• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Petualanganku: Sebuah Resital Gitar T1 852009015 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Petualanganku: Sebuah Resital Gitar T1 852009015 BAB II"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN DAN ANALISIS REPERTOAR A. Periode Barok (1600-1750)

1. Pengantar

Pada periode barok abad ke-16, tanda- tanda perubahan gaya musik menjadi

terlihat jika dibandingkan dengan periode renaisans.1

a. Pola Ritmik

Pola ritmik lebih sederhana, banyak dijumpai pengulangan pola ritme

yang sama disetiap birama berikutnya.2

b. Melodi

Tekstur harmonisasi polifoni dan homofoni kerap dijumpai dalam karya periode barok ini. Susunan alur melodi sebagian besar

menggunakan teknik kontrapuntal untuk menambah harmonisasi.

Penggunaan ornamentasi juga digunakan lebih banyak pada bebrapa

karya repertoar 3

c. Dinamika

Dinamika sebagian besar tidak tertulis dalam karya repertoar namun penyaji tetap dapat untuk memainkan dinamika.

d. Tempo

Rubato yang memiliki arti kebebasan tempo bagi seseorang pemain

guna penyajian ekspresi yang meyakinkan.4 Rubato jarang digunakan

oleh para penyaji musik pada periode barok ini.

e. Harmoni

Basso continou sering dijumpai pada periode barok, basso continuo

yang berarti suara bas menjadi landasan dasar untuk improvisasi chord,

1

Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 29

2

George J Buelow, A History of Baroque Music (U.S.A. : Indiana University Press, 2004), hal.4

3 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001),

(2)

yang kemudian diisi suatu harmonisasi di suara tengah atau suara atas.5 Basso continuo biasanya berperan memperjelas suatu harmonisasi sehingga membuat tekstur dalam musik lebih jelas.

f. Perkembangan gitar

Pada permulaan periode Renaissace (1420-1600) instrumen vihuela

dan lute merupakan instrumen petik yang sangat popular. Sistem penalaan vihuela dan lute memliki kesamaan, yakni senar pertama bernada “E”, senar

ke-2 bernada “B”, senar ke-3 bernada “F#”, senar ke-4 bernada “D”, dan

senar ke-5 bernada “A”.6 Perlu diketahui bahwa instrumen vihuela dan lute

menggunakan sistem pendoblean senar disetiap wilayah pemasangan senar . Pada jaman barok (1600-1750) vihuela dan lute mengalami perkembangan,

mulai muncul senar ke-6 yang memiliki nada “E” sebagai bass. Akan tetapi

sebagian besar pemusik pada jaman ini tetap memilih memainkan vihuela

dan lute dengan 5 senar7. Gitar periode barok akhir muncul dengan 5 senar,

memliki senar tunggal, dan struktur gitar menyerupai gitar pada periode

klasik walaupun ukurannya lebih kecil.8

2. Biografi Johann Sebastian Bach

Johann Sebastian Bach adalah anak bungsu dari delapan bersaudara. Bach lahir di kota Eisenach, Jerman pada tanggal 21 Maret 1685. Keluarga Bach sejak abad ke-16 sampai abad ke-19 telah menghasilkan banyak musisi yang berkualitas. Bach memulai pendidikan pada sekolah yang dikelola gereja Lutheran di Eisenach. Pada tahun 1694 kedua orang tua Bach telah meninggal hal ini membuat ia berpindah ke Ohrdruf dimana Bach diasuh oleh kakaknya, Johann Christoph Bach. Di Ohrdruf ia melanjutkan sekolah di Lyceum dan mendapat pelajaran bermain organ dari kakaknya yang

5

Barbara Russano Hanning, Concise History of Western Music (New York: W.W. Norton & Company, Inc., 1998), hlm. 554

6

Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 31

7

(3)

merupakan seorang organis. Bach juga belajar komposisi sendiri dari buku musik Froberger, Kerl, dan Pachelbel. Ketika Bach berusia15 tahun, rumah Johann Cristoph Bach menjadi semakin penuh seiring dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga Bach harus pindah. Melalui perantaraan pemimpin musik di sekolah Lyceum, Bach mendapat tempat sebagai penyayi di gereja St. Mikael di Kota Luneburg, Jerman Utara. Bach mendapat sambutan hangat karena suara soprannya yang bagus. Setelah suaranya berubah dewasa, ia memulai tugas lain sebagai organis atau biolis. Ada kemungkinan pada masa itu Bach bertemu dengan komposer besar George Boehm dan belajar komposisi dari Boehm. Bach juga melakukan kunjungan ke Kota Hamburg untuk mendengar serta mempelajari permainan organ J.A. Reinecken di gereja St. Katarina.

Pada tahun 1723, di Sekolah Santo Thomas Leipzig, Bach mendapat

jabatan sebagai cantor atau ketua. Tugasnya adalah mengajar kelas serta

memimpin kegiatan musik untuk Kota Leipzig, bertanggung jawab untuk musik di empat gereja yang berpusat di Leipzig. Pada masa ini Bach sangat aktif membuat komposisi, terutama kantata-kantata untuk seluruh tahun gerejawi. Masa jabatan Bach di Leipzig berlangsung dari tahun 1723-1750. Masa ini diwarnai dengan banyak perselisihan paham antara Bach, para pejabat gereja, dan kepala sekolah yang tidak mengerti keinginan Bach untuk memajukan musik. Bach mempuyai hubungan kekerabatan yang cukup baik dengan dewan kota. Ia juga mengadakan kegiatan musik di luar gereja seperti mengadakan makan malam musik di rumahnya. Bach juga menjadi guru privat, menulis empat buku musik untuk organ dan harpsichord yang berisi choral prelude, suite, dan lagu untuk harpsichord.

