• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ABORSI MENURUT HUKUM DI INDONESIA

A. Aborsi yang Legal

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Istilah “aborsi’ yang berasal dari kata abortus (latin), “kelahiran sebelum

waktunya”.Sinonim dengan itu dikenal juga istilah “kelahiran yang prematur”

atau miskraam (Belanda)“keguguran”.Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) disebut perempuan tidak diperkenankan melakukan tindakan

aborsi.KUHP dengan tegas mendukung mempertahankan kehidupan janin.Jadi

melihat kedua peraturan perundang-undangan yang ada mengenai aborsi lebih

mengutamakam kehidupan janin (pro life).

Aborsi (pengguguran kandungan) sampai sekarang masih menimbulkan

pro dan kontra maupun perdebatan yang tidak ada akhirnya, baik oleh pihak yang

mendukung aborsi maupun yang kontra aborsi.Perdebatan yang tidak kunjung

mendapatkan titik temu ini mengakibatkan munculnya penganut paham pro-life

yang berupaya mempertahankan kehidupan Janin dan penganut paham

pro-choice yang menginginkan aborsi boleh dilakukan disebabkan perempuan

mempunyai hak untuk memelihara kesehatannya dalam menentukan hak

kesehatan reproduksinya.

Aborsi adalah cara tertua mengatur kehamilan dan ini sudah sejak dahulu

(2)

mengatakan menjadi (melahirkan anak) adalah kewajiban ibu, baik terhadap

suaminya maupun terhadap Negara.30

Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap

orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi

kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan aturan ini

diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan

mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75

mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung Pasal-Pasal dalam KUHP tersebut dengan jelas tidak memperbolehkan

suatu aborsi di Indonesia.KUHP tidak melegalkan tanpa kecuali. Bahkan abortus

provocatus medicalis atau abortus provocatus therapeuticus pun dilarang,

termasuk didalamnya adalah abortus provocatus yang dilakukan oleh perempuan

korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341 dan Pasal 342

KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga

dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan

suatu pembunuhan terahadap anak.

Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia hak aborsi dibenarkan

secara hukum jika dilakukan karena adanya alasan atau pertimbangan medis atas

kedaruratan medis. Dengan kata lain, tenaga medis mempunyai hak untuk

melakukan aborsi bila dan pertimbangan media atau kedaruratan media dilakukan

untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil.

(3)

jawab sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Perbedaan terlihat antara KUHP dengan UU Kesehatan No.36 tahun 2009

tentang aborsi, tetapi dalam Undang-undang kesehatan No.36 tahun 2009 tenaga

media diperbolehkan untuk melakukan aborsi legal pada perempuan hamil karena

alasan medis dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan disertai suami

dan keluarganya.

Masalah lain yang belum terpecahkan atau berkembang dan berlakunya

kedua peraturan perundang-undangan adalah perlindungan hukum terhadap

perempuan mengenai fungsi alat reproduksinya atau terjadinya pelanggaran

terhadap hak reproduksi perempuan dari hidup janin hak atas informasi kesehatan,

hak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa perbedaan (diskriminatif) dan

terjadinya tindakan aborsi tidak aman pada kasus-kasus kehamilan yang tidak

diinginkan dan masalah etik.

Aborsi sudah perlu mendapat perhatian melalui pengaturan yang lebih

bijak untuk menghindari praktek aborsi tidak aman dan pemenuhan hak

reproduksi perempuan maupun hak asasi perempuan dan janin.Legalisasi aborsi

perlu diperhatikan lebih bijak tetapi bukan dalam pengertian memberikan

liberalisasi aborsi.

Meskipun aborsi secara hukum terlarang, tetapi kenyataannya aborsi masih

banyak dilakukan oleh perempuan dengan berbagai alasan disebabkan peraturan

dan hukum yang ada kurang akomodatif terhadap alasan-alasan yang memaksa

(4)

perempuan meninggal akibat kehamilan, persalinan maupun abortus kriminalis.

