berpikir logis matematis dan SRL, serta kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi pelajaran.

4) Jurnal Harian Siswa

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), jurnal harian merupakan instrumen non tes yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka. Jurnal harian biasanya digunakan untuk memperoleh informasi harian tentang sikap, pendapat, dan perasaan siswa terhadap proses penyelenggaraan pembelajaran yang baru saja dilakukan. Data dari jurnal harian digunakan sebagai bahan refleksi bagi guru untuk merencanakan perbaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

(24)

penelitian, lembar observasi diberikan pada saat pembelajaran berlangsung, wawancara dan jurnal harian diberikan sesudah pembelajaran berlangsung.

H. Teknik Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data hasil tes dan non tes. Analisis data yang digunakan yaitu data kuantitatif yang berupa hasil tes kemampuan berpikir logis matematis siswa. Data yang diperoleh berupa pretest, posttest, N-Gain. Selanjutnya, data kualitatif diperoleh dari analisis

lembar observasi, wawancara, dan jurnal harian. Tahap analisis data meliputi:

a) Analisis Data Kuantitatif

1) Analisis Kemampuan Berpikir Logis Matematis (KBLM)

Pertama yang dilakukan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang terdiri dari rerata dan simpangan baku. Selanjutnya, dilakukan analisis uji kesamaan rerata parametrik dan non parametrik. Uji kesamaan rerata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rataan pretest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dipersiapkan beberapa hal antara lain:

a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan alternatif jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

b. Membuat tabel, menentukan skor pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol

(25)

Selanjutnya, menurut Suherman dan Kusumah (1990), untuk menentukan nilai rerata (�̅) dan standar deviasi (sd) pada PAP digunakan rumus:

Sugiyono (2012) menyebutkan bahwa untuk menentukan nilai rerata (�̅) dan standar deviasi (sd) pada PAN digunakan rumus:

Keterangan:

n = jumlah sampel; ∑ = jumlah; � =nilai ke-i

pencapaian kemampuan berpikir logis matematis ditentukan dalam tiga kriteria yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Arikunto (2015), penentuan ketiga kriteria ini disusun dengan menggunakan aturan pengelompokan yang tersaji pada Tabel 3.21 berikut.

Tabel 3.21

Kriteria Pencapaian KBLM

Interval Pencapaian Kriteria Pencapaian

� �̅ + Tinggi

�̅ − < � < �̅ + Sedang

� �̅ + Rendah

Keterangan:

� = skor yang diperoleh tiap siswa

̅ = rerata skor siswa secara keseluruhan

= standar deviasi (simpangan baku)

d. Mencari peningkatan yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing kelompok yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi

g dari Meltzer (2002), yaitu:

g= � − �

� �� � − �

�̅ = �̅PAP+ �̅PAN dan = PAP+ PAN

�̅ = � dan = �̅

�̅ = ∑ �

� dan = √

(26)

Selanjutnya, gdituliskan sebagai N-gain. Hasil dari perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi (Hake, 1999) berikut ini:

Tabel 3.22

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya N-gain Klasifikasi

N-gain > ,7 Tinggi

, N − gain < ,7 Sedang

N − gain < , Rendah

e. Menentukan deskriptif statistik pretest dan posttest secara N-gain.

Hal pertama yang dilakukan dalam analisis data adalah melakukan analisis deskritptif bertujuan untuk melihat gambaran umum perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang terdiri atas rerata dan simpangan baku. Kemudian dilakukan uji statistik untuk membuktikan hipotesis pada penelitian. Sebelum dilakukan uji tersebut, perlu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogentias varians. Penjelasan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rerata sebagai berikut:

(a) Uji normalitas

Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan dan skor pretest, posttest dan N-gain kemampuan berpikir logis matematis pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Adapun hipotesis yang akan diuji yaitu:

H = data berdistribusi normal

Ha= data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS V.20 yaitu uji statistik Shapiro Wilk. Berdasarkan kriteria uji sebagai berikut:

jikanilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka H ditolak jikanilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05) maka H diterima.

(b) Uji Homogenitas

(27)

dari skor pretest, posttest, dan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:

H ∶ σ = σ ( kedua kelas memiliki varians yang homogen)

Ha∶ σ ≠ σ (kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen) Keterangan:

� : Varians kelompok eksperimen

� : Varians kelompok kontrol

Uji statistik menggunakan Uji Levene karena uji tersebut digunakan untuk menguji homogenitas varians dari dua sampel independen dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka H ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥α (α = 0,05) makaH diterima

(c) Uji kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan dua rerata digunakan untuk melihat kesamaan kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun hipotesis yang akan diuji untuk kesamaan dua rerata peringkat pretest adalah:

H0 : � = �

Tidak terdapat perbedaan rerata peringkat pretest kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran strategi TAPPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran strategi konvensional. Ha: � ≠ �

Terdapat perbedaan rerata peringkat pretest kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran strategi TAPPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran strategi konvensional. Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan menetapkan taraf

(28)

Sementara itu, hipotesis yang akan diuji untuk perbedaan dua rerata peringkat posttest dan N-Gain adalah:

Hipotesis 1: Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir logis matematis secara signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi konvensional. Adapun hipotesis statistik deskriptifnya adalah:

∶ � = �

Rerata posttest kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen tidak berbeda dengan rerata posttest kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas kontrol.