(4)

sangat terkesan dengan kemampuan Bach dalam melakukan improvisasi dan memberi Bach sebuah tema untuk fuga yang secara spontan diimprovisasikan Bach pada piano. Bach terkesan dengan koleksi piano Raja Frederick. Pada waktu Bach kembali ke Leipzig, ia menggubah satu

kumpulan lagu berdasar tema yang diberikan Raja Frederick berisi canon,

fugue, dan duo trio yang diberi judul Musikalische Opfer. Pada tahun 1749 kesehatan mata Bach menurun sampai ia buta total. Ia menjalani operasi mata sampai dua kali dan hasilnya tetap gagal. Pada tanggal 28 Juli 1720 Bach mederita sakit parah dan mendapat serangan otak yang mengakibatkan ia

meninggal dunia.9

9

(5)

3. Analisis Struktural Repertoar

a. Gavotte en Rondeau, BMV 1006a karya Johann Sebastian Bach

Gavotte merupakan komposisi salah satu suita pada periode barok. Gavotte en Rondeau adalah bagian ketiga dari Suita BWV 1006a, yang

sebenarnya terdiri dari 6 bagian, yaitu Prelude, Loure, Gavotte en rondeau,

Minuet I, Minuet II, Bourre, dan Gigue. Suita BMV 1006a ini aslinya adalah Lute Suite No.4 dalam E Mayor yang merupakan transkripsi dari 3th Partita for Solo Violin in E Major, BMV 1006a.10

Gavotte berarti suatu tarian pada periode barok dengan karakteristik tanda sukat 4/4, bertempo sedang, dimulai dengan birama gantung yang berisi dua not seperempat, serta frase yang mulai dan berakhir pada tengah birama. Ritme motif yang digunakan lebih sederhana, bertekstur homofoni,

dan tidak menggunakan sinkopasi.11 Komposisi ini berbentuk rondo dengan

pola A’B’A’C’A’D’A’E’. Komposisi ini diawali dengan tonalitas E mayor, dimulai pada birama gantung ketukan ke-3.

10

http://scholarworks.iu.edu/journals/index.php/iusbgrj/article/view/12760/19132, 5 Oktober 2015

11

Don Michael Randel, The Harvard Concise Dictionary of Music and Musicians (U.S.A. : Belknap Press, 2002), hlm. 252

Birama

(1-2)

Bagian A (1-8)

- Motif bagian “A” ini merupakan bagian refren dimana

- Bagian ini akan diulang-ulang baik secara ritmis dan

melodis.

- Pada 1-2 muncul half cadence (any chord– V).

(6)

Birama

(3-4)

(5-8)

Birama

Bagian A (1-8)

- Birama 3-4 merupakan bagian semiphrase ke-2, jadi

birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence (V-I) pada birama 3-4.

- Birama 5-6 merupakan bagian semiphrase ke -3.

- Muncul half cadence pada birama 5-6.

- Birama 7-8 merupakan bagian semiphrase ke-4.

- Birama 5-8 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 7-8., cadence ini

telah mengakhiri lagu pada bagian “A”

(7)

Birama dimainkan hingga akhir birama ke-16.

- Muncul authentic cadence 15-16, cadence ini telah

mengakhiri lagu pada bagian “B”.

(8)

Birama

(29)

(39-40)

Bagian C (25-36)

- Mengalami modulasi ke B mayor, tonalitas B mayor ini

dimainkan hingga akhir birama ke-40.

- Muncul authentic cadence pada birama 39-40, cadence

ini telah mengakhiri lagu pada bagian “C”.

Bagian A (41-48)

- Merupakan pengulangan kembali dari bagian “A”,

(9)

Birama

(53)

(63-64)

(74)

Bagian D (49-64)

- Mengalami modulasi di F#m, tonalitas F#m dimainkan

hingga akhir birama ke-64.

- Muncul authentic cadence pada birama 63-64, cadence

ini telah mengakhiri lagu pada bagian “D”.

Bagian A (65-72)

- Merupakan pengulangan kembali dari bagian “A”,

tonalitas di E mayor.

Bagian E (73-92)

- Mengalami modulasi di G# mayor, tonalitas G# mayor

(10)

15

dimainkan hingga akhir birama ke-80.

- Mengalami modulasi di G# minor, tonalitas G# minor

dimainkan hingga akhir birama ke-92.

- Muncul authentic cadence pada birama 91-92, cadence

ini telah mengakhiri lagu pada bagian “E”.

Bagian A (93-100)

- Merupakan pengulangan pada bagian “A”, tonalitas di E

mayor, dan bagian ini merupakan akhir penutup lagu serta

(11)

B. Periode Klasik (1750-1820) 1. Pengantar

Pada umumnya, gaya musik pada periode klasik lebih mengutamakan bentuk

musik yang teratur.12 Karakter musik pada periode klasik meliputi:

a. Pola ritmik minor mulai dipakai, tekstur homofoni menjadi lebih dominan (harmoni 3 nada atau lebih bunyi secara bersamaan). Penggunaan ornamentasi

yang dibatasi juga sering dijumpai pada periode klasik ini14

c. Dinamika

Munculnya dinamika crescendo dan decrescendo dalam karya

reportoar secara tertulis. Tidak hanya pada dinamika suara, namun

muncul juga peralihan tempo accelerando dan ritardando dalam karya

repertoar secara tertulis.15

d. Perkembangan gitar

Pada kenyataannya, pada periode klasik gitar mengalami transisi

perubahan tuning dan stringing. Varietas jenis gitar menggunakan 5

senar telah digantikan dengan gitar 6 senar tunggal di era periode klasik

ini.16 Sistem penalaan gitar 6 senar tidak jauh berbeda dengan sistem

tuningvihuela atau lute6 senar yakni, senar pertama bernada “E”, senar

12

Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik II (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 97

(12)

ke-2 bernada “B”, senar ke-3 bernada “G”, senar ke-4 bernada “D”, senar

ke-5 bernada “A”, dan senar ke-6 bernada “E”.