Sekitar 20 juta pertahun terjadi unsafe abortion.31

Khususnya di Indonesia sekitar 750 000-1.000.000 pertahun dilakukan

unsafe abortion, 2.500 diantaranya mati berakibat kematian (11,1%). Hal ini

sesuai dengan data WHO yang menyatakan, 15-50% kematian ibu disebabkan

oleh pengguguran kandungan yang tidak aman.32

Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang

mernperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik,

sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang Hukum positif di Indonesia, pengaturan tindakan aborsi terdapat dalam

dua undang-undang yaitu KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 dan 535 yang

dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun serta dalam UU RI No. 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 75,76,77,78 melarang aborsi tetapi masih

mengijinkan tindakan aborsi atas indikasi medis dan trauma psikis dengan syarat

tertentu.

Tindakan aborsi menurut KUHP di Indonesia dikategorikan sebagai

tindakan kriminal atau dikategorikan sebagai kejahatan terhadap

nyawa.Pasal-pasal KUHP yang mengatur hal ini adalah nyawa.Pasal-pasal 229, 346, 347, 348, 349 dan 535.

Menurut KUHP, aborsi merupakan: Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap

stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40

minggu).

31 Ibid. 32

(5)

melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan

alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).

Berdasarkan pasal-pasal KUHP di atas berarti apapun alasannya diluar

alasan medis perempuan tidak boleh melakukan tindakan aborsi.Kalau dicermati

ketentuan dalam KUHP tersebut dilandasi suatu pemikiran atau paradigma bahwa

anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum sehingga berhak

untuk mendapatkan perlindungan hukum.

Apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia bahwa setiap orang berhak

untuk hidup maupun mempertahankan hidupnya sehingga pengakhiran kandungan

(aborsi) dapat dikualifikasikan sebagai tindakan yang melanggar hak asasi

manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang

mengutamakan hak anak (pro life). Oleh karena itu dalam KUHP tindakan aborsi

dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap nyawa.

Kehamilan yang tidak diinginkan aborsi yang dilakukan umumnya adalah

Abortus Provokatus Kriminalis dengan beberapa alasan seperti; Kehamilan di luar

nikah, masalah beban ekonomi, ibu sendiri sudah tidak ingin punya anak lagi

akibat incest, alasan kesehatan dan sebagainya.

Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang

dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang

tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan

(6)

diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti

prosedur kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO).33

Menurut Soewadi, aborsi berdasarkan indikasi medis atau aborsi terapeutik

dapat dilakukan jika kehamilan yang mengakibatkan resiko bagi kehidupan

perempuan hamil, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental, adanya resiko

keutuhan fisik bayi yang akan dilahirkan (pertimbangan eugenik) dan

perkosaandan incest(pertimbanganyuridis). Apabila pengaturanhukum tentang

aborsi yang dimungkinkan atau seharusnya berlaku di Indonesia diharmonisasikan Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya

pelayanan kesehatan yang memadai.Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa

indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat

kontrasepsi dan lain-lain.Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari

keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan

pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya.

Pasal-Pasal dalam KUHP tersebut dengan jelas tidak memperbolehkan

suatu aborsi di Indonesia.KUHP tidak melegalkan tanpa kecuali. Bahkan abortus

provocatus medicalis atauabortus provocatus therapeuticus pundilarang,

termasuk didalamnya adalah abortus provocatus yang dilakukan oleh perempuan

korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341 dan Pasal 342

KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga

dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan

suatu pembunuhan terahadap anak.

33

(7)

dengan konsep aborsi terapeutik sebagaimana diutarakan di atas, maka aborsi

legal di Indonesia tidak hanya terbatas pada aborsi berdasarkan indikasi medis

untuk menyelamatkan jiwa ibu dalam keadaan darurat, tetapi lebih luas lagi

mencakup beberapa alasan aborsi terapeutik baik dari segi medis maupun psikiatri

yaitu: kehamilan akibat perkosaan dan incest, perempuan hamil mengalami

gangguan jiwa berat, dan janin mengalami cacat bawaan berat.34

Hal ini diperlukan karena ketiga alasan aborsi aman, yaitu kehamilan

akibat perkosaan danincest, perempuan hamil yang mengalami gangguan jiwa Legalitas aborsi bagi perempuan korban perkosaan dengan KUHP

berimplikasi pada tidak berlakunya pertanggungjawaban pidana pada perempuan

korban perkosaan yang melakukan aborsi sebab terdapat unsur pemaaf dan unsur

pembenar baginya dalam melakukan perbuatan tersebut.