∶ � ≠ �

Rerata posttest kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen berbeda dengan rerata posttest kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas kontrol.

Keterangan:

� : rerata posttest kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen.

� : rerata posttest kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas kontrol.

Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik hipotesis 1 yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan menetapkan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika sig ≤ α, dan terima H0 jika sig > α. Jika data yang diperoleh normal tetapi tidak homogen maka menggunakan uji t'. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan kaidah statistik non parametrik, yaitu Uji U Mann Whitney (2-Independent Samples).

Hipotesis 2: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi konvensional.

(29)

H0 : � = �

Rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen tidak berbeda dengan rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas kontrol.

Ha: � ≠ �

Rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen berbeda dengan rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas kontrol.

Keterangan:

� : rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen.

� : rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas kontrol.

Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik hipotesis 2 yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan menetapkan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika sig ≤ α, dan terima H0 jika sig > α. Jika data yang diperoleh normal tetapi tidak homogen maka menggunakan uji t'. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan kaidah statistik non parametrik, yaitu Uji U Mann Whitney (2-Independent Samples).

Hipotesis 3: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS ditinjau dari Kemampuan Awal Matematis (KAM). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: � = � = �

Tidak terdapat perbedaan N-gain rerata kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen antara siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi, sedang dan rendah.

Ha: � ≠ � dengan i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 (minimal ada satu tanda ≠).

(30)

Keterangan:

� = Rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi.

� = Rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memiliki kemampuan awal matematis sedang.

� = Rerata N-gain kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memiliki kemampuan awal matematis rendah.

Jika ketiga data berdistribusi normal dan bervariasi homogen pada

� = , , maka pengujian hipotesis diatas dilakukan dengan ANOVA satu jalur. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai sig < �, dan terima H0 jika nilai sig �. Dari hasil output ANOVA satu jalur, akan dapat dikaji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis kelas eksperiman antara siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi, sedang, dan rendah. Jika salah satu data berdistribusi tidak normal, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji Kruskal-Wallis H, untuk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji lanjut (uji pos hoc) untuk melihat treatment mana yang berbeda. Namun, jika hasil pengujian sebelumnya tidak menunjukkan adanya perbedaan, maka tidak perlu dilakukan uji pos hoc.

Terdapat berbagai macam uji pos hoc yang dapat digunakan. Jika varians sampel yang dianalisis homogen, maka uji pos hoc dapat ditempuh melalui uji Bonferroni, Scheffe, Tukey, Duncan, Dunnett, Sidak, dan Gabriel. Namun, jika varians sampel tidak homogen, maka uji pos hoc dapat ditempuh dengan uji Games-Howel, Dunnett T3, Dunnett C, Tamhanes T2.

Dengan kriteria pengujian tolak H0 jika nilai sig< �, dan terima H0 jika nilai sig �.

2) Analisis Skala Self-Regulated Learning (SRL)

Analisis data skala SRL dapat dilakukan dengan cara menentukan persentase jawaban siswa untuk masing-masing pernyataan yang selanjutnya dianlisis dengan skala Likert. Data skala SRL diperoleh dan diolah melalui tahapan sebagai berikut:

(31)

2) Membuat tabel skor skala SRL siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3) Menghitung persentase jawaban skala SRL masing-masing siswa.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), penentuan persentase jawaban siswa untuk masing-masing item pernyataan, digunakan rumus sebagai berikut:

� = × %

keterangan:

P = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyak responden

4) Menghitung persentase jawaban siswa pada masing-masing item pernyataan.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), persentase yang diperoleh pada masing-masing item pernyataan, kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.23

Kriteria Penafsiran Persentase Jawaban Angket

Kriteria Penafsiran

P = 0% Tak Seorang pun

% < � < % Sebagian kecil

% P < % Hampir setengahnya

P = 50% Setengahnya

% < � < 7 % Sebagian besar

7 % P < % Hampir seluruhnya

P = 100% Seluruhnya

Selanjutnya, untuk menentukan persentase rata-rata jawaban siswa per item pernyataan menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

�̅ = ∑ ���

� × %

keterangan:

�̅i = persentase rata-rata jawaban siswa untuk item pernyataan ke-i fi = frekuensi pilihan jawaban siswa untuk item pernyataan ke-i

(32)

5) Menghitung persentase rata-rata jawaban siswa secara keseluruhan.