2. Biografi Dionisio Aguado

Dionisio Aguado y Garcia lahir di Madrid pada tahun 1784, Spanyol. Ia pertama kali belajar gitar dengan Padre Basilio (Manuel Garcia) dan Moretti. Setelah beberapa tahun invasi Napoleon berlanjut, Aguado tinggal bersama ibunya di Fuenlabrada tepatnya dekat kota Aranjuez. Pada tahun 1824, ibu Aguado telah meninggal dan ia pindah ke Paris, kepindahannya ke Paris membuat reputasi sebagai gitaris mengalami peningkatan. Pada tahun 1826 Aguado bertemu rekan lamanya yakni Fernando Sor di Paris, mereka berdua

mengadakan konser bersama dan membawakan karya Fantasia no. 7, Op. 30

and Les Deux Amis, Op. 41 (for two Guitar). Aguado berpendapat bahwa ia lebih memlilih memainkan gitar menggunakan kukunya untuk menghasilkan warna suara yang lebih kuat. Jika teknik itu dilakukan dengan benar, maka suara yang dihasilkan menjadi lebih bersih, tegas, dan manis. Perlu dipahami bahwa teknik ini tidak hanya memetik secara polos menggunakan kuku semata, namun saat memetik senar pada mulanya menggunakan ujung jari

yang kemudian sesegera mungkin diarahkan menuju kuku.17Pada tahun 1838

Aguado pulang ke Madrid, dan diusianya ke-65 Aguado meninggal dunia pada tahun 1849.

17

(13)

3. Analisis Struktural Repertoar

a. Rondo in A minor karya Dionisio Aguado

Kata rondo berasal dari kata French rondeau, yang memliki arti refren

yang selalu diulang-ulang dalam bentuk musik. Pada abad ke-12an, rondo pada mulanya merupakan bentuk puisi yang kemudian diubah menjadi bentuk musik instrumental maupun vocal. Berikut adalah beberapa varietas bentuk rondo:

dimulai dengan birama gantung ketukan ke-4n. Tonalitas yang digunakan adalah A minor serta dimainkan dengan tempo sedang. Kemudian bagian Rondo dimainkan dengan tanda sukat 2/4 dan dimainkan dalam tonalitas A

minor, bagian Rondo ini dimainkan dengan tempo allegro moderato.

Komposisi ini tergolong dalam varietas Second Rondo Form yaitu A B A C

A.

Second Rondo Form dapat memiliki anggota tambahan seperti contoh muncul coda atau transition setelah bagian A atau B, retransition setelah

bagian B atau C, dan coda setelah bagian A akhir.19

18 Leon Stein, Structure and Style Expanded Edition The Study and Analysis of Musical

(14)

Birama

(1)

(5)

(10)

Introduction (1-37)

- Dimainkan dengan tonalitas A minor, suara atas sebagai

melodi utama dan suara bawah sebagai akord pengiring.

- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase...

- Muncul half cadence pada birama 3-4.

- Birama 5-9 merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 9.

- Suara atas sebagai iringan dan suara bawah sebagai

melodi utama.

- Birama 10-13 merupakan bagian antecedent phrase.

(15)

Birama

(19)

(26)

(36-37)

- Birama 13 ketukan ke-3 sampai dengan birama 16

merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 15-16.

- Modulasi ke C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-25.

- Muncul authentic cadence pada birama 24-25.

- Modulasi kembali ke tonalitas A minor pada biram

ke-26.

- Muncul half cadence pada birama 32-33.

Coda 33-37

- Birama 33-37 merupakan bagian coda dimana akord (V)

dan akord (I) dimainkan secara berulang-ulang untuk

(16)

Birama

(1)

(10)

(14)

Rondo Bagian A (1-17)

- Tonalitas di A minor, keseluruhan bagian A ini

merupakan bagian refren lagu.

- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 1-2.

- Birama 5-9 merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 7-9.

- Birama 10-13 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence pada bira 12-13.

- Birama 14-17 merupakan bagian conseuence phrase.

(17)

Birama

(18)

(32)

Periode A (38-52)

(38)

Bagian B (18-41)

- Birama 18-21 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul half cadence pada birama 20-21.

- Birama 22-25 merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 24-25.

- Modulasi ke C mayor pada birama ke-32, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-37.

- Muncucl authentic cadence pada birama 36-37.

Transition

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

(18)

Birama

(46)

Periode B (53-83)

(53)

Periode C (69-83)

(69)

Transition

- Modulasi ke tonalitas awal yaitu A aminor, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-73.

- Muncul half cadence pada birama 52-53.

- Melodi dimainkan dengan teknik arpeggio dan slur.

- Muncul half cadence pada birama 56-57.

- Melodi pada birama 53-56 mengalami pengulangan yang

sama dengan melodi pada birama 57-62.

- Tonalitas masih di A minor, melodi masih dimainkan

(19)

Birama

(74)

(78-79)

(80)

Transition

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-79.

- Akord G#dim7 merupakan perpanjangan tertz dariakord

E7 pada birama 78-79.

- Modulasi ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini

(20)

Birama Peridoe D

(83-100) (83)

(91)

Peridoe E (101-112)

(101)

Transition

- Melodi suara atas sebagai melodi utama dan melodi

suara bawah sebagai iringan.