Pertanggungjawaban pidana hanya menuntut adanya kemampuan

bertanggungjawab pelaku.Pada prinsipnya pertanggungjawaban pidanaberbicara

mengenai kesalahan (culpabilitas) yang merupakan asas fundamental

dalam hukum pidana, yang mendalilkan bahwa tidak ada pidana jika tanpa

kesalahan.

Harmonisasi pengaturan hukum tentang aborsi ini membawa konsekuensi

lebih lanjut berupa dekriminalisasi dan depenalisasi dalam pengaturan hukum

pidana berkaitan dengan aborsi yang akan direalisasikan dalam kebijakan

formulasi, aplikasi dan eksekusi untuk memenuhi asas lex certa dalam hukum

pidana.

(8)

berat, dan janin yang mengalami cacat bawaan berat, di dalam ius

constitutum merupakan perbuatan pidana karena itu dilarang dan diancam dengan

pidana, namun dalam ius constituendum meskipun perbuatan-perbuatan tersebut

tetap bersifat melawan hukum, perempuan hamil dan tenaga medis yang

membantu melakukan aborsi tidak dipidana karena tidak mempunyai kesalahan

berdasarkan pengecualian berupa alasan pemaaf sebagai alasan penghapusan

pidana yang bersumber dari Pasal 48 KUHP tentang daya paksa (overmacht) dan

kondisi darurat (noodtoestand).35

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Penerapan Pasal 48 KUHP terhadap ketiga alasan aborsi tersebut dilandasi

oleh teori perlindungan hukum yang seimbang yang bersumber pada Pancasila,

yang dapat diukur dengan ide yaitu justice yang memuat konsep iustitia

distributive.

Ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,

yang menegaskan tentang dibolehkannya melakukan tindakan aborsi sebagai

upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya, jenis aborsi ini secara

hukum dibenarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagaimana telah diatur

dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2),36

35 Ibid. 36

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Media Centre, H. 16 namun ada beberapa hal yang dapat dicermati

dari aborsi ini yaitu bahwa ternyata aborsi dapat dibenarkan secara hukum apabila

dilakukan dengan adanya pertimbangan medis. Dalam hal ini berarti dokter atau

tenaga kesehatan yang mempunyai hak untuk melakukan aborsi dengan

(9)

ini dapat dilakukan atas persetujuan ibu hamil atau suami atau keluarganya dan

pada sarana kesehatan tertentu.

Aborsi yang dilakukan bersifat legal, dan dengan kata lain vonis medis

oleh tenaga kesehatan terhadap hak reproduksi perempuan bukan merupakan

tindak pidana atau kejahatan.Dari penjelasan tersebut didapatkan gambaran

mengenai aborsi legal menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 bahwa

aborsi dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Berdasarkan indikasi medis

Indikasi medis yang dimaksud adalah suatu kondisi yang benar-benar

mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis

tertentu itu ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.

2. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan

Dalam hal ini adalah seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit

kandungan sebagai tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim

ahli yang dapat terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama, hukum, dan

psikologi.

3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau

keluarganya

Yang dimaksud dalam hal ini adalah hak utama memberikan persetujuan

dalam tindakan ini (informed consent) ada pada ibu hamil yang bersangkutan

karena menyangkut hak reproduksi perempuan tersebut, kecuali dalamkeadaan

tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya dapat diminta dari suami

(10)

4. Sarana kesehatan tertentu

Sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk

tindakan tersebut dan telah ditunjuk pemerintah.

