• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjatuhan Sanksi Pidana Dibawah Batas Minimum Ancaman Hukuman Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penjatuhan Sanksi Pidana Dibawah Batas Minimum Ancaman Hukuman Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

5

ABSTRAK

Beberapa alasan memutuskan dengan hukuman ½ (setengah) dari jumlah minimum sanksi pidana penjara tersebut adalah didasarkan atas Pasal 22 Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, yaitu “Terhadap anak nakal hanya dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam undang-undang ini”. Kemudian Pasal 23 Ayat (1) Nomor 3Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, yaitu “Pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan, dan Pasal 26 Ayat (1) Nomor 3 Tahun 1997, yaitu; “Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa”. Dari ketiga pasal di atas, sebenarnya tidak ada pengaturan terkait hukuman ½ (setengah) dari jumlah minimum sanksi pidana penjara dan dapat dikatakan Hakim dalam hal ini membuat suatu terobosan hukum dengan melakukan penerapan hukuman tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan 2 (dua) permasalahan yang akan diteliti, yaitu: Bagaimana pengaturan hukuman bagi anak di bawah umur pelaku tindak pidana Narkotika, Bagaimana pertimbangan Hakimdalam menjatuhkan hukuman pidana di bawah batas minimum ancamana sanksi pidana anak pelaku tindak pidana Narkotika. Penelitian proposal tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif. Jenis metode penelitian yuridis normatif berguna untuk mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah tertentu dan juga dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah dan bagaimanakah hukumnya mengenai peristiwa atau masalah yang tertentu.

Sifat dari metode penelitian tesis ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum dalam hal ini yang berkaitan dengan pelnggaran batas minimum ancaman hukuman untuk anak pelaku tindak pidana Narkotika.

Kesimpulan dalam penelitian tesis ini, Apabila seorang anak melakukan tindak pidana Narkotika dan dikenakan pasal berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, maka Hakim berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Pengadilan Anak dapat: 1.Mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang asuh.2.Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan

(2)

6

latihan kerja khusus.3.Menyerahkan kepada Departemen Sosial atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan pembinaan dan latihan kerja.Pengaturan tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh anak di bawah umur berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada prinsipnya tidak diatur secara khusus akan tetapi pengaturannya akan mengikutsertakan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Dapat dikatakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tidak dapat berdiri sendiri dalam hal pengaturan tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh anak di bawah umur karena Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak merupakan peraturan khusus terkait dengan pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak di bawah umur.Bahwa Dari Putusan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara Nomor 369/PID/2013/PT-MDN, Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor:349/PID.SUS.A/2013/PN.STB, Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor:443/PID.SUS.A/2014/PN.STB, Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor:444/PID.SUS.A/2014/PN-STB, Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor:445/PID.SUS.A/2014/PN.STB tersebut dapat dikritisi terkhusus menyangkut hal yang memberatkan dimana penekanannya bahwa si anak yang seharusnya belum mengenal narkoba, tetapi kenyataannya telah mengenal bahkan menggunakannya juga sampai mengederkannya. Sebenarnya, hal demikian tidak hanya dilihat dari apa yang telah dilakukan olehseorang anak yang melakukan penyalahguna narkoba, tetapi seharusnya yang lebih dilihat adalah latar belakang mengapa si anak melakukan hal tersebut atau dengan kata lain faktor apa yang menyebabkan mereka melakukan itu (ajaran causalitet).

Saran dalam penelitian tesis ini Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sudah seharusnya direvisi untuk memasukkan beberapa pasal terkait anak yang melakukan tindak pidana narkotika. Hal ini ditujukan untuk membedakan pelaku tindak pidana orang dewasa dan yang belum dewasa. Pembedaan ini sangat penting karena anak yang berhadapan dengan hukum tetap harus diberikan perlindungan demi perkembangan jiwanya.Pengaturan sanksi pidana di bawah batas minimum sebaiknya diatur secara tegas di dalam undang-undang, pengaturan ini bertujun untuk memberikan kepastian terhadap Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap anak.

Kata kunci : Penjatuhan, Sanksi, Pidana, Dibawah Batas Minimum, Ancaman, Hukuman, Bagi Anak Pelaku,Tindak Pidana, Narkotika.