- Muncul authentic cadence pada birama 86-87 dan birama

90-91.

- Merupakan imitasi dari awal birama 83-90, suara atas

sebagai iringan dan suara bawah sebagai melodi utama.

- Muncul half cadence pada birama 95-97.

- Tonalitas masih di A minor, melodi dimainkan dengan

(21)

Birama

(112)

(113)

Periode F (128-141)

(128)

Transition

- Muncul half cadence pada birama 111-112, cadence ini

telah mengakhiri bagian transition periode E.

- Birama 112 merupakan bagian cadenza.

Bagian A (113-127)

- Pengulangan bagian A muncul kembali, melodi dan

ritme masih sama dengan bagian A sebelumnya. Retransition

- Modulasi ke C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-181.

- Muncul authentic cadence pada birama 136-137.

(22)

Birama Periode G (141-147)

(141)

(148)

(182)

Retransition

- Tonalitas masih di C mayor, suara atas sebagai melodi

utama dan suara bawah sebagai iringan.

- Muncul half cadence pada birama 146-147.

Bagian C (148-188)

- Birama 148-151 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 150-151.

- Birama 152-155 merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 155-156.

- Modulasi ke G mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-190.

(23)

Birama

- Modulasi ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini

menjadi modulasi terakhir hingga menuju akhir lagu.

- Muncul half cadence pada birama 199-200.

- Muncul authentic cadence pada birama 232-233.

cadence ini telah mengakhiri bagian retransition periode H.

Bagian A (233-247)

- Merupakan pengulangan yang sama dengan bagian A

sebelumnya, namun bagian refren ini kemudian

diteruskan menuju coda untuk menuju akhir bagian lagu

hingga birama ke-262.

Coda (247-262)

(24)

C. Periode Romantik (1800-1900) 1. Pengantar

Gaya musik pada periode romantik lebih mementingkan ekspresivitas dan

emosional sang pemusik.20Karakter musik pada periode romantik meliputi:

a. Pola ritmik

Pola ritmik menjadi lebih tidak teratur, tetapi berkesan tidak kaku. Seiring dengan kemajuan periode romantik ini, para pemusik lebih mengeksplorasi dirinya dan berpendapat bahwa musik tidak lagi dipersembahakan untuk pemerintahan (seperti pada periode barok), namun

untuk semua orang terutama bagi sang pemusik itu sendiri.21

b. Melodi

Banyak dijumpai melodi dengan sistem tangga nada kromatisme, progresi akrod menjadi lebih bervariatif, dan banyak ditemui harmonisasi polifoni dan homoponi. Ornamentasi menjadi sangat minimalis diera

romantik ini.22

c. Dinamika

Dinamika menjadi sangat terlihat jelas karena banyak ditemui lambang dinamika pada karya repertoar. Perubahan dinamika yang sangat kontras dan

berlebihan mulai muncul seperti contoh dinamika dari ppp menuju fff.

d. Perkembangan gitar

Pada tahun 1850 ada seorang pembuat gitar yang sangat terkenal dari Spanyol, beliau adalah Antonio de Torres Jurado. Julian Arcas adalah salah

satu pengguna gitar buatan Torres, “Leona guitar” adalah salah satu seri gitar

yang dipesan oleh Arcas dari Torres. Beberapa keunggulan gitar buatan

Torres yakni maple wood yang berkualitas (Spruce at front,cedar at neck,

20

Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik II (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 97

21

Ian Bent, Music Theory in the Age ofRomanticism. (New York: Cambridge University Press 1996) hal. 67

22

(25)

and ebony at fingerboard), struktur pola fan- strutting yang lebih dinamis,

panjang senar, dan kualitas tone yang bagus.23

2. Biografi Niccolo Paganini

Niccolo Paganini adalah seorang komposer handal sekaligus seorang virtuos gitar dan biola. Ia lahir di Genoa 27 Oktober1782, Italia. Paganini adalah anak ke-3 dari pasangan Antonio dan Theresa Paganini. Pada umur 5 tahun ia belajar biola dengan Giovanni Servetto dan Giacomo Costa. Paganini dengan cepat dapat mengikuti pelajaran yang telah mereka berikan tentang pembelajaran musiknya. Bersama dengan ayahnya Paganini pindah ke Parma untuk mengikuti les biola lebih lanjut. Mereka bertemu dengan Alessandro Rolla, seorang pemain biola yang hebat di Parma. Rolla memperkenalkan guru biolanya yakni Ferdinando Paer untuk belajar dengan Paganini. Secara perlahan Paganini mengikuti ajaran dari Paer tentang teknik permainan biola yang lebih baik. Pada tahun 1800 Paganini dan ayahnya

pindah ke Livorno, dimana Paganini memulai konsernya. Variazioni sulla

Carmagnola merupakan karya komposisi pertamanya yang ia buat diusia 12 tahun.24

Tahun 1821 Paganini mempunyai banyak kenalan gitaris handal seperti Mauro Giuilani, Ferdinando Carulli (1831), dan Zani de Ferranti (1834). Pada tahun 1836 Paganini bertemu dengan Luigi Rinaldo Legnani dan membuat kontrak tentang konser musik yang akan diadakan di kota-kota

sekitar.25Beberapa karya solo gitar dan biola milik Paganini antara lain 43

Ghiribizz (caprice), 37 Sonate, 24 caprice untuk biola, Sonate in C minor

untuk biola, dan beberapa karya lain seperti duet for violin and guitar,

quartets for violin, guitar, viola, cello dll. Pada tanggal 27 Mei 1840,

23

Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 94-95

24

http://www.thefamouspeople.com/profiles/niccolo-paganini-381.php, 6 Oktober 2015

25

(26)