Ketentuan tersebut dapat dipahami sebagai wujud adanya perlindungan

terhadap hak perempuan, dan terhadap alat reproduksinya. Persoalan lain yang

cukup penting untuk dipikirkan adalah apabila seorang perempuan hamil akibat

dari pemerkosaan, akibat dari hubungan seks komersial yang menimpa pekerja

seks komersial ataupun kehamilan yang diketahui bahwa janin yang dikandung

tersebut mempunyai cacat bawaan yang berat, apakah perempuan ini tidak berhak

untuk menentukan atau memutuskan hal yang berkaitan dengan fungsi

reproduksinya atau yang disebut dengan Pro Choice,37 karena si ibu sendiri merupakan korban suatu kejahatan, dan kehamilan itu akan menjadi suatu beban

psikologis yang berat, dan juga akan berdampak pada anak yang akan dilahirkan

yang kemungkinan besar akan tersingkir dari kehidupan sosial kemasyarakatan

yang normal dan kurang mendapat perlindungan serta kasih sayang yang

seharusnya didapatkan oleh anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan yang

wajar, dan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi sampah masyarakat. Dalam

hal ini apakah keputusan aborsi yang dipilihnya dikualifikasikan sebagai Abortus

provocatus criminalis ataukah dapat dikualifikasikan sebagai Abortus provocatus

therapeuticus, mengingat apabila secara normatif hak anak untuk hidup dilindungi

oleh Undang-Undang yang konstruksi hukumnya menggunakan paradigma Pro

Life.38

37

R. Mohammad Waluyo Sejati, “Problematika Aborsi Suatu Tinjauan Normatif”, Disertasi FH. UGM-Yogyakarta, Hal. 4

38

(11)

Menurut UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 15,disebutkan bahwa

dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan

atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat

‘tindakan medis tertentu’ salah satunya adalah aborsi.

Selain pengertian itu disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran

kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus

provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara

sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti

karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneous).

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus

2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis

3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.Kebanyakan

disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah

pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin

kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari

oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun

beranak).

Aborsi terapeutik /Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran

kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.Sebagai contoh, calon ibu

(12)

penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun

janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang

dan tidak tergesa-gesa.

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke

dalam dua golongan yakni :

1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan

cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat

mendasar untuk melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si

ibu.

2. Abortus buatan ilegal

Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk

menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak

kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh

undang-undang.

3. Hukum Islam

Penghentian kehamilan yang berdasarkan pertimbangan medik,misalnya

bila kehamilan itu diteruskan dapat membahayakan keselamatan nyawa sang ibu.

Atas pertimbangan medik makajanin yang dikandung dapat digugurkan.Ataupun

si ibu mengidap suatu penyakit, misalnya mengalami gangguan jiwa atau

jantung.Apalagi bila si ibu sedang meminum obat-obatan yang dapat menganggu

(13)

Penguguran berlatar belakang alasan medikpun ada ketentuannya.Boleh

dilakukan aborsi dengan catatan janin yang dikandungnya belum berumur dua

belas minggu (tiga bulan). Secara kedokteran sejak usia ini baru dapat didengar

bunyi jantung. Bentuknya sudah lengkap hanya ukurannya masih sangat

kecil.Sebelum mencapai itu belum dinyatakan hidup karena belum ada denyut

jantung.Sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surah As sajadah ayat 9, pada

usia tersebut Allah SWT. Meniupkan ruh, baru janin itu dianggap hidup ; “hidup”

dalam arti seperti manusia tetapi sedang dalam kandungan dan kalau ini diaborsi

berarti pembunuhan.39

Setelah melewatiusia tiga bulan dengan resiko apapun,janin tidak boleh

digugurkan, karena teknologi modern sudah dapat menjaga kehamilan ibu. Kalau

dia lemah jantung bisa diperkuat jantugnya, kalaupunsudah sembilan bulan tidak

dapat melahirkan juga dapat dilakukan pembedahan(caesarean operation). Kalau

dulu meski bayi sudah berusia lebih dari empat atau lima bulan tetap saja

dilakukan penguguran. Tapi sekarang karena adanya teknologi canggih dapat Firman Allah SWT. Sebagaimana tersurah dalam As

Sajadah ayat 9, sebagai berikut :

ثُمَّسَوَّىٰهُوَنَفَخَفِ يهِمِنرُّوحِهِۦوَجَعَلَ لَكُمُٱلسَّمْعَوَٱلْأَبْصَ ٰ رَوَٱلْأَفْ ـِٔدَةَقَلِيلًامَّاتَشْكُرُونَ

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya

ruh (ciptaan)-Nya danDia menjadikan bagi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

39

(14)

membantu mengupayakan keselamatan ibu dan anak maka penguguran sangat

dipertimbangkan.