(3)

7

ABSTRACT

Some of the reasons decided by penalties ½ (half) of the amount of the minimum sanction of imprisonment is based on Article 22 No. 3 of 1997 on Juvenile Justice, which is "Against the bad boy can only be dropped criminal or actions specified in this law". Then Article 23 Paragraph (1) Number 3Tahun 1997 on Juvenile Justice, which is "The penalties can be imposed on a bad boy is the subject of criminal and additional criminal, and Article 26, Paragraph (1) No. 3 of 1997, namely; "Imprisonment that can be imposed on juvenile delinquents referred to in Article 1 point 2 letter a maximum of ½ (one half) of a maximum imprisonment for adults". Of the three articles above, in fact there is no penalty associated settings ½ (half) of the amount of the minimum sanction of imprisonment and can be said to be the judge in this case making a legal breakthrough by the application of such penalties.

Based on the above background, it is in this study defined two (2) issues to be examined, namely: How are the penalties for minors criminal narcotics, How consideration of the judge in imposing criminal penalties below the minimum threshold ancamana criminal sanctions children Narcotics criminal.

This thesis research proposal using normative juridical research. type of normative juridical research method is useful to know or to know whether and how positive law regarding a specific problem and also may explain or explain to others whether and how the law regarding a particular event or issue. The nature of the research method of this thesis is descriptive analytical research that describe, examine, explain and analyze a rule hukumdalam this case relating to pelnggaran minimum penalty for child offender Narcotics.

The conclusion of this thesis, If the child committed the crime of Narcotics and charged article is based on Law No. 3 of 1997 on Juvenile Justice, the Judges under Article 24 of the Juvenile Court Act can: 1.Mengembalikan to a parent, guardian or person asuh.2.Menyerahkan to state for education, coaching and job training khusus.3.Menyerahkan to the Department of Social or Social Community Organizations engaged in coaching education and job training. Narcotics. Settings criminal offenses committed by minors under Law No. 35 Year 2009 on Narcotics in principle is not specifically regulated but arrangements will include Law No. 3 of 1997 on Juvenile Justice. It can be said Law No. 35 Year 2009 on Narcotics can not stand alone in terms of setting the crime of Narcotics committed by minors because of

(4)

8

Act No. 3 of 1997 on Juvenile Justice is specific legislation relating to justice perpetrators of crimes committed by minors. That From the North Sumatra High Court Decision No. 369 / PID / 2013 / PT-MDN, Stabat District Court Decision No. 349 / PID.SUS.A / 2013 / PN.STB, Stabat District Court Decision No. 443 / PID.SUS. A / 2014 / PN.STB, Stabat District Court Decision No. 444 / PID.SUS.A / 2014 / PN-STB, Stabat District Court Decision No. 445 / PID.SUS.A / 2014 / PN.STB can be criticized especially those concerning the aggravating factors where the emphasis that the child should not know the drug, but in fact had known even used also to mengederkannya. Actually, such a case is not only seen from what has been done olehseorang children who do drug abusers, but should have a more visible is the background why the child did it, or in other words what factors cause them to do that (teaching causalitet).

Suggestions in this thesis study Law Number 35 Year 2009 on Narcotics should be revised to include several articles related to children who commit narcotic crime. It is intended to distinguish the criminal adults and minors. This distinction is very important because children in conflict with the law must still be given protection for the development of his soul. Setting criminal sanctions under the minimum threshold should be set forth in the law, this arrangement bertujun to provide certainty to the judge in a criminal verdict against children.

Keywords : Imposition, Sanctions, Criminal, Below Minimum Limit, threats, punishment, For Child Actors, Crime, Narcotics.

Referensi

Dokumen terkait

Pr ȇ kawis ingkang dipunr ȇ mbag wonten ing panaliten inggih punika (1) kados pundi strukuripun naskah Babad Gědhongan ingkang nyakup lapis bunyi, lapis arti,

Pada sistem ini menggunakan Real Time Clock untuk mengatur timer penenggelaman 2 menit, penirisan 1 menit, pengapungan 57 menit.. Serta menggunakan sensor

The European project SIG-GLUE, the “Special Interest Group for Game-based Learning in Universities and lifElong Learning” (www.sig-glue.net) tries to bring together experts

Hasil yang didapatkan adalah ciri-ciri masjid wali yang meliputi bangunannya ditopang empat saka guru, atapnya limasan bersusun tiga (Tuimpang/Meru), di depan bangunan

Hal ini pun begitu menyulitkan tatkala terlebih pada orang-orang yang gagap akan teknologi, karena banyak perusahaan yang sekarang ini menaruh minat untuk

Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah

Culture shock atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan gegar budaya adalah istilah psikologis yang menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang dalam menghadapi kondisi

dan nilai Anti-image Correlation variabel- variabel yang diuji diatas 0,5. Pada analisis selanjutnya dari variabel- variabel preferensi konsumen dalam memilih buah durian,