Paganini meninggal dunia dikarenakan mengalami penyakit kanker

tenggorakan.26

3. Biografi Isaac Albeniz

Isaac Manuel Francisco Albeniz lahir pada 29 Mei 1860 di kota Camprodon Spanyol. Albeniz adalah seorang komposer dan pianis, sejak umur 4 tahun ia sudah belajar piano dan memulai konser piano. Pada tahun 1865 ia belajar piano dengan Narciso Oliveras. Dua tahun kemudian Albeniz dibawa ibunya ke Paris untuk belajar piano dengan Marmontel. Pada tahun 1869 ia mengikuti konservatori di Madrid namun Albeniz tidak turut serta dalam acara tersebut. Albeniz pergi ke Leipzig dan bertemu dengan Reinecke, ia mulai belajar piano bersamanya. Pada tahun 1877 ia kembali ke Madrid dan belajar musik di Brussels. Albeniz belajar ilmu komposisi dengan Gevaert dan Dupont, tak lama kemudian ia memenangkan karya komposisinya yang ia ajukan di konservatori Brussels. Pada tahun 1879 Albeniz belajar teknik piano dengan Liszt untuk lebih mematangkan teknik bermain pianonya. Albeniz mulai melakukan konsernya di berbagai tempat bahkan selalu ke luar negara. Tahun 1883 melakukan perjalanan ke Barcelona, tahun 1885 di Madrid, dan tahun 1890 di London. Karya-karya

komposisi piano milik Albeniz sebagian besar memiliki style Spanish

folklore.27

26

http://www.thefamouspeople.com/profiles/niccolo-paganini-381.php, 6 Oktober 2015

27

(27)

4. Analisis Struktural Repertoar

a. Grand Sonata karya Niccolo Paganini

Komposisi ini memliki 3 movement, movement pertama Allegro

Risoruto dimainkan pada tonalitas A mayor , movemen ke-2 Romance (Piu Tosto Largo) dimainkan pada tonalitas A minor, dan movemen ke-3 Andantino Variato dimainkan pada tonalitas A mayor.

Karya ini sebenarnya dibuat untuk permaian duet gitar dan biola, namun repertoar ini diolah lagi oleh Paganini untuk menjadi karya solo gitar. Setelah Grand Sonata milik Paganini ini ditampilkan dengan format solo gitar, karya ini menjadi lebih popular dibandingkan dengan format

sebelumnya.28

Bentuk musik sonata pada umumnya terdiri dari exposition (tema

awal), development (pengembangan), dan recapitulation (kesimpulan).

Exposition merupakan tema awal suatu lagu dalam tonika Development merupakan pengembangan variasi-variasi dari tema utama, prosedur variasi tersebut dapat meliputi augmentasi, diminusi, modulasi, imitasi, dll. Bagian development biasanya terbagi menjadi beberapa sectional. Recapitulation

merupakan kesimpulan dari tema utama (eksposition) dalam tonika.29

28 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001),

hal. 83

29 Leon Stein, Structure and Style Expanded Edition The Study and Analysis of Musical Forms

(28)

Berikut analisis Struktural Grand Sonatafirst movement :

- Birama 1-2 merupakan bagian semiphrase pertama.

- Muncul authentic cadence pada birama 2-3.

- Birama 3-4 merupakan bagian semiphrase ke-2.

- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 3-4.

- Birama 5-8 merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence.

Periode A’ (9-15)

- Birama 9-12 merupakan bagian antecedent phrase,

(29)

Birama

(15)

(19-20)

(24-25)

- Muncul authentic cadence pada birama 11-12.

- Birama 13-15 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama 15.

Periode B (16-24)

- Muncul authentic cadence pada birama 19-20.

- Mengalami modulasi di C mayor, suara bawah berperan

sebagai iringan (alberti bass).

Transition (25-28)

- Birama 25-28 merupakan bagian transisi untuk menuju

bagian subordinate theme.

(30)

Birama

(28-29)

(36)

(44)

Periode C (subordinate theme in dominant) (29-79)

- Mengalami modulasi di E mayor, bagian ini sudah

memasuki subordinate theme.( in dominant).

- Muncul authentic cadence pada birama 33-34.

Periode D (35-43)

- Birama 36-39 merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama 40-43 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama 42-43.

Periode D’ (44-50)

- Birama 44-47 merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama 48-50 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 50-51.

(31)

Birama

(60-61)

(80-81)

(82-83)

Periode E (51-73)

- Muncul authentic cadence pada birama 60-61.

Periode F (73-80)

- Muncul authentic cadence pada birama80-81.

Codetta (81-84)

- Muncul authentic cadence pada birama 82-83.

(32)

Birama

(85-87)

(91-92)

(92) Section I

(97) Section II

Retransition (85-91)

- Melodi menggunakan interval oktaf.

- Modulasi di F#m pada birama 91, muncul authentic

cadence pada birama 91-92.

Development (92-133)

- Tonalitas di F#m dimainkan hingga birama ke-96.

- Muncul authentic cadence pada birama 95-96.

- Modulasi di D mayor pada birama 97, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-104.

(33)

Birama

(105-106) Section III

(111-112) Section IV

(119-120) Section V

Development (92-133)

- Modulasi di G mayor pada birama 105, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-110.

- Muncul authentic cadence pada birama 107-108.

- Modulasi di C mayor pada birama 111, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-118.

- Muncul authentic cadence pada birama 111-112.

- Modulasi di E mayor pada birama 119-120, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-126.

- Muncul plagal cadence (IV-1) pada birama 124-125.

(34)

Birama

(126)

(134)

(142)

Retransition (126-133)

- Melodi menggunakan interval oktaf hingga birama

ke-132.