وَلاَتَقْتُلُواْالنَّفْسَالَّتِيحَرَّمَاللّهُإِلاَّبِالحَقِّ

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al

Israa’: 33 )

Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin

nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para

ulama berbeda pendapat:

Pendapat Pertama :

Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya

tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan

keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas

Ulama.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

وَلاَ تَقْتُلُواْالنَّفْسَالَّتِيحَرَّمَاللّهُإِلاَّبِالحَقِّ

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar”.( Q.S. Al

Israa’: 33 )

Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan,

sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai

dengan kaidah fiqhiyah: “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilangkan

(15)

ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan

kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu

Abidin : 1/602 ).

Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu

akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika

sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.

Pendapat Kedua :

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh

kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu

dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada

menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara

yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya

terakhir.(Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin

bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak

benarnya. Wallahu A’lam.

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama

sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang

menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan

syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang

diharamkan Allah swt.

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus

Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,

(16)

B. Aborsi yang Ilegal

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan

pengguguran kandungan yang disengaja (abortus provocatus) diatur dalam Buku

kedua Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299, dan Bab XIX

Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan kedalam kejahatan terhadap

nyawa. Berikut ini adalah uraian tentang pengaturan abortus provocatus yang

terdapat dalam pasal-pasal tersebut:

a. Pasal 299 KUHP

(1).Barang siapa dengan sengaja mengobati seseorang wanita atau

menyuruhnya supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan

bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak 3000 rupiah

(2). Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia

seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

(3). Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan

pencarian atau kebiasaan atau jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat,

pidananya dapat ditambah sepertiga.

Dari rumusan Pasal 299 KUHP tersebut, dapat diuraikan unsur-unsur

tindak pidana adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang yang sengaja mengobati seorang wanita atau

(17)

tersebut kehamilannya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga

riburupiah.

2. Seseorang yang sengaja menjadikan perbuatan mengobati seorang

wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari

pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan dengan mencari

keuntungan dari perbuatan tersebut atau menjadikan perbuatan

tersebut sebagai pencarian atau kebisaaan, maka pidananya dapat

ditambah sepertiga.

3. Jika perbuatan mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya

diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat

digugurkan itu dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru obat

maka hak untuk berpraktek dapat dicabut.

a) Perempuan itu yang melakukan sendiri atau menyuruh untuk itu

menurut (Pasal 346KUHP).

Abortus jenis ini secara tegas diatur dalam Pasal 346 KUHP.merumuskan

sebagai berikut :Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati

kandungan atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara

selama-lamanya empattahun”.

Berdasarkan rumusan Pasal 346 KUHP tersebut terkandung maksud oleh

pembentuk Undang-Undang untuk melindungi nyawa janin dalam kandungan

meskipun janin itu kepunyaan perempuan yang mengandung.P.A.F. Lamintang

mengemukakan putusan Hoge Raad sebagai berikut :40

40

(18)

Hoge Raad 1 Nov. 1879, W. 7038, yaitu pengguguran anak dari kandungan itu hanyalah dapat dihukum, jika anak yang berada didalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran berada dalam keadaan hidup. Undang-Undang tidak mengenal anggapan hukum yang dapat memberikan kesimpulan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan hidup ataupun mempunyai kemungkinan untuk tetap hidup.

Pasal 346 KUHP merumuskan sebagai berikut :

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empattahun.

Jika kembali memperhatikan rumusan Pasal 346 KUHP tersebut, maka

dapat dikemukakan unsur-unsur dari kejahatan pengguguran kandungan

(abortus) sebagai berikut :

a. Subyeknya adalah perempuan wanita itu sendiri atau oranglain

yangdisuruhnya.

b. Dengansengaja.

c. Menggugurkan atau mematikankandungannya.