Sementara itu, persentase rata-rata jawaban siswa secara keseluruhan menurut Lestari dan Yudhanegara (2015), diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

�̅� = ∑ �̅�× %

keterangan:

�̅T = persentase rata-rata jawaban secara keseluruhan (total)

�̅i = persentase rata-rata jawaban untuk item pernyataan ke-i k = banyaknya item pernyataan

Hipotesis 4: Terdapat perbedaan pencapaian Self-Regulated Learning secara signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi TAPPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi konvensional. Hipotesis deskriptifnya adalah:

H0 : � = �

Rerata peringkat akhir self-regulated learning siswa kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata posttest self-regulated learning matematikasiswa kelas kontrol.

Ha : � ≠ �

Rerata peringkat akhir self-regulated learning siswa kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan rata-rata posttest self-regulated learning siswa kelas kontrol.

Keterangan:

μke : rerata peringkat akhir SRL siswa kelas eksperimen μkk : rerata peringkat akhir SRL siswa kelas kontrol

Uji statistik hipotesis 4 yang digunakan adalah uji statistik non parametrik, yaitu Uji U Mann Whitney (2-Independent Samples) dengan menetapkan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika sig ≤ α, dan terima H0 jika sig > α.

b) Analisis Data Kualitatif

1. Analisis lembar observasi.

(33)

observasi diolah secara deskriptif dan hasilnya dianalisis melalui laporan penulisan essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik serta proses yang terjadi dalam pembelajaran.

2. Analisis pedoman wawancara.

Data hasil wawancara diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk setiap pertemuan.

3. Analisis jurnal harian siswa.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan memisahkan respon positif dan respon negatif yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mengenai kegitan dengan pembelajaran strategi TAPPS terhadap kemampuan berpikir logis matematis dan SRL siswa. Ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun prosedur dalam penelitian ini dibagi dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Studi pendahuluan, identifikasi masalah dan studi literatur.

b. Studi kepustakaan mengenai pembelajaran dengan strategi TAPPS, kemampuan berpikir logis matematis dan self- regulated learning. c. Menetapkan materi pelajaran yang akan diajarkan dan digunakan dalam

penelitian.

d. Pembuatan perangkat bahan ajar, seperti RPP, LKS, dan instrumen penelitian yang terlebih dahulu dinilai oleh para ahli.

e. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan dalam mengetahui kualitasnya.

f. Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan).

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian hasil revisi (jika diperlukan) 2. Pelaksanaan penelitian

(34)

b. Memberikan pretest (tes awal) kemampuan berpikir logis matematis pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Melakukan kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan strategi konvensional dan kelas eksperimen dilakukan pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS.

d. Observasi terhadap pembelajaran kelas eksperimen.

e. Melakukan wawancara terhadap siswa kelas eksperimen, satu kelompok untuk masing-masing pertemuan.

f. Memberikan jurnal pada setiap akhir pertemuan untuk melihat respon dan kesan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan strategi TAPPS.

3. Analisi data dan penulisan laporan hasil penelitian

a. Menganalisis data pretest dan posttest kemampuan berpikir logis matematis.

b. Menganalisis data posttest skala SRL kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Melakukan pengujan hipotesis penelitian. d. Melakukan pembahasan hasil analisis. e. Menyimpulkan hasil penelitian.

J. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Tabel 3.2 Hasil Validitas Butir Soal
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Tabel 3.5 Hasil Daya Pembeda Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya bila seluruh warga negara Republik Indonesia mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan tingkat prevalensi malaria burung pada Gelatik Jawa adalah 28,95 % dengan jenis parasit yang menyerang burung

Kepada peserta lelang yang berkeberatan dengan hasil pelelangan ini diberikan masa sanggah selama 4 (Empat) hari terhitung sejak tanggal pengumuman ini. Demikian pengumuman

Perhitungan kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor menghasilkan 12 reksadana bernilai positif, artinya bahwa hanya 29,26% reksadana saham yang

(Persero) Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah bagaimana dapat menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan dan berhasil dalam mengelola aset perusahaan dan

Dengan ini kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kabupaten Nunukan T.A.2012 dengan ini menyatakan sanggahan benar mengenai kekeliruan jadwal yang terlalu singkat dan kesalahan

Tingkat keaktifan bertanya siswa di Madrasah Tsanawiyah Miftahuth Tholibin Mejobo Kudus dalam kenyataannya memang baik, ini dilihat pada saat proses pembelajaran fiqih

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua puluh tujuh bulan April tahun Dua Ribu Dua Belas , pukul 14.00 s/d 16.00 WIB bertempat di situs www.lpsenatuna.net,