Recapitulation (134-184)

- Tonalitas kembali ke A mayor, birama 134-137

merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama 138-141 merupakan bagian consequence phrase,

muncul half cadence pada birama 141.

- Pola melodi dan ritme merupakan repetisi melodi dari

birama 134, namun suara atas mengalami transposed 1

oktaf.

(35)

Birama

(149)

(171)

(180-183)

Recapitulation (134-183)

- Merupakan bagian subordinate theme yang sudah

mengalami perubahan tonalitas ke tonika.

- Bagian subordinate theme dimulai pada birama 149-171,

diakhiri dengan authentic cadence pada birama 171.

- Pola melodi dan ritme mengalami repetisi seperti pada

birama ke-142.

Codetta (179-183)

- Muncul authentic cadence pada birama 180-181, bagian

(36)

Berikut analisis struktural Grand Sonata second movement :

- Tonalitas di A minor, tonalitas ini dimainkan hingga

akhir birama ke-16.

- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama 4-8 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama ke-8

Periode A’ (8-16)

- Pengulangan pola ritme dan melodi seperti pada birama

pertama.

- Birama 8-12 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama ke-12.

- Birama 12-16 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama 15-16.

(37)

Birama

(17)

(27-28)

(29)

Periode B (17-28)

- Mengalami modulasi di C mayor, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-28.

- Suara atas sebagai melodi dan suara bawah sebagai

iringan (alberti bass).

- Muncul authentic cadence pada birama 27-28.

Periode C (29-35)

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini

dimainkan hingga birama ke-51.

(38)

Birama

(34-35)

(48-49)

Periode C (29-35)

- Muncul half cadence pada birama 34-45.

- Birama 35 merupakan bagian cadenza.

- Birama 36-46 merupakan pengulangan tema awal

Codetta (47-51)

- Bagian codetta ditutup dengan authentic cadence pada

(39)

Berikut analisis struktural Grand Sonata third movement (Theme and Variations) : Birama

(1)

(9)

Birama

Principal theme (1-11)

- Tonalitas di A mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-8.

- Birama 1-4 merupkan bagian antecedent phrase.

- Muncul half cadence pada birama 3-4.

- Birama 4-8 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 7-8.

Subordinate theme (9-16)

- Moulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke- 20.

- Birama 9-12 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama ke 12.

(40)

Birama (13)

(17)

(25)

- Kembali ke tonalitas awal dengan bermodulasi di A

mayor.

- Birama 13-16 merupakan bagian consequence

phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 15-16.

Variation I (17-24)

- Melodi pada principal theme divariasi dengan

permainan broken chords.

- Muncul half cadence pada birama 19-20.

- Muncul authentic cadence pada birama 23-24.

- Melodi pada subordinate theme divariasi dengan

permainan broken chords. (modulasi di E mayor)

(41)

Birama

(33)

(41)

- Modulasi kembali di A mayor pada birama ke 29 dan

variation I diakhiri dengan authentic cadence pada birama 32-33.

Variation II (33-48)

- Melodi suara atas dikembangkan dengan gaya

permainan kromatisme.

- Muncul half cadence pada birama 35-36.

- Muncul authentic cadence pada birama 39-40.

- Moulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke- 44.

- Muncucl authentic cadence pada birama 43-44.

- Modulasi kembali di A mayor pada birama ke 45 dan

(42)

Birama

(49)

(57)

(65)

Variation III (49-64)

- Melodi suara atas lebih sering dimainkan dengan

jarak interval mayor 3 dan minor 3.

- Muncul half cadence pada birama 51-51.

- Muncul authentic cadence pada birama 55-56.

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke- 60.

- Muncul authentic cadence pada birama 59-60.

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama

ke-61.

- Muncul authentic cadence pada birama 63-64,

cadence ini telah mengakhiri bagian Variation III. Variation IV (65-80)

- Melodi suara atas berperan sebagai counter point dan

(43)

Birama

(73)

(81)

(89)

- Muncul half cadence pada birama 67-68.

- Muncul authentic cadence pada birama 71-72

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-76.

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama

ke-77, Variation IV diakhiri dengan authentic

cadence pada birama 79-80.

Variation V (81-96)

- Melodi suara atas dimainkan secara kromatisme

menggunakan jarak interval oktaf.

- Muncul half cadence pada birama 83-84.

- Muncul authentic cadence pada birama 87-88.

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

(44)

Birama

(97)

(105)

- Muncul authentic cadence pada birama 91-92.

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor, Variation

V telah ditutup dengan authentic cadence pada

birama 95-96.

Variation VI (97-120)

- Inversion chords dimainkan secara urut kemudian

diikuti melodi suara atas secara ascending maupun

descending sering dimainkan pada variasi ini.

- Muncul half cadence pada birama 99-100.

- Muncul authentic cadence pada birama 103-104.

- Modulasi di E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-108.

- Muncul authentic cadence pada birama 107-108.

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama

ke-109.

- Muncul half cadence pada birama 112.

(45)

Birama

(112)

(117)

Codetta (112-120)

- Progress chord I-V ini diulang-ulang hingga birama ke-117.