Dalam melihat unsur-unsur dari pasal 346 KUHP, maka dapat

disimpulkan bahwa yang dapat dikenakan hukuman menurut Pasal 346 KUHP

hanyalah perempuan yang mengandung atau perempuan yang hamil itu sendiri.

b) Orang lain melakukan tanpa persetujuan wanita itu menurut Pasal

347KUHP.

Aborsi jenis ini dicantumkan tegas dalam Pasal 347 KUHP yang

menentukannya sebagai berikut :

Pengguguran kandungan (abortus) dengan cara ini dengan maksud untuk melindungi perempuan yang mengandung karena ada kemungkinan mengganggu kesehatannya ataupun keselamatannya terancam.

Memperhatikan rumusan Pasal 347 KUHP dapat dikemukakan

(19)

a. Subyeknya oranglain;

b. Dengansengaja;

c. Menggugurkan atau mematikankandungannya;

d. Tanpa izin perempuan yang digugurkan kandungannya

Adapun pengguguran kandungan (abortus) yang dilakukan oleh orang

lain tersebut tanpa izin perempuan yang digugurkan kandungannya itu sehingga

perempuan tersebut meninggal. Oleh karena itu, ancaman pidananya diperberat

atau ditambah menjadi hukuman penjara lima belas tahun menurut Pasal 347

ayat (2) KUHP, sebagaimana dirumuskan dalam KUHP sebagai berikut :

a) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belastahun.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama lima belastahun.

b) Orang yang melakukan dengan persetujuan perempuan itu menurut Pasal

348KUHP.

Rumusan Pasal 348 KUHP adalah sebagai berikut :

a) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enambulan.

b) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun.

Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam Pasal 348 KUHP adalah

sebagai berikut :

a. Subjeknya adalah oranglain;

b. Menggugurkan atau mematikankandungan;

(20)

Bagi orang-orang tertentu diberikan pemberatan pidana dan pidana tambahan

menurut Pasal 349KUHP.

Di dalam Pasal 349 KUHP ini mengatur mengenai orang-orang tertentu

yang dipidananya diperberat. Adapun orang-orang tertentu yang dimaksud dalam

rumusan Pasal 349 KUHP adalah sebagai berikut :

Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan yang tersebut dalam Pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan 348, maka hukuman yang ditentukan dalam itu dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatanitu.

Menurut rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsur- unsur

tindak pidana adalah sebagai berikut :

Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh

orang lain, diancam hukuman empat tahunpenjara.

1. Seseorang yang sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil,dengan

tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukumanpenjara 12

tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15tahunpenjara.

2. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5tahun

penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7tahunpenjara.

3. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan aborsi tersebut

seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)ancaman

hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untukberpraktek

dapatdicabut.

(21)

pasal-pasal tersebut sebagaiberikut:41

1. Pengguguran anak dari kandungan hanyalah dapat dihukum, jika anakyang berada dalam kandungan itu selama dilakukan usahapengguguran berada dalam keadaan hidup. Undang- undang tidakmengenal anggapan hukum yang dapat memberi kesimpulan bahwaanak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan hidupataupun mempunyai kemungkinan tetaphidup.

2. Untuk pengguguran yang dapat dihukum, disyaratkan bahwa anak yangberada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha penggugurankandungan berada dalam keadaan hidup. Tidak perlu bahwa anak itumenjadi mati karena usaha pengguguran tersebut. Kenyataan bahwaanak itu dilahirkan dalam keadaan selamat, tidaklah menghapus bahwakejahatan itu selesai dilakukan. Undang-Undang tidak membedakan antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan anak yang hidup didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan dari tubuh si ibu yang tidak pada waktunya sebagai perbuatan yang dapatdihukum.Disyaratkan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu hidup dan si pelaku mempunyai kesengajaan untuk menggugurkan anak yang berada di dalam keadaan hidup itu. Dianggap bahwa kesengajaan itu ada, apabila selama proseskelahiran anak itu berada dalam keadaan hidup dan si pelaku diliputi oleh anggapan bahwa demikianlah halnya.