- Muncul authentic cadence pada birama 117-188,

(46)

b. Rumores De La Caleta karya Isaac Albeniz

Albeniz sebenarnya adalah pemain piano yang handal namun tidak

membuat karya untuk gitar. Musik flamenco sangat mempengaruhi karya

Albeniz. Dengan bantuan F. Tarrega, M. Llobet, E. Pujol, A Segovia, M. Barrueco, K. Ragossnig dan R. Balaguer, karya-karya piano milik Albeniz telah

digubah untuk menjadi karya kompoisis solo gitar30. Rumores de La Caleta ialah

salah satu contoh karya transkripsi dari karya piano menjadi karya solo gitar. Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas A minor, bersukat 3/4 (intro), 3/8 (allegro), 4/4 (lento). Komposisi ini mengingatkan kembali dengan

ritme flamenco malaguenas, melodi didukung oleh harmoni yang berasal

sepenuhnya dari iringan gitar serta menggunakan phyrgian mode. Pada bagian

central section, melodi menjadi lambat dimainkan dengan tempo lento, dan

merupakan bagian dari cante jondo.31 Komposisi ini dapat dibagi menjadi

beberapa bagian yaitu :

- Section I : Allegro - Section II/middle section : Lento - Coda : Lento.

30

Hannu Annala, Heiki Matik, Handbook of Guitar and Lute Composer (U.S.A. : Mel Bay Present, 2007), hal. 151

31

(47)

Birama

(Intro)

(1)

(3-4)

Allegro (1-56)

- Merupakan bagian intro lagu bersukat 3/4, tonalitas di

E mayor, dan akord dimainkan dengan teknik arpeggio.

- Setelah intro, birama 1 mengalami perpindahan sukat

menjadi 3/8.

- Merupakan motif melodi utama dimana melodi ini

akan banyak dimainkan pada birama-birama

berikutnya.

- Motif iringan berikutnya mengalami augmentasi pada

birama ke-4.

(48)

Birama

(18-20)

(25)

(59-61)

Allegro (1-56)

- Melodi suara atas sebagai counter point, melodi suara

bawah sebagaicantus firmus.

- Alur melodi menggunakan sistem tangga nada A

minor harmonik, suara bass menggunakan root dari

achord dominant.

- Merupakan bagian refren lagu, bagian ini mengalami

pengulangan yang sama dari segi melodi dan ritme.

- Merupakan bagian bridge untuk menuju section II

(49)

Birama

(62)

(82)

(83)

Section II (62-82)

- Modulasi di C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-82.

- Birama 82 merupakan bagian cadenza, dimainkan

dengan tonalitas C mayor.

Section I’ (83-94)

- Birama 83-94 merupakan bagian pengulangan awal

lagu seperti pada birama sebelumnya yaitu birama 1-12.

(50)

Birama

(95-96)

Coda (95-96)

- Bagian coda mengalami pergantian sukat menjadi 4/4

(51)

D. Periode Modern (1900-2000) 1. Pengantar

Dari awal abad pertengahan hingga akhir abad ke-19, musik klasik

didominasi oleh sitem tonal. Kebangkitan musik baroue merupakan reaksi

dari renaissance, classic dari baroue, romantic dari classic, dan periode

modern merupkan reaksi dari keseluruhan periode sebelumnya.32

a. Pola Ritmik

Ritme cenderung lebih bebas dan tidak teratur, sering terjadi perubahan tanda sukat pada suatu karya komposisi yang mengakibatkan

tempo dalam suatu lagu sering berubah-ubah.33

b. Melodi

Sistem a tonal banyak digunakan dalam periode musik ini, komposer

lebih mengutamakan ekspresionalisme.34

c. Dinamika

Terjadi peralihan dinamika yang sangat kontras, seperti contoh

munculnya dinamika sub p menjadi sub ff.

d. Harmoni

Tekstur polifoni menjadi lebih bervariatif, hal ini dibuktikan dengan

banyak penggunaan akord 7, 9, 11, 13.35

e. Perkembangan gitar

Pada awal pertengahan abad ke-19 an, gitar Antonio de Torres memiliki konstruksi gitar yang dinilai standar dalam pembuatan alat musik tradisional. Pada tahun 1931 munculah gitar listrik yang dirangkai oleh

George Beauchamp, seorang General Manager di National Guitar

Corporation bersama dengan Paul Barth yang menjadi Vice President ditempat yang sama. Beberapa gitar listrik di masa awal mengadaptasi alat

32

http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-(1900-2000)-517.html, 5 Oktober 2015

33Ibid, 5 Oktober 2015

34

Ibid, 5 Oktober 2015

35

(52)

musik akustik menggunakan tungsten pickup. Setelah bisnis ini berjalan

dengan lancer, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Rickenbacker

Electro Stringed Instrument Company.36

2. Biografi Roland Dyens

Roland Dyens lahir pada tanggal 19 Oktober 1955 di Perancis. Beliau

adalah seorang composer dan arranger, Dyens belajar gitar ketika umur

sembilan tahun. Empat tahun kemudian ia belajar gitar dengan seorang maestro yaitu Alberto Ponce. Pada tahun 1976 Dyens mendapatkan

penghargaan pada sebuah acara de Concert de I’Ecole Normale de Musique

de Paris. Dyens juga belajar komposisi dengan musisi besar yakni Desire Dondeyne. Pada usia 25 tahun, ia menjadi pemenang dari Yehudi Menuhin Foundation. Delapan tahun kemudian, ia diakui sebagai salah satu "Best Living Gitaris" di semua majalah Gitaris Perancis.