3. Alat-alat pembuktian yang disebutkan oleh hakim didalamputusannya haruslah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa wanita itu hamil dan mengandung anak yang hidup dan bahwa tertuduh mempunyai maksud untuk dengan sengaja menyebabkan gugur atau meninggalnya anaktersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 346-349 KUHP dapat diketahui,

bahwaaborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di

Indonesia yang terdapat dalam KUHP adalah tindakan menggugurkan atau

mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang

disuruh melakukan itu. Wanita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas

kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang

menurut KUHP dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan atau

juruobat.

(22)

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Disahkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yang menggantikan Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, maka

permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan. Secara eksplisit,

dalam Undang-Undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi,

meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan

kontroversi diberbagai lapisan masyarakat.Meskipun Undang-Undang melarang

praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan. Ketentuan

pengaturan aborsi dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 dituangkan

dalam Pasal 75, 76 , 77, dan Pasal 194.

Berikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang

terdapat dalam pasal-pasal tersebut:

a. Pasal75:

(1) Setiap orang dilarang melakukanaborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikanberdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan

trauma psikologis bagi korbanperkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pratindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten danberwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari pertamahaid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis kedaruratanmedis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) diatur dengan PeraturanPemerintah.

b. Pasal76:

(23)

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam)minggu;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan

kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yangbersangkutan;

d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan

olehMenteri.

c. Pasal77:

“Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

d. Pasal194

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah)”.

Penjelasan Pasal 75 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2009 tentangKesehatan,

menyatakan: yang dimaksud dengan “konselor” dalam ketentuan ini adalahsetiap

orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselormelalui pendidikan dan

pelatihan. Bahwa yang dapat menjadi konseloradalah dokter, psikolog, tokoh

masyarakat, tokoh agama, dansetiap orang yang mempunyai minat dan memiliki

keterampilanuntuk itu.

Selanjutnya penjelasan Pasal 77 UU No. 36 Tahun 2009 memberikan

penjelasan sebagai berikut: yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak

bermutu, tidakaman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yangdilakukan

dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuanyang bersangkutan, yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yangtidak profesional, tanpa mengikuti standar

profesi dan pelayananyang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan

imbalanmateri daripada indikasimedis.

(24)

(abortus provocatus criminalis) yang terdapatdalam KUHP menganut prinsip

“illegal tanpa kecuali” dinilai sangatmemberatkan paramedis dalam melakukan

tugasnya. Pasal tentang aborsiyang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana jugabertentangan dengan Pasal 75 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009

tentangKesehatan,yangpada prinsipnya tindakan pengguguran kandunganatau

aborsi dilarang (Pasal 75 ayat 1), namun larangan tersebut

dapatdikecualikanberdasarkan:

1. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,

baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita

penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat

diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar

kandungan;atau

2. kehamilanakibat perkosaan yang dapat menyebabkantrauma psikologis

bagi korbanperkosaan.

3. Hukum Islam

Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau

pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibunya.Sedangkan menurut

bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ajhadha – yajhidhu

yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum

sempurna penciptaannya.Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa

(25)

disebut dengan “isqhoth” (menggugurkan) atau “ilqaa” (melempar) atau “tharhu”

(membuang ).42

Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna

Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak

macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan

dipukul rata. Diantara pembagiaan aborsi adalah sebagai berikut :

pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :

Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan

sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang

berlaku.

Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan

sepengetahuan pihak yang berwenang.

Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang

perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan

pembunuhan, yaitu sebagai berikut :

Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan

baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara

memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual

belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan

membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :

وَلَقَدْكَرَّمْنَابَنِيآدَمَ

“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-Isra’:70)

42

(26)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua

orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua

orang.

مِنْأَجْلِذَلِكَكَتَبْنَاعَلَىبَنِيإِسْرَائِيلَأَنَّهُ مَنقَتَلَنَفْسًابِغَيْرِنَفْسٍأَوْفَ سَادٍفِ يالأَرْضِفَ كَأَنَّمَاقَتَلَالنَّاسَجَمِيعًا وَمَنْأَحْيَاهَ افَ كَأَنَّمَاأَحْيَاالنَّاسَجَمِيعًا

“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)

Ketiga: Dilarang membunuh anak (termasuk di dalamnya janin yang masih

dalam kandungan) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :

وَلاَتَقْتُلُواْأَوْلادَكُمْخَشْيَةَإِمْلاقٍنَّحْنُنَرْزُقُهُمْوَإِيَّاكُمإنَّقَتْلَهُمْكَانَخِطْءًاكَبِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat.Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)

Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah

swt, sebagaimana firman Allah swt :

وَنُقِرُّفِ يالْأَرْحَامِمَانَشَاءإِلَىأَجَلٍمُّسَمًّىثُمَّنُخْرِجُكُمْطِفْلًا

“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan.Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)

Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

وَلاَتَقْتُلُواْالنَّفْسَالَّتِيحَرَّمَاللّهُإِلاَّبِالحَقِّ

(27)

Pada teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara

khusus

orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

وَمَنيَقْتُلْمُؤْمِنًامُّتَعَمِّدًافَ جَزَآؤُهُجَهَنَّمُخَالِدًافِ يهَاوَغَضِ بَاللّهُعَلَيْهِوَلَعَنَهُ وَأَعَدَّلَهُعَذَابًاعَظِيمًا

“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :

إِنََّ أَحَدَكُمْيُجْمَعُخَلْقُهُفِ يبَطْنِأُمِّهِ أَرْبَعِينَيَوْمًاثُمَّيَكُونُفِ يذَلِكَعَلَقَةً مِثْلَذَلِكَثُمَّيَكُونُفِ يذَلِكَمُضْ غَةً مِثْلَذَلِكَثُمَّيُرْسَلُالْمَلَكُفَ يَنْفُخُفِ يهِالرُّوحَوَيُؤْمَرُبِأَرْبَعِكَلِمَاتٍبِكَتْبِرِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّأَوْسَعِيدٌ

“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia.“ ( Bukhari dan Muslim)

Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi

menjadi dua bagian sebagai berikut :

Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh. Dalam hal ini, para ulama

berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat :

Pendapat Pertama :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh.Bahkan sebagian

dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.( Hasyiat Al

(28)

Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan

Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,(

Syareh Fathul Qadir : 2/495 )

Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan

bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum

sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.

Pendapat kedua :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh.Dan jika

sampai pada waktu peniupan ruh, maka

Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka

tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi

untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi

dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I .( Hasyiyah Ibnu

Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)

Pendapat ketiga :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya

bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum

wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah

tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan

Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan),

telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun

(29)

tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang

bermanfaat.

Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu

jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu

bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan

medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus

Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar

hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin

setelah peniupan roh hukumnya haram.Peniupan roh terjadi ketika janin sudah

berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu

Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis

pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh.

Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang

Referensi

Dokumen terkait

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu dan pihak yang bertanggung jawab dalam mengaudit laporan

“Jazzahummullahukhaira…” pada Nabiku Muhammad SAW dan semua sahabatnya… kalianlah yang selalu memperjuangkan hidayah Allah dan menuntunku kejalan

Dari banyak penelitian yang ada seperti penelitian rukmono budi utomo dalam penelitiannya berjudul Model Regresi Persentase Keuntungan Perusahaan Manufaktur Ditinjau

Uji aktivitas Antimikroba dan Uji Sitotoksik Ekstrak etanol Akar Tanaman Akar Kucing-kucingan ( Achalipha Indica Linn ), daging Buah Mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa

Upaya pembangunan sumber daya pun masalah ini bukan masalah baru, tetapi alam (SDA) danlingkungan hidup tersebut benturan kepentingan antara pemanfaatan hendaknya

gagasan (desain) dalam bentuk gambar skets/tertulis untuk kegiatan proses produksi (teknik, bahan, alat) termasuk keselamatan kerja pengolahan bahan pangan nabati dan

Konsumsi Bahan Bakar (FC) FC = Vgu.. Tekanan Efektif Rata-Rata (MEP) MEP =

Kecenderungan untuk menafsirkan dogmatika agama (scripture) secara rigit dan literalis seperti dilakukan oleh kaum fundamentalis Protestan itu, ternyata ditemukan