Pada 21 Januari 2010, Roland Dyens mendapat hak istimewa untuk menjadi satu-satunya gitaris klasik yang diundang untuk berpartisipasi untuk sebuah penghormatan acara Django Reinhardt, dalam konser yang akan diberikan pada legendaris Theatre du Châtelet di Paris. Pada bulan Juli 2011, Dyens mengadakan resital gitar di Cordoba dan menerima penghargaan

tertinggi dari Spanyol Press.37

3. Biografi Andrew York

Andrew York adalah seorang gitaris dan komposer asal Amerika Serikat yang dilahirkan di Atlanta tahun 1958. Sebagian besar karya komposisinya

memadukan gaya musik folklore dengan gaya musik modern. Pada tahun

1980 York menyelesaikan sekolah musiknya di James Madison University dan menerima gelar Bachelor of Music. York melanjutkan kuliah musiknya di University of Southern California dan pada tahun 1986 ia mendapatkan

36

(53)

gelar Master of Music. Selama ia bersekolah, aktivitas musiknya bersama dengan anggota Los Angeles Guitar Quartet selalu mendapat nilai positif. York menerima penghargaan GRAMMY sebagai anggota Los Angeles

Guitar Quartet dan mendapatkan record session Sony-US, Sony-Japan,

Telarc, GSP dan Delols labels. Beberapa hasil rekamannya menjadi karya solo gitar dan kolaborasi musik dengan gitaris Andy Summers, pianis Mitsuko Kado dan Allaudin Mathieu. CD tersebut dirilis pada tahun 2010

dengan judul album “Centerpeace”.38

(54)

4. Analisis Struktural Repertoar

a. Tango en Skai karya Roland Dyens

Skai dalam bahasa Perancis mempunyai arti kulit imitasi yang lebih jelek dari plastik. Karya ini dimainkan dengan penuh humor, yang berarti dalam musik dimainkan dengan dinamika yang sangat kontras dan

penggunaan rubato yang sesedikit mungkin.39

Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas A minor, bersukat

4/4 dan dimainkan dengan tempo moderato. Komposisi ini mempunyai

bentuk free form, harmonisasi bertekstur polifoni, dinamika sangat kontras,

dan akord sebagian besar didominasi oleh diminished seventh.

Birama

(1)

(3)

Intro (1-2)

- Bagian intro terdapat pada birama 1-2, melodi pada bass

dimainkan dengan teknik harmony.

Periode A (3-12)

- Birama 3-6 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul half cadence pada birama ke-4.

39 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001),

(55)

Birama

(7)

(9-10)

(13)

Periode A (3-12)

- Birama 7-10 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama 7 ketukan ke-3.

- Muncul authentic cadence pada birama 7 ketukan ke-4

menuju birama ke-8.

- Muncul half cadence pada birama 9-10.

Periode B (13-20)

- Modulasi ke G mayor, tonalitas ini dimainkan hingga

birama ke-22.

- Birama 13 ketukan pertama dimainkan dengan teknik

rasgueado.

(56)

Birama

(13)

(15-16)

(21)

Periode B (13-20)

\

- Muncul lambang (x) pada ketukan ke-2n akhir, dimainkan

dengan teknik perc. mate/dead note menggunnakan sound

board gitar sebagai suara ritme.

- Birama 15-16 merupakan salah satu contoh perubahan

dinamika yang sangat kontras (mp-ff sub).

- Birama 17-20 merupakan pengulangan dari birama 13.

Bridge (21-22)

- Birama 21 dimainkan dengan dinamika ff, suara atas

(57)

Birama

(22)

(23)

(29)

Bridge (21-22)

.

- Birama 22 dimainkan dengan dinamika p-mp, suara atas dan

bass memiliki kesamaan dinamika.

Peridoe A’ (23-29)

- Birama 23 mengalami modulasi ke tonalitas awal yaitu A

minor, periode A’ merupakan pengulangan dari periode A.

- Birama 29 merupakan bagian akhir lagu dan ditutup dengan

(58)

b. Sunburst karya Andrew York

Karya ini menggunakan sistem penalaan gitar yang dijuluki three Ds

Tuning, yang mempunyai arti senar pertama dan senar ke-6 pada gitar diturunkan satu laras menjadi nada “D”. Hal ini mengakibatkan suara yang

amat kontras jika dibandingkan dengan tuning gitar klasik pada umumnya.40

Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas D mayor, bertanda sukat

4/4, dan menggunakan tempo allegro.

Primary theme (tonic) 1-8

- Merupakan bagiantema awal lagu.

- Birama 1-8 merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama9-11 merupakanbagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama 11-12.

(59)

(18-19)

(20-22)

Periode C (23-34)

(23)

Periode D (35-42)

(38)

Subordinate theme (dominant) 18-22

- Muncul authentic cadence pada birama 19.

- Muncul authentic cadence pada birama 20-22.

Pedal Point (23-34)

- Suara atas sebagai melodi utama (suspension) dan

suara bawah sebagai iringan.

(60)

Birama

(42)

Periode E (43-68)

(43)

(53)

(69)

- Muncul authentic cadence pada birama 42.

Transition

- Suara bas sebagai iringan dan dimainkan dengan jari

(p) / thumb.

- Suara atas sebagai melodi utama dan dimainkan dengan

teknik slur.

- Muncul half cadence pada birama 67-68.

Coda

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan agar peserta atau klien dapat mengetahui tentang penyakit diabetes, mengetahui mengenai senam kaki diabetikum, memahami

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah

Dengan terselesaikannya buku laporan Tugas Akhir ini, kami berharap semoga buku ini dapat membawa manfaat pembaca pada umumnya dan juga bagi kami pada khususnya serta semua pihak

Sebuah Web service dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah model pasangan 6 buah tuple, dengan komponen tuplenya adalah: Nama dari layanan (service), mempunyai identifier

[r]

But the marginal value of wetlands increases with human development (agricultural and urban) only to a point as wetland functions begin to be lost.. For example, far ranging mammals

Three criteria are established: first, the use of wetlands for nitrogen abatement must not in- crease the variability of total nitrogen emissions; second, the abatement capacity

- Table 10 (UML attributes and roles in “query” operation request): sortSpec default is sorted on ID in descending order. - §10.8.4.12 SortBy parameter: no